Anda di halaman 1dari 38

POLITIK HUKUM

Pendastaren Tarigan
SILABUS POLITIK HUKUM

1. PENGERTIAN HUKUM DAN POLITIK HUKUM


2. POLITIK HUKUM NASIONAL
3. RUANG LINGKUP DAN MAANFAAT POLITIK HUKUM
4. TUJUAN POLITIK HUKUM
5. HUKUM SEBAGAI PRODUK POLITIK
6. SYSTEM POLITIK DAN MEKANISME POLITIK
7. TIPELOGI HUKUM DAN POLITIK
8. PERKEMBANGAN HUKUM NASIONAL
9. ANALISIS BIDANG-BIDANG HUKUM
1. LEGISLASI
2. PELAKSANAAN HUKUM
3. JUDICIAL
KEBIJAKAN HUKUM
(LEGAL POLICY)

1. UPAYA TERTENTU UNTUK MEREALISASIKAN


TUJUAN HUKUM ATAU IUS CONSTITUENDUM
MENJADI IUS CONSTITUTUM.
HUKUM CITA MENJADI HUKUM POSITIP

2. PROSES PEMBENTUKAN/EVALUASI , PENEMUAN,


MENJALANKAN DAN MENEGAKKAN HUKUM
APAKAH ARTI POLITIK HUKUM ?
POLITIK HUKUM (LEGAL POLICY): KEBIJAKAN
NEGARA/PEMERINTAH DALAM BIDANG HUKUM
UNTUK MELAKSANAKAN PEMERINTAHAN.

SALAH SATU ALAT PEMERINTAH UTK MEMERINTAH


ADALAH DGN MEMBUAT HUKUM. DGN
PEMBUATAN HUKUM PEMERINTAH BERUSAHA
MELAKSANAKAN SUATU KEBIJAKAN HUKUM DALAM
SUATU MASYARAKAT POLITIK TERTENTU.

APAKAH SETIAP KEBIJAKAN HUKUM TERSEBUT SUDAH


SESUAI DENGAN PRINSIP NEGARA HUKUM atau
KEHENDAK UMUM.

MASIH DIPERLUKAN PENJELASAN LEBIH LANJUT.


PERKEMBANGAN PEMBUATAN HUKUM
DI EROPAH

1. PADA AWALNYA PEMBENTUKAN HUKUM DIYAKINI PEMERINTAH


HANYA MEREGISTRASI ATURAN-ATURAN YG ADA, RAJA
MENETAPKAN HUKUM SECARA TERTULIS DAN DIA TAK DAPAT
MENGUBAHNYA.
2. PD ABAD PERTENGAHAN DIKENAL HUKUM RAJA. TITAH RAJA
BERLAKU SBG UU. RAJA BERBUAT DEMIKIAN KARENA IA TELAH
MEWAJIBKAN RAKYATNYA BERSUMPAH SETIA. KEADAAN INI
SEMAKIN KUAT SETELAH ADA KEPERCAYAAN BAHWA RAJA SBG
PENJELMAAN TUHAN. MASYARAKAT MENGHARAPKAN
KESEJAHTERAAN DARI TUHAN. “REI DEI GRATIA”. AKHIRNYA
HUKUM KEBIASAAN SEMAKIN MENGERUCUT.
3. PARA PENDUKUNG HKM ALAM MEMBUAT TEORI HKM MEBEDAKAN
HUKUM YG DIPAKSAKAN (IUSTUM) DAN HUKUM SUKARELA
(HONESTUM).IUSTUM BERFUNGSI MELAYANI KETENANGAN LAHIR,
KARENA ITU SANKSINYA DAPAT DIPAKSAKAN. HONESTUM
BERKAITAN DGN KESUSILAAN YG SEBAIKNYA DILAKSANAKAN TAPI
BUKAN MERUPAKAN KEWAJIBAN. DGN DEMIKIAN IUSTUM SEMAKIN
DIPERLUKAN SEHINGGA PEMBUATAN HUKUM MENEMPATI PERAN
UTAMA.
4. DLM KENYATAANNYA PENGUASA NEGARA (TRIAS POLITIKA)
TDK MENGGUNAKAN KEKUASAAN SECARA MONOPOLI MEMBUAT
HUKUM. HAL INI DISEBABKAN ANTARA LAIN:
1.KEPERCAYAAN KPD HUKUM ALAM,
2. FUNGSI NEGARA MEMELIHARA KETERTIBAN DAN
3.SISTEM POLITIK DI PARLEMEN.

5. MULAI ABAD KE XX PERAN PEMBUAT HUKUM (LEGISLATOR)


BUKAN HANYA MENETAPKAN KEBIASAAN-KEBIASAAN SBG ALAT
MENJAGA KETERTIBAN, TTP JUGA MELAKUKAN PERUBAHAN
MASYARAKAT. RPSCO POUND MENYATAKAN LAW AS A TOOL
SOCIAL ENGINEERING. MESKIPUN DEMIKIAN REGISTRASI
MASIH DIPERLUKAN DISAMPING UNTUK MELAKUKAN KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN MEWUJUDKAN
KEADILAN SOSIAL.
KEUNTUNGAN HUKUM TERTULIS

1. EFEKTIVITAS HUKUM
2. KEPASTIAN HUKUM LEBIH DAPAT
DIRAMALKAN: PERILAKU YANG AMAN DAN
PUTUSAN HAKIM YANG KONSISTEN.
3. NILAINYA TETAP; BAIK DARI SEGI NILAI-
NILAI MAUPUN SEGI PEMBUKTIAN
MENURUT MOCH.MAHFUD MD.
DLM BUKUNYA MEMBANGUN POLITIK HUKUM
MENEGAKKAN KONSTITUSI

POLITIK HUKUM ADALAH ARAHAN ATAU GARIS-GARIS RESMI


YG DIJADIKAN DASAR PIJAK DAN CARA UNTUK MEMBUAT DAN
MELAKSANAKAN HUKUM DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN
BANGSA DAN NEGARA.
POLITIK HUKUM MERUPAKAN UPAYA MENJADIKAN HUKUM
SEBAGAI PROSES PENCAPAIAN TUJUAN NEGARA.

TUJUAN NEGARA RI DI DLM UUD NEG.RI THN 1945 (PASCA


AMANDEMEN) :
1. MELINDUNGI SEGENAP BANGSA;
2. MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM DAN
3. MENCERDASAN KEHIDUPAN BANGSA
4. MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR
5. MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA BERDASARKAN
KEMERDEKAAN.
POLITIK HUKUM MENCAKUP

1. TUJUAN NEGARA ATAU MASYARAKAT INDONESIA


2. SISTEM HUKUM YG DIPERLUKAN UTK MENCAPAI
TUJUAN ITU
3. PERENCANAAN DAN KERANGKA PIKIR DLM
PERUMUSAN KEBIJAKAN HUKUM
4. ISI HUKUM NASIONAL DAN FAKTOR YG
MEMPENGARUHINYA.
5. PEMAGARAN HUKUM DGN PROLEGNAS, JUDICIAL
REVIEW, LEGISLATIF REVIEW DLL.
PEMIKIRAN POLITIK MENJADI DASAR NEGARA HUKUM

• KEDAULATAN NEGARA, NEGARA MEMILIKI


KEKUASAAN DIATAS SEMUA GOLONGAN. HUKUM
NEGARA NEGARA BERLAKU SECARA JURIDIS.
SUMBER HUKUM • EFEKTIVITAS HUKUM, PERILAKU NYATA ,
MEMAKSAKAN HUKUM KEPADA LENGGAR

HUKUM DAN HUKUM MODERN AD. HUKUM YG DICIPTAKAN NEGARA.


HKM MELINDUNGI HAM DAN MENEGAKKAN KEADILAN.
KEKUASAAN
1. HUKUM TDK SAMA DG KEKUASAAN. PEMERINTAH
TUNDUK PADA HUKUM. ABDI HKM
2. HUKUM TDK BERTENTANGAN DG KEKUASAAN.
KEAMANAN HANYA TERJAMIN APABILA ADA
KEKUASAAN. HANYA PEMERINTAH BERKUASA
MENERTIBKAN ORG YG TDK TAAT PD HUKUM.
POLITIK HKM PEMERINTAH BERDASARKAN
KEPENTINGAN MASYARAKATSOSIO EKONOMI,
BUDAYA MASYARAKT.
HUKUM DAN VON SAVIGNY : HUKUM SESUAI DG VOLKGEIST
MASYARAKAT SUATU BANGSA.
PEMBUATAN HUKUM LEBIH RASIONAL DAN
OBJEKTIF.

MENJAMIN KEADILAN
PEMERINTAH MENGIMBANGI KEPENTINGAN UMUM
DG KEPENTINGAN LAINNYA.
KEADILAN SOSIAL TERWUJUD APABILA HAM
DIHORMATI, KEWAJIBAN DAN BEBAN DIBAGI
TUJUAN POLITIK SECARA PANTAS TERUTAMA BERKAITAN DG ASSET
NASIONAL.
HUKUM POLITIK HUKUM YG NYATA DLM SUATU NEGARA.
POLITIK HUKUM LIBERALIS
POLITIK HUKUM KOMUNALISME
POLITIK HUKUM CAMPURAN. PERIMBANGAN
INDIVIDUALISME DAN KOMUNALISME.
HUKUM SYARAT MUATAN POLITIK BAIK DALAM
TAHAP PROSES PEMBENTUKAN DI PARLEMEN
MAUPUN PENERAPAN HUKUM DLM
MEMBUAT KEPUTUSAN KONKRIT.
PROSES PEMBUATANUU DI PARLEMEN SANGAT
TERGANTUNG PD KONFIGURASI POLITIK.
HUKUM DAN SANGAT TERGANTUNG PD POLITICAL WILL DARI
KONFIGURASI REGIM PEMERINTAH YG BERKUASA.
POLITIK PERTENTANGAN KEPENTINGAN YG DIUTAMAKAN
AKAN SEMAKIN JELAS DARI HASIL PENELITIAN:
• SIAPA YG DILINDUNGI DAN DILAYANI OLEH HUKUM
• BERAPA BESAR CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN RAKYAT
• DAPATKAH HUKUM DIGUNAKAN ALAT KONTROL PD
TINDAKAN PENGUASA.
PROSES POLITIK DAN PEMBUATAN
DAN PENERAPAN HUKUM

ASPIRASI & KENYATAAN ALAMIAH


KEBUTUHAN RIIL LIMITASI/
DAN KEMASYARAKATAN
FASILITASI

MOMEN POLITICAL MOMEN IDIIL


KEPENTINGAN & PANDANGAN HIDUP
TUJUAN POLITIK CITA HUKUM, NILAI-NILAI
PROSES ASAS HUKUM
INTERAKSI
UMPAN BALIK/
SISTEM TATA HUKUM, JURISPRUDENSI
ATURAN UMUM
MENCERMINKAN
TATANAN POLITIK,SOSIAL, PERUNDANG-UNDANGAN
EKONOMI
BUDAYA, HUKUM
MODEL PERILAKU
TIPE KONPLIK
PENYELESAIAN/
KEPUTUSAN HAKIM
KONPLIK
PENERAPAN &
MASALAH HUKUM
PENEMUAN HUKUM

PERISTIWA SOSIAL PERISTIWA SOSIAL


MASALAH HUKUM
ORGANISASI POLITIK MASYARAKAT DAN
KEKUASAAN PEMBENTUKAN HUKUM

PENGADAAN HUKUM MELALUI


KEKUASAAN PEWAHYUAN OLEH
KHARISMATIS “LAW PROPHETS”

KEKUASAAN PENGADAAN HUKUM SECARA EMPIRIS


OLEH
TRADISIONAL “LEGAL HONORATIORES”

Pembentukan hukum melalui


KEKUASAAN pembebanan dari atas oleh
RATIONAL “kekuatan sekuler atau
teokrasi”
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PENGGARAPAN HUKUM SECARA
DEMOKRASI SISTEMATIS DIJALANKAN SECARA
PROFESSIONAL
PERKEMBANGAN RATIONALISASI HUKUM
MERNURUT PANDANGAN MAX WEBER

CARA PEMBINAAN KWALITAS FORMAL

KHARISMATIS FORMALISME MAGIS & IRRASIONAL

MENYADANDARKAN KEPADA
EMPIRIS HONORATIONERES

TEOKRATIS RASIONAL SUBSTANTIF TEOKRATIS

SUBLIMASI LOGIS : BAIK BAHAN-BAHAN


PROFESSIONAL HUKUM (SUBSTANTIF) MAUPUN
PROSEDUR ENGADAANNYA (FORMAL)
SISTEM POLITIK DAN PEMBUATAN
KEBIJAKAN HUKUM
 Setiap masyarakat yang teratur, yang bisa menentukan
pola-pola hubungan yang bersifat tetap antara para
anggotanya adalah masyarakat yang mempunyai tujuan
yang sedikit banyak cukup jelas. Politik adalah bidang
dalam kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan
tujuan masyarakat tersebut.

 Struktur politik menaruh perhatian pada


pengorganisasian kegiatan kolektif untuk mencapai
tujuan - tujuan yang secara kolektif sangat menonjol.
Suatu masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu ,
diawali dari artikulasi dari agregasi kepentingan. Jadi
diperlukan suatu proses pemilihan tujuan antara
berbagai tujuan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu,
politik adalah juga aktivitas memilih suatu tujuan sosial
tertentu.
1. Hukum bukanlah suatu lembaga yang sama sekali otonom, melainkan
berada pada kedudukan yang kait mengkait dengan aspek-aspek
kehidupan lain dalam masyarakat (social life aspect).
2. Hukum itu sangat kental dengan muatan politik baik dalam tahap proses
pembuatan penetapan isi hukum di Parlemen sangat tergantung pada
konfigurasi politik, maupun penerapan/penegakkan hukum menghadapi
suatu kasus dengan mewujudkan aturan-aturan umum sebagai keputusan
konkrit oleh lembaga yang berwenang.
3. Hukum berwatak politik karena hukum dapat digunakan untuk
mempromosikan berbagai kepentingan yang beraneka ragam dan
merupakan alat untuk merealisasikan berbagai maksud politik yang
berbeda-beda.
4. Demikin juga dalam penerapannya bahwa hukum yang sudah ditetapkan itu
memiliki sifat norma yang umum dan abstrak, sehingga berlaku dalam
keadaan individual dan konkrit lebih kurang berwatak politik (political will) .
Penegakan Hukum
Hukum = kaidah pola perilaku, rujukan oleh anggota masyarakat.
Suatu SUBSTANSI peraturan perundang-undangan dapat berlaku dan sah
harus ditetapkan oleh institusi politik.
Suatu peraturan perundangan pada umumnya dipertanyakan tentang landasan
pembuatannya (political gelding van het recht).
Landasan filsafatnya dan landasan juridisnya dan lain-lain.
Tentu proses pembentukan hukum itu akan diwarnai oleh suasana kehidupan
politik.
Keputusan politik atau kebijakan umum yang akan ditetapkan melalui suatu
proses politik.
Proses politik yang terjadi dapat di amati dari perilaku masyarakat politik, baik
sub syatem supra struktur maupun sub system infra struktur politik.
Pendekatan seperti ini disebut dengan pendekatan “sistem politik” dalam
pembuatan dan pengembangan keputusan politik
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila kaedah-kaedah itu
benar benar berfungsi efektif di dalam perilaku para pelaku hukum
(subjek hukum). Dalam istilah hukum ada kita kenal : law in the
books dan law in the actions. Dengan demikian Hukum sebagai
sarana perilaku belum tentu terwujud dengan sendirinya. Peranan
Politik Hukum semakin lebih luas karena mencakup upaya
mengimplementasikan aturan hukum sebagai perilaku nyata
(penegakan hukum).
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila kaedah-
kaedah itu benar benar berfungsi efektif di dalam perilaku
para pelaku hukum (subjek hukum). Dalam istilah hukum
ada kita kenal : law in the books dan law in the actions.
Dengan demikian Hukum sebagai sarana perilaku belum
tentu terwujud dengan sendirinya. Peranan Politik Hukum
semakin lebih luas karena mencakup upaya
mengimplementasikan aturan hukum sebagai perilaku
nyata (penegakan hukum).
Sistem politik ialah mekanisme seperangkat fungsi
atau peranan dalam masing-masing komponen dari
struktur politik dalam hubunganya berinteraksi diantara
satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang
langgeng. Proses dimaksud mengandung dimensi waktu
(masa lampau, masa kini dan masa mendatang).
Pengertian struktur ialah semua aktivitas yang dapat
diobservasi atau diidentifikasi yang berpengaruh
menentukan tujuan akhir sistem politik itu sendiri.
Dengan demikian sistem politik tidak selalu sejajar dan
bersamaan dengan konsep negara, seperti juga halnya
konsep negara tidak selalu sejajar seperti konsep bangsa
1). Negara mempunyai unsur spesipiknya seperti
diutarakan Max Weber yang mempunyai legitimasi paksaan
pisik terhadap batas wilayah kekuasaan negara.
 Definisi hukum menurut Weber : suatu tatanan bisa disebut hukum apabila
secara eksternal ia dijamin oleh kemungkinan, bahwa paksaan (fisik atau
psikologis) bagaimana yang ditujukan untuk mematuhi tatanan atau
menindak pelanggaran, akan diterapkan oleh suatu perangkat terdiri dari
orang-orang yang khusus menyiapkan diri untuk melakukan tugas-tugas
tersebut.
Pemerintah sebagai personifikasi negara dalam konsep ini hanya
mekanisme formal atau mesin resmi negara, disamping pranata sosial
politik lain yang kurang atau tidak resmi. Dalam sistem politik modern
pranata sosial dengan segala fenomena sosialnya merupakan salah satu
bagian dari sistem politik yang turut menentukan (dominan).

Kecenderungan mengintroduksi pendekatan baru di dalam teori politik


modern, adalah merupakan usaha guna dapat memahami kompleksitas
sistem politik dengan lebih cermat. Gabriel A Almond mengkatagorisasikan
sistem politik sebagai usaha untuk mengadakan pencarian kearah:
 lingkup yang lebih luas,
 realisme,
 persisi (ketepatan),
 ketertiban dalam teori politik agar hubungan yang terputus antara
comparative government dengan political theory ditata kembali.
SISTEM POLITIK MENURUT GABRIEL ALMOND
Setiap sistem politik menurut Almond harus menjalankan fungsi-fungsi tertentu.
Pada kenyataannya, atas dasar efisiensilah suatu sistem politik dapat ditentukan atas
dasar fungsi-fungsi yang diberikan.
Almond mendapatkan defenisi sistem politik dari David Easton dengan ketiga
komponennya , yaitu :
1. Alokasi nilai-nilai (alat-alat kebijaksanaan),
2. Alokasi kewenangan, dan
3. Alokasi otoritatif sebagai suatu yang mengikat masayarakat secara keseluruhan dan
cara yang paling memuaskan.

Menurut pendapat Almond; kewenangan dimiliki setiap sistem sosial, tidak secara
jelas membedakan sistem politik dengan sistem –asosiasi lain seperti, gereja, firma
dagang yang menjalankan beberapa jenis kewenangan.

Almond mendefinisikan kembali konsep otoritas adalah sebagai paksaan pisik yang
absah atau lebih kurang diakui.

Dari penelaahannya terhadap teori-teori sistem politik yang ada akhirnya Almond tiba
pada suatu kesimpulan dengan membuat definis sistem politik. Sistem politik adalah
sistem interaksi yang terdapat dalam seluruh sub sistem yang merdeka menjalankan
fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi (baik secara internal maupun dalam berhadapan
dengan dunia external ) dengan alat-alat, atau ancaman paksaan pisik yang kurang
lebih absah 2).
TABEL MASUKAN DAN KELUARAN

Tujuh variabel kategori fungsional”.


Empat variabel merupakan fungsi masukan ( in put) u
a. Sosialisasi politik dan rekrutmen politik;
b. Artikulasi kepentingan politik;
c. agregasi kepentingan ( Partai Politik atau asosiasi lain)
sebagai pembawa in put
d. komunikasi politik untuk mendukung atau menolak
Dan tiga fungsi keluaran yaitu;
e, pembuatan peraturan;
F, penerapan peraturan dan
g. pengawasan peraturan.
Struktur Politik Formal dan Non Formal

 Fungsi-fungsi masukan dijalankan oleh sub-sub sistem


non-pemerintah, masyarakat dan lingkungan umum,
sementara fungsi keluaran merupakan fungsi yang
dijalankan pemerintah.
 Fungsi yang terakhir itu merupakan fungsi yang
dijalankan oleh institusi pemerintah dalam bentuk
tradisional yaitu legislatif ( rule making); eksekutif (rule
application) dan yudikatif (rule adjudication).
 Almond percaya bahwa fungsi masukan lah yang
dianggap sebagai sangat berarti, sedangkan fungsi-
fungsi keluaran kurang penting mendapat perhatian.
Suatu sistem politik adalah suatu sistem terbuka, dan secara tetap dipengaruhi oleh
lingkungan-lingkungan sosial, budaya dan ekonomi, dimana sistem politik bekerja di
bawahnya.

Dibawah sosialisasi politik, Almond telah memasukkan apa yang disebutnya ”dimensi
psikhologis” dari sistem politik yang bernama budaya politik.
Budaya politik . mengandung nilai-nilai yaitu sikap-sikap, sistem kepercayaan ,
simbol-simbol yang dimiliki oleh individu dan beroperasi dalam seluruh masyarakat
serta harapannya.

Sosialisasi politik merupakan proses induksi ke dalam budaya politik dan membawa
pada berkembangnya serangkaian perilaku di antara para anggota sistem itu . Hal itu
dapat dijalankan oleh berbagai elemen dalam masyarakat dan dengan gaya yang
berlain-lainan.

Tahap pertama, proses sosialisasi dimaksudkan sebagai penyebar, particularistik dan


askriptif serta afektif. Dengan berkembangnya masyarakat, sosialisasi menjadi
semakin khusus, universalistik dan instrumental. Gambaran ini dapat juga diterapkan
dalam rekrutmen politik yang akan menggambarkan inisiasi para anggota dalam
politik.
Sekali proses-proses sosialisasi dan rekrutmen politik sempurna maka struktur yang
mewakilkan artikulasi kepentingan dan agregasi kepentingan mulai terorganisasikan.
UNSUR STRUKTUR NON FORMAL

Pada tahap artikulasi kepentingan fungsi-fungsi tersebut biasanya memakai


bentuk kelompok-kelompok kepentingan.
Kelompok kepentingan itu dapat berupa :
(i). Kelembagaan (Asosiasi),
(ii). Non-asosiasional (etnik, maupun relegius),
(iii). Anomis spontan,
(iv). Assosiasional kelompok bisnis.

Berfungsinya kelompok-kelompok kepentingan juga dapat berbentuk khusus


maupun luas, umum ataupun sebagian , instrumental ataupun efektif sesuai dengan
perkembangannya.

Agregasi kepentingan dicapai dengan :


1. Perumusan kebijaksanaan umum yang menggabungkan kepentingan-kepentingan ,
2. Rekrutmen personal yang menganut pola suatu masyarakat tertentu. Partai politik
menjalankan instrumen utama dari agregasi kepentingan.
ADAPTASI DAN PERUBAHAN

Dalam karyanya yang terakhir bidang analisa sistem , Almond


mengakomodasikan proses adaptasi dan perubahan.
Disini dia memasukkan persoalan kemampuan (capability) yang menjabarkan
hal-hal dimana suatu sistem dapat mengatasi masukan-masukan dengan
gemilang.
Segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem tidak selalu mendukung. Tuntutan
seperti itu dapat menjadi tantangan bagi sistem. Suatu sistem harus memiliki
elemen dan mekanisme untuk menghadapinya agar dapat survive .
Kemampuan sistem digambarkan untuk
i.. Menyerap sumber-sumber,
ii. Mengatur individu dan kelompok, dan
iii. Membagi barang-barang publik dan pelayanan.
Disamping hal ini sistem itu juga harus memiliki kemampuan simbolis dan
responsif, baik dalam lingkup domestik maupun internasional yang berarti
bahwa sistem tersebut harus mampu berkembang dan memelihara simbol-
simbol yang meningkatkan kesetiaan pada dirinya sendiri dan secara memadai
menanggapi tuntutan-tuntutan yang diajukan padanya baik lingkungan
domestik maupun internasional.
SISTEM POLITIK ALMOND

EXTERNAL
INTERNASIONAL

LEGISLATIF
IN-PUT EKSEKUTIF OUT-PUT
JUDIKATIF

Sosialisas, rekrtmen, PER-UU AN


artikulasi , komunikasi PENERAPAN
PENGAWASAN
INTERNAL
DOMESTIC/NASINAL
PHILIP SCHELZNIK & PHILIP NONET
EVOLUSI TIPE HUKUM

Di dalam suatu masyarakat yang terorganisasi secara politik


mengalami evolusi melalui 3 tahap, yaitu hukum repressif, hukum
otonom dan hukum responsif. (Law and Society :1978).

1. Tatanan hukum yang repressif diperlukan untuk memecahkan


berbagai masalah fundamental dalam mendidrikan tatanan politik
yang merupakan prasyarat bagi sistem hukum dan sistem politik
untuk mencapai sasaran yang lebih besar.
2. Tatanan hukum yang otonom dibangun di atas hasil-hasil tatanan
hukum repressif.
3. Sedangkan tatanan hukum responsif adalah perkembangan terakhir
yang bertumpu pada constitutional cornerstone rule of law, tahap
persamaan dihadapan hukum hasil dari tatanan hukum otonom.
Type hukum repressif memandang hukum sebagai abdi kekuasaan
repressif dan perintah dari yang lembaga-lembaga yang berdaulat dan
memiliki kekuasaan diskressi tanpa batas. Dalam type hukum repressif
maka hukum dan negara serta hukum dan politik tidak terpisah sehingga
aspek instrumental hukum sangat dominan daripada sifat ekspressinya.

Type hukum otonomous, hukum dipandang sebagai institusi mandiri yang


mampu mengendalikan repressi dan melindungi integritasnya sendiri.
Tatanan hukum otonom pada intinya pemerintahan ”rule of law” sub
ordinasi tindakan pejabat senantiasa berdasarkan hukum, bukan sebaliknya
“rule by men.” Integritas hukum, institusi hukum serta cara berpikir bebas
memiliki batas-batas yang jelas. Keadilan prosedural sangat ditonjolkan.

Type hukum responsif, memandang hukum dijadikan sebagai fasilitator


untuk merespon atau sarana menanggapi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.

Hukum responsif harus mengaplikasikan dua hal :


1. hukum itu harus fungsional, pragmatis, memiliki tujuan tertentu dan
rasional.
2. hukum menetapkan ukuran-ukuran atau standard yang bertujuan untuk
melakukan kritik terhadap pelaksanaan hukum
 Jadi perubahan pembinaan hukum dari suatu negara
sangat erat berkaitan dengan iklim politik. Sistem politik
demokrasi melahirkan hukum yang responsif dimana
partisipasi kelompok-kelompok dan individu mempunyai
peran besar di dalam menentukan substansi hukum dan
pengadilan memiliki kebebasan menerapkan prosedur
hukum yang berlaku.
 Sedangkan pada iklim sitem politik yang otoriter akan
mengarahkan pembinaan yang bersifat hukum
repressif, dimana hukum dijadikan pemerintah sebagai
sarana instrumental mengendalikan potensi masyarakat
untuk mendukung program-program pemerintah.
Ciri-ciri Hukum Repressif, Otonom dan Responsif
CIRI-CIRI REPRESSIF OTONOM RESPONSIF
Kegunaan
Tujuan Hukum Ketertiban Keabsahan

Ketahanan sosial Menegakkan


Legitimasi dan Rasionalitas prosedur Substantif, keadilan
Negara
Sangat terinci,
Umum dan meluas Subordinasi prinsip-
mengikat
Sifat tetapi hanya prinsip keadilan dan
pemerintah yang
mengikat kebijakan
Peraturan mengatur dan
pemerintah secara
masyarakat yang
lemah
diatur
Mengikatkan diri
Bertujuan utk
Ad hoc , sesuai secara ketat kepada
kepentingan
dengan keperluan otoritas hukum,
Penalaran/ masyarakat,
dan berlaku pada peka terhadap
Reasoning perpaduan kemauan
hal-hal spesifik formalisme dan
politis dan otoritas
legisme
Diperluas
Diskressi/ Dibatasi oleh namun tetap dapat
Penyimpangan Merata, peraturan- dipertanggung
opportunistik peraturan delegasi jawabkan untuk
sangat terbatas kepentiangan
umum

Luas sekali Temuan positip


Dikontrol melalui sebagai alternatif,
Pemaksaan pengendalian
kendali hukum misalnya insentif
lemah
atau pemenuhan
kepentingan

Moralitas
Moralitas: kelembagaan,
Moralitas komunal, hukum memperhatikan Moralitas sivil,
dan pengendalian integrasi proses moralitas
hukum kerjasama

Hukum bebas dari


Kaitan politik dan Hukum berada pengaruh politik, Integrasi politik
hukum dibawah politik terdapat dan hukum
kekuasaan pemisahan
kekuasaan.
Harapan terhadap Tanpa syarat, setiap Bertitik tolak dari Kebutuhan
Kepatuhan pelanggaran harus peraturan yang sah, masyarakat
di- hukum sbg menguji keabsahan
. pembangkang UU atau peraturan

Partisipasi lebih
Sebagai penurut
Dibatasi prosedur luas, integrasi
Partisipasi dan harus patuh,
yang ada, bantuan hukum
masyarakat kritik dianggap tidak
penyimpangan jika masyarakat politis
loyal
terjadi krisis hukum dan otoritas.
PERKEMBANGAN POLITIK HUKUM( MACHFUD MD).

Period Rezim Sistem Pemilu Pemda Agraria


e pemerintahan Politik

Demokrasi
1945 - Liberal
Demokratis Responsif Responsif Responsif
1959

Demokrasi Ortodoks/ Responsif


1959 - Terpimpin (Dengan
Otoriter Konservat
1966 -- alasan
Orde Lama if/Elitis tertentu)
Ortodoks/
Demokrasi Ortodoks Konservat
1966 - Pancasila Ortodoks/ if
Konservat
1998 Otoriter Konservat
Orde Baru if Elitis(pa
if/Elitis rsial)
Elitis

1998- Demokrasi
sekara konstitusion Demokratis Responsif Responsif Responsif
ng al Reformasi
Konfigurasi Politik dan Karakter Produk Hukumnya
menurut Machfud Md :
Karakter hukum senantiasa berubah sejalan dengan
perkembangan konfigurasi politik meskipun klasifikasinya tidak
eksak.
Ada konsistensi kecenderungan perubahan karakter itu :
karakter responsif senantiasa muncul bersamaan dengan
konfigurasi politik yang demokratis,
sedangkan karakter konservatif /ortodok/elitis muncul dalam
konfigurasi politik yang otoriter/birokratis.

Pengecualan terhadap kesimpulan umum ini hanya terjadi dalam


hukum agraria.
Hukum agraria lahir pada masa demokrasi terpimpin yang otoriter
berkarakter responsif. Tetapi hal ini disebabkan UUPA:
1. disahkan berdasarkan rancangan sebelumnya,
2. membongkar dasar-dasar kolonialisme yang tidak sesuai dengan
alam kemerdekaan, dan
3. tidak menyangkut tentang hubungan kekuasaan .
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH

PERIODE KONFIGURASI POLA HUBUNGAN


PRODUK HUKUM
POLITIK KEKUASAAN

OTONOMI LUAS, UU No.1/1945UU


1945 – 1959 No.22/1948UU
DEMOKRATIS DESENTRALISASI No.1/1957

SENTRALISTIK,DEKON PENPRES
OTORITER
1959 – 1966 SENTRATIF No.6/1959UU
No.18/1965

TAP MPRS
OTONOMI LUAS,
DEMOKRATIS No.XXI/1966TAP MPR
1966 – 1971 DESENTRALISASI
No.IV/1973

UU No.5/1974UU
1971 – 1998 OTORITER SENTRALISTIK, No.5/1979
DEKONSENTRASI
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH LANJUTAN
PERIODE
KONFIGURASI POLA HUBUNGAN
PRODUK HUKUM
POLITIK KEKUASAAN

OTONOMI LUAS, DAN


ADA PEMBAGIAN UU No. 22 /1999
1998 – TUGAS PEM.PUSAT DAN
DAERAH. DAN
SEKARANG DEMOKRATIS
KEWAJIBAN DAN UU 32/2004
PILIHAN PEMDA UU NO.12 THN 2008

Anda mungkin juga menyukai