(PERTEMUAN 1,2,3)
ADI SULISTIYONO
ALUMNI UNDIP 1988
1988-SEKARANG
DOSEN FHUNS
2003-2014
ASESOR AKREDITASI PS ILMU HUKUM S1,S2, NOTARIAT, S3
2002-2007:
DEKAN FH UNS
2004
MEDIATOR
2007-2011:
PEMBANTU REKTOR BIDANG PERENCANAAN, PENGEMBANGAN,
KERJASAMA
2007
GURU BESAR HUKUM EKONOMI
2011-2015
KETUA PROGRAM STUDI S3 & S2 ILMU HUKUM
2015-2019
KETUA SENAT FAKULTAS HUKUM UNS
2019
ARBITER BANI SOVEREIGN
2019-2023
KETUA SENAT UNS
ARTI PENTINGNYA HUKUM
BERDASAR SUBSTANSINYA
ASAL USUL Dari Tuhan Dari diri sendiri Dari masyarakat Dari masyarakat ;
(nurani) dan secara tidak LSM; Ormas;
masyarakat resmi; Ormas, Organisasi
Organisasi Internasional;
Profesi, Lembaga Negara Asing
SANKSI Dari Tuhan Dari diri sendiri Dari masyarakat Dari Negara;
dan masyarakat secara tidak Pemerintah;
secara tidak resmi, Resmi dari Pembentuk
11
resmi Lembaga. Undang-undang
ISI KAIDAH HUKUM
• PERINTAH
Harus dijalankan, merupakan keharusan.
Contoh: pasal 1 UU 1/1974 tentang Perkawinan. (Perkawinan dan
tujuannya berdasarkan Ketuhanan YME)
• LARANGAN
Hal-hal yang tidak boleh/dilarang dilakukan
Contoh: pasal 8 UU 1/1974 tentang Perkawinan. (larangan perkawinan)
• PERKENAN
Hal-hal yang boleh dilakukan namun bukan keharusan.
Contoh: pasal 29 UU 1/1974 tentang Perkawinan. (Perjanjian kawin)
12
Pengertian Hukum
Prof. Soedkno Mertokusumo
(Pakar Hukum Perdata-Acara Perdata UGM)
Keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama,
keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan sanksi.
Mochtar Kusumaatmadja
(Pakar Hukum)
Keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat, juga meliputi
lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah tersebut dalam masyarakat.
Teori Miror dalam hukum menjelaskan hukum merupakan hasil refleksi dari masyarakat
Konsep Hukum
SOETANDYO
filosofis-normatif-sosiologis
paling lengkap
1. Hukum adalah asas2 kebenaran dan keadilan yg bersifat kodrati dan berlaku
universal.
2. Hukum adalah norma-norma positif di dlm sistem perundang-undangan hukum
nasional.
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto dan tersistematisasi
sebagai judge made law.
4. Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sbg variabel
sosial empirik (law as it is in society: struktural-makro-kuantitatif).
5. Hukum adalah manifestasi makna2 simbolik para pelaku sosial sebagaimana
tampak dlm interaksii antar mereka (law as it is in human action: interaksional-
mikro-kualitatif)
Pengertian Ilmu Hukum
RADBRUCH:
ILMU YANG MEMPELAJARI MAKNA OBYEKTIF TATA HUKUM POSITIF, YANG DISEBUTNYA JUGA DOGMATIK
HUKUM
MEMPELAJARI
OBEK KAJIAN
HK POSITIP
PAUL SHOLTEN:
ILMU HUKUM ADALAH BIDANG STUDI YANG MENELAAH HUKUM YANG BERLAKU SEBAGAI SUATU
BESARAN
GIJSSELS DAN VAN HOECKE:
YURISPRUDENCE SEBAGAI SUATU PENGETAHUAN YANG SISTEMATIS DAN TERORGANISASIKAN TENTANG
GEJALA HUKUM, STRUKTUR KEKUASAAN, NORMA-NORMA, HAK2 DAN KEWAJIBAN
MOCHTAR KUSUMAATMADJA:
ILMU HUKUM POSITIF (DOGMATIKA HUKUM/LEGAL DOCMATICS) ADALAH ILMU TENTANG HUKUM YANG
BERLAKU DI SUATU NEGARA ATAU MASYARAKAT TERTENTU PADA SUATU SAAT TERTENTU. TUJUANNYA
UNTUK MEMAHAMI DAN MENGUASAI PENGETAHUAN TENTANG KAIDAH DAN ASAS-ASAS UNTUK
DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR MENGAMBIL KEPUTUSAN.
SUNARYATI HARTONO:
ILMU HUKUM ADALAH ILMU NORMATIF. METODE PENELITIAN YANG KHAS UNTUK ILMU HUKUM ADALAH
METODE PENELITIAN HUKUM NORMATIF, SEDANGKAN METODE PENELITIAN ILMU SOSIAL MERUPAKAN
PENUNJANGNYA YANG DIPERLUKAN UNTUK “ MEMBERIKAN DIAGNOSE TENTANG KEPINCANGAN YANG
TERDAPAT ANTARA HUKUM YANG TERTULIS DAN RASA KEADILAN DAN KEPATUTAN YANG DIANUT OLEH
MASYARAKAT”.
ILMU HUKUM Dalam
Arti Luas
SATJIPTO RAHARDJO
1. Peraturan Perundang-undangan
2. Kebiasaan Hukum
3. Traktat (perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih)
4. Treaty (perjanjian yang harus disampaikan kepada DPR untuk mendapat persetujuan sebelum
disahkan (diratifikasi) oleh Presiden)
5. Agreement (perjanjian yang mengandung materi yang lain, yang hanya disampaikan kepada
DPR untuk diketahui setelah disahkan oleh Presiden. Agreement ini diberi bentuk Peraturan
Presiden)
6. Yurisprudensi
7. Doktrin (pendapat ahli-ahli hukum yang ternama, yang mempunyai pengaruh dalam
pengambilan putusan pengadilan)
TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN
URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA MASA HINDIA BELANDA:
1. Undang-undang Dasar Kerajaan Belanda
2. Wet (Undang-undang Belanda), adalah jenis peraturan atau ketetapan yang dibuat oleh Mahkota Belanda
bersama-sama dengan Parlemen Belanda (Staten General). Mahkota Belanda terdiri dari Raja/Ratu Belanda
bersama-sama dengan Dewan Menteri Belanda.
3. Algemen maatregelen van bestuur, dibuat oleh Mahkota Belanda sendiri.
4. Ordonansi (era IS), dibuat oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda bersama-sama dengan Dewan Rakyat
Hindia Belanda (VoksRaad) di Jakarta esuai Titah Ratu (Kerajaan Belanda) di Den Haag;. Contoh: Hinder
Ordonantie (Ordonasi Gangguan)
5. Reglement adalah peraturan yang diusulkan organ pemerintah dan ditetapkan melalui Gouvernement Besluit
(Keputusan Pemerintah). Namun Reglement dalam konteks Regeringsreglement (RR), maka tingkatannya
adalah UUD Kolonial Belanda (1 Mei 1955 hingga 1 Januari 1926). RR berganti nama menjadi Indische
Staatsregeling (IS) dan dimuat dalam Lembaran Negara Hindia Belanda Tahun 1925 No. 415 juncto No. 577
6. Regerings Verordening (era RR), Peraturan Pemerintah yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal untuk
melaksanakan Wet.
7. Peraturan Daerah Swatantra Atau Daerah Swapraja.
45 BUTIR PANCASILA DALAM TAP MPR No.1/MPR/2003
Pancasila
Merupakan Sumber Segala Sumber Hukum
Negara
(PASAL 2 UU NO.12 TAHUN 2011 Yo. UU NO.15 TAHUN 2019)
06/28/2022
ANATOMI
UUD 1945
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
PASAL 28 D (1)
Pancasila
Merupakan Sumber Segala Sumber Hukum
Negara
(PASAL 2 UU NO.12 TAHUN 2011 Yo. UU NO.15 TAHUN 2019)
06/28/2022
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadapTuhan Yang
Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakuipersamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpamembeda-
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukansosial, warna kulit dan
sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintaisesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjungtinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya
sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain .
3. Persatuan Indonesia
PASAL 7
1. UUD 1945
2. UU/PERPU
3. PP 1. UUD 1945
2. KETETAPAN MPR
4. PERPRES 3. UU/PERPU/OMNIBUS
5. PERDA LAW
(PERDA 4. PP
5. PERPRES
PROPINSI, 6. PERDAPROPINSI
PERKAB/KOTA, 7. PERDAKOTA/KAB
PERDES)
KETETAPAN MPR
Yang dimaksud dengan “Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat” adalah Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan
Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.
◦ Fiksi hukum adalah asas yang menganggap semua orang tahu hukum (presumptio iures de iure).
◦ Dalam bahasa Latin dikenal pula adagium ignorantia jurist non excusat, ketidaktahuan hukum tidak
bisa dimaafkan
◦ Keberadaan asas fiksi hukum, telah dinormakan di dalam penjelasan Pasal 81 ketentuan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-undangan (dirubah UU No. 15 Tahun
2019) yakni: "Dengan diundangkannya Pembentukan Perundang-undangan dalam lembaran resmi
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, setiap orang dianggap telah mengetahuinya".
◦ Fiksi Hukum diatur lebih lanjut dalam Putusan MA No. 645K/Sip/1970 dan Putusan MK No.
001/PUU-V/2007 keduanya memuat prinsip yang sama yaitu “ketidaktahuan seseorang akan
undang-undang tidak dapat dijadikan alasan pemaaf” serta Putusan MA No. 77 K/Kr/1961 yang
menegaskan “tiap-tiap orang dianggap mengetahui undang-undang setelah undang-undang itu
diundangkan dalam lembaran negara”
Asas Hukum
Arief Sidharta
tiap aturan hukum itu berakar pada suatu asas hukum, yakni ‘suatu nilai yang diyakini berkaitan dengan
penataan masyarakat secara tepat dan adil’. ‘asas hukum merupakan meta-kaidah yang berada di belakang
kaidah, yang memuat kriteria nilai yang untuk dapat menjadi pedoman berperilaku memerlukan penjabaran
atau konkretisasi ke dalam aturan-aturan hukum’.
Paul Scholten
asas hukum adalah ‘pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di belakang sistem hukum, masing-
masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim, yang berkenaan
dengannya ketentuan-ketentuan dan putusan-putusan individual tersebut dapat dipandang sebagai
penjabarannya’.
ADI SULISTIYONO
Asas Hukum adalah kristalisasai nilai dasar, yang hidup di masyarakat atau telah menjadi grundnorm
dalam sistem hukum , yang digunakan sebagai pedoman arah dan menjadi ukuran moralitas
pembadanan sistem hukum, perundang-undnagan dan/atau putusan pengadilan
ASAS HUKUM
a) pengayoman;
b) kemanusiaan;
c) kebangsaan;
d) kekeluargaan;
e) kenusantaraan;
f) bhinneka tunggal ika;
g) keadilan;
h) kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i) ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j) keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
@ HAK CIPTA. ADI
06/28/2022 SULISTIYONO
ASAS-ASAS HUKUM
1. Nullum delictum nulla poena sina praevea lege poenali. Lex termporis delicti;
2. Lex superior derogat legi inferiori (peraturan yang lebih tinggi mengalahkan yang
lebih rendah); Lex posterior derogat legi apriori (hukum yang baru mengalahkan
hukum yang lama); lex spesialis derogat legi generalis (hukum khususmengalahka
hukum yang umum);
3. Res ipso loquitor (fakta sudah berbicara sendiri); urus testis nurus testis (satu saksi
bukan saksi); Primus interpares (yang utama dalam kedudukan yang sederajat)
4. Asas Hak Kebendaan (Asas Hukum pemaksa, dapat dipindahtangankan,
individualitas, totalitas, tidak dapat dipisahkan, prioritas, percampuran, publisitas)
5. Hukum Investasi (asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan
sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan,
dan kesatuan ekonomi nasional).
5. Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan
asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum,
keamanan, kemitraan, etika, dan kepercayaan
pada diri sendiri (UU Telekomunikasi No.36
Tahun 1999)
6. Penyelengaaraan kehutanan berasaskan manfaat
dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,
keterbukaan, dan keterpaduan. (Pasal 41 Tahun
1999)
7. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan terdiri atas
Asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara
negara, asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi,
efektivitas (UU No.32 Tahun 2004)
UU.No.2 Tahun 2012
tentang.
PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK
KEPENTINGAN UMUM
◦ Subyek Hukum adalah pihak-pihak yang oleh hukum diamanahi memegang dan
mendukung hak dan kewajiban; Dalam sistem hukum, subyek hukum : orang perseorangan dan
badan hukum. (Subyek Hukum Internasional: Individu, negara, organisasi internasional; Hukum
Perdata: Orang dan Badan Hukum; Hukum Pidana: Orang dan Koporasi)
Peristiwa Hukum
◦ Peristiwa Hukum itu adalah sebuah peristiwa atau kejadian yang dapat
menimbulkan akibat hukum yang sebelumnya telah diberlakukan baik berupa
hukum positif maupun hukum adat.
SISTEM HUKUM
sistem hukum adalah sebuah tatanan hukum dalam negara yang terdiri
dari beberapa sub sistem hukum yang merupakan satu kesatuan tak
terpisahkan, mempengaruhi politik hukum, pengembanan hukum dan
penegakan hukum di masyarakat
Komponen Sistem Hukum
◦ Sering dikenal juga sebagai sistem hukum CIVIL LAW.
◦ Sebagian besar negara-negara Eropa daratan dan daerah bekas jajahan / koloni nya; ex:
Jerman, Belanda, Perancis, Italia, negara2 Amerika Latin dan Asia.
◦ Sistem ini diturunkan dari Hukum Romawi Kuno, dan pertama kali diterapkan di Eropa
berdasarkan jus civile Romawi yaitu hukum privat yang di aplikasikan kepada warga negara
dan diantara warga negara.
◦ Sistem Hukum ini juga disebut jus guiritium sebagai lawan system jus gentium untuk
diaplikasikan secara Internasional , yakni antar Negara.
◦ Dalam perjalanan waktu hukum Romawi tersebut kemudian dikompilasikan bahkan
kemudian dikodifikasikan.
◦ Dalam sistem hukum civil law istilah “ code “ (undang undang ) adalah sekumpulan klausula
dan prinsip hukum umum yang otoritatif, komprehensif dan sistematis yang dimuat dalam Kitab
atau Bagian yang disusun secara logis sesuai dengan hukum terkait.
◦ Oleh sebab itu peraturan civil law dianggap sebagai sumber hukum utama , dimana semua
sumber hukum lainnya menjadi subordinatya
ANGLO SAXON
◦ Mulai berkembang di Inggris pada abad 16
◦ Sedangkan sistem hukum Common Law adalah sistem hukum yang diadopsi oleh Inggris, yang pada
mulanya merupakan peninggalan dari sistem hukum suku Anglia. Sehingga sistem hukum Common Law
juga sering disebut dengan sistem Anglo-Saxon
◦ Sering disebut sebagai COMMON LAW.
◦ System common law memiliki 3 karakter yaitu: 1) yurisprudensi dianut sebagai sumber hukum yang
utama, 2) dianutnya prinsip stare decisis (prinsip yang mengharuskan hakim untuk mengikuti putusan
hakim di pengadilan yang lebih tinggi (dalam hirarki yang sama), di mana sebuah kasus melibatkan fakta
dan isu serupa), dan 3) dianutnya adversary system dalam peradilan.
◦ Berkembang diluar Inggris di Kanada, USA, dan bekas koloni Inggris (negara persemakmuran/ common
wealth); spt: Australia, Malaysia, Singapore, India, dll.
◦ Teori stare decisis merupakan salah satu teori yang dikenal dalam bidang hukum, atau disebut
juga dengan teori precedent, yang berasal dari kalimat stare decisis et non quieta movera.
1. Stare decisis dapat meningkatkan unsur uniformitas
2. Stare decisis dapat mkeningkatkan unsur efisiensi
3. Stare decisis dapat meningkatkan unsur predictability
◦ Kelemahan utama dari teori stare decisis adalah bahwa dengan berpegang pada putusan
pengadilan sebelumnya berarti mempersempit ruang gerak dari hakim. Selain menghalangi
kreativitas hakim, juga mengakibatkan putusan-putusan pengadilan semakin kaku yang berakibat
putusan pengadilan semakin jauh dengan keadilan.
◦ Hakim Agung Amerika Serikat John Marshall sangat dikenang karena menyatakan di kasus
Marbury v. Madison bahwa "it is a constitution we are expounding." Marshall percaya bahwa teks
dan teori yang mendasari Konstitusi tertulis adalah hukum dasar yang memiliki makna yang
dapat dilihat, “judicial power is never exercised for the purpose of giving effect to the will of the
judge; always for the purpose of giving effect to the will of the legislature or other words to the will of
the law”.
HUKUM ADAT
◦ Sistem Hukum masyarakat Eropa yang didasari oleh lahirnya Perjanjian Paris Tahu 1951 dan
Perjanjian Roma Tahun 1957 telah melahirkan suatu pondasi bagi lahirnya “ common law Eropa
“, sebuah peraturan yang telah diimpelemntasikan baik oleh institusi yang merancang perjanjian
maupun oleh agensi pembentuk dan penegak hukum dari Negara anggota, artinya hukum ini
dapat diberlakukan jika memang dapat diinginkan oleh para individu dari Negara Negara
anggota.
◦ Sistem hukum masyarakat Eropa semakin kokoh menjadi sebuah peraturan tunggal bagi Uni
Eropah setelah dilakukan beberapa kali amandemen Perjanjian Roma sehingga melahirkan “
Single Europe Act 1986 ( Undang Undang Eropa Tunggal) yang ditanda tangani di Luxemburg
dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1987 yang sering disebut SEA (Single European Act ).
◦ Sebagai layaknya sebuah perjanjian internasional, maka hukum hukum masyarakat Eropah (Uni
Eropa ) akan mulai berlaku manakala perjanjian itu telah diratifikasi oleh negara peserta, dan
impelemtasinya lebih lanjut tergantung pada system konstitusi yang dianut oleh Negara peserta.
BIDANG-BIDANG STUDI HUKUM
1. SOSIOLOGI HUKUM
2. ANTROPOLOGI HUKUM
3. PERBANDINGAN HUKUM
4. SEJARAH HUKUM
5. POLITIK HUKUM
6. FILSAFAT HUKUM
7. PSIKOLOGI HUKUM
8. HUKUM DAN MASYARAKAT
POLITIK HUKUM
◦ DIPERKENALKAN DI INDONESIA OLEH PROF. LEMAIRE PADA
TAHUN 1955 DALAM BUKU “HET RECHT IN INDONESIA”
◦ DITULIS SEBAGAI BAGIAN DARI PENGANTAR HUKUM
INDONESIA OLEH UTRECHT (1966)
◦ DI BELANDA MELALUI BUKU “INLEIDING TOT DE
RECHTSWETENSCHAP IN NEDERLAND (1953), TETAPI DI
BELANDA TDK DIKEMBANGKAN LEBIH LANJUT
◦ POLITIK HUKUM MERUPAKAN BAGIAN DARI ILMU HUKUM
(BELLEFROID)
PERKEMBANGAN POLITIK HUKUM DALAM
KURIKULUM PENDIDIKAN HUKUM
06/28/2022
ORIENTASI POLITIK
HUKUM
1) SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA (PROF. DR. PADMO WAHJONO, UI)
2) HUKUM PEMBANGUNAN (PROF. MOCHTAR KUSUMAATMADJA, UNDPAD)
3) KEBAHAGIAAN DAN RASA KEADILAN MASYARAKAT (PROF.DR.
SATJIPTO RAHARDJO)
4) PERUBAHAN HUKUM (PROF.DR.SOEHARJO, UNDIP)
5) LEGAL POLICY YG ATAU AKAN DILAKSANAKAN SECARA NASIONAL-
PERUBAHAN SUBSTANSI DAN PELAKSANAAN KETENTUAN HUKUM
(PROF.DR.MOH. MAHFUD M.D.-UII)
6) SISTEM DAN PROSEDUR PERUBAHAN KONSTITUSI, & SISTEM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN (PROF. DR. SRI SOEMANTR-UNPAD)
7) PEMBANGUNAN SISTEM HUKUM MEREALISASI TUJUAN NEGARA DAN
VISI PEMERINTAH (PROF.DR.ADI SULISTIYONO-UNS)
INDONESIA YANG
MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR
RPJPN 2005-2025
UU NO. 17 TH 2007
8 MISI
velocity
Pembalap Liar