Anda di halaman 1dari 73

HUKUM LINGKUNGAN DAN

KEBIJAKAN PUBLIK
KULIAH III
HUKUM SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN HIDUP
OLEH
TOMMY HENDRA PURWAKA
3 & 7 NOVEMBER 2020
HUKUM SEBAGAI KAEDAH SOSIAL
SIKAP DAN PERILAKU MANUSIA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERDASARKAN NILAI2 ATAU KAEDAH2 SOSIAL YG TERDIRI DARI
KAEDAH AGAMA, KAEDAH KESUSILAAN, KAEDAH KESOPANAN, DAN KAEDAH HUKUM.

UNSUR2 MATERI/ISI/ SUMBER SIFAT TUJUAN SANKSI


JENIS2 SUBSTANSI

KAEDAH AGAMA NORMA YG MENGATUR BERSUMBER DARI TUHAN INTERNAL DGN HUBUNGAN KEHIDUPAN MANUSIA YG ADA SANKSI YG BER ASAL
HUBUNGAN ANTARA VERTIKAL BER-AKHLAK BAIK DARI TUHAN
MANUSIA DGN TUHAN

KAEDAH KESUSILAAN NORMA YG MENGATUR BERSUMBER DARI DALAM INTERNAL DGN HUBUNGAN KEHIDUPAN MANUSIA YG ADA SANKSI YG BER ASAL
HUBUNGAN ANTARA SIFAT DIRI MANUSIA HORIZONTAL BERSIFAT BAIK DARI DALAM DIRI MANUSIA
BAIK DAN BURUK DALAM
DIRI MANUSIA

KAEDAH KESOPANAN NORMA YG MENGATUR BERSUMBER DARI EKSTERNAL DGN HUBUNAN KEHIDUPAN BERMA ADA SANKSI YG BER ASAL
HUBUNGAN ANTARA PERGAULAN HIDUP SOSIAL KEMASYARAKATAN SYARAKAT YG SOPAN DAN DARI MASYA-RAKAT
MANUSIA DAN KEMASYARAKATAN SANTUN
MASYARAKAT

KAEDAH HUKUM NORMA YG MENGATUR BERSUMBER DARI EKSTERNAL: HUBUNGAN TEGAKNYA KETERTIBAN ADA SANKSI YG BER- ASAL
BERBAGAI HUBUNGAN DLM KESADARAN TTG KE ADILAN, ANTARA PEMERINTAH/ UMUM DALAM KEHIDUP AN DARI NEGARA
KEHIDUPAN BER KEBENARAN, KEPASTIAN, PEMEGANG KUASA DGN BERMASYARAKAT,
MASYARAKAT,BERBANG SA, DAN KEHIDUPAN NYATA MASYARAKAT (AN TARA YG BERBANGSA, DAN BER-
DAN BERNEGARA SEHARI-HARI MENGATUR DAN YG DIATUR) NEGARA
PENGERTIAN HUKUM LINGKUNGAN
PENGERTIAN PENAFSIRAN KATA-KATA BERMAKNA

1. KESATUAN RUANG: PENATAAN RUANG DARAT,


AIR/LAUT, DAN UDARA…DENGAN…
HUKUM LINGKUNGAN ADALAH 2. BENDA: BERWUJUD DAN TAK BERWUJUD, BERGERAK
HUKUM YANG MENGATUR DAN TAK BERGERAK.
KESATUAN RUANG DENGAN SEMUA 3. DAYA: SDA, SDB, DAN SDM (DAYA RASA APETITUAL,
DAYA RASA SPIRITUAL, DAN DAYA RASA INTELEKTUAL
BENDA, DAYA, KEADAAN, DAN + DR Sosial & DR Estetika).
MAHLUK HIDUP TERMASUK 4. KEADAAN: HUBUNGAN SALING MEMPENGA RUHI
MANUSIA DAN PERILAKUNYA, YANG ANTARA SDA, SDB, DAN SDM DALAM SUATU
KESISTEMAN LINGKUNGAN HIDUP.
MEMPENGARUHI ALAM ITU SENDIRI, 5. PERILAKU: REFLEKSI DARI PEMAHAMAN NOR-
KELANGSUNGAN PERIKEHI DUPAN, MA/KAEDAH SOSIAL DAN KAEDAH HUKUM DLM
KESEJAHTERAAN MANUSIA SERTA MEWUJUDKAN PERIKEHIDUPAN YANG SEJAHTERA.
MAHLUK HIDUP LAIN.
RUANG LINGKUP PENGATURAN HUKUM UU PPLH
1. PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ADALAH UPAYA SISTEMATIS DAN TERPADU YANG DILAKUKAN UNTUK
MELESTARIKAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP DAN MENCEGAH TERJADINYA PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP YANG MELIPUTI PERENCANAAN, PEMANFAATAN, PENGENDALIAN, PEMELIHARAAN, PENGAWASAN, DAN PENEGAKAN
HUKUM.
2. KEUTUHAN UNSUR-UNSUR PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
3. KEJELASAN KEWENANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH.
4. PENGUATAN PADA UPAYA PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP.
5. PENGUATAN INSTRUMEN LH: KLHS, TATA RUANG, BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP, KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP, AMDAL, RKL&RPL, PERIZINAN, INSTRUMEN EKONOMI LH, PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERBASIS LH, ANGGARAN
BERBASIS LH, ANALISIS RISIKO LH, DAN INSTRUMEN LAIN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI.
6. PENDAYAGUNAAN PERIZINAN SBG INSTRUMEN PENGENDALIAN.
7. PENDAYAGUNAAN PENDEKATAN EKOSISTEM.
8. KEPASTIAN DALAM MERESPONS DAN MENGANTISIPASI PERKEMBANGAN LINGKUNGAN GLOBAL.
9. PENGUATAN DEMOKRASI LINGKUNGAN MELALUI AKSES INFORMASI, AKSES PARTISIPASI, DAN AKSES KEADILAN SERTA PENGUATAN
HAK-HAK MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
10. PENEGAKAN HUKUM PERDATA, ADMINISTRASI, DAN PIDANA SECARA LEBIH JELAS.
11. PENGUATAN KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP YANG LEBIH EFEKTIF DAN RESPONSIF.
12. PENGUATAN KEWENANGAN PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUNGAN HIDUP.
BENTUK HUKUM YANG MENGATUR SUMBER
DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
REGULATION REGULATORY POLICY POLICY
(REGELING/PENGATURAN) (BESCHICKING/BELEID REGEL/PENETAPAN) (BELEID/KEBIJAKAN)
REGULASI ADALAH KETENTUAN-KETENTUAN BELEID REGELS ATAU PERATURAN KEBIJAK- 1. KEBIJAKAN UMUM ADALAH ARAHAN
HUKUM YANG BERSIFAT MENGATUR SECARA AN ADALAH PERATURAN UMUM YG DIKELU- STRATEGIS YG MEMBERI PETUNJUK TTG
UMUM (REGELING). ARKAN OLEH INSTANSI PEMERINTAHAN APA YG HARUS DILAKUKAN SAAT INI
BERKENAAN DGN ARAH PELAKSANAAN BAGI PENGEMBANGAN YG LEBIH BAIK DI
UU NOMOR 12 TAHUN 2011: HIRARKI WEAWENANG PEMERINTAHAN TERHADAP MASA YG AKAN DATANG. MISALNYA:
1. UUD 1945 WARGA NEGARA ATAU TERHADAP INSTANSI KEBIJAKAN PENGELOLA AN SUMBER
2. TAP MPR PEMERINTAHAN LAINNYA DAN PEMBUATAN DAYA SBG POAC/ PDCA.
3. UU/PERPU PERATURAN TERSEBUT TIDAK MEMILIKI 2. KEBIJAKAN TEKNIS ADALAH PENJA-
4. PP (PERATURAN PEMERINTAH) DASAR YANG TEGAS DALAM UUD DAN BARAN TEKNIS KEBIJAKAN UMUM
5. PERPRES (PERATURAN PRESIDEN) UNDANG-UNDANG FORMAL BAIK LANGSUNG MENJADI KEGIATAN-KEGIATAN. MI-
6. PERDA PROVINSI MAUPUN TAK LANGSUNG (UU 30/2014). SALNYA DLM MANAJEMEN (POAC/
7. PERDA KABUPATEN/KOTA BESCHIKKING KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG PDCA): PO=DI, KS, DT DAN AL; A=PM,PP
8. PERDES (PERATURAN DESA) BERSIFAT INDIVIDUAL DAN KONKRET ATAU DAN PH; C= ME).
BERISI PENETAPAN ADMINISTRATIF 3. KEBIJAKAN PELAKSANAAN ADALAH
CATATAN: (BESCHIKKING) ATAUPUN KEPUTUSAN YANG RINCIAN PELAKSANAAN DARI SETIAP
1. ASAS DAN PRINSIP HUKUM BERUPA ‘VONNIS’ HAKIM YANG LAZIMNYA KEGIATAN YG DIJABARKAN DIDA-LAM
2. HUBUNGAN KETERKAITAN (TANAGU & HARMONI)
3. POLITIK HUKUM, KEBIJAKAN PUBLIK & HIPER REG
DISEBUT DENGAN ISTILAH PUTUSAN. KEBIJAKAN TEKNIS. MISALNYA BAGAI
4. PARAMETER FUNGSI HUKUM MANA PELAKSANAAN MASING2
KOMPONEN KEGIATAN PO, A, C.
1. MANUSIA DAN DAYA RASA.
2. MANUSIA SBG MAHLUK
EKON, SOS, BUD, POL. SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE:
3. MANUSIA SBG SUMBER KEPUTUSAN MASYARA KAT,
DAYA: TANGIBLE,
INTANGIBLE, VERY
PEMBENTUKAN DAN PENERAPAN/PELAKSANAAN HUKUM KONTRAK SOSIAL, DEMO KRASI,
KERAKYATAN YG DIPIM PIN OLEH
INTANGIBLE. HIKMAT KEBIJAKSANA AN DALAM
4. MANUSIA DAN PEMAKNAAN PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN.
BADANI, JIWANI, ROHANI. SOCIAL ENGINEERING:
5. MANUSIA DAN MARTABAT HUKUM MEREKAYASA KEHIDUP AN
MANUSIA. MASYARAKAT, HUKUM YG HI-DUP,
THE LIVING LAW, OTONOM.
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE PRODUK HUKUM MATERI HUKUM/LEGAL SUBSTENCE:
1. KEBUTUHAN POKOK S/D MANUSIA
ESTEEM. PENERAPAN HKM POLEKSOSBUDHANKAMLINGHUK.
MASYARAKAT
2. POLEKSOSBUDHANKAMLING
SOCIAL ENGINEERING YG DEMOKRATIS SUMBER HUKUM MATERIIL:
HUK.
3. KEPENTINGAN PRIVAT: LANDASAN IDIIL (KEADILAN,
PERLIN HUK KONSUMEN, KEBENARAN, KEPASTIAN) DAN
PRODUSEN DAN PERANTARA. LANDASAN RIIL (POLEKSOSBUD
4. KEPENTINGAN PUBLIK: KOM- HANKAMLINGHUK).
PROMI, TRADE OFF, KEBUTUHAN HIDUP SISTEM HUKUM NASIONAL SBG FILTER:
BALANCE. SUMBER HUKUM FORMIL: UU,
KEPENTINGAN POLITIK • BUDAYA HUKUM/LEGAL CULTURE TRAKTAT, PERJANJIAN, YURIS
KEPENTINGAN PRIVAT & • STRUKTUR HUKUM/LEGAL STRUCTURE
PRUDENSI, DOKTRIN (TERTU LIS) DAN
KEBIASAAN (TAK TER TULIS).
1. ASPIRASI BERISI KEBUTUHAN PUBLIK • MATERI HUKUM/LEGAL SUBSTENCE
DAN KEPENTNGAN.
STRUKTUR HUKUM: BANGUN/
2. ETIKA DALAM BERASPIRASI:
STRUKTUR KELEMBAGAAN YG
KEPENTINGAN PUBLIK LEBIH
MEMBUAT HUKUM BERDIRIU TEGAK.
DIUTAMAKAN (LEBIH DOMI-
NAN) DARI PADA KEPEN-
ASPIRASI BUDAYA HUKUM: SIKAP DAN
TINGAN PRIVAT.
PERILAKU TERHADAP HUKUM SBG
3. PENERAPAN ETIKA DLM POLITIK POPULIS ELITIS HASIL PENGERTIAN, PEMA HAMAN,
POLEK
SOSBUDHANKAMLINGHUK. MASYARAKAT RESPONSIF ORTODOX PENGETAHUAN THD NILAI-NILAI
KEHIDUPAN (KAE DAH AGAMA,
OTONOM REPRESIF KESUSILAAN, KE SOPANAN, DAN
HUKUM).
1. SALURAN POLITIK: HUBUNGAN KESISTEMAN HKM
ORGANISA-SI KELEMBA GAAN
SALURAN KONFIGURASI KONFIURASI
BAGAIKAN KESISTEMAN DLM MESIN
YG DAPAT MEM KONFIGURASI ANTARA ISI MESIN, BODY MESIN,
PERJUANGKAN AGAR SALURAN POLITIK POLITIK DAN KUNCI KON TAK YG
ASPIRASI DAPAT DIPRIO POLITIK
RITAS KAN PEMENUHAN NYA.
POLITIK DEMOKRATIS OTORITER
MENGHIDUPKAN DAN MEMATIKAN
MESIN.
2. KONFIG POLITIK: PERIMBANG
AN2 ASPIRASI YG MENGALIR
MELALUI SALURAN POLITIK
(PERIM BANGAN-
KOMPROMI-TRADE OFF).
SISTEMATIKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PEMBUKAAN/PREAMBUL BATANG TUBUH PENJELASAN
1. JUDUL (UU NO…THN…TTG…) BERISI PASAL-PASAL YG DIBACA BER- 1. PENJELASAN UMUM, TERMASUK
SAMAAN DGN PENJELASAN DISERTAI DGN PENJELASAN TENTANG LANDAS AN
2. MENIMBANG: PENAFSIRAN DAN PENALARAN HUKUM FILOSOFIS DAN SOSIOLOGIS SERTA
a. LANDASAN FILOSOFIS SERTA ARGUMENTASI YG RASIONAL. LANDASAN YURIDIS.
b. LANDASAN SOSIOLOGIS
1. TUJUAN (ADA DI DALAM UU) 2. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. BILA
3. MENGINGAT: PENJELASANNYA “CUKUP JELAS”
2. MANDAT HUKUM (PERLU TAFSIR) SEDANGKAN BAGI KITA YG MEMBACA
a. LANDASAN YURIDIS:
1) UUD 1945 3. SARANA (PERLU TAFSIR) BELUM JELAS, MAKA KITA PERLU
2) UU
MENAFSIRKAN DAN ATAU
3) PP
4. PRASARANA (PERLU TAFSIR) BERKONSULTASI DGN AHLI HUKUM.

4. MEMPERHATIKAN (JARANG DIGU 5. SDM (PERLU TAFSIR)


NAKAN) 6. LEADER/LEADERSHIP (TAFSIR)
5. MEMUTUSKAN: 7. JEJARING (PERLU TAFSIR)
MENETAPKAN
8. MEKANISME KERJA (PERLU TAFSIR)
9. HASIL KERJA (PERLU EVALUASI APAKAH
TUJUAN TERCAPAI)
HARMONISASI UNSUR-UNSUR HUKUM DAN KELEMBAGAAN
UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
UNDANG-UNDANG
UNSUR HUKUM
KETERANGAN UU SDA UU SDM UU SDB
DAN KELEMBAGAAN

TUJUAN
MANDAT HUKUM KSDM = f (ia) (pc, cc, ac)
SDM K: Peningkatan Kapasitas
ia: institutional f: Fungsi
PIMPINAN ia: Institutional Arrangement
arrangement If: Institutional Framework
pc: Potential Capacity
SARANA cc: Carrying Capacity
ac: Absorptive Capacity
PRASARANA
JEJARING KERJA KHUB = f (KSDM, KLEM)
if: institutional
KLEM = f (if) (pc, cc, ac)
MEKANISME KERJA framework
HASIL KERJA
KETERPADUAN UNSUR-UNSUR HUKUM DAN KELEMBAGAAN
DENGAN KOMPONEN PENGELOLAAN SUMBER DAYA
UNSUR A B C D E F G H
TUJUAN MANDAT SDM PIMPINAN SARPRAS JEJARING MEKANIS HASIL
KOMPONEN

1 DI

PLANNING & 2 KS
ORGANIZING
PLAN 3 DT

4 AL

5 PM
ACTUATING
DO 6 PP

7 PH
CONTROLLING
CHECK & ACTION 8 ME

LEGENDA:
1. PLANNING & ORGANIZING MELIPUTI DI: DATA&INFORMASI; KS: KAJIAN SUMBER DAYA; DT: DAYA DUKUNG & DAYA TAMPUNG; AL: ALOKASI.
2. ACTUATING MELIPUTI PM: PEMANFAATAN; PP: PROSES PENGOLAHAN; PH: PEMASARAN HASIL.
3. CONTROLLING MELIPUTI ME: MONITORING & EVALUASI.
4. UNSUR HUKUM DAN KELEMBAGAAN MELIPUTI: A. TUJUAN HUKUM; B. MANDAT HUKUM; C. SDM: SUMBER DAYA MANUSIA; D. PIMPINAN YG
BERKARAKTER; F. JEJARING KERJA; G. MEKANISME KERJA; H. HASIL KERJA.
PARAMETER FUNGSI HUKUM LINGKUNGAN
POLITIK EKON SOSIAL BUDAYA HAN KAM LING HUKUM

POLITIK KESTABILAN

EKONOMI EFISIENSI
(EFEKTIF&EFISIEN)

SOSIAL KESEJAHTERAAN

BUDAYA KEMAMPANAN
NILAI-NILAI

PERTAHAN KEKUATAN
AN

KEAMANAN KETENTRAMAN

LINGKUNG AN KEBERLANJUTAN

HUKUM KEADILAN, KEBE


NARAN, KEPASTI
AN
POLITIK PEMBENTUKAN, PERUBAHAN, DAN PENGHAPUSAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENGATURAN/REGELING/REGULATION KEBIJAKAN PENGATURAN/BELEIDS REGEL/REGULATORY POLICY KEBIJAKAN/BELEID/POLICY

OBYEK HUKUM
UNSUR HUKUM
KETERANGAN POL EKON SOS BUD HAN KAM LING HUK
DAN KELEMBAGAAN KESTABILAN EFISIENSI SEJAHTERA MAPAN KETAHANAN KETENTERA KEBERLAN KETERTIB
NILAI MAN JUTAN AN UMUM
Nilai TUJUAN PARAMETER FUNGSI HUKUM DAN KELEMBAGAAN
Kebenaran:
Persesuaian/
konsistensi hu MANDAT
bungan antara HUKUM KSDM = f (ia) (pc, cc, ac)
pengetahuan
dan obyek (pan
SDM
K: Peningkatan Kapasitas
ca indera, ilmi ia: institutional f: Fungsi
ah, morak, dan
iman). PIMPINAN ia: Institutional Arrangement
If: Institutional Framework
Nilai Keadilan: arrangement
Kondisi kebena pc: Potential Capacity
ran ideal seca SARANA cc: Carrying Capacity
ra moral (komu ac: Absorptive Capacity
tatif, distributif, PRASARANA
restoratif, sosi
al, hukum, dan KHUB = f (KSDM, KLEM)
fungsional). JEJARING
KERJA
Nilai Kepastian: if: institutional
Pengetahuan yg KLEM = f (if) (pc, cc, ac)
sempurna yg MEKANISME framework
memiliki total KERJA
keamanan dari
HASIL KERJA
kesalahan.
HARMONISASI HUKUM UNTUK MEWUJUDKAN
PENGELOLAAN SUMBER DAYA TERPADU
OBYEK KOMPONEN KAJIAN DAYA DU ALOKASI PEMANFAAT PENGOLAH PEMASARAN PENGAWAS
HUKUM KELOLA DATA & SUMBER KUNG & DA SUMBER AN SUMBER AN HASIL PE HASIL AN
(JENIS INFORMASI DAYA YA TAMPUNG DAYA DAYA MANFAATAN OLAHAN
SUMBER DAYA)

HAYATI
S
D NON-HAYATI

A LINGKUNGAN
HIDUP

TENAGA AHLI
S
D TENAGA
TERAMPIL
M TENAGA
PELAKSANA

IPTEK
S
D HUKUM &
KELEMBAGAAN
B ADM NEGARA &
ADM BISNIS
PARADIGMA POLITIK HUKUM SBG KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMBENTUKAN DAN
PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
NO PARADIGMA YANG DIBERLAKUKAN SAAT INI: NO SEHARUSNYA DIKOMBINASIKAN DENGAN:
1 PARADIGMA KONSTRUKSI LEGAL FORMAL: 1 PARADIGMA KONSTRUKSI LEGAL MATERIAL:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum formal kebijakan publik dengan mempertimbangkan harmonisasi unsur-2
sebagaimana diatur dalam UU 12/2011 jo. UU 15/ 2019 tentang hukum dan kelembagaan (tujuan, mandat hukum, SDM, pimpinan,
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan jo. UU 30/2014 tentang sarana, prasarana, jejaring kerja, mekanisme kerja, dan hasil kerja) dan
Administrasi Pemerintahan. komponen-2 kegiatan pengelolaan sumber daya dan lingkungan (PO:
data&info; kapasitas potensial; daya dukung&daya tampung; alokasi;
A: pemanfaatan; pengolahan; pemasaran/sosialisasi; dan C:
pengawasan).
2 PARADIGMA SUMBER HUKUM FORMAL: 2 PARADIGMA SUMBER HUKUM MATERIAL:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada sumber hukum formal yang berlaku: kebijkan publik dilakukan dengan mempertimbangkan landasan idiil:
UU, traktat, perjanjian, yurisprudensi; kebiasaan; dan doktrin. nilai kebenaran, nilai keadilan, dan nilai kepastian serta landasan riil:
poleksosbudhankamlinghuk.
3 PARADIGMA HUKUM SUBYEKTIF: 3 PARADIGMA HUKUM OBYEKTIF:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada tujuan pemberian landasan hukum kebijkan publik dengan mempertimbangkan obyek yang diatur oleh
bagi kekuasaan dan kewenangan serta hak dan kewajiban. hukum yang terdiri dari peristiwa-2 hukum (perbuatan-2 hukum,
hubungan-2 hukum, dan akibat-2 hukum) di bidang dan yang ditinjau
dari aspek poleksosbudhankamlinghuk.
4 PARADIGMA TUJUAN HUKUM: 4 PARADIGMA FUNGSI HUKUM:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada strategi bagaimana mencapai tujuan kebijakan publik dengan mempertimbangkan berfungsinya hukum dari
hukum (kepentingan privat>kepentingan publik atau sebaliknya). aspek poleksosbudhankamlinghuk demi tercapainya tujuan hukum
sebagai kepentingan publik.
OBYEK YANG DIATUR OLEH HUKUM SUMBER DAYA DAN
LINGKUNGAN HIDUP
SUMBER DAYA ALAM SUMBER DAYA MANUSIA SUMBER DAYA BUATAN
1. KELAUTAN (KONPIL) 1. PENDIDIKAN (KONWAYANDAS) 1. PEKERJAAN UMUM (KONWAYANDAS)
2. PERIKANAN (KONPIL) 2. KESEHATAN (KONWAYANDAS) 2. TATA RUANG (KONWAYANDAS)
3. PARIWISATA (KONPIL) 3. KETENTRAMAN (KONWAYANDAS) 3. PERUMAHAN RAKYAT (KONWAYANDAS)
4. PERTANIAN (KONPIL) 4. KETERTIBAN UMUM (KONWAYANDAS) 4. PERMUKIMAN (KONWAYANDAS)
5. KEHUTANAN (KONPIL) 5. PERLINDUNGAN MASY (KONWAYANDAS) 5. PERDAGANGAN (KONPIL)
6. ENERGI (KONPIL): 6. SOSIAL (KONWAYANDAS) 6. INDUSTRI (KONPIL)
a. LISTRIK: PLTA, PLTU, PLTD, PLTN, PLT SURYA, 7. TRANSMIGRASI (KONPIL) 7. PANGAN (KONWANONYANDAS)
PLT ANGIN, PLT LAUT, PLT PANAS BUMI, PLT 8. KETENAGA KERJAAN (KONWANONYANDAS) 8. PERHUBUNGAN (KONWANONYANDAS)
GAS
9. SD PEREMPUAN (KONWANONYANDAS) 9. KOMINFO (KONWANONYANDAS)
b. BERJENIS-JENIS ENERGI LAINNYA
10. PERLINDUNGAN ANAK (KONWANONYANDAS) 10. KOPERASI (KONWANONYANDAS)
7. SUMBER DAYA MINERAL (KONPIL):
a. BATU BARA (BUKAN MINERAL) 11. ADMIN DUKCAPIL (KONWANONYANDAS) 11. UMKM (KONWANONYANDAS)
b. MINERAL LOGAM 12. SD MASYARAKAT (KONWANONYANDAS) 12. PENANAMAN MODAL (KONWANONYANDAS)
c. MINERAL BUKAN LOGAM 13. KENDALI PENDUDUK (KONWANONYANDAS) 13. STATISTIK (KONWANONYANDAS)
d. MINERAL BATUAN 14. KEL BERENCANA (KONWANONYANDAS) 14. PERSANDIAN (KONWANONYANDAS)
e. MINERAL MINYAK (FOSIL FUEL) 15. KEBUDAYAAN (KONWANONYANDAS)
f. MINERAL RADIO AKTIF
16. PERPUSTAKAAN (KONWANONYANDAS)
8. TANAH (KONWANONYANDAS)
17. ARSIP (KONWANONYANDAS)
9. SD DESA (KONWANONYANDAS) MEKANISME INTERAKSI ANTAR 18. POLITIK LUAR NEGERI (ABSOLUT)
10. LINGKUNGAN HIDUP (KONWANONYANDAS) SUMBER DAYA 19. PERTAHANAN (ABSOLUT)
ASPEK NORMATIF/DAS SOLLEN/SEBAIKNYA: 20. KEAMANAN (ABSOLUT)
MEKANISME PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN 21. YUSTISI (ABSOLUT)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN 22. MONETER & FISKAL NASIONAL (ABSOLUT)
KEBIJAKAN PUBLIK. 23. AGAMA (ABSOLUT)
24. URUSAN PEMERINTAHAN UMUM
CONTOH UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
SUMBER DAYA ALAM
SUMBER DAYA ALAM CONTOH UNDANG-UNDANG (UU)
1. KELAUTAN (KONPIL) UU KELAUTAN; UU ZEE; UU LANDAS KONTINEN; UU RATIFIKASI KHL & BERBAGAI KONVENSI
2. PERIKANAN (KONPIL) UU PERIKANAN; UU WILAYAH PESISIR & PULAU2 KECIL; UU RATIFIKASI BEBERAPA KONVENSI
3. PARIWISATA (KONPIL) UU PARIWISATA; UU KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. PERTANIAN (KONPIL) UU TANI; UU KEBUN; UU BD TANAMAN; UU PERBENIHAN; UU HORTIKUL; UU VAR TANAM; UU PETER
NAKAN;
5. KEHUTANAN (KONPIL) UU KEHUTANAN; UU PENCEGAHAN & PENCEGAHAN PERUSAKAN HUTAN; UU SD AIR
6. ENERGI (KONPIL): LISTRIK (PLTA, PLTU, PLTD, UU ENERGI; UU KETENAGALISTERIKAN; UU PANAS BUMI; UU KETENAGANUKLIRAN;
PLTN, PLT SURYA, PLT ANGIN, PLT LAUT, PLT
PANAS BUMI, PLT GAS); BERJENIS-JENIS
ENERGI LAINNYA
7. SUMBER DAYA MINERAL (KONPIL): BATU UU MINERBA; UU MIGAS
BARA (BUKAN MINERAL); MINERAL LOGAM;
MINERAL BUKAN LOGAM;MINERAL BATUAN
MINERAL MINYAK (FOSIL FUEL); MINERAL
RADIO AKTIF
8. TANAH (KONWANONYANDAS) UU INFO GEODESI; UUPA
9. SD DESA (KONWANONYANDAS) UU DESA
10. LINGKUNGAN HIDUP (KONWANONYANDAS) UU PPLH; UU GANGGUAN
CONTOH UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
SUMBER DAYA MANUSIA
SUMBER DAYA MANUSIA CONTOH UNDANG-UNDANG (UU)
1. PENDIDIKAN (KONWAYANDAS) UU SISDIKNAS; UU DIKTI; UU GURU & DOSEN; UU DIK DOKTER; UU DIK BIDAN;
2. KESEHATAN (KONWAYANDAS) UU KESEHATAN; UU RUMAH SAKIT
3. KETENTRAMAN (KONWAYANDAS) UU GANGGUAN
4. KETERTIBAN UMUM (KONWAYANDAS) UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
5. PERLINDUNGAN MASY (KONWAYANDAS) UU HANSIP
6. SOSIAL (KONWAYANDAS) UU PSIKOTROPIKA; UU NARKOTIKA
7. TRANSMIGRASI (KONPIL) UU TRANSMIGRASI
8. KETENAGAKERJAAN (KONWANONYANDAS) UU KETENAGAKERJAAN; UU ARSITEK; UU SISJAMSOSNAS; UU BPJS
9. SD PEREMPUAN (KONWANONYANDAS)
10. PERLINDUNGAN ANAK (KONWANONYANDAS) UU PERLINDUNGAN ANAK
11. ADMIN DUKCAPIL (KONWANONYANDAS) UU ADMIN KEPENDUDUKAN
12. SD MASYARAKAT (KONWANONYANDAS) UU PERLINDUNGAN & PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN, & PETAMBAK GARAM
13. KENDALI PENDUDUK (KONWANONYANDAS) UU KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
14. KEL BERENCANA (KONWANONYANDAS)
CONTOH UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
SUMBER DAYA BUATAN
SUMBER DAYA BUATAN CONOH UNDANG-UNDANG (UU)
1. PEKERJAAN UMUM (KONWAYANDAS) UU KONSTRUKSI; UU BANGUNAN GDG; UU JALAN;
2. TATA RUANG (KONWAYANDAS) UU TATA RUANG
3. PERUMAHAN RAKYAT (KONWAYANDAS) UU PERUMAHAN & PERMUKIMAN
4. PERMUKIMAN (KONWAYANDAS) UU RUMAH SUSUN
5. PERDAGANGAN (KONPIL) UU PERDAG; UU METRO LEGAL; UU PROD HALAL; UU E-PERIZINAN; UU STANDARISASI; UU SAING
6. INDUSTRI (KONPIL) UU PERINDUSTRIAN; UU INDUSTRI TAHAN
7. PANGAN (KONWANONYANDAS) UU PANGAN
8. PERHUBUNGAN (KONWANONYANDAS) UU LLAJ; UU PERLAYARAN; UU PENERBANGAN; UU KERETA API;
9. KOMINFO (KONWANONYANDAS) UU PENYIARAN; UU POS; UU TELEKOMUNIKASI;
10. KOPERASI (KONWANONYANDAS) UU KOPERASI;
11. UMKM (KONWANONYANDAS) UU UMKM;
12. PENANAMAN MODAL (KONWANONYANDAS) UU PENANAMAN MODAL
13. STATISTIK (KONWANONYANDAS) UU STATISTIK
14. PERSANDIAN (KONWANONYANDAS)
15. KEBUDAYAAN (KONWANONYANDAS) UU FILM
16. PERPUSTAKAAN (KONWANONYANDAS) UU PERPUSTAKAAN
17. ARSIP (KONWANONYANDAS) UU KEARSIPAN
18. POLITIK LUAR NEGERI (ABSOLUT) UU HUBUNGAN LUAR NEGERI
19. PERTAHANAN (ABSOLUT) UU PERTAHANAN; UU TNI
20. KEAMANAN (ABSOLUT) UU KEPOLISIAN
21. YUSTISI (ABSOLUT) UU KEIMIGRASIAN; UU CIPTA; UU PATEN; UU MEREK; UU PT; UU WAJIB DAFTAR PERSH
22. MONETER & FISKAL NASIONAL (ABSOLUT) UU PENANAMAN MODAL; UU PERBANKAN; UU BANK SYARIAH; UU LEMB UANG MIKRO;
23. AGAMA (ABSOLUT) UU IBADAH HAJI
24. URUSAN PEMERINTAHAN UMUM UU PEMEBENTUKAN PER-UU; UU PEMDA; UU ADMIN PEMR; UU ASN
HUKUM & SUBSTANSI DAN KELEMBAGAAN HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
KELEMBAGAAN
1. Hukum Kebiasaan Inter. Kesadar lingk internasional 1960an: overuse & misuse kimia pertanian (Silent Spring); acid rain; oil spills; industrial waste; arm
control; state responsibility & liability; international delinquency doctrine; strict liability; UNCLOS I (1958) & UNCLOS II (1960).

2. Konvensi Internasional a. Pengaturan hukum umum: Stockholm 1972; WECD, Nairobi 1982; our common future 1987; KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro:
Deklarasi Rio, Konvensi Perubahan Iklim (FCCC), Konvensi Keanekaragaman Hayati,Reka yasa Genetika, Prinsip2 Kehutanan,
Komisi Pembangunan Berkelanjutan/CSD, Agenda 21 (social & ekono mi, konservasi & manajemen, serta sarana & prasarana).
UNCLOS III mulai 1972, ditandatangani 1982, dan berlaku serta mengikat secara internasional pd 1994.

b. Pengaturan hukum konservasi: eksplorasi, eksploitasi, manajemen, konservasi, perlindungan, pelestarian, Prinsip 5R (Reduce,
Reuse, Recycle, Replace, Repair), Instrumentasi & Standarisasi, Mitigasi & Rehabilitasi.

c. Pengaturan hukum kehutanan: Kongres Kehutanan VII, Jakarta 1978: Forest for People; Deklarasi Rimba wan Dunia, Yokohama
1991: Sustainable Forest Management; Kongres Kehutanan X, Paris 1991: Penghijau an Bumi;

d. Pengaturan hukum pencemaran: Sumber Pencemar; Bahan Pencemar; Dampak Pencemaran; Pence-gahan, Penanggulangan,
dan Perbaikan/Rehabilitasi; Perlindungan dan Pelestarian; Instrumentasi dan Standarisasi.

e. Pengaturan hukum perubahan iklim: Protokol Kyoto 1997; Bali Roadmap 2007: mempertegas langkah REDD dan CDM serta
memperkuat jejaring UNFCCC dan IPCC.

3. Kelembagaan Dalam system UN terdapat organ yang memiliki policy-making dan kelompok organisasi atau badan khusus PBB yang secara
khusus terlibat dalam program dan kegiatan lingkungan, seperti: IMO, WHO, FAO, ILO, dan UNIDO. Di luar system UN terdapat
organisasi2 internasional, regional, dan nasional, termasuk NGO.
NO SEJARAH HUKUM & SUBSTANSI SEJARAH HUKUM & KELEMBAGAAN
KELEMBAGAAN (Sumber: www.menlh.go.id/sejarah-kementerian-lingkungan-hidup/)

1. ARUS GLOBAL PRA 1972 Konferensi Lingkungan Hidup Sedunia I di Stockholm, Swedia pada bulan Juni 1972. Saat itu, pembangunan nasional
memasuki Pelita Pertama (1969-1974).

2. KOMITMEN INTERNASIONAL 1972 Deklarasi dan Rekomendasi Stockholm mencakup lima isu utama: permukiman, pengelolaan sumber daya alam,
pencemaran, pendidikan dan pembangunan.
3. KOMITMEN POLITIK NASIONAL Keppres No. 16 Thn 1972: berhasil merumuskan program kebijakan lh dalam GBHN 1973-1978. Keppres No. 27 Thn
(1972-1978) 1975: Panitia Inventarisasi & Evaluasi Kekayaan Alam. Pd 1976: RUU Pengel LH. PSL didirikan di sejumlah universitas,
antara lain di ITB dan IPB.
4. KANTOR MENEG WAS-BANG & LH Kepmendagri 240/1980: penempatan Biro Kependudukan & LH di Setda & Set DPRD I. 1981: diper-kenalkan
(1978-983) penghargaan Kalpataru. 1982: UU 4/1982 ttg Ketentuan2 Pokok Pengelolaan LH diunda
5. KANTOR MENEG KEPE NDUDUK & Keppres 25/1983: Kedudukan, Tupoksi & Tata Kerja Kemen KLH. PP 29/1986: AMDAL. Keppres 23/ 1990: BAPEDAL.
LH (‘83-’93) PSK & PSL ditumbuhkembangkan di PTN dan PTS. PP 20/1990: Baku Mutu Ling. RUU Tata Ruang disetujui. Kepmen
03/1991: Baku Mutu Limbah Cair. 1992: KTT Bumi di Rio de Janeiro. UU 10/1992: Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
6. KANTOR MENEG LH (1993-1998) 1993: pembentukan KLH. Pengundangan UU 23/1997 ttg Pengelolaan LH. RUU Penataan Ruang Kelautan, RPP Tata
Cara Penetapan dan Pembayaran Biaya Pemulihan Lingkungan, Tata Cara Pengaduan, Penelitian dan Penuntutan
Ganti Rugi, Pengendalian Perusakan Lingkungan, Pengen dalian Pencemaran Udara, Laut, Kebisingan dan Tanah.

7. ERA REFORMASI (1998-1999) KLH mengalami dua periode kepemimpinan, yaitu: Prof. Dr. Juwono Sudarsono (1998), dan dr. Panangian Siregar
(1998-1999).
8. PASCA REFORMASI (1999-2014) 1999-2001: konsolidasi internal. 2001-2004: capacity building & good governance. Integrasi BAPE DAL ke KLH. 2004-
2014: focus perubahan iklim;UUPPLH 32/2009 (R.Witular, GM Hatta, B.Kambuaya).
9. KLHK (2014- ) Penerapan Kajian LH Strategis (UU 32/2009) sbg instrument LH dalam Program NCICD (National Capital Integrated
Coastal Development) di pantura Jakarta (Teluk Jakarta).
UU NO. 5 THN 1994 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI
Sumber: http://www.menlh.go.id/bk/konvensi.htm

Konvensi keanekaragaman hayati lahir sebagai wujud kekhawatiran umat manusia atas semakin berkurangnya nilai
keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh laju kerusakan keanekaragaman hayati yang cepat dan kebutuhan masyarakat
dunia untuk memadukan segala upaya perlindungannya bagi kelangsungan hidup alam dan umat manusia
selanjutnya. Konvensi Keanekaragaman Hayati adalah perjanjian multi lateral untuk mengikat para pihak (negara peserta
konvensi) dalam menyelesaikan masalah – masalah global khususnya keanekaragaman hayati. Secara singkat sejarah
munculnya konvensi keanekaragaman hayati adalah dari hasil pertemuan KTT Bumi Tahun 1992 di Rio de Janeiro yang
merupakan bentuk penegasan kembali dari Deklarasi Stockholm pada tanggal 16 Juni Tahun 1972, terutama menyangkut isi
deklarasi bahwa permasalahan lingkungan merupakan isu utama yang berpengaruh pada kesejahteraan manusia dan
pembangunan ekonomi di seluruh dunia (butir ke-2 Deklarasi Stockholm).

Pertemuan KTT Bumi Tahun 1992 di Rio de Janeiro ini telah merumuskan lima dokumen, yakni:
1. Deklarasi Rio; 2. Konvensi Acuan tentang Perubahan Iklim; 3. Konvensi Keanekaragaman Hayati; 4. Prinsip-Prinsip
Pengelolan Hutan; dan 5. Agenda 21.

PRINSIP
Prinsip dalam konvensi keanekaragaman hayati adalah bahwa setiap negara mempunyai hak berdaulat untuk memanfaat
kan sumber – sumber daya hayati sesuai dengan kebijakan pembangunan lingkungannya sendiri dan mempunyai tanggung
jawab untuk menjamin bahwa kegiatan – kegiatan yang dilakukan di dalam yurisdiksinya tidak menimbulkan kerusakan
terhadap lingkungan negara lain atau kawasan di luar batas yuridiksi nasional.
TUJUAN
1. Konservasi keanekaragaman hayati.
2. Pemanfaatan berkelanjutan dari komponen – komponen keanekaragaman hayati.
3. Pembagian keuntungan dari pemanfaatan sumber daya genetik secara adil dan merata.

MANFAAT
Manfaat yang diperoleh Indonesia sebagai negara pihak dari konvensi keanekaragaman hayati antara lain:
1. Penilaian dan pengakuan dari masyarakat internasional bahwa Indonesia peduli atas keanekaragaman hayati dan
pengakuan ketentuan yang berlaku di negara masing – masing anggota atas sumber daya alam hayati yang dimilikinya.
2. Mendorong untuk mendapatkan keuntungan bersama yang dihasilkan dari pendayagunaan sumber daya genetik Republik
Indonesia pada pertemuan – pertemuan konvensi keanekaragaman hayati.
3. Kepentingan untuk melindungi sumberdaya megabiodiversity.

TANGGUNG JAWAB
Tanggung Jawab negara yang meratifikasi konvensi keanekaragaman hayati adalah:
1. Mengembangkan strategi nasional untuk konservasi dan pembangunan berkelanjutan keanekaragaman hayati.
2. Menetapkan kawasan lindung, memperbaiki ekosistem yang rusak, mengendalikan species asing dan menetapkan fasilitas
konservasi ex-situ.
3. Melaksanakan program pelatihan dan penelitian untuk perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara
berkelanjutan.
4. Meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan.
5. Melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan sebelum dilaksanakan kegiatan/proyek yang dapat mengurangi
keanekaragaman hayati.
6. Mengakui hak pemerintah untuk mengatur akses terhadap sumber genetiknya dan apabila dimungkinkan memberikan
pihak lain akses terhadap sumber daya genetik untuk pemanfaatan yang ramah lingkungan.
7. Mendorong transfer teknologi dan bioteknologi khususnya kepada negara berkembang.
8. Menetapkan pertukaran informasi antar pihak mengenai seluruh subjek yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati.
9. Meningkatkan kerjasama teknis dan ilmiah antar pihak untuk memungkinkan para pihak untuk melaksanakan konvensi
keanekaragaman hayati.
10. Menjamin keuntungan negara yang menyediakan sumber daya genetik mempunyai akses terhadap keuntungan yang
berasal darinya.
11. Menyediakan sumber keuangan kepada negara berkembang untuk memungkinkan mereka melaksanakan ketentuan yang
terdapat dalam konvensi keanekaragaman hayati.
RUU TENTANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN
HAYATI DAN EKOSISTEM—MENIMBANG:

LANDASAN FILOSOFIS LANDASAN SOSIOLOGIS LANDASAN YURIDIS


bahwa keanekaragaman hayati bahwa penyelenggaraan konservasi bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun bahwa berdasar
Indonesia merupakan karunia Tuhan keanekaragaman hayati dan ekosistem 1990 tentang Konservasi Sumber Daya kan pertimbang an
Yang Maha Esa yang memiliki saat ini dirasa masih kurang efektif Alam Hayati dan Ekosistemnya belum
karena lebih mengedapankan sebagaimana
kedudukan dan peranan yang sangat mampu menampung dan mengatur dimaksud dalam
paradigma pelindungan tanpa
penting bagi kehidupan, untuk itu memajukan aspek pemanfaatan secara secara menyeluruh mengenai
negara berkewajiban melindunginya penyelenggaraan konservasi huruf a, huruf b,
berkelanjutan dan lestari, perubahan dan huruf c, per lu
melalui penyelenggaraan konservasi sistem pembagian kewenangan di keanekaragaman hayati dan ekosistem,
keanekaragaman hayati dan ekosistem bidang pemerintahan dari sentralisasi substansinya masih tersebar di membentuk
dengan mengelola dan ke desentralisasi, tumpang tindih dan beberapa peraturan, belum Undang-Undang
memanfaatkannya secara lestari, ketidakjelasan kewenangan antar mengakomodir beberapa substansi tentang Konser
selaras, serasi, seimbang, dan kementerian di bidang konservasi, terkait ratifikasi internasional di bidang vasi Keanekara
berkelanjutan bagi sebesar-besarnya belum memberikan peran yang konservasi, kewenangan penyidik yang
maksimal kepada kepada masyarakat gaman Hayati dan
kemakmuran rakyat; hukum adat dan masyarakat sekitar masih terbatas, dan ketentuan sanksi Ekosistem;
daerah konservasi, minimnya peran yang ringan, sehingga perlu diganti; MENGINGAT:
serta masyarakat, sehingga harus Psl 20, 21, 28H (1),
segera direspon agar penyelenggaraan
konservasi dapat berjalan lebih dan 33 (3) &(4)
optimal; UUD 1945.
INDONESIA BIODIVERSITY
STRATEGIC AND ACTION PLAN 2003-2020
1. PENDAHULUAN
2. KEHATI UNTUK GENERASI SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG
3. STATUS KEHATI INDONESIA
4. KRISIS KEHATI DI INDONESIA
5. STRATEGI PENGELOLAAN KEHATI
6. RENCANA AKSI KEHATI NASIONAL 2003-2020
7. KONDISI UNTUK IMPLEMENTASI IBSAP: MISI; TUJUAN; TARGET;
STRATEGI IMPLEMENTASI; ARAH KEBIJAKAN; PROGRAM & JANGKA
WAKTU; INDIKATOR KINERJA KELEMBAGAAN; TARGET TERCAPAI
(MISAL: GNRHL; RUU SD GENETIK; NCHM&BP; BIOSAFETY; CDM).
INDONESIA BIODIVERSITY
STRATEGIC AND ACTION PLAN 2015-2020
1. PENDAHULUAN
2. PROSES PENYUSUNAN IBSAP 2015-2020 BERBASIS EVALUASI IBSAP
2003-2020
3. KEKINIAN KEHATI INDONESIA
4. PEMANFAATAN DAN KONTRIBUSI EKONOMI KEHATI
5. PENGELOLAAN KEHATI
6. KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA PENGELOLAAN KEHATI
7. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN KEHATI
8. DUKUNGAN PELAKSANAAN IBSAP 2015-2020
KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK
(KNSDG)
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 734/Kpts/ OT.140/12/2006, tanggal
29 Desember 2006, tentang pembentukan Komisi Nasional Sumber Daya
Genetik (Komnas SDG), maka penggunaan nama Komisi Nasional Plasma
Nutfah yang selama 30 tahun digunakan terhitung mulai tanggal tersebut
berganti nama menjadi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. SK Menteri
Pertanian No. 734/ Kpts/OT.140/12/2006 tersebut sekaligus mencabut SK
Menteri Pertanian No. 341/Kpts/KP.150/ 6/2001.
STRUKTUR ORGANISASI:
Pengarah Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (Ketua, Wakil, Sekretaris,
dan 14 anggota, sebagian terbesar dari Kementerian Pertanian).
Pelaksana Harian Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (Ketua, Sekretaris,
dan 14 anggota, sebagian terbesar dari Kementerian Pertanian).

Catatan: juga ada KEHATI yang didirikan oleh Prof. Emil Salim.
BEBERAPA PENGERTIAN
DALAM UU 5/1994 DAN UU 5/1990
KONVENSI KEHATI KONSERVASI KEHATI & EKOSISTEMNYA
1. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman mahluk 1. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur
hidup dari segala sumber (darat, laut, dan ekosistem hayati di alam yang terdiri dari sumber daya
akuatik), mencakup keanekaragaman di dalam species, alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya
antara species, dan ekosistem. alam hewani (satwa) yang bersama dengan
unsur nonhayati di sekitarnya secara
2. Sumber daya alam hayati, mencakup sumber daya genetic, keseluruhan membentuk ekosistem.
organisme, populasi biotik ekosistem dgn manfaat dan
potensial utk kemanusiaan. 2. Konservasi sumber daya alam hayati adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang
3. Ekosistem" ialah kompleks komunitas tumbuhan, binatang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana
dan jasad renik yang dinamis dan lingkungan non-hayati/ untuk menjamin kesinambungan persediaan-
abiotik-nya yang berinteraksi sebagai unit fungsional. nya dengan tetap memelihara dan mening
katkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
4. Konservasi in-situ" ialah korservasi ekosistem dan habi tat
alami serta pemeliharaan dan pemukiman populasi jenis- 3. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah
jenis berdaya hidup dalam lingkungan alaminya, dan dalam sistem hubungan timbal balik antara (SDA,
hal jenis-jenis terdomestikasi atau budidaya, di dalam
SDM, SDB) unsur dalam alam, baik hayati
maupun nonhayati yang saling tergantung
lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. dan pengaruh mempengaruhi.
5. Konservasi ex-situ" ialah konservasi komponen-komponen
keanekaragaman hayati di luar habitat alaminya.
TUJUAN
KONVENSI KEHATI KONSERVASI KEHATI & EKOSISTEMNYA
Tujuan Konvensi ini, seperti tertuang da Konservasi sumber daya alam hayati
lam ketetapan-ketetapannya, ialah kon- dan ekosistemnya bertujuan mengusaha
servasi keanekaragaman hayati, peman- kan terwujudnya kelestarian sumber
faatan komponen-komponennya secara daya alam hayati serta keseimbangan
berkelanjutan dan membagi keuntung- ekosistemnya sehingga dapat lebih men
an yang dihasilkan dari pendayagunaan dukung upaya peningkatan kesejahtera-
sumber daya genetik secara adil dan me an masyarakat dan mutu kehidupan
rata, termasuk melalui akses yang me- manusia.
madai terhadap sumber daya genetik
dan dengan alih teknologi yang tepat gu
na, dan dengan memperhatikan semua
hak atas sumber-sumber daya dan tek-
nologi itu, maupun dengan pendanaan
yang memadai.
PRINSIP
KONVENSI KEHATI KONSERVASI KEHATI & EKOSISTEMNYA
1. Sesuai dengan Piagam PBB dan 1. Konservasi sumber daya alam ha-
asas-asas hukum interna-sional, yati dan ekosistemnya berasas-
setiap Negara mempu-nyai hak kan pelestarian kemampuan dan
berdaulat untuk memanfaatkan pemanfaatan sumber daya alam
sumbersumber dayanya dan hayati dalam ekosistemnya seca-
menjamin tidak akan menimbul- ra serasi dan seimbang.
kan kerusakan terhadap lingkung 2. Konservasi sumber daya alam
an Negara lain. hayati dan ekosistemnya merupa
2. Mengakui hak berdaulat negara kan tanggung jawab dan kewajib
lain. an Pemerintah serta masyarakat.
3. Setiap pihak wajib bekerja sama 3. Konservasi dilakukan melalui per-
dengan pihak lain dan organisasi lindungan penyangga kehidupan,
internasional yang berkompeten. pengawetan kehati, dan pemanfa
atan kehati secara lestari.
HAK DAN KEWAJIBAN
1. Preservasi: melestarikan (jangka waktu lama; secara berkelanjutan)
2. Konservasi: mengawetkan (in situ/habitat alami dan ex situ/di luar
habitat alami, menjaga, melindungi, memelihara, mengendalikan,
menjamin, mengawasi, menindak, dan mengapresiasi)
3. Restorasi: memperbaiki (rehabilitasi, reklamasi, reboisasi,dan
pembaruan/budi daya/in situ terdomestikasi).
4. Kegiatan eksplorasi (PO), eksploitasi (A), manajemen (POAC/ PDCA),
konservasi (C).
ACUAN PENGATURAN HUKUM UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity
(Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic
Resources for Food and Agriculture (Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian).
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 jo. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan jo Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU RI No.31/2004 tentang Perikanan.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana dirubah
menjadi UU Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang
Nomor 2 Tahun 2015 dan diganti kembali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Kehutanan.
11. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan.
12. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERUMUSAN MATERI KEBIJAKAN
PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. Nilai- nilai yang tidak tampak dan total nilai ekonomis yang sebenarnya dari
keanekaragaman hayati, khususnya yang berkaitan dengan pertanian,
perkebunan, kehutanan, kelautan, dan lingkungan hidup.
2. Koordinasi antara para pemangku kepentingan, khususnya koordinasi
vertikal dan horizontal antara instansi-instansi pemerintah dan juga
pelibatan masyarakat.
3. Penguatan dan peningkatan daerah konservasi yang sudah ada menjadi
lintas daerah konservasi dan lintas ekosistem.
4. Harmonisasi pengelolaan keanekaragaman hayati dengan pengelolaan
SDA, SDM, dan SDB.
5. Pembentukan satu organisasi kelembagaan pengelola Kehati.
• Ironis, Indonesia sbg negeri penyedia plasma nutfah kedua di dunia setelah India harus
membayar mahal terhadap paten benih yg berasal dari kekayaan alamnya sendiri.

• Kini petani semakin terbebani untuk membayar paten varietas tanaman yang
ditanamnya.
TUJUAN HUKUM DAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
UNTUK MENGURANGI DAN MENCEGAH MENINGKATNYA
KONSENTRASI GAS RUMAH KACA DI ATMOSFIR PADA TINGKAT
YANG TIDAK MEMBAHAYAKAN SISTEM IKLIM

INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN TERBESAR DI DUNIA


DENGAN WILAYAH LAUT 2/3 DARI SELURUH WILAYAH NASIONAL
MEMILIKI PERAN STRATEGIS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM
MEWUJUDKAN TUJUAN TERSEBUT
UNFCC
PARIS 2015

1. Perkuat global respon thd


perubahan iklim.
2. Giatkan upaya nasional ber
basis keadilan, pembangunan
berkelanjutan, dan pengen
tasan kemiskinan.
3. Tingkatkan daya adaptasi, daya
tahan dan daya tangkal.

4. Bantuan fina
negara maju
5. Transfer tek
6. Cap Building
7. Transparansi
UU NO. 6 TAHUN 1994 UU NO. 17 TAHUN 2004 UU NO. 16 TAHUN 2016
RATIFIKASI UNFCCC RATIFIKASI PROTOKOL KYOTO RATIFIKASI PERSETUJUAN PARIS
1. Pengertian; 1. Isi 1. Tujuan: pembatasan suhu global 2oC dan
2. Tujuan; Protokol Kyoto terdiri atas 28 Pasal dan 2 memperta hankan kenaikan suhu di bawah
3. Prinsip-prinsip; Annex , Annex A : Gas Rumah Kaca dan 1,5oC.
4. Komitmen; kategori sektor/sumber dan Annex B : 2. Kontribusi nasional sbg pernyataan komitmen
5. Penelitian dan Pengamatan Sistemik; Kewajiban penurunan emisi yang ditentukan peng implementasian Persetujuan Paris untuk
6. Pendidikan, Pelatihan dan Kesadaran Masyarakat; untuk Para Pihak. pendanaan mitigasi dan adaptasi dgn target
7. Konferensi Para Pihak; 2. Tujuan: penurunan emisi secara sendiri 29% dan
8. Sekretariat; Protokol Kyoto bertujuan menjaga melalui kerja sama 41%.
9. Badan Pendukung untuk Nasihat-nasihat Ilmiah konsentrasi GRK di atmosfer agar berada
dan Teknologis; pada tingkat yang tidak membahaya kan
10. Badan Pendukung Pelaksanaan; sistem iklim bumi. Untuk mencapai tujuan itu,
11. Mekanisme Pembiayaan; Protokol mengatur pelaksanaan penurunan
12. Komunikasi Informasi Mengenai Pelaksanaan; emisi oleh negara indus tri sebesar 5 % di
13. Penyelesaian Masalah-masalah Pelaksanaan; bawah tingkat emisi tahun 1990 dalam
14. Penyelesaian Sengketa; periode 2008-2012 melalui mekanisme
15. Perubahan-perubahan terhadap Konvensi; Implementasi Ber-sama (Joint
16. Persetujuan dan Perubahan Lampiran-lampiran Implementation), Perdagangan Emisi
pada Konvensi; (Emission Trading), dan Mekanisme
17. Protokol; Pembangunan Bersih (Clean Development
18. Hak Suara; Mechanism).
19. Depositari; 3. Kebijakan dan Tata Cara
20. Penandatangan; 4. Target penurunan Emisi
21. Pengaturan Sementara; 5. Tanggung Jawab Bersama yang Dibedakan
22. Ratifikasi, Penerimaan, Persetujuan atau Aksesi; 6. Mekanisme Pembangunan Bersih
23. Hal Berlakunya; 7. Kelembagaan
24. Keberatan-keberatan (Reservasi); 8. Perdagangan Emisi
25. Penarikan Diri;
KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI
PERUBAHAN IKLIM
I. MITIGASI DAN ADAPTASI V. PRINSIP: MONEY FOLLOW
PERUBAHAN IKLIM PROGRAM
II. INTERNALISASI KE DALAM VI. PELAKSANAAN PRINSIP:
PEMBANGUNAN KOTA MASA 1. PRIORITAS NASIONAL;
DEPAN 2. PROGRAM PRIORITAS;
III. AKSI MITIGASI MELALUI 3. KEGIATAN PRIORITAS;
PENGURANGAN EMISI 4. SASARAN, INDIKATOR DAN LOKASI;
5. PENDANAAN.
IV. INSTRUMEN:
1. MRV: MONITORING, REPORTING,
DAN VERIFIKASI;
2. CDM: CLEAN DEVELOPMENT
MECHANISM;
3. JCM: JOINT CREDIT MECHANISM
RAN-API 2014
• Bab 1. Pendahuluan
• Bab 2. Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia
• Bab 3. Arah Kebijakan dan Sasaran Rencana Aksi Nasional Adaptasi
Perubahan Iklim
• Bab 5. Mekanisme Pelaksanaan
• Bab 4. Strategi dan Rencana Aksi Adaptasi Per Bidang
• Bab 6. Pemilihan Lokasi Percontohan Kegiatan RAN-API
• Lampiran 1 Matrik Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim
(RAN-API)
• Lampiran 2 Ringkasan Dampak Perubahan Iklim
• Lampiran 3 Area Prioritas dan Pertimbangan Mengintegrasikan
Aspek Gender dalam Program Aksi Adaptasi Perubahan Iklim
ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN RENCANA
AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
Dengan memperhatikan pengertian adaptasi perubahan iklim serta
tujuannya, adaptasi dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan
ketahanan (resiliensi) suatu sistem terhadap dampak perubahan iklim.
Sehingga adaptasi perubahan iklim di Indonesia diarahkan sebagai:
1. Upaya penyesuaian dalam bentuk strategi, kebijakan,
pengelolaan/manajemen, teknologi dan sikap agar dampak (negatif)
perubahan iklim dapat dikurangi seminimal mungkin, dan bahkan jika
memungkinkan dapat memanfaatkan dan memaksimalkan dampak
positifnya.
2. Upaya mengurangi dampak (akibat) yang disebabkan oleh perubahan
iklim, baik langsung maupun tidak langsung, baik kontinu maupun
diskontinu dan permanen serta dampak menurut tingkatnya.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH
KACA: KEGIATAN INTI

KEBIJAKAN UMUM KEBIJAKAN TEKNIS KEBIJAKAN PELAKSANAAN/STRATEGI


BIDANG PERTANIAN 1. Pemantapan ketahanan pangan nasional dan peningkat 1. Mengoptimalisasikan sumber daya lahan dan air.
Target Penurunan Emisi (26%) : 0,008 (Giga ton) CO2e an produksi pertanian dengan emisi GRK yang rendah. 2. Menerapkan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya
Target Penurunan Emisi (41%) : 0,011 (Giga ton) CO2e 2. Peningkatan fungsi dan pemeliharaan sistem irigasi. pertanian dengan emisi GRK serendah mungkin dan
mengabsorbsi CO2 secara optimal.
3. Menstabilkan elevasi muka air dan memperlancar
sirkulasi air pada jaringan irigasi.

BIDANG KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT 1. Penurunan emisi GRK sekaligus meningkatkan kenyama 1. Menekan laju deforestasi dan degradasi hutan untuk
Target Penurunan Emisi (26%) : 0,672 (Giga ton) CO2e nan lingkungan, mencegah bencana, menyerap tenaga menurunkan emisi GRK.
Target Penurunan Emisi (41%) : 1,039 (Giga ton) CO2e kerja, dan menambah pendapatan masyarakat serta 2. Meningkatkan penanaman untuk meningkatkan
negara. penyerapan GRK.
2. Pengelolaan sistem jaringan dan tata air pada rawa. 3. Meningkatkan upaya pengamanan kawasan hutan dari
3. Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa (termasuk lahan kebakaran dan pembalakan liar dan penerapan
bergambut yang sudah ada). Sustainable Forest Management.
4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi 4. Melakukan perbaikan tata air (jaringan) dan blok-blok
pertanian pada lahan gambut dengan emisi serendah pembagi, serta menstabilkan elevasi muka air pada
mungkin dan mengabsorbsi CO2 secara optimal. jaringan tata air rawa.
5. Mengoptimalisasikan sumberdaya lahan dan air tanpa
melakukan deforestasi.
6. Menerapkan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya
pertanian dengan emisi GRK serendah mungkin dan
mengabsorbsi CO2 secara optimal.
KEGIATAN INTI
KEBIJAKAN UMUM KEBIJAKAN TEKNIS KEBIJAKAN PELAKSANAAN/STRATEGI
BIDANG ENERGI DAN TRANSPORTASI 1. Peningkatan penghematan energi 1. Menghemat penggunaan energi final baik melalui
Target Penurunan Emisi (26%) : 0,038 (Giga ton) CO2e 2. Penggunaan bahan bakar yang lebih bersih (fuel penggunaan teknologi yang lebih bersih dan efisien
Target Penurunan Emisi (41%) : 0,056 (Giga ton) CO2e switching). maupun pengurangan konsumsi energi tak terbarukan
3. Peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan (fosil).
(EBT). 2. Mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan skala
4. Pemanfaatan teknologi bersih baik untuk pembangkit kecil dan menengah.
listrik, dan sarana transportasi. 3. (Avoid) - mengurangi kebutuhan akan perjalanan
5. Pengembangan transportasi massal nasional yang terutama daerah perkotaan (trip demand
rendah emisi, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. management) melalui penata-gunaan lahan
mengurangi perjalanan dan jarak perjalanan yang tidak
perlu.
4. (Shift) - menggeser pola penggunaan kendaraan
pribadi (sarana transportasi dengan konsumsi energi
yang tinggi) ke pola transportasi rendah karbon seperti
sarana transportasi tidak bermotor, transportasi publik,
transportasi air.
5. (Improve) - meningkatkan efisiensi energi dan
pengurangan pengeluaran karbon pada kendaraan
bermotor pada sarana transportasi.

BIDANG INDUSTRI Peningkatan pertumbuhan industri dengan mengopti malkan 1. Melaksanakan audit energi khususnya pada industri-
Target Penurunan Emisi (26%) : 0,001 (Giga ton) CO2e Target pemakaian energi. industri yang padat energi.
Penurunan Emisi (41%) : 0,005 (Giga ton) CO2e 2. Memberikan insentif pada program efisiensi energi.
BIDANG PENGELOLAAN LIMBAH Meningkatkan pengelolaan sampah dan air limbah domestik. 1. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan peraturan di daerah
Target Penurunan Emisi (26%) : 0,048 (Giga ton) CO2e Target (Perda).
2. Peningkatan pengelolaan air limbah di perkotaan.
Penurunan Emisi (41%) : 0,078 (Giga ton) CO2e 3. Pengurangan timbulan sampah melalui 3R (reduce, reuse, recycle).
4. Perbaikan proses pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA).
5. Peningkatan/pembangunan/rehabilitasi TPA.
6. Pemanfaatan limbah/sampah menjadi produksi energi yang ramah
lingkungan.
LEMBAGA PENDANAAN PERUBAHAN IKLIM
(INDONESIA CLIMATE CHANGE TRUST FUND/ICCTF)
Sumber: nasional.news.viva.co.id/.../90293-ri-bentuk-lembaga-tangani-peru...Sep 14, 2009

Indonesia membentuk suatu lembaga yang khusus menangani isu perubahan iklim. Lembaga baru ini diberi nama
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan berperan dalam hal pendanaan yang didesain untuk mendukung
pelaksanaan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Penetapan pembentukan lembaga baru ini telah disahkan
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional KEP 44/M.PPN/HK/09/2009 tertanggal 4
September 2009.
Dengan ICCTF maka secara umum target pencapaian yang diharapkan adalah pembangunan ekonomi rendah karbon,
peningkatan ketahanan nasional terhadap perubahan iklim serta meningkatkan efektivitas penanganan perubahan iklim.

Sebelum National Trustee terpilih, Pemerintah Indonesia telah menetapkan United Nations Development Programme
(UNDP) sebagai Interim Trustee. Dalam soft lunching ini dilakukan penandatanganan Letter of Agreement antara
Pemerintah Indonesia dengan UNDP sebagai Interim Trustee.
Mitra pembangunan seperti Inggris, Australia, Norwegia, Swedia, dan Belanda, menyambut positif akan pembentukan
ICCTF menyatakan komitmen untuk mengalokasikan pendanaan bagi perubahan iklim melalui ICCTF. Inggris dalam kaitan
ini telah mengalokasikan dana sebesar GBP 10 juta (catatan: dulu ada debt swap).
LEMBAGA ILMIAH INDONESIA UNTUK PERUBAHAN IKLIM
(IPCC INDONESIA)

Untuk mendapatkan data ilmiah akurat tentang perubahan iklim serta memperkuat posisi
negosiasi Indonesia pada perundingan internasional, Kementerian Lingkungan Hidup pada Oktober
2012 akan meresmikan Lembaga Ilmiah Indonesia untuk Perubahan Iklim yang format
kelembagaannya mengacu pada kelembagaan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)
yang didirikan oleh dua organisasi PBB, yaitu World Meteorological Organization (WMO) dan
United Nations Environment Programme (UNEP).
Forum ilmiah perubahan iklim dunia dikenal dengan nama Panel Ahli Antarnegara tentang
Perubahan Iklim (IPCC). Anggotanya sekitar 1.500 ahli dari seluruh dunia. Mereka penentu
justifikasi ilmiah terkait berbagai penelitian dan perhitungan mitigasi perubahan iklim dunia.
Forum Ilmiah Perubahan Iklim, IPCC Indonesia, yang dibentuk di hadapan Wakil Presiden Boediono
pada tahun 2012, akhirnya bubar sebelum terstruktur. Ketiadaan dukungan komitmen dan
pendanaan jadi penyebab. Kini, muncul penggantinya, yakni Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan
(APIK) Indonesia. Fokus kegiatan APIK adalah penelitian dengan pendanaan dari APBN.
CARBON TRADING
ATAU
PERDAGANGAN KARBON
Carbon trading atau perdagangan
karbon adalah sustu proses jual
beli izin dan kredit utk mengurangi
dan mencegah meningkatnya
jumlah karbon (CO2) di udara.
Catatan: kreditur memiliki sisa
jatah pelepasan karbon yang
diizinkan yang dapat dijual kepd
pihak debitur, pihak yang utang
karena telah melepas karbon
melampaui batas yang diizinkan.
PASAR KARBON
PENGERTIAN JENIS PASAR KARBON
1. Dalam pasar karbon, yang Menurut Pembentukannya:
diperdagangkan adalah hak atas 1. Pasar karbon sukarela.
emisi gas rumah kaca dalam 2. Pasar karbon wajib.
satuan setara-ton-CO2 (ton CO2
ekuivalen). Menurut cara perdagangan:
1. Trading (ETS: Emission Trading
2. Jenis emisi yg diperdagangkan System; Cap/Allowance/Jatah).
menurut Protokol Kyoto: 2. Crediting (Base Line & Crediting
a. karbon dioksida (CO2); dalam kerangka CDM).
b. metana (CH4); Mekanisme Pasar:
c. nitrat oksida (N2O); 1. Tahap Pengusulan.
d. hidrofluorokarbon (HFCs); 2. Tahap Validasi.
e. perfluorocarbons (PFCs); dan 3. Tahap Registrasi.
f. sulfur heksafluorida (SF6). 4. Tahap Verifikasi.
5. Tahap Penerbitan Kredit Karbon.
RAN-API 2014
• Bab 1. Pendahuluan
• Bab 2. Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia
• Bab 3. Arah Kebijakan dan Sasaran Rencana Aksi Nasional Adaptasi
Perubahan Iklim
• Bab 5. Mekanisme Pelaksanaan
• Bab 4. Strategi dan Rencana Aksi Adaptasi Per Bidang
• Bab 6. Pemilihan Lokasi Percontohan Kegiatan RAN-API
• Lampiran 1 Matrik Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim
(RAN-API)
• Lampiran 2 Ringkasan Dampak Perubahan Iklim
• Lampiran 3 Area Prioritas dan Pertimbangan Mengintegrasikan
Aspek Gender dalam Program Aksi Adaptasi Perubahan Iklim
ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN RENCANA AKSI
NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
Dengan memperhatikan pengertian adaptasi perubahan iklim serta
tujuannya, adaptasi dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan
ketahanan (resiliensi) suatu sistem terhadap dampak perubahan iklim.
Sehingga adaptasi perubahan iklim di Indonesia diarahkan sebagai:
1. Upaya penyesuaian dalam bentuk strategi, kebijakan,
pengelolaan/manajemen, teknologi dan sikap agar dampak (negatif)
perubahan iklim dapat dikurangi seminimal mungkin, dan bahkan jika
memungkinkan dapat memanfaatkan dan memaksimalkan dampak
positifnya.
2. Upaya mengurangi dampak (akibat) yang disebabkan oleh perubahan
iklim, baik langsung maupun tidak langsung, baik kontinu maupun
diskontinu dan permanen serta dampak menurut tingkatnya.
AGENDA 2030
TENTANG SDGs
1. Basis SDGs: hak asasi manusia dan
kesetaraan untuk mendorong pem-
bangunan social, ekonomi, dan ling
kungan hidup.
2. Prinsip SDGs: universal, integrasi,
dan inklusif agar tidak seorangpun
terlewatkan ( no one left behind).
3. Arah SDGs: mewujudkan 17 tujuan
dan 169 target sebagai kelanjutan
MDGs yang berakhir pada tahun
2015.
4. Empat Pilar SDGs Indonesia:
pembangunan social, ekonomi,
lingkungan, serta hukum dan tata
kelola.
TUJUAN-TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan
3. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia
4. Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan
6. Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua
7. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua
8. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi
semua
9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan
inovasi
10. Mengurangi ketimpangan didalam dan antar negara
11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan
12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya
14. Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pemba-ngunan yang
berkelanjutan
15. Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara
berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), dan menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat
hilangnya keanekaragaman hayati
16. Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi
semua dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua level
17. Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan
EMPAT PILAR SDGs INDONESIA SBG PRIME MOVER
1. Pembangunan Sosial SDGs adalah tercapainya pemenuhan hak dasar
manusia yang berkualitas secara adil dan setara untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat​ (Tujuan 1, 2, 3, 4, 5).
2. Pembangunan Ekonomi SDGs adalah tercapainya pertumbuhan
ekonomi berkualitas melalui keberlanjutan peluang kerja dan usaha,
inivasi, industri inklusif, infrastruktur memadai, energi bersih yang
terjangkau dan didukung kemitraan (Tujuan 7, 8, 9, 10)
3. Pembangunan Lingkungan SDGs adalah tercapainya pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan sebagai
penyangga seluruh kehidupan (Tujuan 6, 12, 13, 14, 15)
4. Pembangunan Hukum dan Tata Kelola SDGs adalah terwujudnya
kepastian hukum dan tata kelola yang efektif, transparan, akuntabel
dan partisipatif untuk menciptakan stabilitas keamanan dan mencapai
negara berdasarkan hukum​ (Tujuan 11, 16, 17).

Anda mungkin juga menyukai