SISTEM HUKUM DI INDONESIA

MAKNA DAN KARAKTERISTIK HUKUM

a. PENGERTIAN HUKUM
HINGGA SAAT INI BELUM ADA KESEPAKATAN MENGENAI PENGERTIAN HOKUM DISEBABKAN OLEH
BANYAKNYA SEGI DAN BENTUK SERTA PERBEDAAN SUDUT PANDANG DARI MASING-MASING AHLI.
VAN APELDOORN MENYEBUTKAN “DEFINISI HUKUM SANGAT SULIT DIBUAT KARENA TIDAK
MUNGKIN MENGADAKAN YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN.”
 PENGERTIAN BEBERAPA AHLI :
1. IMMANUEL KANT : HUKUM IALAH KESELURUHAN SYARAT-SYARAT YANG DENGAN INI
KEHENDAK BEBAS DARI ORANG SATU DAPAT MENYESUAIKAN DIRI DENGAN KEHENDAK
BEBAS DARI ORANG LAIN.
2. E. UTRECHT : HUKUM ADALAH HIMPUNAN PETUNJUK HIDUP (PERINTAH-PERINTAH DAN
LARANGAN-LARANGAN) YANG MENGATUR TATA TERTIB DALAM SUATU MASYARAKAT.
3. J.C.T SIMORANGKIR & WOERJONO SASTROPRONOTO : HUKUM SEBAGAI PERATURAN-
PERATURAN YANG BERSIFAT MEMAKSA, YANG MENENTUKAN TINGKAH LAKU MANUSIA
DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT YANG DIBUAT OLEH BADAN RESMI YANG BERWAJIB,
PELANGGARAN TERHADAP PERATURAN-PERATURAN TADI BERAKIBATAN DIAMBILNYA
TINDAKAN, YAITU DENGAN HOKUM TERTENTU.
4. S. M. AMIN, S.H. : HUKUM SEBAGAI KUMPULAN PERATURAN YANG TERDIRI DARI NORMA DAN SANKSI
DAN TUJUAN HUKUM ITU ADALAH MENGADAKAN KETATATERTIBAN DALAM PERGAULAN MANUSIA
SEHINGGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN TERPELIHARA.
5. MOCHTAR KUSUMAATMADJA : HUKUM SEBAGAI KESELURUHAN KAIDAH-KAIDAH SERTA ASAS-ASAS
YANG MENGATUR KETERTIBAN YANG MELIPUTI LEMBAGA-LEMBAGA DAN PROSES-PROSES GUNA
MEWUJUDKAN BERLAKUNYA KAIDAH ITU SEBAGAI KENYATAAN DALAM MASYARAKAT.
B. UNSUR, CIRI, KAIDAH, DAN SIFAT HUKUM
1. UNSUR HUKUM :
- PERATURAN MENGENAI TINGKAH LAKU MANUSIA DALAM PERGAULAN MASYARAKAT;
- PERATURAN ITU DIADAKAN OLEH BADAN-BADAN RESMI YANG BERWAJIB;
- PERATURAN ITU BERSIFAT MEMAKSA; DAN
- SANKSI TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN ADALAH TEGAS.
2. CIRI HUKUM : ADANYA PERINTAH ATAU LARANGAN YANG HARUS DIPATUHI SETIAP ORANG.
3. KAIDAH HUKUM : PERATURAN-PERATURAN HIDUP DALAM KEMASYARAKATAN TERSEBUT. DITINJAU DARI SEGI
ISINYA :

- BERISI PERINTAH
- BERISI LARANGAN
- BERISI PERKENAAN
4. SIFAT HUKUM : HUKUM MEMPUNYAI SIFAT MENGATUR DAN MEMAKSA.
 PENGGOLONGAN HUKUM
A. MENURUT SUMBER C. MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA :
1. HUKUM UNDANG-UNDANG 3. HUKUM NASIONAL
2. HUKUM ADAT DAN HOKUM KEBIASAAN 4. HUKUM INTERNASIONAL
3. HUKUM YURISPRUDENSI 5. HUKUM ASING
4. HUKUM TRAKTAT D. MENURUT WAKTU BERLAKUNYA
B. MENURUT BENTUKNYA 6. IUS CONSTITUTUM (HUKUM POSITIF/BERLAKU
5. HUKUM TERTULIS : SEKARANG)

- HUKUM TERTULIS DIKODIFIKASI 7. IUS CONSTITUENDUM (HUKUM NEGATIVE/AKAN

DATANG)
- HUKUM TERTULIS TIDAK DIKODIFIKASI
2. HUKUM TIDAK TERTULIS 8. HUKUM UNIVERSAL, HOKUM ASASI, ATAU HOKUM ALAM
TUJUAN HUKUM
ADAPUN MENURUT O. NOTOHAMIDJOJO, TUJUAN HUKUM ADA TIGA, YAITU:

MENDAPATKAN TATA DAN DAMAI DALAM MASYARAKAT

MEWUJUDKAN KEADILAN
MENJAGA SUPAYA MANUSIA DIPERLAKUKAN SEBAGAI MANUSIA
FUNGSI HUKUM

FUNGSI HUKUM ANTARA LAIN :

SEBAGAI ALAT PENGATUR TATA TERTIB HUBUNGAN MASYARAKAT.

SEBAGAI SARANA UNTUK MEWUJUDKAN KEADAILAN SOCIAL LAHIR BATIN.
SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN
E. MENURUT CARA MENDAPATKANNYA
1. HUKUM MATERIAL H. MENURUT PRIBADI YANG DIATURNYA
2. HUKU FORMAL 7. HUKUM SATU GOLONGAN
F. MENURUT SIFATNYA 8. HUKUM SEMUA GOLONGAN
3. HUKUM YANG MEMAKSA 9. HUKUM ANTARGOLONGAN
4. HUKUM YANG MENGATUR ATAU MELENGKAPI I. MENURUT ISI MASALAH YANG DIATURNYA
G. MENURUT WUJUDNYA 10. HUKUM PUBLIK
5. HUKUM OBJEKTIF 11. HUKUM PRIVAT
6. HUKUM SUBJEKTIF ( HAK)
 SUMBER HUKUM INDONESIA
SUMBER HUKUM ADALAH SEGALA HAL YANG MENIMBULKAN ATURAN YANG MEMPUNYAI KEKUATAN MEMAKSA
SEHINGGA JIKA SESEORANG MELANGGAR ATURAN TERSEBUT, ORANG ITU AKAN DIKENAKAN SANKSI YANG TEGAS DAN
NYATA.
A. UNDANG-UNDANG (UU) ATAU STATUA
1. ARTI MATERIAL : SETIAP PERATURAN YANG DIKELUARKAN OLEH PEMERINTAH YANG ISINYA MENGIKAT SECARA
UMUM BAGI SEMUA WARGA NEGARA.
2. ARTI FORMAL : SETIAP PERATURAN YANG KARENA BENTUKNYA DAPAT DISEBUT SEBUAH UU.
B. HUKUM TIDAK TERTULIS ATAU KEBIASAAN : PERBUATAN YANG DIULANG-ULANG TERHADAP HAL YANG SAMA DAN
KEMUDIAN DITERIMA SERTA DIAKUI OLEH MASYARAKAT.
C. KEPUTUSAN HAKIM ATAU YURISPRUDENSI : KEPUTUSAN HAKIM TERDAHULU TERHADAP SEBUAH PERKARA YANG
TIDAK DIATUR OLEH UU DAN DIJADIKAN PEDOMAN.
.
D. TRAKTAT : PERJANJIAN YANG DIBUAT OLEH DUA NEGARA ATAU LEBIH MENGENAI PERSOALAN-PERSOALAN
TERTENTU YANG MENJADI KEPENTINGAN NEGARA.
1. TRAKTAT BILATERAL
2. TRAKTAT MULTILATERAL
E. DOKTRIN : PENDAPAT PARA AHLI HUKUM TERKEMUKA YANG DIJADIKAN DASAR ATAU ASAS-ASAS
PENTING DALAM HOKUM DAN PENERAPANNYA
 SISTEM PERADILAN DI INDONESIA
PENGERTIAN DAN TUJUAN
SISTEM PERADILAN INDONESIA PADA HAKIKATNYA ADALAH SUATU MEKANISME DARI KESELURUHAN KOMPONEN PERADILAN
NASIONAL, PIHAK DALAM PROSES KEADILAN, HIERARKI KELEMBAGAAN PERADILAN, SERTA KOMPONEN LAIN YANG BERSIFAT PROSEDURAL
DAN SALING BERKAITAN.
TUJUAN SISTEM PERADILAN ADALAH MEWUJUDKAN KEADILAN HUKUM. KOMPONEN PROSEDURAL SISTEM PERADILAN INDONESIA
MENCAKUP PROSES PENYELIDIKAN/PENYIDIK, PENUNTUTAN, DAN PEMERIKSAAN DALAM SIDING PENGADILAN.
ISTILAH PERADILAN JUGA DAPAT DITEMUI DALAM UU NO. 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN. TERDAPAT
BEBERAPA UNSUR :
a. PERADILAN MERUPAKAN SUATU SISTEM ATAU PROSES PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN.
b. PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN DILAKUKAN BERDASARKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA.
c. PERADILAN DISELENGGARAKAN DALAM RANGKA TERSELENGGARANYA NEGARA HUKUM REPUBLIK INDONESIA.
DASAR HUKUM
SISTEM PERADILAN DI INDONESIA DIDASARKAN PADA PANCASILA TERUTAMA SILA KELIMA, YANG
KEMUDIAN DITURUNKAN KE DALAM UUD NRI TAHUN 1945 PASAL 24, KHUSUSNYA PADA :
a. AYAT 2 YANG MENYEBUTKAN “KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH AGUNG
DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA DALAM LINGKUNGAN PERADILAN UMUM, PERADILAN
AGAMA, PERADILAN MILITER, PERADILAN TATA USAHA NEGARA, DAN OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI”, DAN
b. AYAT 3 MENYEBUTKAN “BADAN-BADAN LAIN YANG FUNGSINYA BERKAITAN DENGAN KEKUASAAN
KEHAKIMAN DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG.”
KLASIFIKASI LEMBAGA PERADILAN
BERDASARKAN UUD NRI TAHUN 1945 PASAL 24 DAN 6. PENGADILAN KHUSUS, MENCAKUP PERADILAN
UU NO. 48 TAHUN 2009 PASAL 18, KLASIFIKASI SYARIAH ISLAM DI PROVINSI ACEH.
BADAN PERADILAN ADALAH : C. PERADILAN MILITER
A. PERADILAN UMUM 7. PENGADILAN MILITER
1. PERADILAN NEGERI 8. PENGADILAN MILITER TINGGI
2. PERADILAN TINGGI 9. PENGADILAN MILITER UTAMA
3. PENGADILAN KHUSUS : PENGADILAN ANAK, 10. PENGADILAN MILITER PERTEMPURAN
PENGADILAN NIAGA, PENGADILAN HAM,
D. PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
PENGADILAN TINDAK PINDAK KORUPSI,
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, 11. PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
PENGADILAN PERIKANAN 12. PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA
B. PENGADILAN AGAMA 13. PENGADILAN KHUSUS, MENCAKUP PENGADILAN
4. PENGADILAN AGAMA PAJAK

5. PENGADILAN TINGGI AGAMA

PERANGKAT LEMBAGA PERADILAN
PADA BAGIAN PENJELASAN UU NO. 48 TAHUN 2009 : KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKSANAKAN OLEH SEBUAH
MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA DALAM LINGKUNGAN PERADILAN
UMUM, LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA, LINGKUNGAN PERADILAN MILITER, LINGKUNGAN PERADILAN TATA
USAHA NEGARA, DAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH KONSTITUSI.
 MAHKAMAH AGUNG
MAHKAMAH AGUNG ADALAH PERADILAN NEGARA TERTINGGI DARI SEMUA LINGKUNGAN PERADILAN. MA
DIJELASKAN DALAM UU NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UU NO. 14 TAHUN 1985 TENTANG
MAHKAMAH AGUNG.
MA BERKEDUDUKAN DI IBU KOTA NEGARA. DAERAH HUKUM MELIPUTI SELURUH WILAYAH INDONESIA.
MAHKAMAH AGUNG TERDIRI DARI PIMPINAN, HAKIM ANGGOTA, DAN SEKRETARIS. JUMLAH MAKSIMAL ADALAH 60
ORANG.
MA BERWENANG MENGADILI DALAM TINGKAT KASASI, MENGUJI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
DLL.
MAHKAMAH KONSTITUSI
MAHKAMAH KONSTITUSI MERUPAKAN SALAH SATU LEMBAGA NEGARA YANG MELAKUKAN
KEKUASAAN KEHAKIMAN SECARA MERDEKA GUNA MENYELENGGARAKAN PERADILAN UNTUK MENEGAKKAN
HUKUM DAN KEADILAN.
KETENTUAN MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI YAITU DALAM UU NO. 4 TAHUN 2014. JUMLAH
MK ADALAH 9 ORANG. UNTUK MEMBANTU PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG MAHKAMAH
KONSTITUSI, DIBENTUK SEBUAH KEPANITERAAN DAN SECRETARIAT JENDERAL.
MK BERWENANG UNTUK MENGUJI UNDANG-UNDANG TERHADAP UUD NRI 1945 DAN MEMUTUS
SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG KEWENANGANNYA DIBERIKAN OLEH UUD NRI 1945.
KOMISI YUDISIAL
KETENTUAN MENGENAI KOMISI YUDISIAL ADA DALAM UU NO. 18 TAHUN 2011 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UU NO. 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL.
KOMISI YUDISIAL BERSIFAT MANDIRI DAN DALAM PELAKSAAN WEWENANGNYA BEBAS DARI
CAMPUR TANGAN ATAU PENGARUH KEKUASAAN LAIN. KY MERUPAKAN PEJABAT NEGARA YANG DIREKRUT
DARI MANTAN HAKIM, PRAKTISI HOKUM, AKADEMISI HOKUM, DAN ANGGOTA MASYARAKAT.
KY BERWENANG MENGUSULKAN PENGANGKATAN HAKIM AGUNG DAN MEMPUNYAI WEWENANG
LAIN DALAM RANGKA MENJAGA DAN MENEGAKKAN KEHORMATAN, KELUHURAN MARTABAT, SERTA
PERILAKU HAKIM.
PENGADILAN DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM
BERDASARKAN UU NO. 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN
UMUM, PERADILAN UMUM ADALAH SALAH SATU PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN BAGI RAKYAT PENCARI KEADILAN PADA
UMUMNYA.
DALAM LINGKUNGAN PERADILAN UMUM DAPAT DIBENTUK PENGADILAN KHUSUS YANG DIATUR DALAM UNDANG-
UNDANG, YAITU PENGADILAN AD HOC UNTUK MEMERIKSA, MENGADILI, DAN MEMUTUS PERKARA, YANG MEMBUTUHKAN
KEAHLIAN DAN PENGALAMAN DALAM BIDANG TERTENTU DAN DALAM JANGKA WAKTU TERTENTU.
PERADILAN UMUM MELIPUTI :
1. PENGADILAN NEGERI
2. PENGADILAN TINGGI
PENGADILAN DI LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA
BERDASARKAN UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 7 TAHUN 1989 TENTANG
PERADILAN AGAMA, PERADILAN AGAMA ADALAH SALAH SATU PELAKU KEKUASAAAN KEHAKIMAN BAGI
RAKYAT PENCARI KEADILAN YANG BERAGAMA ISLAM MENGENAI PERKARA TERTENTU.
PERADILAN AGAMA MELIPUTI :
1. PENGADILAN AGAMA
2. PENGADILAN TINGGI AGAMA
PERADILAN DI LINGKUNGAN PERADILAN MILITER
PERADILAN MILITER DIATUR MELALUI UU NO. 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER. PERADILAN MILITER ADALAH BADAN
YANG MELAKSANAKAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DI LINGKUNGAN PERADILAN MILITER.
DALAM PERADILAN MILITER DIKENAL ADANYA ODIKTURAT. ODIKTURAT MERUPAKAN BADAN TNI YANG MELAKSANAKAN KEKUASAAN
PEMERINTAHAN NEGARA DI BIDANG PENUNTUTAN DAN PENYIDIKAN DI LINGKUNGAN ANGKATAN BERSENJATA BERDASARKAN PELIMPAHAN DARI
PANGLIMA TNI.
PERADILAN MILITER MELIPUTI :
1. PENGADILAN MILITER
2. PENGADILAN MILITER TINGGI
3. PENGADILAN MILITER UTAMA
4. PENGADILAN MILITER PERTEMPURAN
PENGADILAN DI LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
PERADILAN TATA USAHA NEGARA DIATUR DALAM UU NO. 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UU
NO. 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA. PERADILAN TATA USAHA NEGARA ADALAH SALAH SATU
PELAKU PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN BAGI RAKYAT PENCARI KEADILAN TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA.
KEKUASAAN KEHAKIMAN DI LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DILAKSANAKAN OLEH PENGADILAN
TATA USAHA NEGARA DAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA.
PERADILAN TATA USAHA NEGARA MELIPUTI :
1. PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
2. PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA
PERAN LEMBAGA PERADILAN
AGAR HUKUM DAN KEADILAN DAPAT DITERAPKAN DAN DITEGAKKAN, PENGADILAN HARUS DILAKSANAKAN
BERDASARKAN ASAS-ASAS BERIKUT :
PENGADILAN MEMERIKSA, MENGADILI, DAN MEMUTUS PERKARA DENGAN HADIRNYA TERDAKWA.
PENGADILAN TIDAK BOLEH MENOLAK UNTUK MEMERIKSA, MENGADILI, DAN MEMUTUS PERKARA.
PENGADILAN MENGADILI MENURUT HOKUM DENGAN TIDAK MEMBEDA-BEDAKAN ORANG.
PENGADILAN MEMBANTU PENCARI KEADILAN DAN BERUSAHA MENGATASI SEGALA HAMBATAN DAN RINTANGAN.
TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINGKAT PERTAMA DAPAT DIMINTAKAN BANDING KEPADA PENGADILAN
TINGGI.
SETIAP ORANG YANG DISANGKA, DITANGKAP, DITAHAN, DITUNTUT, DAN/ATAU DIHADAPKAN DI DEPAN
PENGADILAN WAJIB DIANGGAP TIDAK BERSALAH SEBELUM ADA PUTUSAN PENGADILAN.
TIDAK SEORANG PUN DAPAT DIKENAKAN PENANGKAPAN, PENAHANAN, PENGGELEDAHAN, DAN PENYITAAN,
SELAIN ATAS PERINTAH TERTULIS.
DLL.
SIKAP YANG SESUAI DENGAN HUKUM
KEPATUHAN HUKUM MENGANDUNG ARTI BAHWA SESEORANG MEMILIKI KESADARAN UNTUK :

MEMAHAMI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU;

MEMPERTAHANKAN TERTIB HOKUM YANG ADA; DAN
MENEGAKKAN KEPASTIAN HUKUM.
SIKAP YANG BERTENTANGAN DENGAN HUKUM
BESERTA SANKSINYA

PERILAKU YANG TIDAK SESUAI DENGAN HUKUM :

MENYATAKAN PERMUSUHAN, KEBENCIAN, DAN PENGHINAAN TERHADAP SUATU GOLONGAN RAKYAT DI

MUKA UMUM (PASAL 156 KUHP).

MENGETAHUI PERMUFAKATAN JAHAT, TETAPI TIDAK MENCGAH ATAU MELAPOR (PASAL 164).
MELANGGAR KESUSILAAN (PASAL 281 KUHP).
 MENURUT PASAL 10 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP), JENIS HUKUMAN ATAU
PIDANA YANG DIJATUHKAN UNTUK PERILAKU MELANGGAR HUKUM :
a. PIDANA POKOK :
1. PIDANA MATI
2. PIDANA PENJARA : SEMENTARA DAN SEUMUR HIDUP
3. PIDANA KURUNGAN
4. PIDANA DENDA
5. PIDANA TUTUPAN
B. PIDANA TAMBAHAN :
6. PENCABUTAN HAK-HAK TERTENTU
7. PERAMPASAN (PENYITAAN) BARANG-BARANG TERTENTU
8. PENGUMUMAN KEPUTUSAN HAKIM