Anda di halaman 1dari 3

KAIDAH KEBUDAYAAN MENJADI KAIDAH HUKUM SOSIAL

Kebudayaan itu berwujud gagasan dan tingkah laku manusia, kebudayaaan tidak lepas dari
kepribadian individu melalui proses belajar yang panjang dan menjadi milik dari masing-masing
individu masyarakat yang bersangkutan. Kepribadian atau watak tiap-tiap individu pasti juga
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan itu dalam keseluruhannya. Gagasan,
tingkah laku, atau tindakan manusia itu ditata, dikendalikan dan dimantapkan pola-polanmya oleh
berbagai sistem norma yang seolah olah berada diatasnya.

1. Norma Kelaziman / Kebiasaan (Folkways)

Folkways adalah suatu norma atau tata aturan seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu
kegiatan yang diikuti tanpa berpikir panjang dan dilakukan berulang-ulang secara sadar dan
mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar dengan bentuk yang sama, melainkan
hanya didasarkan atas tradisi atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

Folkways lebih dari custom. Custom adalah cara-cara bertindak yang telah diterima oleh masyarakat.
Contoh : cara mengangkat topi, cara duduk, cara-cara peminangan, dan lain-lain.

Folkways dan custom keduanya tidak memerlukan sanksi (ancaman hukuman bagi yang melanggar
suatu aturan). Biasanya orang-orang yag menyimpang dari kelaziman dianggap aneh, mendapat
celaan atau cacian dari masyarakat, ditertawakan, di ejek, dan lain-lain. Contoh folkways :
berpamitan kepada orang tua saat keluar rumah, memberikan salam ketika bertemu dengan orang
yang dikenal saat di jalan, makan dan minum dengan tangan kanan dan harus duduk (tidak boleh
berdiri), mengetuk pintu jika ingin memasuki kamar orang lain, memakai sepatu dan pakaian dari sisi
kanan dahulu, menerima tamu dengan sopan dan ramah, dan lain-lain.

2. Norma Kesusilaan / Tata Kelakuan (Mores)

Mores adalah suatu aturan atau norma yang berasal dari kebiasaan yang dibuat manusia sebagai
anggota masyarakat yang erat kaitannya dengan hati nurani dengan mencerminkan sifat hidup dari
sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar untuk melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Contohnya: sopan santun dan tingkah laku
seperti melarang pembunuhan, larangan incest yaitu larangan perkawinan antara orang-orang yang
dipandang masih berdarah dekat yang akan diusir dari lingkungan kelompok tempat tinggalnya,
memperkerjakan anak di bawah umur, suka melakukan perampasan/pemalakan, suka bertindak
kekerasan dan lain-lain.

Mores biasanya dihubungkan dengan keyakinan keagamaan. Barang siapa melanggar kesusilaan,
biasanya tidak ada hukuman secara langsung. Biasanya diisolir / disingkir oleh masyarakat dan
menjadi pembicaraan masyarakat. Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaksa atau melarang
suatu perbuatan seseorang.

Masyarakat biasanya mengamati anggota-anggotanya apakah ada yang menyimpang dari kesusilaan
atau tidak. Bila ternyata ada penyimpangan naka mereka berani melancarkan ejekan-ejekan,
sindiran-sindiran, atau memaksa dan mengusir orang itu untuk meninggalkan tempat tinggalnya.
Tindakan-tindakan masyarakat yang demikian itu disebut social pressure ( social control).

3. Norma Hukum
Norma hukum yaitu suatu rangkaian aturan atau norma yang berasal dari pemerintah berupa
aturan, instruksi, ketetapan, keputusan dan undang-undang dalam suatu negara yang membatasi
tingkah laku dan perbuatan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Norma hukum ini ditujukan kepada anggota masyarakat agar mentaati aturan-aturan yang berisi
ketentuan-ketentuan, perintah, kewajibam, ataupun larangan, agar dalam masyarakat tercipta suatu
ketertiban dan keadilan. Ketentuan-ketentuan dalam norma hukum lazimnya dikodifikasikan dalam
bentuk kitab undang-undang atau konvensi-konvensi.

Norma hukum menghendaki agar hidup di dalam masyarakat tidak ada pelanggaran hak milik dari
kepentingan orang kepada orang lain.

Norma hukum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Tertulis, yaitu aturan-aturan yang dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang.


Contoh : hukum pidana , hukum perdata, dan lain-lain
b. Tidak tertulis (konvensi), aturan-aturan yang diyakini keberadaannya secara adat meskipun
tidak dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang.

Contoh : hukum adat.

Dengan adanya aturan ini dapat membuat orang yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi atau
hukuman yang sesuai dengan aturan norma yang telah ditetapkan, yang biasanya dapat berupa
denda atau hukuman fisik. Sanksi terhadap pelanggar sifatnya paling tegas dibanding dengan norma-
norma lainnya.

4. Mode / Fashion

Mode adalah cara gaya hidup dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-ubah
serta diikuti oleh banyak orang, yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat dalam
waktu-waktu tertentu.

Biasanya dilakukan dengan meniru atau iseng dan dalam setiap zaman, mode cenderung untuk
selalu berubah-ubah sangat cepat dengan mengikuti trend seiringnya berkembangnya zaman. Pada
dasarnya orang mengikuti mode untuk mempertinggi gengsi menurut pandangan pribadi masing-
masing, sehingga biasanya bagi orang yang tidak mengikuti mode biasanya akan dianggap
ketinggalan zaman (kuno). Contoh mode : mode rambut, mode pakaian. Model kendaraan, rumah
dan lain-lain.

Berkembangnya mode yang melampaui batas seperti pakaian seksi, rumah mewah, mobil mewah,
kehidupan seronok, dan sebagainya dapat menciptakan konflik baik yang bersifat individual maupun
yang bersifat sosial. Sehingga dengan berkembangnya mode

(fashion) perlu diimbangi dengan penanaman norma-norma agama kepada masyarakat supaya
terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang berasal dari perkembangan dunia mode (fashion).[1]

Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat istiadat yang kesemuanya itu berfungsi
untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup dengan anggota
masyarakat lainnya. Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula sebagai
“design for living” artinya kebudayaan adalah garis-garis pokok tentang perikelakuan atau “blue
print for behavior”, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan.
Kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat terlibat dalam hal pembentukan hukum. Di Indonesia
dikenal adanya masyarakat Hukum Adat yang jumlahnya sangat banyak. Perkembangan kebudayaan
dan hukum menciptakan suatu subjek hukum yang bernama Hukum Adat. Dalam Pendidikan Tinggi
hukum, terdapat mata kuliah yang kaitannya dengan Hukum, Masyarakat, dan Kebudayaan: Hukum
Adat, Antropologi Hukum, Hukum dan Masyarakat, dan Sosiologi Hukum. Mata kuliah-mata kuliah
inilah adalah awal pengenalan mahasiswa hukum terhadap hubungan dari hukum dan kebudayaan.

Kita mengenal konsepsi hukum sebagai bentuk dari peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak
tertulis yang hadir dalam masyarakat. Peraturan-peraturan ini mengandung norma dan nilai di
dalamnya. Kebudayaan hukum juga bersumber dari kekuasaan karena setiap sanksi yang dibuat di
dalam hukum tidak terlepas dari ikut campur peran penguasa. Prof. Sudikno Mertokusumo
mengungkapkan bahwa hakikat kekuasaan tidak lain adalah kemampuan seorang untuk
memaksakan kehendaknya kepada orang lain dan penegakan hukum dalam hal ada pelanggaran
adalah monopoli penguasa.[2]

Kebudayaan masyarakat dengan pranatanya dapat menciptakan norma hukum. Norma hukum
adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga tertentu, misalnya pemerintah, sehingga dengan
tegas dapat melarang serta memaksa orang agar berperilaku sesuai keinginan pembuat peraturan.
Norma sosial dapat berasal dari sistem budaya yang dianut oleh masyarakat.[3] Norma sosial adalah
patokan perilaku yang memuat nilai-nilai sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. norma sosial
bisa disebut dengan peraturan sosial yang bersifat memaksa individu untuk menjalaninya, sehingga
dalam menjalankan interaksi sosial, mereka tetap di dalam ruang lingkup nilai sosial yang telah
berlaku.[4] Norma sosial menjadi sarana yang dipakai masyarakat untuk menertibkan kehidupan
sosial, menuntun, dan mengarahkan tingkah laku manusia

Anda mungkin juga menyukai