Anda di halaman 1dari 36

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


oleh Pengusaha;
b. Impor Barang Kena Pajak;
c. Penyerahan Jasa Kena PajakdidalamDaerahPabeanyang dilakukan oleh
Pengusaha;
d. Pemanfaatan Barang Kena tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean; atau
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pelaporan Usaha untuk Dikukuhkan Sebagai


Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha yang melakukan:
- Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean; atau
- Melakukan ekspor Barang Kena Pajak,
- Pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
Wajib melaporkan usahanya pada Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan wajib memungut,
menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang terutang.

Pengusaha Kena Pajak (PKP)


Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak dan atau ekspor BKP yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai, tidak termasuk Peng-
usaha Kecil, yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan,
kecuali Pengusaha Kecil yang memilih
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.

Pengusaha Kecil
Pengusaha Kecil dibebaskan dari
kewajiban mengenakan/memungut PPN
atas penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP)
sehingga tidak perlu melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, kecuali apabila Pengusaha Kecil memilih untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Undang-Undang PPN
berlaku sepenuhnya bagi Pengusaha Kecil tersebut.

Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan atau
penerimaan bruto tidak lebih dari Rp. 600.000.000,00 (Enam ratus juta
rupiah).
Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan Barang Kena Pajak dan
Jasa Kena Pajak, sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak PenjualanAtas Barang Mewah sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2000 tidak dikenakan PPN, yaitu:

Jenis Barang yang Tidak Dikenakan PPN


1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yangdiambil langsung
dari sumbernya, meliputi:
a. Minyak mentah;
b. Gas bumi;
c. Panas bumi;
d. Pasir dan kerikil;
e. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
f. Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak,
serta bijih bauksit.
2. Barang - barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak, yaitu:
a. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras
ketan hitam atau beras ketan putih dalam bentuk:
▪ Beras berkulit (padi atau gabah)
selain untuk benih;
▪ Digiling;
▪ Beras setengah giling atau digiling
seluruhnya, disosoh, dikilapkan
maupun tidak;
▪ Beras pecah;
▪ Menir (groats) dari beras.
b. Segala jenis jagung, seperti jagung
putih, jagung kuning, jagung kuning
kemerahan atau popcorn Oagung
brondong), dalam bentuk:
* Jagung yang telah dikupas maupun belum / jagung tongkol dan biji
jagung / jagung pipilan;
* Menir (groats) / berasjagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.
c. Sagu, dalarn bentuk:
* Empulur sagu;
* Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu.
d. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning,
atau kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh;
e. Garam baik yang beryodium maupun tidak beryodium termasuk:
• Garam meja;
• Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 Kg atau lebih, dengan
kadar Na CL 94,7 % (dry basis).
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa boga.
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Jenis Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN
1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik, meliputi:
a. Jasa dokter umum, jasa dokter spesialis, jasa dokter gigi;
b. Jasa dokter hewan;
c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gizi, fisioterapi, ahli gigi;
d. Jasa kebidanan dan dukun bayi;
e. Jasa paramedis dan perawat; dan
f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium.
2. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:
a. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial;
c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
d. Jasa lembaga rehabilitasi kecuali yang bersifat kornersial;
e. Jasa pemakaman termasuk krematorium;
f. Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial;
g. Jasa pelayanan sosial lainnya kecuali yang bersifat kornersial.
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan oleh
PT. Posindonesia (Persero);
4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, clan sewa guna usaha dengan hak
opsi, meliputi:
a. Jasa perbankan, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan
barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan surat kontrak (perjanjian) serta anjak piutang.
b. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan
c. Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.
5. Jasa di bidang keagamaan, meliputi:
a. Jasa pelayanan rumah ibadah;
b. Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan
c. Jasa lainnya di bidang keagamaan.
6. Jasa di bidang pendidikan, meliputi:
a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional;
b. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-
kursus.

7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang teiah dikenakan pajak


tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat
kornersial, sepertil pementasan kesenian tradisional yang
diselenggarakan secara cumacuma.

8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat


iklan seperti jasa penyiaran radio atau televisi
baik yang dilakukan oleh instansi Pemerintah
maupun swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai
oleh sponsoryang bertujuan kornersial.

9. Jasa di bidang angkutan umum di darat clan di air, meliputi jasa angkutan
umum di darat, di laut, di danau maupun di sungai yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh swasta.

10. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi:


a. Jasa tenaga kerja;
b. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga
kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja
tersebut; dan
c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.

11. Jasa di bidang perhotelan, meliputi;


a. Jasa persewaan kamar termasuk
tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel,
serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu
yang menginap; dan
b. Jasa persewaan ruangan untuk
kegiatan acara atau pertemuan di
hotel, rumah penginapan, motel,
losmen dan hostel.

12. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangkamenjalankan


pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), pemberian Ijin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Mau Komplain ?
Kan ada kotak pos 111, jktm
NOTA RETUR atas BARANG KEN
PAJAK yang DIKEMBALIKAN

Pengembalian Barang Kena Pajak dan

Pembuatan Nota Retur

1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) atas penyerahan Barang Kena Pajak yang dikembalikan (retur),
dapat dikurangkan dari PPN dan PPnBIV1 yang terutang dalam masa pajak
yang sama. Pembeli harus membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada
Pengusaha Kena Pajak (PKP) penjual, jika terjadi pengembalian Barang
Kena Pajak (BKP), kecuali diganti dengan MP yang jenisnya, tipenya,
jumiahnya dan harganya sama.

3. Nota Retur paling sedikit mernuat: a. Nomor urut; b. Nomor Seri clan
tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan; c. Nama, alarnat, dan N~
pembeli; d. Nama, alamat, NPWP Penjual, serta nomortanggal pengukuhan
PKP yang menerbitkan Faktur Pajak; e. Macam jenis barang, kuantum, dan
harga jual MP yang dikernbalikan; f. PPNatasBKPyangdikembalikan;
g.PPnBM atas MP yang tergolong mewah yang dikernbalikan; h. Tanggal
pernbuatan Nota Retur; i. Tanda tangan pembeli.

4. Nota Returyang dibuattidak lengkap, tidak dapat


diperlakukan sebagai Nota Retur, sehingga tidak
dapat mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual
atau Pajak Masukan, atau harta, atau biaya bagi
pembeli.
Nota Returdibuat paling sedikit rangkap 2 (dua):
- lembar ke-1 : wntuk PKP penjual
- lembar ke-2: untuk arsip pembeli
Nota Retur harus dibuat dalam Masa Pajak pada
saat terjadinya pengembalian BKP.

7. Bentuk clan ukuran Nota Retur dapat disesuaikan dengan kebutuhan


administrasi pembeli.

Perri^mballan Barang Kena Pajak Yang

Pengembalian Barang Kena Pajak yang terjadi masih dalam Masa Pajak
yang sama dengan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, tidak
harus ditatausahakan sebagai pengembalian BKP, melainkan dapat
ditatausahakan sebagai pembatalan atau perbaikan atas penyerahan berikut
Faktur Pajak yang bersangkutan, clan tidak perlu dibuatkan Nota Retur.
Pelaporan Nota Retur Dalam Surat
Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa
P P N)

Nota Retur yang dibuat oleh pembeli dan yang diterima oleh Pengusaha

Kena Pajak penjual harus dilaporkan dalam SPT Masa PPN, agar dapat

mengurangi PPN/PP~ yang telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN

sebelumnya

1. Pengurangan PPN dan PPnBM oleh PKP penjual dilakukan dalam Masa
Pajak yang sama dengan Masa Pajak dibuatnya Nota Retur.

2. Dalam hal Nota Retur belum dapat diperhitungkan dalam Masa Pajak yang
sama dengan Masa Pajak dibuatnya Nota Retur, maka Nota Retur dapat
diperhitungkan oleh PKP penjual dalam Masa Pajak diterimanya Nota
Returtersebut.

3. Pengurangan PPN dan PPnW, harta, atau pengurangan biaya oleh


pembeli dilakukan dalam Masa Pajak dibuatnya Nota Retur.
Nota Retur Mengurang! Pajak Pertambahan Nilai 1 Harta 1 Biaya
Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena Pajak yang
dikembalikan oleh pembeli mengurangi:

1 . Pajak Keluaran bagi Pengusaha Kena Pajak penjual, sepanjang Faktur


Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut telah dilaporkan dalam
SPT Masa PPN.

2. Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli, sepanjang Pajak


Masukannya dapat dikreditkan dan telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN.

3. Harta atau biaya bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli, dalam hal Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan dan telah dikapitalisasi atau telah
dibebankan sebagai biaya.

4. Harta atau biaya bagi pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak.
Nota Retur Mengurangi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 1 Harta 1 Biaya
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas penyerahan Barang Kena Pajak
Yang Tergolong Mewah yang dikembalikan oleh pembeli mengurangi:

1. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha


Kena Pajak yang menghasilkan dan menyerahkan Barang Kena Pajak Yang
Tergolong Mewah, sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan Barang Kena
Pajak Yang Tergolong Mewah tersebut telah tercantum dalam Faktur Pajak
Standar dan telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai.

2. Harta atau biaya bagi Pengusaha Kena Pajak yang bertindak sebagai
pembeli.

3. Harta atau biaya bagi pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak.

TARIF dan CARA


MENGHITUNG PPN dan PPnBM

Tarif PPN & PPnBM

1. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen)

2.Tarif PPnIBM adalah paling rendah 10% (sepuluhpersen)dan paling tinggi


75% (tujuh puluh lima persen)

3. Tarif PPN dan PPnBM atas ekspor MP adalah 0% (nol persen).

Cara r,"enghitung Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) Dan Paiak Penjualan Atas


Barang Mewah (PPnWO)

PPN clan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak
dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk


menghitung pajak yang terutang, berupa: Jurnlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk sernua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan
potongan harga yang dicanturnkan dalam Faktur PaJak.

2. Penggantian adalah nilai berupa


uang, termasuk sernua biaya yang
.diminta atau seharusnya diminta
oleh pemberi jasa karena
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk pajak yang
dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga
yang dicanturnkan dalam Faktur Pajak.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasa*r penghitungan
Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang

dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan Pabean untulk Impor BKIP, tidak termasuk

P1PN yang dipungut menurut Undang-Undang P1PN.

4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk sernua biaya


yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

5. Nilai lain adalah suatu jurnlah yang ditetapkan sebagai Dasar


Pengenaan Pajak dengan keputusan Menteri Keuangan.
Nillai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
adalah sebagai berikut:

a. Untuk pemakaian sendiri MP dan atau JKIP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

b. Untuk pemberian curna-cuma BKIP dan atau X1P adalah Harga Jual
atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

c. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah


perkiraan Harga Jual rata-rata;

d. URtuk penyerahan film cerita adalah perkirapn hasil rata-rata perjudul film;

e. Untuk persediaan BKIP yang masih tersisa pada saat pernbubaran


perusahaan adalah harga pasar yang wajar;

f. Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan


atau yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang
P1PN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan,
adaiah harga pasarwajar;

g. Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari Harga Jual;

h. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah
10% (sepuluh persen) dari jurnlah tagihan ataujumiahyangseharusnyaditagih;

i. Untukjasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari


jumiahtagihanataujumiahyangseharusnyaditagih;

j. Untuk jasa anjak piutang adalah 5% darijurnlah seluruh imbalan yang


diterima berupa. service charge, provisi, dan diskon;
k. Untuk penyerahan MP dan atau JKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya
dan penyerahan MP dan / atau JKIP antar

cabang adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikur

aingi laba kotor;

1. Untuk penyerahan MP kepada pedagang perantara atau melalui juru


lelang adaiah harga lelang.

Contoh Cara Menghitung PPN dan

PPnBM
1 . PKP 'W' dalam bulan Januari 2005 menjual tunai Barang Kena

PajakkepadaPK'P"B"denganHargaJual Rp.25.000.000,00.

PPNyangterutangyangdipungutolehPKP"A" =
10%xRp.25.000.000,00 = Rp.2.500.000,00

PPN sebesar Rp. 2.500.000,00 tersebut merupakan PajakKeluaran yang


dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak "A".

2. PKP "B" dalam bulan Pebruari 2005 melakukan penyerahan Jasa

Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian sebesar Rp.


15.000.000,00. PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP "B"
=10%xRp.15.000.000,00 = Rp.1.500.000,00

.PPN sebesar Rp. 1.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang


dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak T".

3. Pengusaha Kena Pajak "C" mengimpor Barang Kena Pajak dari

luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor sebesar Rp.


35.000.000,00 PPN yang dipungut meialui Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai = 10% x Rp. 35.000.000,00 = Rp. 3.500.000,00

4. Pengusaha Kena Pajak "D" mengimpor Barang Kena Pajak 'W'

yang tergolong Mewah dengan Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00.


Barang Kena Pajak 'W' yang tergolong Mewah tersebut selain dikenakan PPN
juga dikenakan PPnBM misainya dengan tarif 20%.

Penghitungan PPN dan PPn8M yang terutang atas impor Barang Kena Pajak
yang tergolong Mewah tersebut adalah:

a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00


b.PPN=10%xRp.50.000.000,00= Rp.5.000.000,00
c.PPnBM=20%xRp.50.000.000,00= Rp.10.000.000,00

Kemudian PKP "D" menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian
dari suatu BKP 'Y' yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan
PPnBM dengan tarif misainya 35%.

Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP 'W' yang diimpor tersebut
tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat
ditambahkan ke dalam harga BKP 'Y' yang dihasilkan oleh PKP "D" atau
dibebankan sebagai biaya.

Misainya PKP "D" menjual BKP 'Y' yang dihasilkannya kepada PKP "E"
dengan harga jual Rp. 150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPn BM
yang terutang adalah:

a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00


b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00

c. PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000,00

PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan
Pajak Masukan bagi PKP "D" dan PPN sebesar Rp. 15.000.000,00
merupakan Pajak Keluaran bagi PKP "D". Sedangkan PPnBM sebesar Rp.
10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar
Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP T".
FAKTUR PAJAK

~1~1

11
i

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), atau bukti pungutan pajak karena impor
Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea clan Cukai.
Faktur Pajak dapat berupa Faktur Pajak Standar, Faktur Pajak Sederhana,
atau dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak Standar dan
Faktur Penjualan yang dapat dipersamakan dengan Faktur Pajak Standar.

C.

Faktur Pajak Standar

Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang dibuat oleh Pengusaha
KenaPajakdenganketentuansebagai berikut: a. Bentuk clan ukuran Faktur
Pajak Standar disesuaikan dengan kepentingan PKP. b. Setiap Faktur Pajak
Standar harus menggunakan Kode Faktur Pajak yang diberikan oleh Kepala
KPP kepada Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai PKP. Dalam Faktur
Pajak Standar harus dicanturnkan keterangan tentang penyerahan BKP atau
penyerahan JKP yang paling sedikit mernuat: 1) Nama, aiamat, NPWP yang
menyerahkan BKP atau JKP; 2) Nama, alamat, clan NPWP pernbeli BKP
atau penerima JKP; 3) Jenis barang atau jasa, jurnlah Harga Jual atau
Penggantian, clan potongan harga; 4) PPN yang dipungut; 5) PPn BM yang
dipungut; 6) Kode, nomor seri clan tanggal pernbuatan Faktur Pajak; clan 7)
Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
d. Faktur Pajak Standar paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu:

- Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP atau Penerima JKP sebagai bukti
Pajak Masukan.

- Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar


sebagai bukti Pajak Keluaran.

Dalam hal Faktur Pajak Standar dibuat lebih dari rangkap dua, maka harus
dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang
bersangkutan.

Dalam hal rincian BI(P atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung
dalam satu Faktur Pajak, maka PKP dapat membuat Faktur Pajak dengan
cara:

- Dibuat lebih dari satu Faktur Pajak yang masing-masing menggunakan kode
dan nomor seri Faktur Pajak yang sama ditandatangani setiap lembarnya,
dan khusus untuk pengisian baris harga jual / penggantian 1 uang muka 1
termijn, potongan harga. Uang muka yang telah diterima, Dasar Pengenaan
Pajak, dan PPN cukup diisi pada lembar Faktur Pajak terakhir; atau

- Dibuat satu Faktur Pajak asalkan menunjuk nomor dan tanggal Faktur
Penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut merupakan
lampiran Faktur Pajak yang tidak terpisahkan.

Sebelum PKP menerbitkan Faktur Pajak Standar diharuskan melaporkan


Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang akan digunakan kepada Kepala KPP
di tempat PKP dikukuhkan.

g. Faktur Penjualan yang mernuat keterangan dan yang pengisiannya


sesuai dengan ketentuan pada huruf c di atas dapat dipersamakan sebagai
Faktur Pajak Standar.

PKP yang menggunakan Faktur Penjualan sebagai Faktur Pajak Standar


harus memberitahukan kepada Kepala KIPP di tempat PKP dikukuhkan untuk
mendapatkan Kode Faktur Pajak.

Atas Faktur Pajak Standar yang cacat, atau rusak, atau salah diiam
pengisian, atau penulisan, atau yang hilang, PKP yang menerbitkan Faktur
Pajak Standar tersebut dapat membuat Faktur Pajak Standar Pengganti.

Faktur Pajak Sederhana


Faktur Pajak Sederhana adalah bukti pungutan pajak yang dapat dibuat oleh
PKP dalam hal PKP yang melakukan penyerahan BKID dan atau JKP yang
dilakukan secara langsung kepada konsumen abir, dan penyerahan BW clan
atau JKP kepada pembeli BW atau penerima JKP yang tidak diketahui
identitasnya secara lengkap.

Pembuatan Faktur Pajak Sederhana harus memenulhi ketentuan sebagai


berikut:

a. Faktur PajakSederhana paling sedikitharus mernuat;

*Nama, alamat, dan NPWPyangmenyerahkanBKPdanatau JKP;

Jenis dan kuantum BKIP dan atau JKP yang diserahkan;

• Jumlah Harga Jual atau Penggantian yang sudah termasuk PPN atau
besarnya PPN dicantumkan secara terpisah.,

• Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana.

b. Bentulk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa bon kontan, Faktur

Penjualan, segi cash register, karcis, kuitansi atau tanda bukti


penyerahan/pembayaran lain yang sejenis.

c. Faktur Pajak Sederhana dibuat sekurang-kurangnya dalam


rangkap dua:

- Lembar ke-1 : Untulk pembeli BKPI penerima JKP.

- Lembar ke-2: Untuk arsip PKP yang bersangkutan.

Faktur Pajak Sederhana dianggap telah dibuat rangkap dua atau lebih dalam
hal Faktur Pajak Sederhana tersebut dibuat dalam satu lembar yang terdiri
dari dua atau lebih bagian atau potongan yang disediakan untuk disobek atau
dipotong, seperti yang terjadi pada karcis.

d. Faktur Pajak Sederhana tidak dapat digunakan oleh pembeli BKIP

atau penerima JKP sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan.

e. Faktur Pajak Sederhana yang tidak memenuhi kriteria huruf

a, merupakan Faktur Pajak yang tidak lengkap.

f. Faktur Pajak Standar yang diisi tidalk lengkap bukan merupakan


Faktur Pajak Sederhana.

Dokumen Tertentu YangDitetapkan Sebagai Faktur Pajak Standar

Dokumen tertentu yang diperlakulkan sebagai Faktur Pajak Standar paling


sedikit harus memuat: a. Identitas yang berwenang menerbitikan dokumen; b.
Nama dan aiamat penerima dokumen; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dalam hal penerima dokumen adalah sebagai WP Dalam Negeri; d. Jurnlah
satuan barang apabila ada; e. Dasar Pengenaan Pajak;

f. iumiahpajakyangterutangkecualidalamhalekspnr.

Dokumen-dokumen tersebut di bawah ini sepanjang memenuhi persyaratan


sebagaimana tersebut di atas diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar,
yaitu:

a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri Surat Setoran Pajak dan
atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
impor Barang Kena Pajak;

b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat rnuat oleh pejabat
yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan
invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidakterpisahkan dengan PEB
tersebut;

c. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat 1 dikeluarkan oleh


BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

d. Faktur Nota Bon Penyerahan (FNBP) yang dibuatl dikeluarkan oleh


Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM;

e. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekornunikasi;

f. Ticket, Taghan Surat Muatan Udara (AirwayBill),atau Delivery Bill, yang


dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

g. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas


pernanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean;

h. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa


kepelabuhan;

i. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik.

Larangan Membuat Faktur Pajak

Orang Pribadi atau Badan yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Paiak dilarang membuat Faktur Paiak.
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PMAK
dan TATA CARA PENGGANTIAN
dan PEMBETULAN FAKTUR PMAK STANDAR

Saat Pembuatan Faktur Pajak

aktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat :

Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dan atau penyerahan keseluruhan Jasa Kena Pajak (JKP) dalam hal
pembayaran diterima setelah bulan penyerahan MP dan atau penyerahan
keseluruhan XP, kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya
maka Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat pada saat penerimaan
pembayaran; atau

Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran


teriadi sebelum penyerahan MP clan atau sebelum penyerahan JKP; atau

Pada saat pembayaran termijn dalam hal penyerahan sebagian tahap


pekerjaan; atau

Pada saat Pengusaha Kena Pajak (PKIP) rekanan menyampaikan tagihan


kepada Pemungut PPN.

Saat Pembuatan FakturPajak Gabungan


Faktur Pajak Gabungan yang merupakan Faktur Pajak Standar harus
dibuat paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan MP dan atau JKP

Saat Pernbuatan Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak Sederhana harus dibuat pada saat:

• PenyerahanBKPdanatausaatpenyerahanJKPatau

• Pada saat pembayaran apabila pembayaran diterima sebelum


penyerahan BKP dan atau JKP.

Tata Cara Penggantian Faktur Pajak Standar Yang Hilang

Atas Faktur Pajak Standar yang hilang dapat dilakukan penggantian dengan
cara sebagai berikut:
PKP Pembeli atau penerima JKP dapat mengajukan permohonan tertulis
kepada PKP Penjual atau pemberi JKP dengan tindasan kepada KPP
setempat dimana PKP Pembeli atau Penerima JKP dikukuhkan maupun
kepada KPP di tempat PKP Penjual atau pemberi JKP dikukuhkan.

Berdasarkan permohonan dari PKP Pembeli atau penerima XP, PKP Penjual
atau pemberi JKP membuat copy dari arsip Faktur Pajak Standar yang
disimpan oleh PKP Penjual atau pemberi JKP untuk dilegalisiroleh KPP
tempat PKP Penjual atau pemberi JKP dikukuhkan.

Copy dibuat rangkap 2 (dua) yaitu:

- Lembar ke - 1 : Diserahkan ke PKP Pembeli atau penerima jasa


meialui PKP Penjual atau pemberi XP, sebagai pengganti Faktur Pajak
Standar yang hilang.

- Lembarke-2:arsipKPPyangbersangkutan

Legalisir diberikan olehKPP tempatPKPPenjualataupemberiJKP dikukuhkan


setelah meneliti arsip Faktur Pajak dan Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT
Masa PPN) dari PKP Penjual atau pemberi JKP tersebut.

KPP tempat PKP Pembeli atau penerima JKP dikukuhkan, wajib melakukan
penelitian atas SPT Masa PPN dari PKP Pembeli atau penerima JKP untuk
meyakinkan bahwa Faktur Pajak yang dilaporkan hilang tersebut telah
dikreditkan sebagai Pajak Masukan.

A lq
Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak

Standar Yang Rusak Atau Cacat Atau

Salah Dalam Pengisian Atau Salah Dalam

Penulisan

Atas permohonan PKP pembeli atau penerima JKP atau atas kemauan
sendiri terhadap Faktur Pajak yang rusak, cacat, salah dalam pengisian atau
salah dalam penulisan, PKP Penjual atau pemberi JKP dapat
membuatFakturPajakStandar pengganti.

Pembetulan Faktur Pajak Standartidakdiperkenankan dengancara


menghapus, mencoret atau dengan cara lain, selain dengan cara membuat
Faktur Pajak Standar Pengganti.

Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti dilaksanakan seperti hainya


pernbuatan Faktur Pajak Standar biasa.
Faktur Pajak Standar Pengganti diisi berdasarkan keterangan yang
seharusnya dan dilampiri dengan Faktur Pajak Standar yang rusak atau cacat
atau salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan tersebut.

Pada Faktur Pajak Standar pengganti dibubuhkan cap yang mencanturnkan


Nomor Seri, Kode dan tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti tersebut.

Faktur Pajak Standar Pengganti dilaporkan dalam SIPT Masa PPN pada
Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak
Standar yang diganti.

Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti mengakibatkan adanya


kewajiban untuk membetulkan SPT Masa PPN pada Masa Pajak terjadinya
kesalahan pernbuatan Faktur Pajak Standar tersebut.

Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Sehubungan Dengan


Pembayaran Dalam Mata Uang Asing Oleh Pemungut

1. PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak Standar pada saat


melakukan penagihan kepada Pemungut PPN dengan menggunakan kurs
yang beriaku menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan pada saat
pembuatan Faktur Pajak;

Besarnya PPN yang terutang harus dikonversi ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang berlaku menurut Surat Keputusan Menteri
Keuangan pada saat dilakukan pembayaran oleh Pemungut PPN.

3. Dalam hal kurs dalam butir 1 berbeda dengan kurs dalam butir 2,
pemungut PPN membetulkan Faktur Pajak Standar dalam butir 1 dengan
menyesuaikan jumiah uang, baik Dasar Pengenaan Pajak maupun PPN dan
PPnBM yang terutang dengan mencoret angka yang akan diperbaiki dan
mencantumkan angka yang seharusnya serta membubuhkan paraf disamping
angka yang diperbaiki tersebut (tidak boleh dihapus atau di tipp-ex).

TATA CARA PEMBAYARAN dan


PELAPORAN PPN dan PPnBM

Yang Wafib Membayar/Men etor dan Melapor PPN/PPnBM


1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

2. Pemungut PPN/P1PnW, adalah:

- Kantor Pelayanan Perbenclahaman


Negara (KPIDN)
- Bendaharawan Pernerintah Pusat
clan Daerah
- Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Yang Wajib Disetor
1. Oleh PKP adalah:
a. PPN yang dihitung sendiri meialui pengkreditan Pajak Masukan clan
Pajak Keluaran. Yang disetor adalah selisih Pajak Masukan clan Pajak
Keluaran, bila Pajak Masukan lebih kedl dari Pajak Keluaran.
b. PPnBM yang dipungut oleh PKP Pabrikan Barang Kena Pajak (BKP)
yang tergolong mewah.
c. PPN 1 P1PnBM yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), clan Surat TagMan Pajak (STP).

.0leh Pemungut P1PN/P1DnBIV1 adalah P1PN/PPnBIV1 yangdipungutoleh


Pemungut PPN/ PPnBM
Tempat Pembayaran 1 Penyetoran Pajak

1. Kantor Pos clan Giro


2. Bank Pernerintah, kecuali BTN
3. Bank Pembangunan Daerah
4. Bank Devisa
5. Bank-bank lain penerima setoran pajak
6. Kantor Direktorat Jenderal Bea clan
Cukai, K1hususuntukimpor tanpaLKP

Salat PembayaraniPenyeturai, PPINIPPrP IMI

1. P1PN clan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKIP harus disetorkan paling
lambat tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah bulan Masa Pajak.

ContohMasa Pajak Januari 2005, penyetoran paling lambat tanggal 15


Pebruari 2005.

2. P1PN clan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, clan STP
harusdibayar/disetorsesuaibataswaktuyangtercantumdalamSKPKB, SKPKBT,
clan STP tersebut.

3.PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersarnaan dengan saat

pembayaran Bea Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditundal


dibelbaskan, harus d ilu nasi pada saat penyelesaian doku men 1 mpor.

4. P1PN/P1Pn13M yang pemungutannya dilakukan oleh:


a. Bendaharawan Pemerintah, harus disetor paling lambattanggal 7 bulan
takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Culkai yang memungut P1PN 1 PPnBM atas
Impor, harus menyetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan
pajakdilakukan.

5. P1PN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik


(BULOG), harus dilunasi sendiri oleh PIKIP sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang (D.0) ditebus.
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran jatuh pada hari
libur, maka pembayaran atau penyetoran dapat dilaksanakan pada hari kerja
berikutnya.
Saat Pelaporan PPN/PPnBM

1. PPN clan P1Pn13M yang dihitung sendiri oleh PIKIP, harus dilaporkan
dalam
SIPT Masa clan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat
paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
2. P1PN dan PPnBM yang tereantum dalam SKIPKI3, SKIPKI3T, dan STP
yang telah dilunasi segera dilaporkan ke KIPIP yang menerbitkan.
3. P1PN dan P1Pn13M yang pemungutannya dilakukan
a. Bendaharawan Pemerintah harus dilaporkan paling lambat201han setelah
bulan dilakukannya pembayaran atas tagihan.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Culkai atas Impor, harus dilaporkan secara
mingguan selambat-lambatnya 7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak
berakhir.
.4. Untulk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM
dihitung sendiri oleh PKIP, harus dilaporkan dalam SIPT Masa clan
disampaikan kepada KIPIP setempat paling lambat 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.
Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, maka pelaporan
harus dilaksanakan pada hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.
Sarana Pernbayaran'/Penyetoran

1. Untuk membayar/menyetor P1PN dan P1Pn13M digunakan formulir Surat


Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan
Kantor-kantor Penyuluhan clan Pengamatan Potensi Perpajakan (KIP4) di
seluruh Indonesia.

2. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap clan sah bila jumiah PPN/ PPn
BM yang disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam Daftar
Nominatif Wajib Pajak (DNWIP) yang dibuat oleh Bank penerima
pembayaran, Kantor Pos clan Giro, atau Kantor Direktorat Jenderal Bea clan
Cukai penerima setoran.

PENGUSAHA KENA PAJAK


PEDAGANG ECERAN

Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran (PKP PE) terdiri dari:

Pedagang Eceran yang menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto adalah Pengusaha Orang Pribadi dengan jumiah

peredaran bruto dan atau penerimaan bruto selama 1 (satu) tahun buku

tidak lebih dari Rp600.000.000,00 (enam ratusjuta rupiah); dan


Pedagang Eceran Selain Yang Menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto adalah Pengusaha Orang Pribadi dan atau Badan

yang menyelenggarakan pembukuan,

Kegiatan usaha atau pekerjaan utama yang dilakukan oleh Pedagang Eceran
yaitu dengan cara:

a. Menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) meialui suatu tempat

penjualan eceran seperti toko, kios, atau dengan cara penjualan yang
dilakukan langsung kepada konsumen akhir, atau dengan cara penjualan dari
rumah ke rumah;

b. Menyediakan MP yang diserahkan di tempat penjualan secara eceran

tersebut; dan

c. Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan

penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak atau lelang dan pada


umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada umumnya datang ke tempat
penjualan tersebut langsung membawa sendiri MP yang dibelinya.

Pencgukuhan Pengusaha Kena Pajak


ngul
Pedagang Eceran

Pedagang Eceran yang jurnlah peredaran BKPnya telah melebihi Rp.


600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) wajib melaporkan usahanya ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan
dilampauinya batas nilai peredaran BKP.

Dalam hal pengusaha tersebut tidak melaporkan usahanya untulk dikukuhkan


sebagai PKP, maka KPP yang bersangkutan dapat menerbitkan keputusan
pengukuhan secara jabatan.

Penghitungan Pajak.P,ertambahan Nilai

1. Pedagang Eceran yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan


Netto dapat menggunakan Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan untuk
menghitung besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, dengan cara
sebagai berikut:
- Pajak Keluaran (PK) = Nilai Peredaran Bruto clan atau Penerimaan Bruto
yang terutang PPN pada masa pajak yang bersanghtan (tidak termasuk PPN)
x Tarif PPN 10%.

- Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan adalah Untuk penyerahan


BKP oleh Pedagang Eceran dengan Norma Penghitungan Penghasilan

Netoadalah80% x PajakKeluaran

Contoh: Nilai Peredaran Bruto BKP masa Juli 2002 (tidak termasuk PPN) =
Rp.

40.000.000,-
PK 10% x Rp 40.000.000,- Rp. 4.000.000,-
PM yang dapat

dikreditkan 80%xRp 4.000.000,- Rp. 3.200.000,-

PPN yang terhutang

Rp. 800.000,-

Catatan: PKP wajib membuat catatan nilai peredaran bruto dan atau
peneriman bruto yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak.

2. PKP Pedagang Eceran selain yang menggunakan Norma Penghitungan


Penghasilan Neto wajib menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak
Masukan terhadap Pajak Keluaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kah diubah
terakhirdengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. PPN yang terutang =
Harga jual atas penyerahan barang dagangan x Tarif PPN 10%.

Sijrat Pemberitahuan Masa PPN (SPT MasaPPN)

PKP Pedagang Eceran yang


menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dan selain yang

menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Netto yang melakukan penyerahan BKP:

a. Wajib mengisi SPT Masa PPN


beserta lampirannya (formulir 1195)
dan melaporkannya ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) tempat PKP
PE dikukuhkan; dan

b. Wajib membuat Faktur Pajak, memungut dan .menyetor pajak yang t e


r u t a n g s e r t a melaporkannya pada SPT MasaPPN.

Slip Cash Register atau Segi Cash Register yang dibuat dapat diperlakukan
sebagai Faktur Pajak Sederhana.

Apabila harga jual MP sudah termasuk PPN, Slip Cash Register atau Segi
Cash Register wajib diberi keterangan "untuk BKP harga sudah termasuk
PPW.

Pencantuman alamat Pedagang Eceran pada Slip Cash Register atau Segi
Cash Register dapat disingkat.

PPN atas PENYERAHAN


EMAS PERHIASAN oleh
TOKO EMAS PERHIASAN

Pengusaha Toko lErnas Perhiasan adalah orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha di bidang penyerahan emas perhiasan, berdasarkan pesanan
maupun penjualan langsung, baik produksi sendiri maupun pihak lain yang
memiliki karakteristik pedagang eceran.

Emas Perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya


sebagian atau seluruhnya dari emas dan atau logam mulia lainnya, termasuk
yang dilengkapi dengan batu permata clan atau bahan lain yang melekat atau
terkandung dalam emas perhiasan tersebut;

Harga Jual Emas Perhiasan adalah nilai berupa uang, termasuk sernua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha Toko Emas

Perhiasan karena penyerahan emas perhiasan, tidak termasuk Pajak


Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut clan potongan harga yang
dicanturnkan dalam Faktur Pajak.

Kegiatan yang dilakukan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan meliputi; a.


Membuat dan atau menjual emas perhiasan;

b. Membuat emas perhiasan berdasarkan pesanan;

c. Menyuruh orang lain untuk membuat emas perhiasan yang akan dijual; d.
Jual beli emas perhiasan;

e. Jual beli emas perhiasan dengan batu permata;


f. Memperbaiki dan memodifikasi emas perhiasan;

g. Jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas perhiasan.


Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak,

Penyerahan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan


terutangPPNsebesarlO%darihargajualemasperhiasan.

Yang Perlu Dilakukan Oteh Pengusaha Toko Emas Perhiasan

- Pengusaha Toko Emas Perhiasan wajib melaporkan usahanya untuk


dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

- Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang melakukan penyerahan emas


perhiasan wajib membuat Faktur Pajak, memungut, dan menyetor Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang, ser-ta melaporkannya pada Surat
Pemberitahuan Masa PPN.

Penghitungan PPN Yang Terutang

Penghitungan PPN yang terutang dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:


Menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan PPN dengan cara
sebagai berikut: a. PPN yang terutang atas penyerahan emas perhiasan oleh
Pengusaha Toko Emas Perhiasan adalah 10% X Harga Jual Emas
Perhiasan;

b. Jurnlah PPN yang harus dibayar oleh Pengusaha Toko Emas

adalah 10% X 20% Xjurnlah seluruh penyerahan emas perhiasan.

- Pajak Masukan berkenaan dengan penyerahan Emas Perhiasan

yang dilakukan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang menggunakan


Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak tidak dapat dikreditkan;

- Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang memiliki lebih dari satu

tempat penjualan clan salah satu tempat penjualan tersebut menggunakan


Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP), maka sernua tempat
penjualan yang lain wajib menggunakan Nilai Lain sebagai DPP dan
penyerahan emas perhiasan antar tempat penjualan tidak terutang PPN.

Menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan (PM) clan Pajak

Keluaran (PK).

- Untuk menghitung PPN yang terutang wajib menggunakan mekanisme


pengkreditan PM terhadap PK sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai clan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000.
- Wajib memberitahukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
temnat PKP dikukuhkan.

Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT

lif~~a

~ MasaPPN)

Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang menggunakan mekanisme


pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, wajib menggunakan
formulir SPT Masa PPN beserta lampiran-lampirannya dan harus
memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Toko Emas
Perhiasan dikukuhkan.

Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang memilih menggunakan Nilai Lain


sebagai Dasar Pengenaan Pajak diwajibkan mengisi SPT Masa PPN dan
tidak diperkenankan menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan.

PPN atas JASA PERSEMAN


RUANGAN

Jasa Persewalan Ruangan

Jasa persewaan ruangan termasuk daiarn jenis jasa persewaan


barang tak
gerak yang atas penyerahannya dikenakan Pajak Pertambahan Nilai,
kecuali jasa persewaan ruangan di bidang perhotelan tidak dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai.
Jasa di bidang perhotelan yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai
meliputi:

a. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah


penginapan, motel, losmen, hostel,

serta fasilitas yang terkait dengan


kegiatan perhotelan untuk tamu
yang menginap;

b. Jasa persewaan ruangan untuk


kegiatan acara atau perternuan di
hotel, rumah penginapan, motel,
losmen dan hostel.
Jasa persewaan ruangan yang atas
penyerahannya dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai selain jasa di
bidang perhotelan antara lain:

a. Jasa persewaan ruangan untuk C0


m
perkantoran; m

b. Jasa persewaan ruangan untuk -0


a
z
tempat usaha atau pertokoan;

c. Jasa persewaan ruangan untuk


tempat tinggal, apartemen, flat;

d. Jasa persewaan ruangan untuk


perternuan (convention hall);

e. Dan lain - lain jasa persewaan

ruangan sejenisnya.

Yang Perlu Dilakukan Oleh Pengusaha

lj

. Jasa Persewaan Ruangan

Pengusaha Jasa Persewaan Ruangan selain di bidang perhotelan yang


selama satu tahun buku melakukan penyerahan jasa persewaan ruangan
dengan nilai peredaran bruto lebih dari Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah), wajib:

- Mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk


dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak;

- Memungut, menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang


terutang.

Menghitung PPN Atas Jasa Sewa Ruangam.--


PPN yang terutang atas jasa persewaan ruangan dihitung dengan cara
mengalikan Tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak. Tarif PPN = 10%
Dasar Pengenaan Pajak atas jasa persewaan ruangan adalah sebagai
berikut:

a. Dasar Pengenaan Pajak atas sewa ruangan adalah jumlah penggantian


atau imbalan atau nilai sewa ruangan dalam keadaan kosong yang diminta
atau seharusnya diminta oleh PKP yang menyewakan ruangan, tidak
termasuk service charge. PPN yang terutang adalah: 10% x Jumlah Nilai
Sewa

b. Dasar Pengenaan Pajak atas service charge adalah: i.


Penggantianyaknisebesarnilaitagihan ii. Jumlah service charge yang diminta
oleh Pengusaha Kena Pajak yang menyewakan ruangan.

Service charge, yaitu imbalan atas jasa yang menyebabkan ruangan yang
disewa tersebut dapat dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh
penyewa. Service charge dapat terdiri dari biaya listrik, air, keamanan,
kebersihan, dan biaya administrasi. PPN yang terutang adalah 10% x Jurnlah
Service Charge.

Pengkreditan Pajak

a. Bagi PKP yang menyewakan ruangan dapat mengkreditkan PPN (Pajak


Masukan) yang dibayar atas perolehan barang dan jasa untuk pengoperasian
gedung atau ruangan yang disewakan.

b. Bagi Rhak yang menyewa ruangan:

1 ) Apabila penyewa adalah PKP, maka PPN (Pajak Masukan) yang dibayar
atas ruangan yang disewa merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan, sepanjang Faktur Pajaknya berupa Faktur Pajak Standar.

2) Apabila ruangan yang disewa mempunyai fungsi ganda misainya


digunakan untuk tempat usaha dan tempat tinggal, maka Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan adalah sebanding dengan bagian
ruanganyangdigunakanuntuktempatusaha.

Misainya bangunan yang disewa terdiri dari tiga lantai, lantai satu digunakan
untuk pertokoan, selebihnya digunakan untuk tempat tinggal. PPN (Pajak
Masukan) yang dapat dikreditkan adalah sebanding dengan luas ruangan
(bangunan) yang digunakan untuk tempat usaha yaitu sepertiga dari jumlah
PPN (Pajak Masukan) yang
dibayaratasruangan(bangunan)yangdisewatersebut.

.0
PPN atas KEGIATAN
MEMBANGUN SENDIRI

Kegiatan Membangun Sendiri Yang

Dikenakan PPN

Kegiatan membangun sendiri

dikenakan PPN apabila :,

1. Membangun sendiri tersebut dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau


pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan oleh pihak lain.

2. Bangunan yang dibangun sendiri diperuntukkan bagi tempat tinggal atau


tempat usaha.

Bangunan untulk tempat tinggal .adalah bangunan atau konstruksi yang


semata-mata diperuntukkan bagi tempat tinggal (tidak termasuk fasilitas olah
raga atau fasiNtas lain).

Bangunan untuk tempat usaha adalah keseluruhan bangunan atau konstruksi


yang diperuntukkan bagi tempat usaha termasuk seluruh fasilitasyangada.

3. Luas bangunan 200 m2 atau lebih clan bersifat permanen yang berlaku
sejak tanggal 1 Juli 2002. Bangunan permanen adalah bangunan yang
konstruksi utamanya terdiri dari beton danlatau kayu tahan lama danlatau
bahan lain yang umur bangunannya lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun.

1. Kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN sebesar 10 % (sepuluh


persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.

2. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri

ta~dalah 40% (empat puluh persen) dari jurnlah biaya yang dikeluarkan dan
atau dibayarkan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

3. Termasuk dalam pengertian jurnlah biaya yang dikeluarkan clan

atau dibayarkan untuk membangun sendiri adalah juga jurnlah PPN yang
dibayar atas perolehan bahan clan jasa untuk kegiatan membangun sendiri
tersebut.

Saat dan Tempat Pajak Terutang,

1 . Saat yang menentukan P1PN terutang adalah saat dimulainya


secara fisik kegiatan membangun sendiri (menggali fondasi, memasang tiang
pancang clan lain-lain).

2. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap

dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu


antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari

2 (dua) tahun.

3. Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah

di tempat bangunan tersebut didirikan.

. Penyetoran dan Pelaporan

1.PPNyangterutangsebesarlO%x40%dari seluruhbiayayang dikeluarkan clan


atau dibayarkan, harus disetorkan seluruhnya dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP) atas narna orang pribadi atau badan yang
melaksanakan kegiatan

membangun sendiri ke Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal
15 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaran biaya tersebut.

Dalam hal kegiatan membangun sendiri dilakukan oleh PKIP, PPN yang
tercantum dalam SSP tersebut tidak dapat dikreditkan dengan Pajak
Keluaran, karena pembayaran P1PN tersebut merupakan pembayaran PPN
untuk kegiatan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan PKP yang
bersangkutan.

2. Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun

sendiri waiib melaporkan pada KPP di tempat bangunan tersebut

berada dengan mempergunakan SSP lembar ke tiga bukti

setoran P1PN paling lambat tanggal 20 pada bulan dilakulkannya penyetoran.

Kegiatan Membangun Sendiri Di Kawasan

Real Estat .

1. Membangun sendiri pada kawasan Real Estat di atas tanah yang diperoleh
sesudah 31 Desember 1994, tidak dikategorikan sebagai membangun sendiri,
tetapi dianggap dibangun oleh Real Estat. Karena

pada dasarnya Real Esta


tidak boleh menjual
tanah. Dengan demikian
kegiatan membangun

sendiri pada kawasan Real Estat di atas tanah yang diperoleh sebelum 1
Januari 1995 masih dapat dikategorikan sebagai kegiatan membangun
sendiri.

Dalam hal ini perlakuan PPINI-nya sama dengan kegiatan membangun


sendiri bukan di dalam kawasan Real Estat.

2. Dalam hal perolehan tanah kaviing pada kawasan Real Estat

terjadi sesudah tanggal 1 januari 1995, maka:

- Kegiatan membangun sendiri oleh pernilik kaviing, dianggap

dibangun oleh PKID Real Estat.

- Dasar Pengenaan Pajak adalah sebesar nilai bangunan (tidak termasuk


harga tanah) yang dihitung oleh PKIP Real Estat seandainya rumah
tersebutdibangun oleh PKP Real Estat.

- Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pernilik kaviing


sehubungan dengan pembangunan rumah tersebut, dilaporkan
kepada PIKP Real Estat setiap bulan clan dianggap sebagai

pembayaran termin. Berdasarkan laporanpemilikkaviing,PKP Real Estat


harus memungut PPN yang terutang kepada pemilik

kaviing, kemudian menyetor clan melaporkannya dalam SPT

Masa PPN pada bulan yang bersangkutan.

- Apabila rumah tersebut telah selesai dibangun, PKP Real Estat harus
menentukan nilai bangunan rumah tersebut sesuai dengan patokan harga
yang berlaku.

Dalam hal nilai bangunan yang dihitung oleh PKP Real Estat lebih besar dari
jumiah biaya yang telah dilaporkan oleh pemilik kaviing, maka atas selisih
tersebut harus dipungut PPN, disetor clan dilaporkan oleh PKP Real Estat
dalam SPT Masa PPN bulan yang bersangkutan.

- Apabila patokan harga bangunan yang beriaku lebih kedl daripada jumlah
biaya yang dilaporkan maka DPP yang dipakai adalah jumiah biaya yang
dilaporkan oleh pemilik kaviing tersebut, clan atas selisih tersebut tidak dapat
direstitusi.

- Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
yang digunakan untuk membangun rumah tersebut tidak dapat dikreditkan.

Wujudkan
Masyarakat
Sadar dan Peduli Pajak

PPN yang DIBEBASKAN atas


IMPOR dan atau PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK TERTENTU
yang BERSIFAT STRATEGIS

1
1. Barang modal berupa mesin clan peralatan pabrik, baik dalam

keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, dimana


importersebut:

a. Diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena


Pajak
b. Di imporoleh Pengusaha Kena Pajakyang menghasilkan Barang Kena
Pajak tersebut.
c.Tidak dipindahtangankan atau digunakan tidak sesuai dengan tujuan
semula, baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sejak impor clan atau perolehan

Catatan: Apabila pada butir (c) diatas temyata tidak dipenuhi maka PPN yang
telah dibebaskan tetap wajib dibayar dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak
barang modal tersebut dialihkan penggunaannya atau dipindahkan,
sedangkan PPN yang telah dibayarkan tidak dapat dikreditkan.

2. Makanan ternak, unggas, dan ikan clan atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas, clan ikan;

3.Bibit clan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,


peternakan, penangkaran, atau perikanan.
Penyerahan Barang Kena Paiak Tertentu
yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan

1. Barang modal berupa mesin clan peralatan pabrik, baik dalam keadaan

terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, dimana

penyerahan tersebut:
a. Diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena
Pajak.

b. Di serainkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena


Pajak tersebut.

c. Tidak dipinclaintangankan atau digunakan tidak sesuai dengan tujuan


semula, baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak impor clan atau perolehan;

2. Makanan ternak, unggas, clan ikan clan atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas, clan ikan;

3. Barang hasil pertanian yaitu barang hasil pertanian yang dipetik langsung,
diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk hasil
pemrosesannya yang dilakukan dengan cara: - Dikeringkan dengan cara
dijemuratau dengan cara lain; - Dirajang; - Diasinkan atau digarami; -
Dibekukan atau didinginkan; - Dipecah; - Dicuci atau disucihamakan; -
Direndam, direbus; - Disayat, dikupas, dibelah; - Diperam; - Digaruk; -
Pemisahan darl kulit atau biji atau pelepah; atau - Dikemas dengan cara
sangat sederhana untuk tujuan melindungi barang yang bersangkutan, yang
diserahkan oleh petani atau kelompok petani.

4. Bibit clan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,


peternakan, penangkaran, atau perikanan;

5. Air bersih yang dialirkan melalui pipa termasuk air bersih yang diserahkan
dengan cara lain seperti penyerahan melalui mobil tangki air, oleh
Perusahaan Air Minum milik Pemerintah dan atau Swasta;

6. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya diatas 6600 watt.

PPN yang DOEBASKAN atas


3

IMPOR dan atau PENYERAHANN


BARANG dan JASA KENA PMLAK
TERTENTU

M---M:i! ~ :: i

5
Penyerahan
atau Jasa Kena Pajak Tertentu yang
Dibebaskan PPN

Pemberian fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor


dan atau penyerahan Barang Kena Pajak (IBIKP) tertentu clan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu diatur dalam Pasal 16B Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang clan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 bertujuan
untulk lebih menunjang keberhasilan sektor-sektor kegiatan ekonomi yang
berprioritas tinggi dalarn skala nasional, mendorong perkembangan dunia
usaha, dan meningkatkan daya saing, mendukung ketahanan nasional serta
memperlancar pembangunan nasional.

Impor Barang Vang Dibebaskan PPN

1 . Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat
angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan
patroli, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta sukuu cadangnya yang
diimpor oleh Departemen Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI),
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) atau oleh phalk lain yang
ditunjuk oleh Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI untulk melakukan
impor tersebut, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam
negeri, yang diimpor oleh PT. (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam
pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan,
TNI atau POLRI;

2. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi


Nasional (PIN);

3. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;

4. Kapal laut, kapal angkutan sungai kapal angkutan danau, kapa; angkutan
penyeberangan ' Kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal
tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau

Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,


Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan
Penyelenggara Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional,
sesuai dengan kegiatan usahanya;

5. Pesawat udara clan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau
alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan
yang diimpor clan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional, clan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka
pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat udara kepada Perusahaan
Angkatan Udara Niaga Nasional;

Kereta api clan suku cadang

serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang


diimpor clan digunakan oleh PT. (PERSERO) Kereta Api Indonesia, clan
kornponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh PT.
(PERSERO) Kereta Api Indonesia, yang digunakan untuk pernbuatan kereta
api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta
prasarana yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia;
dan

Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Departemen


Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas clan photo udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan
Nasional, yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI
ataupihakyangditunjukolehDepartemenPertahananatauTNI.

Catatan: Apabila penyerahan MP pada angka 4,5,clan,6 diatas temyata


digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan
kepada pihak lain, baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sejak impor maka PPN yang telah dibebaskan tetap wajib
dibayar dalarn jangka waktu 1 (satu) bulan sejak barang modal tersebut
dialihkan penggunaannya atau dipindahkan, sedangkan PPN yang telah
dibayarkan tidak dapat dikreditkan.

Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang


Dibebaskan PPN
1. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana,
ponclok boro, asrama mahasiswa clan pelajar serta perumahan lainnya, yang
batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Menteri Permukiman clan Prasarana Wilayah;

2. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat
angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan
patroli clan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang
diserahkan kepada Departeman Pertahanan, TNI atau POLRI, dan komponen
atau bahan yang diperlukan dalarn pembuatan senjata clan amunisi oleh PT.
(PERSERO) PINDAD untuk keperluan Departeman Pertahanan, TNI atau
POLIRI;

3. Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi


Nasional (PIN);
4. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci clan buku-buku pelajaran agama;

5. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau clan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan,
kapal tongkang, clan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau
keselamatan manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan
Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau
Perusahaan Penyeienggara Jasa Angkutan Sungai, Danau clan
Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;

Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau
alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan
yang diserahkan kepada clan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional clan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka
pemberian jasa perawatan atau reparasi Pesawat Udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional;

7. Kereta api clan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diserahkan kepada clan digunakan oleh
PT. (PERSERO) Kereta Api Indonesia clan komponen atau bahan yang
diserahkan kepada pihak yang ditunjuk oleh PT. (PERSERO) Kereta Api
Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang,
peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan
digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia;

8. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan untuk penyediaan data


batas clan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung
pertahanan nasional yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan atau
TN I.

Catatan: Apabila penyerahan BKIP pada angka 5,6,dan,7 diatas ternyata


digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan
kepada pihak lain, baik sebagian atau seluruhnya dalarn jangka waktu 5
(lima) tahun sejak perolehan, maka PPN yang telah dibebaskan tetap wajib
dibayar dalarn jangka waktu 1 (satu) bulan sejak barang modal tersebut
dialihkan penggunaannya atau dipindahkan, sedangkan PPN yang telah
dibayarkan tidak dapat dikreditkan.

Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dihebaskan PPN

1 Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional,


Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa
Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional, yang meliputi:
a. Jasa persewaan kapal;

b. Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan
jasalabuh;

c. Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal.

Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang
meliputi:

a. Jasa persewaan pesawat udara;

b. Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara.

3. Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT.
(PERSERO) Kereta Api Indonesia;

4. Jasa yang diserahikan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan


rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana,
pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang
batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah dan
pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah;

5. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah


sangatsederhana;

6. Jasa yang diserahkan oleh Departeman Pertahanan atau TNI yang


dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah
Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional.

Anda mungkin juga menyukai