KONSEP MUZAKKI, MUSTAHIQ & ‘AMIL

A. PENGERTIAN MUZAKKI DAN DASAR HUKUMNYA

MUZAKKI ADALAH ORANG YANG DIKENAI KEWAJIBAN MEMBAYAR ZAKAT ATAS

KEPEMILIKAN HARTA YANG TELAH MENCAPAI NISAB DAN HAUL. SEBAGAIMANA
DITEGASKAN DALAM SURAH AL-BAQATAH AYAT AYAT 43 DAN 110 DAN AT- TAUBAH AYAT
103.
MUZAKKI MENURUT PASAL 1 ANGKA (5) UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011
TENTANG PENGOLOLAAN ZAKAT ADALAH :”SEORANG MUSLIM ATAU BADAN USAHA YANG
YANG BERKEWAJIBAN MENUNAIKAN ZAKAT”. SYARAT SEORANG MUZAKKI:
1. BERAGAMA ISLAM; ZAKAT HANYA DIWAJIBKAN BAGI ORANG ISLAM ( HR. BUKHARI)
2 MERDEKA; HAMBA SAHAY TIDAK DIKENAI ZAKAT.
3. DIMILIKI SECARA SEMPURNA; HARTA BENDA YANG DIKELUARKAN ZAKATNYA ADALAH
YANG DIMILIKI SECARA
SEMPURNA OLEH SEORANG MUSLIM.
4. MENCAPAI NISAB; SEORANG MUSLIM WAJIB MEMBAYAR ZAKAT JIKA HARTA YANG
DIMILIKINYA TELAH MENCAPAI NISAB
5. TELAH HAUL; HARTA BENDA WAJIB DIKELUARKAN ZAKATNYA JIKA TELAH CUKUP HAUL
YAITU DIMILIKI SELAMA SATU
TAHUN, KECUALI HARTA PERPANEN/PERKEGIATAN.
B. PENGERTIAN MUSTAHIK DAN DASAR HUKUMNYA.
MUSTAHIK ADALAH ORANG-ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT,
SEBAGAIMANA YANG TELAH DITENTUKAN DALAM AL-QURAN SURAH AT-TAUBAH AYAT
60;
MUSTAHIK MENURUT PASAL 1 ANGKA ( 6) UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011
TENTANG PENGOLOLAAN ZAKAT ADALAH; ORANG ATAU BADAN YANG BERHAK
MENERIMA ZAKAT.
ADAPUN YANG TERMASUK MUSTAHIQ BERDASARKAN AL-QURAN ADALAH:
1. FAKIR; ORANG YG PENGHASILANNYA TIDAK CUKUP UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN POKOKNYA SEHARI-HARI PADA TARAF YANG MINIMAL
2. MISKIN; ORANG YANG PENGHASILANNYA HANYA CUKUP UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN HIDUPNYA YANG POKOK,
3. ‘AMIL; LEMBAGA ATAU PERORANGAN YANG MENGOLOLA ZAKAT
4. MUALLAF; ORANG YANG BARU MASUK ISLAM
5. RIQAB; UNTUK MEMERDEKAKAN HAMBA SAHAYA
6. GHARIMIN; UNTUJK MEMBEBASKAN BEBAN ORANG YANG BERUTANG UNTUK
KEPENTINGAN KEBAIKAN.
7. SABILILLAH; UNTUK KEPENTINGAN DI JALAN ALLAH
8. IBNU SABIL; ORANG YANG DALAM PERJALANAN DAN KEHABISAN BEKAL, DAN
PERJALANAN TERSEBUT UNTUK TUJUAN KEBAIKAN, SEPERTI
MAHASISWA,SANTRI.
C. PERBEDAAN FUQAHA TENTANG MUSTAHIQ DALAM WACANA KONTEMPORER

DALAM MELAKSANAKAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, KADANG TERJADI PERBEDAAN

PENDAPAT PARA PUKAHA YANG BERPENGARUH SAMPAI SEKARANG. MISALNYA
PENDISTRIBUSIAN ZAKAT FITRAH, ADA YANG HANYA MEBERIKAN KEPADA FAKIR DAN
MISKIN, WALAUPUN ASNAF LAINNYA ADA. HAL INI DISEBABKAN DARI ADANYA PERBEDAAN
PENDEKATAN PARA FUKAHA. SEPERTI KALAU IMAM SYAFI’I MENENTUKAN MUSTAHIK
ZAKAT FITRAH BERORIENTASI PADA PENDEKATAN BAYANI DALAM SURAH AT-TAUBAH AYAT
60 YAITU MEMBAGIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA 8 ASNAF PENERIMA ZAKAT MAL JIKA
SEMUA ADA, JIKA TIDAK HANYA DIBERIKAN PADA ASNAF YANG ADA SAJA. DILUAR 8
ASNAF TIDAK BERHAK, NAMUN MENURUT IMAM SYAFI’I SEORANG BOLEH MEMBERIKAN
ZAKATNYA KEPADA ORANG-ORANG YANG MENJADI KERABATNYA DENGAN SYARAT
KERABAT TERSEBUT TERMASUK ORANG-ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT.

SEDANG IMAM MALIK DALAM MENENTUKAN MUSTAHIK ZAKAT FITRAH BERPIJAK

PADA SUNNAH RASULULLAH SAW, YAITU HANYA MEMBAGIKAN PADA KAUM FAKIR DAN
MISKIN SAJA. SEDANG ASNAF LAINNYA HANYA MEMERIMA ZAKAT HARTA (MAL).
KONSEP ‘AMIL ZAKAT
A. PENGERTIAN ‘AMIL ZAKAT
SECARA BAHASA ISTILAH ‘AMIL BERASAL DARI KATA “ ‘AMILA” YA’MALU “ YANG
BERMAKNA MENGERJAKAN ATAU MELAKUKAN SESUATU.
SECARA ISTILAH MENURUT PENGERTIAN DARI IMAM SYAFI’I ‘AMIL ADALAH; ORANG YANG
DIANGKAT OLEH WALI/PENGUASA UNTUK MENGUMPULKAN ZAKAT.
BERDASAR PENEGRTIAN MENURUT BAHASA DAN ISTILAH DI ATAS, MAKA ‘AMIL ZAKAT
ADALAH ORANG ATAU LEMBAGA YANG MELAKUKAN PENGOLOLAAN ZAKAT.
MENSIKAPI PENGERTIAN ‘AMIL DI ATAS, MAKA DALAM PASAL 5 AYAT( 1) UNDANG-UNDANG
NO.23 TAHUN 2011 TENTANG PENGOLOLAAN ZAKAT, UNTUK MELAKSANAKAN PENGOLOLAAN
ZAKAT DIBENTUKLAH ‘AMIL ZAKAT SECARA NASIONAL YANG DISEBUT BAZNAS. DAN PASAL 17
DITETAPKAN BAHWA UNTUK MEMBANTU BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL DALAM PELAKSANAAN
PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT, MASYARAKAT DAPAT
MEMBENTUK LEMBAGA ‘AMIL ZAKAT YANG SELANJUTNYA DISEBUT LAZ.
B. SYARAT MENJADI SEORANG ‘AMIL

UNTUK MENJADI SEORANG ‘AMIL HARUS MEMENUHI SYARAT SECARA INDIVIDU YAITU;

1. BERAGAMA ISLAM, 4. JUJUR,

2. AKIL, 5. PUNYA ILMU DALAM HUKUM ZAKAT
3. BALIGH, 6. SEHAT JASMANI DAN ROHANI
SEHUBUNGAN DENGAN SYARAT ‘AMIL DI ATAS, MAKA DALAM PASAL 7 PP NO. 14 TAHUN 2014 TENTANG
PENGOLOLAAN ZAKAT DITETAPKAN BAHWA UNTUK DAPAT DIANGKAT SEBAGAI ANGGOTA BADAN ‘AMIL ZAKAT
NASIONAL
HARUS MEMENUHI PENSYARATAN SEBAGAI BERIKUT:
1. WARGA NEGARA INDONESIA.
2. BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT.
3. BERAKHLAK MULIA.
4. BERUSIA PALING SEDIKIT 40 TAHUN.
5. SEHAT JASMANI DAN ROHANI.
6. TIDAK MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK.
7. MEMILIKI KOMPETENSI DI BIDANG PENGOLOLAAN ZAKAT
8. TIDAK PERNAH DIHUKUM KARENA MELAKUKAN TINDAK PIDANA KEJAHATAN YANG DIANCAM DENGAN PIDANA
PALING SINGKAT 5 TAHUN.
C. KETENTUAN UJRAH ( UPAH) BAGI ‘AMIL ZAKAT

‘AMIL SEBAGAI BAHAGIAN DARI 8 ASNAF YANG BERHAK MENDAPAT ZAKAT SEBAGAIMANA DITETAPKAN
DALAM SURAH AT-TAUBAH AYAT 60, MAKA SEORANG ‘AMIL ZAKAT BERHAK MENDAPAT UJRAH ( UPAH) 1/8 ATAU
12,5 % DARI ZAKAT YANG TERKUMPUL. OLEH KARENA ITU, BERDASARKAN PADA KETENTUAN TERSEBUT, MAKA
DALAM PASAL 30 – 33 UU NO. 23 TAHUN 2011. DITETAPKAN BAHWA UNTUK MELAKSANAKAN TUGASNYA BADAN
‘AMIL ZAKAT DIBIAYAI DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DAN HAK ‘AMIL, DAN DAPAT
MENGGUNAKAN HAK AMIL UNTUK MEMBIAYAI KEGIATAN OPERASIONAL.

D. TUGAS DAN WEWENANG AMIL ZAKAT.

SECARA UMUM BAIK BAZ MAUPUN LAZ, MEMILIKI TUGAS DAN WEWENANG SEBAGAI BERIKUT:

1. MENCATAT ORANG-ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT ( MUSTAHIK)

2. MENCATAT ORANG-ORANG YANG BERKEWAJIBAN MEMBAYAR ZAKAT ( MUZAKKI)

3. MENGAMBIL DAN MENGUMPULKAN ZAKAT DARI PARA MUZAKKI BAIK PERORANGAN ATAU BADAN.

4. MENCATAT ZAKAT MASUK DAN KELUAR.

5. MENJAGA HARTA ZAKAT.

6. MEMBAGIKAN ZAKAT KEPADA PARA MUSTAHIK ( ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT).
DALAM PASAL 3 AYAT (2) PERATURAN PEMERINTAH NO.14 TAHUN 2014 TENTANG
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGOLOLAAN
ZAKAT DITEGASKAN BAHWA BADAN AMIL ZAKAT DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA
MENYELENGGARAKAN FUNGSI :

a. PERENCANAAN PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT.

b. PELAKSANAAN PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT.

c. PENGENDALIAN PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT.

d. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN PENGOLOLAAN ZAKAT.

SELANJUTNYA PADA PASAL 4 DITEGASKAN BAHWA DALAM MELAKSANAKAN

TUGAS DAN FUNGSINYA, BADAN AMIL ZAKAT MENYUSUN PEDOMAN PENGOLOLAAN.