Anda di halaman 1dari 62

AUDIT HUKUM LEGISLASI

Taufiqurrohman Syahuri
(Assoc. Professor Hukum UPN Veteran Jakarta).

JSLG. 31 Oktober 2023

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 1


PENGANTAR: ISTILAH HUKUM
• Kata Hukum secara etimologis disebut kata hukum (indonesia), law (Inggris),
recht (Belanda dan Jerman), dan droit (Perancis). Istilah recht berasal dari
bahasa latin “Rectum” berarti tuntunan atau bimbingan, perintah atau
pemerintahan. Rectum dalam bahasa Romawi adalah “Rex” yang berarti Raja
atau perintah Raja. Istilah-istilah tersebut (recht, rectum, rex) dalam bahasa
Inggris menjadi “Right” (hak atau adil) yang juga berarti hukum.
• Istilah hukum dalam bahasa latin juga disebut “ius” dari kata “iubere” artinya
mengatur atau memerintah atau hukum. Perkataan mengatur dan memerintah
bersumber pada kekuasaan negara atau pemerintah. Istilah “ius” (hukum)
sangat erat dengan tujuan hukum yaitu keadilan atau “iustitia”. “Iustitia” atau
“Justitia” adalah dewi “keadilan” bangsa Yunani dan Romawi kuno. “iuris” atau
“Juris” (Belanda) berarti “hukum” atau kewenangan (hak), dan “Jurist” (Inggris
dan Belanda) adalah ahli hukum atau hakim.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 2


HUKUM IDENTIK ADIL
• Tesis Moralitas dan Normatifitas John Finch menyatakan bahwa terdapat banyak nama yang
disematkan kepada aliran hukum alam, seperti hukum alam semesta (the law of universe),
hukum Tuhan (the law of God), hukum abadi (the eternal law), hukum umat manusia (the
law of mankind), dan hukum akal budi (the law of reason).
• Tesis hukum alam adalah bahwa terdapat hubungan yang esensial antara hukum dan moral
(there is an essential connection between law and morality).
• Tesis ini, yang disebut dengan tesis moralitas, berimplikasi pada dua hal. Pertama, validitas
moral merupakan prasyarat yang dibutuhkan secara logis bagi adanya validitas hukum.
Pernyataan Augustinus bahwa hukum yang tidak adil bukan hukum (an unjust law is not
law/lex iniusta non est lex) merupakan gambaran dari hubungan ini.
• Aquinas mengatakan, Setiap hukum yang dibuat oleh manusia harus sesuai dengan hukum
alam, dalam arti hukum itu harus berasal dari hukum alam. Jika hukum yang dibuat itu
ternyata melenceng dari dasar-dasar yang terdapat dalam hukum alam, maka hukum itu
disebut hukum yang tidak adil, dan hukum yang tidak adil sesungguhnya merupakan
tindakan kekerasan, bukan hukum itu sendiri (not of law, but of violence).

Taufiqurrohman S, Politik Hukum Legal Drafting 3


ISTILAH UU
• Istilah UU disebut: “law” (Inggris) dari bahasa Latin “lex” atau dari kata ”lesere”
yang berarti mengumpulkan atau mengundang orang-orang untuk diberi perintah.
• Lex juga dari istilah “Legi” berarti peraturan atau undang-undang. Peraturan yang
dibuat dan disahkan oleh pejabat atau penguasa yang berwenang disebut “legal” atau
“legi” yang berarti “undangundang”.
• Dengan demikian istilah “law” (Inggris) “lex” atau “legi” (Latin), loi (Perancis), wet
(Belanda), gesetz (Jerman) selain berarti “hukum “ juga berarti “undang-undang”.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 4


DUA ISTILAH YANG MEMBEDAKAN
HUKUM DAN PERUNDANGAN

• Hukum dalam arti keadilan atau ius/recht/right => hukum menandakan norma
yang adil yang dicita-citakan.
• Hukum dalam arti perundangan atau lex/wet/law => norma yang mewajibkan
entah itu cocok dengan prinsip-prinsip keadilan ataupun tidak. Biasanya
berbentuk Hukum Tertulis (yuridi formal) => peraturan perundang-undangan
(Perda).
• Ius constitutum => hukum yang berlaku (hukum positip)
• Ius costituendum => hukum yang dicita-citakan
• Hukum tidak Tertulis (yuridis normatif) => hukum kebiasaan/adat/hukum agama

•10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit •5


AUDIT HUKUM (LEGAL AUDIT)
• Audit adalah istilah untuk suatu proses pemeriksaan. Arti audit
sendiri lebih sering dikaitkan dengan pemeriksaan pada penyajian
laporan keuangan institusi/perusahaan.
• Audit Hukum (Legal Audit) adalah Jasa Hukum yang diberikan oleh
Ahli hukum berupa kegiatan pemeriksaan secara menyeluruh dan
seksama dari segi hukum (dari aspek hukum dan perundang-undangan)
yang dilakukan oleh Auditor hukum atas permintaan institusi terhadap
suatu perbuatan yang telah dilaksanakan yang berkaitan
dengan Hukum.
• Tujuan Legal Audit Legislasi adalah guna melakukan penilaian
terhadap tingkat keamanan (keabsahan) regulasi, terutama dalam
hal legal risk aspect yang dapat membahayakan atau merugikan
publik.
• Legal Audit Legislasi dapat terdiri atas:
• Eksekutif review … oleh Pemerintah
• Yudikatif review ….oleh Pengadilan
• Legislatif review ….oleh Pembentuk PUU

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 6


OBYEK AUDIT
KEPUTUSAN & PERATURAN
• Norma Hukum Negara ada 4 kategori/bentuk:
1.Peraturan (Regeling) ➔ Peraturan perundang-undangan (mengatur)
2.Keputusan (Beschickking) ➔ Keputusan, Penetapan atau Tindakan
administrasi. Sifat: kongkrit, individual, Final.
3.Vonis ➔ putusan hakim
4.Beliedsregal ➔ surat edaran, instruksi (legislasi semu)
• Beda bentuk peda perlawanan hukum
• Salah satu prinsip/asas penting dalam hukum administrasi
negara adalah asas Presumptio Iustae Causa yang
menyatakan bahwa setiap keputusan tata
usaha negara (KTUN) yang dikeluarkan harus dianggap benar
menurut hukum, karenanya dapat dilaksanakan lebih dahulu,
selama belum dibuktikan sebaliknya dan dinyatakan (vonis) oleh
hakim

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 7


LANDASAN REVIEW BAGI LEGAL AUDITOR
A. Landasan Yuridis
1. Tinjauan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada,
yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan
rasa keadilan masyarakat.
2. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain:
1) Adanya penyimpangan hirarkhi peraturan perunang-undangan,
2) peraturan sudah ketinggalan,
3) peraturan tidak harmonis atau tumpang tindih,
4) Adanya perubahan norma hukum,
5) peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau
6) peraturannya memang sama sekali belum ada.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 8


Lanjtan
3. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan
Perundang-Undangan yang baru.

B. Landasan Filosofis.
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

C. Landasan Sosiologis.
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut
fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 9


Pintu Masuk 1 Pentingnya Legal Auditor:
Norma Hukum Legal Auditor Berdasar Perubahan Kedua UU
PPP N0 13/2022

• Pasal 98 Setiap tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


mengikutsertakan Perancang Peraturan Perundang-undangan.
• Selain Perancang Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dapat
mengikutsertakan analis hukum (Auditor Hukum-red)sesuai dengan
kebutuhan.
• Ketentuan mengenai keikutsertaan dan pembinaan Perancang Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah. (ius constituendum)
• Pasal 99 Selain Perancang Peraturan Prerundang-undagan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (l), tahapan pembentukan Undang-Undang,
Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota
mengikutsertakan analis legislatif dan tenaga ahli (baca Auditor Hukum).
Catatan: Melalui pintu pasal 98 ini, auditor hukum bisa disebut di PP, terutama
utk ditugaskan dlm pembentukan Raperda. Misal, Raperda sebelum disahkan
wajib dianalisis oleh auditor hukum.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 10


Pintu Masuk2:
Putusan MK: Mengahpus Kewenangan Presiden
Membatalkan Perda
• Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara Nomor 137/PUU-
XIII/2015 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah yang menghapuskan kewenangan
Kementerian dalam negeri untuk membatalkan Peraturan Daerah
(Perda) Kabupaten/Kota,
• Artiya penyusan perda diserahkan kepada pembentuk perda. Dalam
hal ini agar perda tidak melenceng jauh dari prinsip pembentulan
perda terutama pada bagian materialnya, perlu ada pihak ketiga yng
diberikan kewenangan untuk melakukan review. Di sisnilah
sebenarnya peran penting auditor hukum yang diperlukan.
• Misal: Untuk itu perlu ada suatu norma hukum yang mewajibkan
pembentukan perda sebelum disahkan, masih dalam draf
Raperda, wajib dilakukan review oleh aditor hukum sebagimana
yang diberikan kepada akuntan pubik.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 11


PINTU MASUK KE 3
PARTISIPASI MASYARAKAT, Pasal 96
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara
lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. rapat dengar pendapat umum; b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau d. seminar, lokakarya,
dan/atau diskusi.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang
mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan
Peraturan Perundang-undangan.
(4)Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan
masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat diakses dengan
mudah oleh masyarakat.
10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 12

Catatan Perubahan:
1. CONTOH AUDIT HUKUM SK OLEH MA
• Putusan MA No. 23P/HUM/2009, membatalkan SE Dirjen
Minerba dan Panas Bumi No. 03.E/31/DJB/2009 tentang
Perizinan Pertambangan Mineral dan Batubara Sebelum
Terbitnya Perppu No. 4 Tahun 2009. Menurut majelis yang
mengadili dan memutus perkara ini, walaupun SE tidak
termasuk dalam peraturan perundang-undangan, tetapi
berdasarkan Penjelasan Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
SE dapat dikategorikan sebagai bentuk peraturan
perundang-undangan yang sah, sehingga tunduk pada
tata urutan peraturan perundang-undangan.
• "MA Kabulkan Uji Materi SKB 3 Menteri soal Seragam
Sekolah“(Perkara nomor 17 P/HUM/2021 itu diketok pada 3 Mei
2021.)
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5561541/ma-
kabulkan-uji-materi-skb-3-menteri-soal-seragam-sekolah.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 13


2. CONTOH AUDIT HUKUM BESCHIKKING
• PUTUSAN TUN JAKARTA NOMOR: 122/G/2020/PTUN-JKT
• GUgatan SK Presiden tentang Pemberhentikan Komisioner KPAI Tahun 2017-
2022.
• Penggugat: DR Sitti Hikmawatty
• Tergugat : Presiden
• Amar Putusan:
• Menyatakan batal Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43/P Tahun
2020 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Anggota Komisi
Perlindungan Anak Indonesia Periode Tahun 2017- 2022 yang ditetapkan di
Jakarta tanggal 24 April 2020, atas nama DR. Sitti Hikmawatty, S.ST., M.Pd
• Menimbang, bahwa didasarkan pada pertimbangan sebagaimana terurai di
atas, menurut Majelis Hakim Tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa
a quo tanpa terlebih dahulu adanya pertimbangan DPR RI telah cacat
prosedur sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 75 Undang-Undang No.
23 Tahun 2002 sebagaimana diubah oleh Undang-Undang No. 35 Tahun
2014, sehingga terbitnya objek sengketa a quo telah beralasan hukum
dinyatakan batal;

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 14


3. CONTOH AUDIT HUKUM CACAT PROSDUR REGELING
Putusan MK Nomor 91/PUU-XVIII/2020
1.Tidak memberi ruang Partisipasi public.
2.Tidak dibahas naskah akademik
3.Naskah akademik tidak dapat diakses public
4.Tidak memenuhi teknik pembentukan undang-undang.
UU Cipta Kerja disahkan pada 2020 menggunakan metode Omnibus Law dan
memperhatikan muatan serta substansi undang-undang yang harus diubah
dalam UU tentang Cipta Kerja mencapai 78 Undang-Undang, yang meliputi 10
klaster yaitu: peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
ketenagakerjaan; kemudahan, perlindungan serta pemberdayaan koperasi dan
UMK-M; kemudahan berusaha; dukungan riset dan inovasi; pengadaan tanah;
kawasan ekonomi; investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis
nasional; pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan pengenaan sanksi.
Link Putusan MK tentang UU Cipta Kerja:
https://www.mkri.id/public/content/persidangan/putusan/putusan_mkri_8240
_1637822490.pdf

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 15


PUTUSAN MK NO. 90 /2023

• 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;


• 2. Menyatakan Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum yang menyatakan, “berusia paling
rendah 40 (empat puluh) tahun” bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai
“berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun atau pernah/sedang
menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk
pemilihan kepala daerah”. Sehingga Pasal 169 huruf q Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum selengkapnya
berbunyi “berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun atau
pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan
umum termasuk pemilihan kepala daerah”;

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 16


ALASAN BERBEDA (CONCURRING OPINION)
• saya memiliki alasan berbeda dalam mengabulkan sebagian dari petitum
Pemohon yakni “berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun atau
berpengalaman sebagai gubernur yang persyaratannya ditentukan oleh
pembentuk undang-undang” (Enny Nurbaningsih )
• saya berpendapat Pasal 169 huruf q UU 7/2017 bertentangan dengan UUD
1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat secara bersyarat
sepanjang tidak dimaknai “berusia paling rendah 40 (empat puluh tahun)
atau berpengalaman sebagai kepala daerah tingkat provinsi” (Yusmic P.
Foekh)
KOMPOSISI:
• 4 Hakim dissenting, menolak permohonan ➔ usia 40 th konstitusional
• 2 hakim mengabulkan sebagaian dengan alasan berbeda ➔ usia 40 th
atau berpengalaman menjadi kepala daerah setingkat propinsi
• 3 hakim mengabulkan sebagian➔ usia 40 th atau pernah/sedang
menduduki jabatan yang dipilih sebagai kepala daerah

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 17


BATU UJI AUDIT HUKUM LEGISLASI
I. Peraturan perundang-undangan (PUU)
• Dasar batu uji pembentukan norma hukum adalah UU No 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undang (PPP)
yang sudah diubah dua kali (UU 15/2019 dan UU 13 / 2022
II. Hukum Administrasi Pemerintahan (AP)
• Dasar batu uji kewenangan pejabat adminitrasi negara adalah UU
No 30 tahun 2015 tentang Adminitrasi Pemerintahan (AP).
III. Asas Umum Pemerintahan yang Layak (AUPL)

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 18


HIRARKHI PER-UU-AN
TAP MPRS/XX/1966
UUD
TAP MPR UU 10 TH 2004
UU/PERPU • UUD
PP
• UU/PERPU
KEPRES
• PP
PERMEN
Instruksi Men dst • PERPRES
• PERDA (Perdes)
TAP MPR/III/2000 • Jenis Per-UU-an lain, diakui
UUD keberadaannya dan mempunyai
TAP MPR kekuatan hukum mengikat
UU sepanjang diperintahkan oleh
PERPU Per-UU-an yang lebih tinggi.
PP
KEPRES
PERDA

Pengantar HTN, taufiqur 19


Lanjutan

• Jenis Per-UU-an lain, diakui UU 12 TH 2011


keberadaannya dan mempunyai UUD
kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Per-UU-an yang Tap MPR
lebih tinggi. UU/PERPU
PP
PERPRES
• Kekuatan hukum Peraturan PERDA (Perdes)
Perundang-undangan sesuai
dengan hierarki sebagaimana UU PPP NO 12/2011 telah
dimaksud ada ayat (1) diubah oleh UU 15 TH 2019 jo
UU 13 TH 2022, Perubahan
bagian tertentu.

Pengantar HTN, taufiqur 20


UU 12 TH 2011, Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,
badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah atas perintah Undang-
Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

•10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit •21


TEORI HIRAKHI NORMA HUKUM

Hans Kelsen dalam teori hirarki norma (stufenbau theory) berpendapat bahwa
norma hukum itu berjenjang dalam suatu tata susunan hirarki.
Suatu norma yang lebih rendah, berlaku dan bersumber atas dasar norma yang
lebih tinggi, dan norma yang lebih tinggi itu, berlaku dan bersumber kepada
norma yang lebih tinggi lagi.
Demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri,
yang bersifat hipotetis dan fiktif, yaitu yang dikenal dengan istilah grundnorm
(norma dasar).
Norma dasar sebagai norma tertinggi itu dibentuk langsung oleh masyarakat
dan menjadi sumber bagi norma-norma yang lebih rendah, oleh karena itu
norma dasar itu disebut presupposed atau ditetapkan terlebih dahulu

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 22


Teori Hirarkhi Norma Hukum
Hans Nawiasky
Norma hukum dikualifikasikan menjadi empat tingkat norma hukum yang secara berutan
terdiri atas:
1) Tingkat pertama: staatsfundamentalnorm, atau staatsgrundnorm, yaitu norma
fundamental negara, norma pertama, atau norma dasar.
2) Tingkat kedua: staatsgrundgesetz, yaitu norma hukum dasar negara, aturan pokok
negara, atau konstitusi.
3) Tingkat ketiga: formell gesetz atau gesetzesrechts, yaitu norma hukum tertulis. undang-
undang, atau norma hukum kongkrit;
4) Tingkat keempat: verordnung dan autonome satzung, aturan pelaksana dan aturan
otonom.

(Hans Nawiasky, Allgemeine Rechtslehre als System lichen Grundbegriffe, Koln,


Benziger, cet.2, 1948, hal.31.)

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 23


Beberapa hal yang disempurnakan
Dalam UU PPP Perubahan 13/2022
a. menambahkan metode omnibus;
b. memperbaiki kesalahan teknis setelah persetujuan bersama antara DPR dan
Presiden dalam rapat paripurna dan sebelum pengesahan.
c. memperkuat keterlibatan dan partisipasi masyarakat yang bermakna
(meaningful participation),
d. membentuk Peraturan Perundang-undangan secara elektronik;
e. mengubah sistem pendukung dari peneliti menjadi pejabat fungsional lain yang
ruang lingkup tugasnya terkait Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
f. mengubah teknik penyusunan Naskah Akademik (menggunakan metode RIA dan
ROCCIPI); dan
g. mengubah teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 24


BATU UJI LEGAL AUDIT :
UU Administrasi Pemerintahan 30/2014

• Tujuan Pengaturan
• Pengaturan Administrasi Pemerintahan dalam Undang-Undang ini
menjamin bahwa Keputusan dan/atau Tindakan Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan terhadap Warga Masyarakat tidak dapat
dilakukan dengan semena-mena.
• Dengan Undang-Undang ini, Warga Masyarakat tidak akan mudah
menjadi objek kekuasaan negara. Selain itu, Undang-Undang ini
merupakan transformasi AUPB yang telah dipraktikkan selama
berpuluh-puluh tahun dalam penyelenggaraan Pemerintahan, dan
dikonkretkan ke dalam norma hukum yang mengikat.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 25


Paal 9 UU AP: Wajib ada dasarnya
(1)Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan dan AUPB.
(2)Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: a. peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
Kewenangan; dan b. peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau
Tindakan.
(3)Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan wajib mencantumkan atau
menunjukkan ketentuan peraturan perundangundangan yang menjadi
dasar Kewenangan dan dasar dalam menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan.
(4)Ketiadaan atau ketidakjelasan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, tidak menghalangi Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang untuk menetapkan
dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan sepanjang
memberikan kemanfaatan umum dan sesuai dengan AUPB. → diskresi

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 26


Asas Umum Pemerintahan yg Baik (AUPB), Pasal 10

(1), AUPB yang dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi asas:


a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik.
(2) Asas-asas umum lainnya di luar AUPB sebagaimana dimaksud dapat
diterapkan sepanjang dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam
putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 27


PEJABAT YANG TIDAK BERWENANG
1. Melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
kewenangannya
2. Melakukan kewenangannya tetapi di luar pelaksanaan
tugasnya
3. Melaksnakan kewenangannya tetapi tidak sesuai dengan
keadaan yang diwajibkan (juklaknya). (F.R. Bothlingk)
Larangan penyalahgunaan Wewenang menurut UU 30/2014
Pasal 17 meliputi:
a. larangan melampaui Wewenang;
b. larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
c. larangan bertindak sewenang-wenang.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 28


Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan melampaui,
mencapuradukan, atau sewenang-wenang (Pasal 18) UU AP 30/2014:

(1) Kategori melampaui Wewenang :


• a. melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya Wewenang;
• b. melampaui batas wilayah berlakunya Wewenang; dan/atau
• c. bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kategori mencampuradukkan Wewenang::
• a. di luar cakupan bidang atau materi Wewenang yang diberikan;
dan/atau
• b. bertentangan dengan tujuan Wewenang yang diberikan.
(3) Kategori bertindak sewenang-wenang:
• a. tanpa dasar Kewenangan; dan/atau
• b. bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 29


Beberapa Istilah
• Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan
• Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnya disebut Kewenangan adalah
kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara
lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum publik.
• Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata
Usaha Negara atau Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya disebut
Keputusan adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
• Tindakan Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disebut Tindakan
adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya
untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret dalam rangka
penyelenggaraan pemerintaha

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 30


Keputusan Cacat Hukum

Keputusan hanya dapat dilakukan pencabutan apabila terdapat


cacat:
a.wewenang;
b.prosedur; dan/atau
c.substansi.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 31


Diskresi
Diskresi Pejabat Pemerintahan meliputi:
a. pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan yang memberikan suatu pilihan Keputusan
dan/atau Tindakan;
b. pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan perundang-
undangan tidak mengatur;
c. pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan perundang-
undangan tidak lengkap atau tidak jelas; dan
d. pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena adanya stagnasi
pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 32


Persyaratan Diskresi
Pasal 24 Pejabat Pemerintahan yang menggunakan Diskresi harus memenuhi
syarat:
a. sesuai dengan tujuan Diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2);
b. tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c.
sesuai dengan AUPB;
d. berdasarkan alasan-alasan yang objektif;
e. tidak menimbulkan Konflik Kepentingan; dan
f. dilakukan dengan iktikad baik.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 33


Keputusan Tata Usaha Negara
• Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan
hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundangundangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Keputusan Tata
Usaha Negara)
• Unsur -unsur : penetapan tertulis • dikeluarkan oleh badan atau pejabat
tata usaha negara • berisi tindakan hukum tata usaha negara • berdasarkan
peraturan perundangundangan yang berlaku • bersifat konkret, individual,
dan final • menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 34


KEPUTUSAN YANG MENGATUR DIMAKNAI PERATURAN
• Pasal Peralihan dalam UU PPP
• Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri,
Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota, atau
keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum
Undang-Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai
peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-
Undang ini.
• Pasal 97 Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam Undang-
Undang ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik penyusunan
dan/atau bentuk Keputusan Presiden, Keputusan Pimpinan MPR,
Keputusan Pimpinan DPR, Keputusan Pimpinan DPD, Keputusan Ketua
MA, Keputusan Ketua MK, Keputusan Ketua KY, Keputusan Kepala BPK,
Keputusan Gubernur Bank Indonesia, Keputusan Menteri, Keputusan
Kepala Badan, Keputusan Kepala Lembaga, atau Keputusan Ketua Komisi
yang setingkat, Keputusan Pimpinan DPRD Provinsi, Keputusan
Gubernur, Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota, Keputusan
Bupati/Walikota, Keputusan Kepala Desa atau yang setingkat.
Catatan: Bagaimana legal standing Keputusan Bersama yang
mengatur?

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 35


CONTOH KEPRES YANG MENGATUR

• Keppres No.55/1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI


PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
• Peraturan Presiden (Perpres) No.36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
• Perpres No.65 Tahun 2006 yang merupakan perubahan dari
Peraturan Presiden No.36 Tahun 2005, pengadaan tanah
bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
yang dilakukan oleh pemerintah dilaksanakan dengan cara
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 36


Undang-Undang No. 2/2012 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
Syarat pembebasan lahan dapat disimpulkan menjadi:
1. Pembebasan tanah merupakan upaya terakhir untuk
menguasai tanah yang diperlukan dan tidak ada cara lain
untuk mendapatkan tanah tersebut.
2. Tanah diperlukan untuk kepentingan umum pemerintah.
3. Ada ganti rugi yang layak bagi pemilik lahan.
4. Dilaksanakan berdasarkan keputusan Presiden.
5. Ganti rugi yang tidak memuaskan harus banding ke
Pengadilan Negeri sampai dirasa pemilik lahan mendapatkan
ganti rugi yang sebanding.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 37


LEGISLASI SEMU (Pseudowetgeving)
• Ketentuan/Peraturan lain yang bersifat semu dan sering disebut peraturan
semu (pseudowetgeving), dapat diartikan sebagai peraturan (regelingen)
yang disusun tanpa dasar hukum dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi yang memerintahkan pembentukannya (regelingen die niet op
grond van een hoger wettelijke voorschrift worden vastgesteld).
• Dikotomi antara peraturan (regels) dengan ketentuan lain (andere
bepalingen) membawa paradigma yuridis bahwa di samping peraturan
(hierarki dan non-hierarki berdasarkan UU PPP) terdapat berbagai bentuk
ketentuan yang sebenarnya bukan merupakan peraturan, namun dianggap
sebagai peraturan sehingga disebut dengan istilah legislasi semu.
• Dalam kenyataan sehari-hari masyarakat mengenal ketentuan lain
itu secara langsung atau tidak langsung, tertulis maupun tersirat, sehingga
ketentuan lain itu dianggap juga sebagai peraturan. Sebagai contoh, suatu
pedoman yang dikeluarkan oleh seorang pimpinan, yang secara langsung
dan eksplisit diujukan kepada bawahannya, merupakan suatu ketentuan,
yang dianggap sebagai peraturan karena itu dinyatakan berlaku.
• (http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=a
rticle&id=1299:legislasi-semu-pseudowetgeving&catid=100&Itemid=180)

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 38


Undang-undang yang baik harus
memenuhi unsur Yuridis, Sosiologis
dan Filosofis.
Yuridis
a. kekuatan adanya kewenangan dari pembuat aturan
b. keharusan adanya kesesuaian bentuk dengan isi/materi
c. keharusan mengikuti tatacara tertentu
d. keharusan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Hans Kelsen berpendapat bahwa setiap kaidah hukum harus berdasarkan
kaidah yang lebih tingkatannya, sedangkan menurut W.Zevenbergen
berpendapat bahwa setiap kaidah hukum harus memenuhi syarat-syarat
pembentukannya.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 39


Sosiologis
• Mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat
• Ada beberapa teori mengenai kekuatan sosiologis yaitu :
• Teori kekuasaan (Machttheory), secara sosiologis kaidah
hukum berlaku karena paksaan penguasa, terlepas
diterima atau tidak oleh masyarakat.
• Teori Pengakuan (Annerkennungstheorie), kaidah hukum
berlaku berdasarkan penerimaan dari masyarakat tempat
hukum itu berlaku.
• Contoh: UUD 1945

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 40


Filosofis
• Setiap masyarakat mempunyai rechtsidee yaitu apa yang
mereka harapkan dari hukum, misalnya keadilan,
ketertiban, kesejahteraan dan sebagainya.
Teknik Perancangan
Selain tiga hal diatas, juga perlu diperhatikan teknik
perancangan sebab jika tidak akan terjadi ketidakjelasan
arti, maksud dan tujuannya, inkonsistensi, multi tafsir,
bahasa berbelit-belit, sistematika yang tidak baik dan
seterusnya.
• Teknik Prancangan, merupakan hal yang perlu
diperhitungkan melengkapi unsur yuridis, sosiologis dan
filosofis.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 41


BATU UJI SILOSAFI: PANCASILA, SUMBER HUKUM
NASIONAL
• Tap MPRS XX/1966 => PANCASILA : Sumber dari segala sumber hukum. "sumber dari segala
sumber hukum" adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang
meliputi suasana kejiwaan dan watak dari Rakyat negara yang bersangkutan
• Tap MPR III/2000 => Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 1 ayat3)
• UU No. 10/2004 => Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara (pasal 2).
Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan
Pancasila sebagai dasar dan deologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara
sehingga setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
• UU No. 12/2011 => Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara (pasal 2).
Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 42


KEABSAHAN UU
• Suatu per-uu-an dapat disebut secara sah sebagai per-uu-an apabila
memenuhi: (1) persyaratan formal yang ditetapkan dalam proses dan prosedur
pembentukannya; (2) persyaratan material, yang menyangut isi atau
materinya.
• Contoh: materi peraturan perundang-undangan yang dibentuk tidak boleh
bertentangan dengan yang lebih tinggi, dan tidak bertentangan dengan rasa
keadilan masyarakat. Untuk yang terakhir ini dapat mempengaruhi efektivitas
pelaksanaannya.
• Penyimpangan prosedur pembentukan peraturan perundang-undangan dapat
diterima apabila melalui jalan “revolusi hukum” yang berhasil. Aturan hukum
yang secara de fakto berlaku terus menerus, apalagi dapat diterima oleh
masyarakat dipandang sah sebagai hukum (Teori hukum kebiasaan/ konvensi).

•10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit •43


BATU UJI: UU YANG LEGITIMIT

• Dibentuk oleh lembaga yang berwenang (formal)


• Normanya tidak bertentangan dengan norma hukum yang
lebih tinggi (teori hirarkhi Stufenbau)
• Efektif, ➔ mencakup (Friedman):
1. Substansi Hukum
2. Strukur hukum [pelaksana]
3. Legal culture [budaya hukum]

•10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit •44


ASAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
a. Kejelasan
b. Kelembagaan/organ pembentuk yang tepat
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasil gunaan
f. Kejelasan rumusan
g. Keterbukaan

•10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit •45


ASAS MATERI MUATAN PER-UU-AN
a. pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Bhinneka tunggal ika;
g. Keadilan;
h. Kesamaan dalam hukum dan pemerintahan;
i. Ketertiban dan/atau kepastian hukum;
j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

•10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit •46


Beberapa Asas Hukum
• Lex superiori derogat lege inferiori
Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah, lihat dalam
Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004
• Lex posteriori derogat lege priori
Peraturan yang terbaru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya. Pahami juga, lex
prospicit, non respicit.
• Lex specialis derogat lege generali
Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum,
lihat Pasal 1 KUHD.
• Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali = tiada sustu perbuatan dapat
dihukum, kecuali ada lebih dahulu ketentuan hukumnya.
• Ubi societos ibi ius è dimana ada masyarakat distu ada hukum
• In dubio pro reo = dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi siterdakwa
• Res judicata pro veritate habeteur
Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya.
• Aas Presumptio Iustae Causa yang menyatakan bahwa setiap keputusan tata
usaha negara (KTUN) yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 47


KEKUASAAN EKSEKUTIF MEMBENTUK
PERATURAN (LEGISLASI)

• Sistem ketatanegaraan berdasarkan UUD Negara RI


Tahun 1945 memberikan kekuasaan negara dibidang
legislative selain kepada Lembaga legislative, juga
diberikan kepada Lembaga eksekutif.
• Kekuasaan legislatif yang diberikan kepada eksekutif:
1.Membuat UU Bersama DPR
2.Menetapkan Perpu Pasal 22 UUD
3.Menetapkan UU Darurat Pasal 12 UUD
4.Menetapakna Peraturan Pemerintah
5.Menetapkan Peraturan Presiden
6.Menetapkan Peraturan lain (Permen).

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 48


KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
(LAMPIRAN I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2022 BAB II)

• Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru akan diatur dalam Undang-
Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan
dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara. -→ ius constituendum
• Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru dilakukan dengan
menganalisis dampak dari suatu norma dalam Undang-Undang atau Peraturan
Daerah untuk memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat
yang diperoleh dari penerapan suatu Undang-Undang atau Peraturan Daerah.
• Kajian tersebut didukung dengan analisis yang menggunakan metode tertentu
RIA dan ROCCIPI.

Taufiqurrohman S, Politik Hukum Legal Drafting 49


METODE RIA DAN ROCCIPI
• Metode RIA (Regulatory Impact Analgsis) ➔ adalah pendekatan sistematis
yang digunakan untuk mengevaluasi dampak peraturan atau kebijakan
pemerintah pada masyarakat; mengkalkulasi biaya yang mungkin ditanggung
serta manfaat yang dapat diperoleh dalam mengimplementasikan kebijakan.
• Melalui RIA, para perancang kebijakan publik dapat mengkalkulasi sejak awal
berapa besar biaya yang ditanggung dan manfaatnya dalam implementasi
kebijakan. Maka, dapat dievaluasi mana kebijakan yang produktif dan kontra-
produktif bagi dunia usaha dan kepentingan publik. Jangan sampai, alih-alih
membantu masyarakat, regulasi yang buruk malah bisa membebani
masyarakat.
• Metode Regulatory Impact Analysis dapat membantu pemerintah membuat
keputusan yang lebih baik dan lebih informatif dalam merancang dan
melaksanakan peraturan baru. RIA memastikan bahwa keputusan tersebut
didasarkan pada analisis yang komprehensif tentang dampak potensial dan
konsekuensi yang mungkin terjadi, serta melibatkan partisipasi publik yang
luas.

Taufiqurrohman S, Politik Hukum Legal Drafting 50


Metode ROCCIPI
• Metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity, Interest, Proess, and ldeologgy)
Kategori:
1. Rule (Peraturan Perundang-undangan). Menganalisis seluruh peraturan yang
mengatur atau terkait dengan perilaku bermasalah, ini dilakukan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang terkandung pada peraturan yang sudah
ada.
2. Oppurtunity (Peluang/Kesempatan). Menganalisis berbagai kesempatan bagi
timbulnya perilaku bermasalah.
3. Capacity (kemampuan). Mengalisis kemungkinan timbulnya perilaku
bermasalah karena faktor kemampuan.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 51


Lanjutan

4. Communication (Komunikasi). Perilaku bermasalah mungkin timbul karena


ketidaktahuan pemeran akan adanya peraturan. Ini juga harus dianalisis dalam
rangka menemukan sebab perilaku bermasalah.
5. Interest (Kepentingan). Kategori ini berguna untuk menjelaskan pandangan
pemeran tentang akibat dan manfaat dari setiap perilakunya. Pandangan
pemeran ini mungkin menjadi penyebab perilaku bermasalah.
6. Process (Proses). Kategori proses juga merupakan penyebab perilaku
bermasalah. Ada empat proses utama, yakni: proses input, proses konversi,
proses output, dan proses umpan balik.
1)Proses input menyangkut siapa saja yang dimintai masukan.
2)Proses konversi siapa saja yang menyaring dan mempertimbangkan masukan
yang ada untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan.
3)Proses output menyangkut siapa dan dengan cara apa keputusan akan
dikeluarkan.
4)Proses umpan balik menyangkut siapa saja yang dimintai umpan balik.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 52


Lanjutan

7. Ideology (ideologi). Kategori ini menunjuk pada sekumpulan nilai yang


dianut oleh suatu masyarakat untuk merasa, berpikir, dan bertindak.

Ketujuh agenda ROCCIPI bukan suatu urutan prioritas, namun hanya alat
bantu agar mudah mengingat. Tidak seluruh kategori harus terpenuhi. Bisa
jadi penyebab perilakunya hanya kategori ROCC, karena tidak ada penyebab
dalam kategori IPI. Kategori-kategori dalam ROCCIPI bisa jadi belum lengkap,
karena itu terbuka untuk ditambahkan dengan kategori baru (Rival Gulam
Ahmad, dkk, 2007).

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 53


Subyek Hukum Lembaga Legislatif
• Subyek Hukum, yaitu orang pribadi (personen) maupun
instansi/pejabat yang boleh (tidak boleh) atau harus (tidak
harus) melakukan sesuatu.
• Subyek dalam norma disebut alamat/sasaran norma
(normadreesaten)
ORGAN / JABATAN / PEJABAT
• Organ adalah setiap orang/lembaga yang diberi kekuasaan publik
untuk melakukan perbuatan hukum (F.R. Bothlingk)
• Jabatan adalah suatu abstrak yang tidak dapat melakukan perbuatan
hukum (yang memiliki akibat hukum), atau kekuasaan yang dijalankan
berdasarkan kewenangan yang sah.
• Pejabat adalah seseorang yang bertindank sebagai wakil dari jabatan,
yang melakukan perbuatan untuk dan atas nama jabatan
• Seorang disebut atau dikategorikan sebagai pejabat adalah ketika ia
menjalankan kewenangan untuk dan atas nama jabatan

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 54


OBYEK HUKUM LEGISLATIF

• Obyek hukum lembaga legislatif adalah setiap fungsi,


wewenang, tugas dan hak serta produk hukum (yang dibuat
berdasarkan pelaksanaan fungsi, wewenang, tugas dan hak lembaga legislatif
sebagaimana ditentukan UUD NRI tahun 1945 dan UU No.17 Tahun 2014 Tentang
MD3 dan Perubahannya jo. UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
beserta peraturan pelaksanaannya),
Atau unsur tingkah laku (gedraging) yang boleh atau tidak
boleh dilakukan atau disebut juga norma hukum (ada primer,
dan skunder).

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 55


OBYEK AUDIT HUKUM DALAM
UU PEMBENTUKAN PUU
• Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan
hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut
dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi,
atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat (Ps.1.11-UU PPP)
• Pengkajian dan penyelarasan materi adalah proses untuk
mengetahui keterkaitan materi yang akan diatur dengan
Peraturan Perundang-undangan lainnya yang vertical atau
horizontal sehingga dapat mencegah tumpang tindih pengaturan
atau kewenangan (Ps. 19.3 -UU PPP)
• Harmonisasi secara vertikal dan horizontal, serta status dari Peraturan
Perundang-undangan yang ada, termasuk Peraturan Perundang-
undangan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta Peraturan
Perundang-undangan yang masih tetap berlaku karena tidak
bertentangan dengan Undang-Undang atau Peraturan Daerah yang baru

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 56


Perbuatan Hukum Lembaga Legislatif

• Perbuatan hukum lembaga legislatif adalah


setiap pelaksanaan wewenang tugas dan hak lembaga legislatif
sebagaimana dimaksud dalam UUD NRI tahun 1945 dan UU No.17
Tahun 2014 Tentang MD3 jo. UU No.23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah beserta peraturan pelaksanaannya.
Jadi Secara singkat perbuatan hukum adalah perbuatan yang
menimbulkan akibat hukum.
• Membentuk legislasi Tata Tertib penting dilakukan lebih dahulu
sebagai dasar hukum bagi Subyek Hukum melakukan perbuatan
hukum.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 57


Audit Hukum
• Audit Hukum merupakan pemeriksaan yang atas perbuatan/tindakan
hukum oleh subyek hukum atau badan hukum baik yang akan
dilakukan (ius constituendum) maupun yang telah dilakukan (ius
constitutum). Secara singkat perbuatan hukum adalah perbuatan yang
menimbulkan akibat hukum
• Urgensi Legal Audit ini untuk memverifikasi legalitas suatu badan hukum,
badan usaha atau norma hukum, untuk diketahui:
1. tingkat ketaatan badan hukum atas suatu aturan hukum,
2. memberikan pandangan atas suatu rencana/tindakan yang akan diambil
perusahaan, dan
3. untuk memperoleh kepastian hukum atas suatu permasalahan hukum.
• Secara umum Legal audit mempunyai tujuan guna melakukan penilaian
terhadap tingkat keamanan legal badan usaha/badan hukum, terutama
dalam hal legal risk aspect yang dapat membahayakan asset yang dimiliki
oleh perusahaan dan untuk memperoleh informasi atau fakta material yang
dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau obyek transaksi
• Legal auditor merupakan seorang individu yang memiliki skill
khusus dalam memenuhi prosedur audit yang penting di dalam
sebuah badan uasaha/badan hukum. (sayang belum ada dasar
hukumya)

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 58


Tahapan Audit Hukum
• Audit hukum dilaksanakan dengan mengacu pada 7 (tujuh)
tahapan/ unit kompetensi kerja yaitu :
a.Melakukan telaah dan identifikasi tujuan penugasan audit
hukum
b.Melakukan perencanaan audit hukum
c.Meminta konfirmasi perencanaan audit hukum
d.Melakukan pengumpulan data dan informasi.
e.Melakukan analisis terhadap data dan informasi
f.Menyusun laporan hasil audit hukum
g.Menyampaikan laporan hasil audit hukum

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 59


Auditor Hukum
• Kualifikasi
Auditor hukum adalah pemeriksa yang mempunyai kompetensi
di bidang audit hukum, bersertifikat, independen, obyektif, dan
tidak memihak. ➔ perlu regulasi
• Mekanisme Kerja
Auditor hukum melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap
subyek, obyek, dan perbuatan hukum, untuk memastikan
subyek, obyek, dan perbuatan hukum yang akan dilakukan atau
telah dijalankan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 60


CURRICULUM VITAE
Assoc.Prof. Dr.Taufiqurrohman Syahuri,SH,MH. Lahir di Brebes 02 Mei 1960, menikah,
Putra 3 dan 1 Putri, Pendidikan SD s.d. SMA di Brebes, Kuliah S1 FH-UII Yogyakarta
1985), S2 Pasca Sarjana FH-UI Jakarta (1993) dan S3 (Program Doktor) FH-UI
Jakarta (2003).
Aktivitas : Dosen FH UPN Veteran Jakarta. Anggota KY-RI 2010-2015, Staf Ahli MK-RI
2003-2007, S.A. Bidang Hukum Wantimpres 2009, mengajar di Bebebrapa PTN/PTS.
Ketua Dewas JSLG 2016-Sekarang
Karya tulis buku:
(1) Teori Konstitus (Sejarah, Teori dan Perubahan Konstitusi), Jakarta: Rajagrafindo,
2023.
(2) Legislasi Hukum Perkawinan (Pro Kontra Pembentukannya Hingga Putusan MK),
Jakarta: Prenada Kencana, 2013.
(3) Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Jakarta: Kencana, 2011
(4) Hukum Konstitusi, 2004, Jakarta: Ghalia Indonesia;
(5) Mengenal Mahkamah Konstitusi (Tanya Jawab Tentang MK di Dunia Maya), Jakarta:
SetjenMK, 2006;
(6) Buku, editor, Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi, P3DI-Setjen DPRRI, 2009
Email tsyahuri@gmail.com , HP 081310515825.

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 61


SEKIAN
TERIMA KASIH

10/31/2023 Taufiqurroman Syahuri, Legal Audit 62

Anda mungkin juga menyukai