Anda di halaman 1dari 106

Legal Reasoning Dr. Freddy Harris, SH., LL.M, ACCS.

(Dirjen KI Kementerian Hukum & HAM RI)


(Argumentasi Hukum)
Pendidikan Khusus Profesi Advokat
2020
Tujuan Utama Legal Reasoning
Para Ahli Hukum (Hakim, Jaksa, Pengacara, Akademisi dan Praktisi lainnya) Agar
Memiliki Prinsip :

– Pola Fikir LOGIS;

– Pola Fikir SISTEMATIS; dan


Pola Fikir TERSTRUKTUR;
2
MEMPERBAIKI POLA FIKIR
(MINDSET) ORANG HUKUM

3
• Teori ilmu hukum dari pandangan normatif bidang studinya : norma-norma kaidah
yang melahirkan ilmu hukum (norma hukum: dogmatik, teoritik dan filsafat)
menjadi kajian bidang ilmu hukum normatif (Badan Hukum merupakan Subyek
Hukum, Tanggungjawab Korporasi, Asas asas Umum Pemerintahan yang Baik) dari
bidang inilah lahir para ahli hukum (Hakim, jaksa dan Advokat) di Belanda disebut:
Mr (Meester in de rechten)

• Sejarah ilmu hukum bermula dari Filsafat Hukum dengan sifat yang sangat
spekulatif kemudian diikuti oleh Dogmatik hukum (ius constitutum) yang sangat
teknis, dan karena perbedaan sifat yang begitu tajam sehingga muncul Teori
Hukum yang berasal dari Algemeine Rechtsleer dengan cirinya yang mendalami
tentang nilai-nilai umum dari berbagai sistem hukum;

• Untuk menghilangkan kesenjangan Law in book dgn Law in action, maka dogma
hukum, teori hukum dan filsafat hukum harus difokuskan untuk kebutuhan praktek
hukum baik dalam rangka membentuk hukum maupun dalam rangka menerapkan
hukum.

4
Pengertian sederhana Legal Reasoning adalah penalaran tentang
hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau pencarian
dasar tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/
kasus hukum, seorang pengacara mengargumentasikan hukum dan
bagaimana seorang ahli hukum menalar hukum, dalam makna
semua profesi harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan akal.

Dalam faktanya di Indonesia pengertian sederhana ini menjadi tidak


lagi sederhana apabila pertanyaan dilanjutkan kepada:
Apakah yang dimaksud dengan ‘hukum’ dan bagaimana sebenarnya
atau seharusnya seorang hakim memutuskan suatu perkara/ kasus
hukum dan bagaimana seorang pengacara mengargumentasikan
hukum?

5
Pendidikan Legal Reasoning
• Legal Reasoning merupakan suatu proses pendidikan hukum untuk
melatih ketrampilan Kognitif dari Ahli Hukum dan harus diajarkan
dalam tingkat pertama pada seluruh pendidikan tinggi hukum.

• Dalam proses pendidikan hukum, Definisi Legal Reasoning dan pola


Ketrampilan Kognitif untuk mendapatkan pola fikir yang logis
termasuk penggunaan analogi dalam menyelesaikan masalah hukum
atau kasus.

• Penerapan Legal Reasoning selain menggunakan prespektif ilmu


hukum yang umum juga digunakan prespektif ilmu lainnya, seperti
Analisa Ekonomi (Makro atau Mikro) dari Hukum, Logika, Semantik,
Ilmu Contemporer atau Tradisional, dll.

6
Legal Reasoning dan Manfaatnya
• Dalam materi Legal Reasoning ini para peserta diajak untuk belajar "how
to think as a lawyer", termasuk di dalamnya adalah belajar menyusun
argumen dan menganalisa permasalahan hukum.

• Para peserta juga harus memahami Dasar-Dasar Logika Berpikir

• Istilah logika berasal dari bahasa Yunani: ’ logike' (kata sifat), "logos (kata
benda). Definisi logika: "ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari jalan
pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam bahasa‘

• Obyek studi logika: kegiatan berpikir (bukan proses berpikir)

7
Rasionalitas Legal Reasoning
• Rasionalitas merupakan ingredient (bahan) utama untuk memformulasikan
legal reasoning.
• Legal Reasoning sulit dilepaskan dari unsur rasionalitas dan logika.
• Kata ‘logika’ sebagai istilah, berarti suatu metode atau teknik yang diciptakan
untuk meneliti ketepatan penalaran.
• Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Bentuk-bentuk pemikiran yang lain,
mulai yang paling sederhana ialah pengertian atau konsep (concept), proposisi
atau pernyataan (proposition, statement) dan penalaran (reasoning).
• Tidak ada proposisi tanpat pengertian (konsep) dan tidak ada penalaran tanpa
proposisi.
• Untuk memahami penalaran, maka ketiga bentuk pemikiran ini harus dipahami
bersama-sama.
• Terdapat satu dalil yang kuat bahwa suatu legal reasoning menjadi bermakna
hanya jika dibangun di atas logika.

8
Sudut Pandang Legal Reasoning
• Legal Reasoning sangat dipengaruhi oleh sudut pandang
dari subjek-subjek yang melakukan kegiatan penalaran.

• Sudut pandang inilah yang kemudian bermuara menjadi


orientasi berpikir yuridis, yakni berupa model-model
penalaran di dalam disiplin hukum, khususnya sebagaimana
dikenal luas sebagai aliran-aliran filsafat hukum.

• Sudut pandang di sini merupakan latar belakang subjektif


dari suatu kerangka orientasi berpikir yuridis.

9
Posisi dan Peran Legal Reasoning
• Legal Reasoning memiliki posisi sentral yang sangat
penting dalam menafsirkan hukum.

• Legal Reasoning merupakan roh dari setiap upaya


penafsiran hukum hingga menghasilkan suatu putusan.

• Legal Reasoning memiliki peran sangat penting dalam


memandu para ahli hukum, penegak hukum peneliti
hukum untuk menentukan makna efektif dari hukum.

10
Hakekat Legal Reasoning (Argumentasi
Hukum)

• Legal Reasoning atau Argumentasi Hukum merupakan suatu ketrampilan ilmiah


ang bermanfaat untuk dijadikan pijakan oleh para ahli hukum dalam mendapatkan
dan memberikan solusi hukum.

• Argumentasi Hukum dapat digunakan untuk membentuk peraturan yang rasional


dan akseptabel, sehingga sanksinya dapat menimbulkan efek jera bagi masyarakat
hukum yang tidak taat hukum.

• Peraturan hukum yang dibentuk dengan ketentuan yang rasional dan memenuhi
rasa keadilan dapat menumbuhkan kesadaran hukum dan kepercayaan
masyarakat.

• Praktisi hukum harus menguasai dan dapat mengimplementasikan prinsip hukum


yang baik melalui argumentasi hukum dalam setiap aktivitas profesinya dapat
digunakan sebagai parameter: mengukur praktisi hukum yang berdebat yuridis
dan praktisi hukum yang berdebat kusir. 
11
• Pengertian elementer legal reasoning memiliki spesifikasi yang lebih pada nilai
analitikal terhadap tatanan aplikasi peraturan hukum (legal hierarchy applied), dan
prosedur menjalankan hukum (legal procedure implementation). Kedua inti
persoalan ini menjadi dilerna dan polemik dalam suatu putusan hukum
menyangkut perkara tertentu.

• Legal Reasoning menurut fungsi memberi makna dalam dua frasa bahasa Inggris,
yakni: legal = hukum dan reasoning = pertimbangan-alas hukum. Jadi pengertian
legal reasoning adalah berkaitan dengan pertimbangan-alas hukum yang dijadikan
patokan (stelling) atau padanan (onderstelling), oleh aparatur institusi hukum
dalam suatu kasus bagi kepentingan penuntutan dan putusan hakim pengadilan
berdasarkan hukum

• Secara logis-rasional bahwa legal reasoning adalah segala sesuatu yang didasari
dari fakta konkret sejak awal penyelidikan dan penyidikan perkara, baik
menyangkut keabsahan maupun kesalahterapan hukum yang dilakukan oleh
aparatur hukum. Realita putusan hakim adalah sebagai patokan dalam hal baik dan
buruknya kualitas dari bentuk putusan hukum itu sendiri, meskipun nanti
menimbulkan berbagai kontroversi pendapat hukum (legal opinion).

12
Landmark Story
• Cerita tentang Judge Bao yang melepas
pencuri bokor
• Film Santa Clause
• Hikayat Khalifah Umar Bin Chatab yang
melepas pencuri roti

13
Kasus Sandal, Kakao dan (hoax) Singkong

• x

14
Persepsi dan Kesalahan Persepsi Umum (Perception and
Common Perceptual Error)

15
Kesalahan Persepsi tentang Dewi Themis (Dewi Keadilan)
Miss Perception : Goddess of Themis

16
Kesalahan Persepsi Lainnya
Another Miss Perception

• Sense of Justice = (pe)RASA(an) Keadilan


• Sense of Justice bukan Feel of Justice
• Sense menggunakan indera
• Indera harus logik atau menggunakan logika
17
Hukum itu Logika Bukan Perasaan
• Salah Menafsirkan tentang Makna Rasa Keadilan (Sense of Justice)

• The Sense of Justice is no mere moral conception formed by the


understanding alone, but a true sentimen of the heart elightened by reason
‘Rousseau’

• Justice is the first virtue of social institutions, as truth is of systems of thought


John Rawls

• Apakah Anda tahu, salah satu masalah terbesar zaman kita adalah bahwa kita
diatur oleh orang-orang yang peduli tentang perasaan daripada yang mereka
lakukan tentang pikiran dan ide-ide? Sekarang, pikiran dan ide-ide, menarik
untuk saya
Margaret Thatcher

18
Kesalahan Persepsi Tentang Juri
• Juri merupakan bagian Sistim Hukum Common Law
atau Anglo Saxon
• Negara Common Law adalah Amerika Serikat,
Australia, Singapura, Canada (British), Malaysia, dll.
• Sistim Hukum Eropa Kontinental tidak mengenal Juri
• Negara menganut sistim Hukum
Eropa Kontineltal adalah :
Indonesia, Belanda, German,
Canada (French), Perancis, dll.
• Apanya yang salah ?

19
PENGADILAN ONTARIO

20
Watch (Perhatikan)
Watch your thoughts, for they will become actions.
Watch your actions, for they’ll become… habits.
Watch your habits for they will forge your character.
Watch your character, for it will make your destiny.

Perhatikan apa yang kamu pikirkan, karena akan menjadi sebuah tindakan.
Perhatikan tindakanmu, karena akan berubah menjadi kebiasaan.
Perhatikan kebiasaanmu karena itu akan membentuk karaktermu.
Perhatikan karaktermu karena itu akan menentukan nasibmu)

Margareth Thatcher

21
Pola Fikir Logis
• Pola Fikir logis harus dimiliki oleh setiap orang khususnya para
Sarjana yang telah menerima pendidikan tinggi di Universitas,
Institute dan lainnya.

• Suatu pertanyaan yang mudah harus memiliki jawaban yang


mudah, contoh: 1 + 1 = ????????

• Sebuah Pertanyaan tanpa variable harus dijawab tanpa


variable. Sebuah pertanyaan dengan variable harus dijawab
dengan menggunakan variable.

22
Noda Hukum Indonesia
Merupakan buah pikiran idealis atas nama keadilan,
Tertuang pada setumpuk kertas lusuh demi perdamaian,
Rasa damai yang memperkokoh benteng kaum kapitalis.

Beranak-pinak mengimbangi masa,


Terurai rinci penuh pertikaian dalam pembahasannya,
Saling menikam hanya demi kepentingan para birokrat.

Hukum yang memaksa,


Tapi tak mampu melihat dengan kedua mata,
Karena telah menjadi budak para penguasa.
Hukum selalu identik dengan politik, tapi
Hukum yang tegas, hukum bukanlah politik. Hukum bertugas untuk
Tapi hanya menjerat dengan tali usang yang rapuh, mengontrol kehidupan politik negara.
Karena roda politik menginjakmu penuh penghinaan. di Indonesia hukum menjadi budak dari politik.

Hukum di Indonesia sudah penuh noda sejak


Hukum Indonesia,
pembuatannya, semakin kotor dalam
Hukum yang tak berisi nilai dan norma,
penerapannya, Aparat penegak hukum yang
Karena tiap pasalnya tersirat kepentingan politik.
tidak mumpuni dan para penguasa yang sibuk
mencari popularitas.
Hukum Indonesia,
Hukum yang telah ternoda sejak lahir,
Dan semakin kotor saat melangkah.
(oleh Asra Bugis Bonlap)
23
Persepsi Masyarakat tentang
Hukum, Ahli Hukum, Praktisi Hukum

 Berbelit belit bahasa jawanya ‘Mbulet’


 Tidak logis
 Tidak bisa dipercaya (tidak konsisten)
 Hafalan.
 Menambah masalah bukan menyelesaikan
masalah.
 Dll.................

24
Pertanyaan Dasar Tentang Arti ‘HUKUM’

Dalam setiap bidang Ilmu arti dari ilmu tersebut sudah tidak
diperdebatkan kembali, seperti :

• Arti ‘Dokter’ oleh profesi dan mahasiswa Kedokteran !!!


• Arti ‘Insinyur’ oleh profesi dan mahasiwa Tehnik. !!!
• Arti ‘HUKUM’ oleh profesi dan mahasiswa HUKUM ???

25
PRINSIP DASAR HUKUM

1. Bukan hanya TEKS tetapi juga KONTEKS, bukan hanya


NORMATIF tetapi juga SUBSTANTIF.

2. Bukan hanya KEPASTIAN, tetapi juga KEADILAN dan


KEMANFAATAN.  Hukum yang terlalu kaku akan cenderung
tidak adil (summum ius summa Iniuria).

3. Bukan hanya taat formal-prosedural-birokrasi, tetapi juga material-


substansi.

4. Bukan hanya memanfaatkan ASAS HUKUM, tetapi juga berpegang


teguh pada ASAS KEMANFAATAN HUKUM.

5. Hukum tidak hanya memperhatikan Rule of LAW, tetapi juga RULE


of ETHICS.
Deny Indrayana qoute Satjipto Raharjo

26
PRINSIP DASAR HUKUM

5. Bukan hanya memperhatikan hak asasi PELAKU, tetapi juga


mempertimbangkan hak asasi KORBAN.

6. Hukum adalah PENEMUAN hukum (law FINDING), bukan


PELANGGARAN hukum (law BREAKING).

7. Hukum yang progresif KAYA inovasi dan tidak MISKIN kreatifitas


hukum.

9. Hukum progresif menolak keputusasaan dan KEBUNTUAN hukum,


dan selalu terbuka pada kemungkinan TEROBOSAN hukum.

10. Pada situasi dan kondisi yang BERBEDA, perlakuan hukum harus
BERBEDA, bukan berarti DISKRIMINATIF  affirmative action
Deny Indrayana qoute Satjipto Raharjo

27
Kontekstualitas Argumentasi Hukum

• harus memahami hukum sebagai ilmu pengetahuan.

• Apakah ilmu hukum masuk dalam kelompok IPA, IPS


atau humaniora? (‘belum ada jawaban yang dapat
memuaskan karena ternyata ilmu hukum itu memiliki
karakteristik sendiri’ kata orang hukum !). 

28
Hakekat Argumentasi Hukum
• Argumentasi Hukum merupakan suatu ketrampilan ilmiah ang bermanfaat untuk
dijadikan pijakan oleh para ahli hukum dalam mendapatkan dan memberikan
solusi hukum.

• Argumentasi Hukum dapat digunakan untuk membentuk peraturan yang rasional


dan akseptabel, sehingga sanksinya dapat menimbulkan efek jera bagi masyarakat
hukum yang tidak taat hukum.

• Peraturan hukum yang dibentuk dengan ketentuan yang rasional dan memenuhi
rasa keadilan dapat menumbuhkan kesadaran hukum dan kepercayaan
masyarakat.

• Praktisi hukum harus menguasai dan dapat mengimplementasikan prinsip hukum


yang baik melalui argumentasi hukum dalam setiap aktivitas profesinya dapat
digunakan sebagai parameter: mengukur praktisi hukum yang berdebat yuridis
dan praktisi hukum yang berdebat kusir. 

29
Tujuan dari logika Hukum

• Membedakan cara berpikir yang tepat


dari yang tidak tepat;

• Memberikan metode dan teknik untuk


menguji ketepatan cara berpikir;

• Merumuskan secara eksplisit asas-


asas berpikir yang sehat dan jernih.

30
KEKHUSUSAN LOGIKA HUKUM
• Argumentasi Hukum merupakan argumentasi yang khusus, karena
didasarkan pada hukum positif & kerangka prosedural.

• Hukum Positif Argumentasi Hukum selalu dimulai dari hukum positif, yg


tidak statis, tetapi merupakan suatu perkembangan berlanjut. Dari sini
yurisprudensi akan menentukan norma-norma baru.

• Kerangka prosedural: argumentasi rasional dan diskusi rasional.


• Tiga Struktur dalam Argumenasi Hukum yg rasional:
• Struktur Logika: Alur premis menuju pada konklusi dari suatu argumentasi
harus logis.

31
Frame of Flow “Legal Reasoning”
Legal Thought Legal Phiplosophy

Norm

Cases Legal Reasoning


Doctrin/Principles

Legal Research Norms, Customs


Acts, Decisions, Rules
Scholar Arguments
• Legal Argumennts
• Legal Facts
• Legal Documents

32
Keabsahan
Keabsahan
Transaksi
Transaksi

Kekuatan
Kekuatan
Pembuktian
Pembuktian
Kreditur/Bank/Seller
Kreditur/Bank/Seller

ASPEK
ASPEKHUKUM
HUKUM Jenis Debiur/Nasabah/Buyer
Debiur/Nasabah/Buyer
Jenis
Transaksional Pelanggaran
Pelanggaran
Transaksional
Pihak
PihakKetiga
Ketiga

Transaksi
Transaksiyang
yangdilakukan
dilakukandari
dariluar
luar
Indonesia
Indonesia
Cross
CrossBorder
Border
Issues
Issues Keterlibatan
Keterlibatannegara
negaralain
laindalam
dalam
pelanggaran
pelanggaran
Nasional
Nasional
Kompetensi
Kompetensi
Hukum
Hukum
Internasional
Internasional
33
Advocate & Legal Reasoning
Proses akal budi yang berupa kegiatan menghubungkan
antara proposisi-proposisi untuk memunculkan sebuah proposisi baru
(kesimpulan) disebut penalaran (bahasa Inggris: reasoning).

Yang membedakan seorang Advokat dari orang awam adalah


kemampuannya untuk berargumentasi berdasarkan analisa yang
tepat.

Seorang Advokat harus mampu melihat fakta-fakta relevan dalam suatu


persoalan Hukum (Fact),
– Apa Masalahnya (Issue) Kemudian
– Mencari Hukumnya (Rule),
– Mencocokkan Fakta (Facf) Dengan Hukumnya [Rule),
– Menarik Kesimpulan.

34
Pendekatan Legal Reasoning
• IRAC  IRFAC

–Issue,  Issue,

–Rule,  Rule,

–Analysis,  Facts,

–Conclusion  Analysis,

 Conclusion.

35
IRAC Triangle

Segitiga IRAC ini pada dasarnya merupakan diagram alur sederhana yang
menunjukkan bagaimana fakta-fakta hukum dapat diolah menjadi sebuah
simpulan (Conclusion).
36
IRAC Formula
• IRAC (Issue, Rule, Analysis, and Conclusion) adalah
dasar-dasar dari suatu analisa hukum. IRAC formula
ini membantu Advokat untuk melihat persoalan
hukum yang kompleks sekalipun dalam konteks yang
lebih sederhana sehingga mampu mengidentifikasi
masalah secara tepat, menemukan aturan/hukum
yang tepat terhadap masalah yang diidentifikasi,
melakukan analisa dan menarik kesimpulan secara
tepat.

37
Keistimewaan Formula
• Keistimewaan formula IRAC dan IRFAC ini adalah bahwa
keduanya memungkinkan para ahli hukum (Jurist) untuk
menyederhanakan kompleksitas permasalahan hukum
menjadi sebuah rumus atau formula sederhana.

• Melalui kedua formula tersebut, kompleksitas teknik


pembentukan argumentasi hukum atau legal reasoning
yang bersifat abstrak dapat disederhanakan menjadi
sebuah formula sederhana yang mudah diingat, dipahami
dan dipraktekkan para ahli hukum, khusunsnya ahli hukum
junior.
38
Formula IRAC
• Issue → Fakta-fakta dan keadaan apa saja yang telah membawa para pihak ke
pengadilan;

• Rule → Aturan hukum apakah yang berlaku terhadap isu hukum tersebut ?

• Analysis → apakah aturan-aturan hukum tersebut dapat diterapkan terhadap


fakta-fakta khusus dari isu hukum tersebut?

• Conclusion → Bagaimana pengaruh dari sikap atau putusan terhadap


penegakan hukum?

Dengan demikian, menurut formula IRAC ini terdapat 4 (empat) langkah


sederhana yang harus dilalui oleh setiap ahli hukum dalam membedah perkara
yang diajukan kepadanya, serumit apa pun perkara itu.

39
IRAC Formula (2)
• ISSUE -> Apa fakta dan keadaan yang dipermasalahkan
oleh para pihak?

• RULE -> Hukum apa yang mengatur fakta-fakta tersebut?

• ANALYSIS -> Apakah Rule dapat diaplikasikan secara tepat


pada fakta-fakta?

• CONCLUSION~> Kesimpulan apa yang dapat ditarik?

40
Elemen Analisis Fakta dalam IRFAC
• Fakta hukum apakah yang dapat membantu membuktikan dengan tepat
penerapan suatu aturan hukum?

• Mengapa suatu fakta hukum dianggap relevan?

• Bagaimana fakta hukum tersebut dianggap memenuhi unsur-unsur dari


suatu aturan hukum?

• Jenis-jenis fakta hukum apa saja yang dapat diterapkan terhadap aturan
hukum tersebut?

• Adakah argumentasi yang bertolak belakang untuk mendapatka solusi


lain?

41
NORMA HUKUM UMUM
• Lex Specialis Derogate Legi Generalis
• Lex Superiori Deregate Legi Inferiorie
• Lex Posteriori Derogate Legi Apriorie

• Sifat Hukum Pidana : Ultimum Remidium

• Hukum Kepailitian : Menghentikan sementara Proses hukum


sampai diputuskannya perkara kepailitan.

• Kepastian Hukum  Keadilan.

42
KEWAJIBAN – KEWAJIBAN DOKTER
-J.J. Leenen-
• Prinsip Dasar / Prinsip Utama : “AEGROTI SALUS LOX SUPREME ”
keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi.

• Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus
bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek
kedokterannya secara legeartis

• Kewajiban untuk menghormati hak – hak pasien yang bersumber dari hak
- hak asasi dalam bidang kesehatan

• Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan


kesehatan

43
KEWAJIBAN – KEWAJIBAN DOKTER
(UU Kedokteran)
• Memberikan pelayanan medis sesuai dengan dengan standar profesi profesi standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien;

• Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan ;

• Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien meninggal
dunia;

• Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya; dan

• Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

• Kewajiban dokter untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan profesinya.


– Harus mempergunakan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dengan hati – hati,
proporsional dan teliti .
– Dokter harus mempunyai pertimbangan yang terbaik (to exercise the best judgment), walapun
sebagai manusia biasa tak pernah lepas dari kesalahan , asalkan tidak tergolong kesalahan yang kasar
(gross negligence )
44
Pemahaman Awal Pengembangan
Argumentasi Hukum
• Pemahaman yang baik terhadap ilmu Logika
Dasar, ilmu Mantiq dan Logika Praktis.

• Pengunaan istilah yang berbeda hanya


merupakan faktor bahasa, Argumentasi
Hukum lazim juga disebut dengan Legal
Reasoning.

45
Prinsip Legal Reasoning
• Legal Reasoning ini pada prinsipnya berkaitan erat
dengan bagaimana mengkaji, menganalisis dan
merumuskan suatu argumentasi hukum secara tepat.
• Legal Reasoning tidak dapat dilepaskan dari upaya
mengembangkan kriteria yang dijadikan dasar untuk
suatu argumentasi hukum yang jelas dan rasional.
• Isu utama adalah prinsip hukum universal dan
kriteria yuridis yang spesifik yang menjadikan dasar
rasionalitas argumentasi hukum

46
Toeri Probabilitas Levi
• Legal reasoning is the set of cognitive skills which traditional legal
education emphasizes.
(Argumentasi Hukum adalah seperangkat keterampilan kognitif yang
menekankan tradisi pendidikan hukum)

• The definition of that set of cognitive skills will follow the work of Levi
(1949), including the idea that legal reasoning is primarily reasoning from
example to example using analogies based upon previously decided cases.
(Dapat didefinisikan bahwa seperangkat keterampilan kognitif akan
mengikuti prinsip Levi (1949) teori probabilitas, termasuk gagasan bahwa
pertimbangan hukum terutama penalaran dari contoh ke contoh
menggunakan analogi berdasarkan kasus sebelumnya diputuskan).

(Berargumentasi berdasarkan analisa yang tepat)

47
How to Think as a Lawyer
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang Advokat
agar bisa berpikir sebagaimana seharusnya seorang
Advokat adalah sebagai berikut:
• Adanya ambiguitas
• Berpikir objektif
• Berargumen dari sisi dua pihak yang
berbeda
• Selalu menanyakan segala hal

48
Faktor-faktor Yang Mendorong Seseorang
Melakukan Kegiatan Berpikir

• Jika pernyataan atau pendiriannya dibantah;

• Jika terjadi perubahan secara mendadak


dalam lingkungannya;

• Jika ditanya;

• Dorongan rasa ingin tahu (curiosity)

49
TIGA KONSEP LEGAL REASONING

• Practical Wisdom atau phronesis,

• Craft atau techne atau keterampian,

• Rhetorica.

50
Practical Wisdom
• Fokus dari practical wisdom adalah apa yang harus dilakukan pada suatu
waktu tertentu dan pada situasi tertentu.

• Practical wisdom terkait sangat erat dengan memberikan pertimbangan


yang mendalam (deliberation/bouleusis), menentukan pilihan
(choice/proairesis) dari serangkaian pilihan yang ada, dan pada akhirnya
menentukan tindakan (action/praxis) terbaik yang harus dilakukan.

• Practical wisdom bukanlah semata-mata menerapkan dan mengikuti


aturan perundang-undangan.

• Practical wisdom bukan pula semata-mata mengetahui tentang apa yang


benar dan apa yang salah , melainkan memberikan pertimbangan
mendalam tentang tindakan atau aksi apa yang harus dilakukan.
51
Craft
• craft atau techne sebagai “kemampuan atau kapasitas yang
tinggi untuk membuat atau menciptakan sesuatu”

• craft hanya memiliki satu komponen, yaitu intelektualitas.

• Craft terbentuk dari pemanfaatan materi-materi dan sarana-


sarana secara terampil. Dalam bidang hukum, materi-materi
dimaksud meliputi sumber-sumber hukum (seperti :
konstitusi dan ketentuan perundang-undangan), prinsip-
prinsip dan pemikiran-pemikiran dasar tentang hukum
(termasuk prinsip kemerdekaan, kesetaraan, keadilan dan
proses hukum yang adil),
52
Rhetoric
• Tujuan atau inti dari rhetoric (retorika) adalah persuasi.
• Retorika sebagai “kemampuan untuk menemukan sarana-sarana
persuasi yang tersedia”. Definisi yang diberikan oleh Aristoteles ini
menarik karena Aristoteles membedakan antara tujuan eksternal dan
tujuan internal dari retorika.

• Keberhasilan upaya persuasi ini diukur dari hasil yang diperoleh dari
argumen yang telah dibangunnya.

• Tujuan tersebut berkaitan erat dengan penyusunan argumentasi terbaik


yang mungkin dibuat dalam suatu keadaan tertentu dan dengan
memanfaatkan sarana-sarana persuasi yang tersedia.

53
Tujuan dari logika
• Membedakan cara berpikir yang tepat
dari yang tidak tepat;

• Memberikan metode dan teknik untuk


menguji ketepatan cara berpikir;

• Merumuskan secara eksplisit asas-


asas berpikir yang sehat dan jernih.
54
KEKHUSUSAN LOGIKA HUKUM
• Argumentasi Hukum merupakan argumentasi yang khusus, karena
didasarkan pada hukum positif & kerangka prosedural.

• Hukum Positif Argumentasi Hukum selalu dimulai dari hukum positif, yg


tidak statis, tetapi merupakan suatu perkembangan berlanjut. Dari sini
yurisprudensi akan menentukan norma-norma baru.

• Kerangka prosedural: argumentasi rasional dan diskusi rasional.


• Tiga Struktur dalam Argumenasi Hukum yg rasional:
• Struktur Logika: Alur premis menuju pada konklusi dari suatu argumentasi
harus logis.

55
Kerancuan Berpikir
• Kerancuan berpikir adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argumen yang
tidak tepat.

• Kerancuan relevansi: kerancuan pada argumen yang premis-premisnya


secara logikal tidak relevan atau secara substansial tidak ada sangkut
pautnya dengan kebenaran atau kesalahan dari kesimpulan yang mau
ditegakkan oleh premis-premis yang diajukan.

• Kerancuan ambiguitas: kerancuan yang terjadi jika dalam suatu argumen


perumusannya memuat perkataan atau ungkapan yang mempunyai arti
ganda yang pada saat berlangsungnya argumen itu arti dari perkataan
atau ungka mengalami pergeseran tanpa disadari atau disadari sehingga
menyebabkan ditariknya kesimpulan yang keliru

56
False Cause
Argumen yang secara tidak tepat menyatakan adanya hubungan kausal antara 2 hal atau lebih,
padahal hubungan kausal itu sebenarnya tidak ada.

Terdiri dari 2 jenis:


– Non Causa Pro Causa .
Sesuatu yang bukan sebab dinyatakan sebagai sebab dari suatu hal
Contoh : Bandung adalah sebuah kota yang paling banyak memiliki universitas. Menurut
statistik, kejahatan yang paling banyak terjadi adalah di kota Bandung. Jadi untuk mengakhiri
kejahatan, tutuplah semua universitas.

– Post Hoc Ergo Propter Hoc.


Argumen yang menarik suatu kesimpulan bahwa suatu kejadian adalah sebab dari terjadinya
suatu peristiwa tertentu semata-mata berdasarkan alasan bahwa kejadian yang disebut
pertama itu terjadi lebih dahulu dari peristiwa tertentu tersebut
Contoh : Sesudah melaksanakan reformasi di berbagai bidang, justru politik dan ekonomi
semakin tidak stabil. Jadi, reformasi adalah penyebab ketidakstabilan politik dan ekonomi.

57
Kerancuan Ambiguitas
• Ekuivokasi
Kerancuan yang teriadi karena penggunaan suatu istilah atau perkataan yang mempunyai arti ganda dalam
suatu argumen tanpa menjelaskan bahwa di dalam arqumen itu istilah atau perkataan tersebut dipaKai
dalam arti yang berbeda, sehingga ditarik kesimpulan yang tidak tepat. Contoh: Dibantu Hakim berarti
akan memenangkan perkara; Si A akan dibantu hakim. Jadi, si A akan memenangkan perkara.

• Aksentuasi
Kerancuan yang terjadi bila dalam suatu argumen terjadi perubahan makna yang disebabkan oleh
penekanan (aksentuasi) pada bagian atau perkataan tertentu dari argumen atau pernyataan yang
bersangkutan. Contoh : Semua menteri, yang tidak dapat menterjemahkan visi ekonomi presiden akan
ditegur. Jadi, Menteri A ditegur presiden.

• Komposisi
Kerancuan yang terjadi jika orang dalam berargumen mencampuradukkan antara unsur-unsur dan
keseluruhan Contoh : Tiap-tiap bagian dari sebuah mobil adalah ringan. Jadi, sebuah mobil adalah
ringan.

• Divisi.
Kerancuan yang terjadi jika berdasarkan apa yang berlaku bagi keseluruhan ditarik kesimpulan bahwa hal
yang sama juga berlaku bagi bagian-bagian (unsur-unsur). Contoh : Sebuah mobil adalah berat, karena itu
tiap bagian dari mobil adalah berat.

58
Kerancuan Relevansi
• Irrelevant conclusion.
• Argumentum ad Baculum
• Argumentum ad Hominem (abusive)
• Argumentum ad Hominem (circumstantial)
• Argumentum ad Ignorantiam.
• Argumentum ad Misericordiam (appeal to pity):
• Argumentum ad Populum.
• Argumentum ad Verecundiam.

59
• Irrelevant conclusion.
Sebuah argumen yang sesungguhnya dimaksudkan untuk mendukung sebuah kesimpulan tertentu,
namun diarahkan dan digunakan untuk membenarkan sebuah kesimpulan yang lain.
contoh : membuktikan konglomerat korupsi dengan membuktikan betapa kaya dan berpengaruhnya
konglomerat tersebut.

• Argumentum ad Baculum
Argumen yang mendasarkan diri pada kekuatan atau ancaman penggunaan kekuatan memaksakan agar
sebuah kesimpulan diterima atau disetujui.
contoh : pengacara minta agar kendaraannya diperbaiki tanpa biaya karena kecelakaan tersebut
disebabkan oleh lalainya ATPM memberitahukan pengoperasian perseneling otomatis.

• Argumentum ad Hominem (abusive)


Argumen diarahkan untuk menyerang pribadi orangnya, khususnya dengan menunjukkan kelemahan atau
kejelekan orang yang bersangkutan, dan tidak berusaha untuk secara rasional membuktikan bahwa apa
yang dikemukakan orang yanq diserang itu adalah salah
contoh : A tidak memahami makna reformasi karena ia pernah menjadi pejabat di
jaman orde baru.

• Argumentum ad Hominem (circumstantial)


Argumen diarahkan pada pribadi orangnya dalam kaitan dengan situasi (keadaan) orang itu sendiri
contoh: A tidak mungkin korupsi karena dia bekerja di Lembaga Penegak Hukum (Kejaksaan, KPK,
Kepolisian, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi)

60
• Argumentum ad Ignorantiam.
Sesuatu hal dinyatakan benar semata-mata karena belum dibuktikan bahwa hal itu salah, atau sebaliknya
sesuatu dinyatakan salah karena belum dibuktikan bahwa hal itu benar.
contoh : Jangan menuduh orang itu korupsi sebelum ada bukti hitam di atas putih bahwa dia
menandatangani tanda terima dana

• Argumentum ad Misericordiam (appeal to pity):


Rasa kasihan digugah untuk mendorong diterimanya atau disetujuinya suatu kesimpulan
contoh : kasus mantan presiden dan pemaafan kesalahannya.

• Argumentum ad Populum.
Berusaha mengemukakan dan memenangkan dukungan untuk suatu pendapat (pendirian) denqan jalan
menggugah perasaan, emosi, membangkitkan semangat berkobar-kobar, membangkitkan rasa ingin
memiliki yang menyala-nyala pada massa jaya sebelumnya.
contoh : Saudara-saudara harus melakukan demo besar-besaran agar MA membatalkan kepailitan PT X
karena kepailitan tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap status Saudara selaku karyawan.

• Argumentum ad Verecundiam.
usaha untuk memperoleh pembenaran atau dukungan atas kesimpulan (pendapat) dilakukan dengan
jalan mendasarkan diri pada kewibawaan atau tindakan orang terkenal
contoh : iklan sabun yang dipromosikan oleh artis terkenal)

61
Civil Law Sistem
• Civil Law, pada dasarnya berada dalam arus besar (mainstream)
pemikiran bahwa “law as it is written in the book.”

• Pola penalaran ini makin mendapat penguatan pada abad ke-19,


yakni setelah Hans Kelsen mengintroduksi Ajaran Hukum Murni
(reine Rechtslehre)-nya.

• Civil Law Sistem memandang hukum sebagai norma-norma positif


dalam sistem perundang-undangan hukum nasional. Akibatnya,
metode penalaran (termasuk metode penelitian) yang dikembangkan
para ahli hukumnya adalah doktrinal, bersaranakan terutama pada
logika deduksi untuk membangun sistem hukum positif.

62
Common Law Sistem
• Common Law dalam perkembangannya mulai meninggalkan arus besar
yang berakar pada ilmu hukum Romawi tersebut.
• Hakim sebagai pengemban hukum yang paling berperan dalam
pembentukan hukum, menuntut penyandang profesi ini lebih melihat
kepada situasi-situasi konkrit di masyarakat daripada pertama harus
mengacu kepada undang-undang.
• Hakim Oliver Wendell Holmes, “The life of the law has not been static, it has
been experience”
• John Chipman Gray, berprinsip “All the law is judge made-law” adalah
penggambaran yang tepat dari pendekatan pragmatisme tadi. Pendekatan
pragmatisme itu antara lain mengerucut menjadi model penalaran Realisme
Hukum.

Gagasan tentang model suatu penalaran dapat melintasi batas-batas


area keluarga sistem hukum, model penalaran tersebut harus
beradaptasi dengan karakteristik keluarga sistem hukum tertentu

63
64
Pendekatan Penafsiran
• Dalam menafsirkan ahli hukum harus berupaya untuk menelusuri bagaimana ketentuan-
ketentuan dalam peraturan tersebut dari semula diartikan oleh pihak yang merumuskan
dan mengesahkan peraturan tersebut .

• Pendekatan ini menyatakan bahwa semakin dekat dengan pengertian aslinya maka
semakin “benar” penafsiran tersebut.

• Pendekatan ini menekankan pentingnya konsep backward-looking.

• Pendekatan semacam ini dikenal dengan pendekatan originalisme .

• Terdapat pandangan yang menekankan pentingnya inovasi dan dinamisme, serta menolak
originalisme.

• Kelompok yang menghendaki demikian ini berpendapat bahwa peraturan perlu ditafsirkan
secara kreatif koleh Hakim karena adanya ketidakpastian bahasa dalam undang-undang .

65
Elemen Analisis Peraturan
• Elemen-elemen apa saja yang dapat membuktikan keberlakukan aturan hukum yang
dijadikan sebagai alat uji?

• Adakah faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang dapat dijadikan sebagai bahan


pertimbangan?

• Apa saja pengecualian bagi pemberlakuan aturan hukum tersebut?

• Keluarga sistem hukum (family of legal system) yang manakah yang akan menjadi
sumber dari aturan hukum tersebut?

• Apakah bersumber dari yurisprudensi, peraturan perundang-undangan atau yang lain?

• Adakah kebijakan publik, freiz ermessen dan sebagainya yang menjadi dasar di balik
aturan hukum yang diterapkan tersebut?

66
• Putusan Mahkamah Agung Indonesia No. 1144 K/Pid/2006 yang
kemudian menghukum Neloe CS dengan hokuman 10 Tahun
Penjara, karena terbukti perbuatan terpidana telah melanggar
Undang-undang Korupsi. Penulis berkesimpulan bahwa
Mahkamah Agung telah mengabaikan dan melanggar doktrin
specialite sistematische.

• Dalam keputusan Mahkamah Agung tersebut, telah menyatakan


bahwa undang-undang Perbankan sebagai undang yang bersifat
umum, sedangkan undang-undang korupsi merupakan ketentuan
yang lebih khusus. dengan demikian undang-undang korupsi bisa
mengonsumir, mendesak dan menghabiskan ketentuan undang-
undang perbankan (lex consumens derogat legi consumtae).

• Unsur kerugian Keuangan Negara dalam kasus tersebut masih


diperdebatkan. sehingga timbul ketidak adilan.
67
Berpikir Objektif
• Dalam menganalisa persoalan hukum, perasaan
dapat mempengaruhi objektifitas seorang Advokat
sehingga dengan mudahnya mengambil kesimpulan
tanpa terlebih dahulu melakukan analisa terhadap
fakta-fakta yang relevan.

• Seorang Advokat harus menjauhkan segala perasaan


suka maupun tidak suka ketika menganalisa
persoalan hukum sehingga ia mampu berpikir jernih
dan melihat fakta secara jelas.
68
Berargumen Dari Sisi Dua Pihak Yang Berbeda

• Seorang Advokat dapat terjebak dalam pemikiran


yang sempit karena selama ini ia hanya melihat dari
satu sisi semata-mata.

• Dengan mengambil sudut pandang dari pihak yang


berseberangan dengan klien justru akan sangat
membantu Advokat dalam menghadapi strategi/
kontra argumen dari pihak seberang, dan dengan
demikian membantu Advokat tersebut dalam
menyusun argumennya.
69
Pemilahan Fakta dan Identifikasi Permasalahan
(Issue Spotting)
• Untuk mengetahui hukum apa yang dipakai terhadap kasus
yang bersangkutan maka seorang Advokat harus terlebih
dahulu memilah antara fakta yang relevan terhadap kasus itu
dan fakta-fakta lain yang tidak relevan

• pemilahan fakta ada 2 langkah yang perlu dilakukan:


– Pemilahan antara fakta hukum dan fakta non-hukum
– Pemilahan antara fakta hukum yang relevan dan fakta
hukum yang tidak relevan

70
Selalu Menanyakan Segala Hal
• Seorang Advokat perlu membiasakan diri mengajukan pertanyaan "mengapa" baik
terhadap putusan pengadilan, peraturan maupun kebijakan hukum yang diambil.

• Pertanyaan "mengapa" membuat seorang Advokat dapat memahami alasan/ latar


belakang mengenai berbagai hal.

• Selalu Menanyakan Segala Hal. Contoh : dalam UU No.37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU, tahap-tahap proses kepailitan adalah sebagai berikut:
Pernyataan pailit, Verifikasi Utang Piutang, Pembahasan Rencana Perdamaian (jika
ada), Insolvensi, Likuidasi, Distribusi boedel pailit, Pengakhiran Kepailitan
Pertanyaan : mentjapa tahap-tahap tersebut disusun sedemikian?

71
Tujuan dari logika
• Membedakan cara berpikir yang tepat
dari yang tidak tepat;

• Memberikan metode dan teknik untuk


menguji ketepatan cara berpikir;

• Merumuskan secara eksplisit asas-


asas berpikir yang sehat dan jernih.
72
Faktor-faktor Yang Mendorong Seseorang
Melakukan Kegiatan Berpikir

• Jika pernyataan atau pendiriannya dibantah;

• Jika terjadi perubahan secara mendadak


dalam lingkungannya;

• Jika ditanya;

• Dorongan rasa ingin tahu (curiosity)


73
Asas-asas Hukum Berpikir
(The Laws Of Thought)

• Asas identitas (principle of identity)

• Asas kontradiksl (principle of contradictiory)

• Asas pengecualian kemungkinan ketiga


Principle of excluded in the middle)

• Asas alasan yang cukup (principle of sufficient


reason)

• Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui


daya dukung dari premis-premisnya atau pembuktiannya (do not go beyond
the evidence).

74
Unsur Dasar Logika Berpikir
– Proposisi
– Premis
– Inferensi
– Argumen deduktif dan induktif
– Validitas
– Kerancuan berpikir

75
Proposisi
• Proposisi adalah pernyataan yang pada hakikatnya merupakan
pendirian atau pendapat tentang sesuatu hal.

• Dari segi bentuknya proposisi adalah pernyataan yang


menghubungkan dua konsep (term) yang di dalamnya
mengandung pengiyaan atau penyangkalan.
Contoh: semua gajah adalah binatang

• Terhadap proposisi dapat dikenakan penilaian benar atau salah,


karena pendirian seseorang tentang hubungan antara 2 hal itu
dalam kenyataan dapat benar atau salah.

76
PREMIS
• Premis atau proposisi anteseden adalah proposisi atau proposisi-proposisi
yang dijadikan landasan untuk memunculkan proposisi konsekuen atau
kesimpulan.

• Premis-premis ini dapat juga disebut sebagai bukti yang membenarkan


(mendukung) atau yang membuktikan kebenaran proposisi tertentu
(kesimpulan).
Contoh:
– Semua calon advokat harus mengikuti pendidikan khusus profesi
Advokat (premis)
– si A adalah calon advokat (premis)
– Jadi, si A harus mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat
(kesimpulan)

77
ARGUMEN
• Argumen merupakan kesatuan kumpulan pernyataan yang
dinamakan premis-premis dan kesimpulan yang dihasilkan
oleh kegiatan menalar.

• Argumen adalah sekelompok pernyataan yang di dalamnya


terdapat satu pernyataan yang dinamakan kesimpulan
berdasarkan premis atau premis-premis

Contoh :
A telah memberikan uang kepada B Jadi, B telah menerima
uang dari A

78
Validitas dan Kebenaran
• Perkataan "validitas" dalam logika digunakan dalam arti
penentuan valid atau tidaknya sebuah argumen.

• Sebuah argumen dikatakan valid apabila kesimpulannya


berakar dalam premis-premisnya.

• Validitas suatu argumen tergantung pada bentuk argumen dan


bukan pada isi argumen vanq bersangkutan

79
Hukum (Rule)
• Untuk memudahkan pemahamannya, aturan hukum (peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, norma-norma hukum dalam
masyarakat) dibagi menjadi unsur-unsur atau keadaan/situasi yang
mendasarinya.

• Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam melihat aturan hukum


adalah:
– Apa unsur-unsur atau keadaan yang mendasari
suatu aturan hukum?

– Apa latar belakang atau dasar pemikiran


sehingga aturan hukum tersebut ada/dibuat?

80
Pola Deduktif dan Induktif Penerapan Legal Reasoning dalam Sistem
Hukum

• Sistem Hukum Common Law lebih menekankan pada pola Induktif


Para Ahli Hukum membaca beberapa kasus yang sangat spesifik dan dari kasus
kasus tersebut di analisa maksud dari aturan hukumnya .

• Sistem Hukum Civil Law Secara A Contrario Para Ahli Hukum memulai dengan
pernyataan pernyataan umum yang ada dalam Undang Undang, dari pernyataan
Undang Undang tersebut baru di interpretasikan kedalam kasus atau masalah
hukum.
• .

• Persamaan dari kedua sistem hukum tersebut adalah menghasilkan pandangan


yang sama. Penekanan dari esensi deduktif dan induktif adalah walaupun terjadi
perbedaan pola namun implikasi hukumnya sama. Hal ini membantah bahwa
sistem hukum Civil Law dan Common Law akan menghasilkan produk hukum yang
berbeda.

• Dalam tardisi hukum European Community kedua sistem hukum ini berjalan
berdampingan dan saling mengisi prinsip prinsip hukum baru
81
Pola Induktif
• Argumen induktif adalah argumen yang kesimpulannya belum atau tidak tersirat di
dalam premis-premisnya; artinya, premis-premisnya tidak mengimplikasikan kesimpulan.

• Hubungan antara premis dan kesimpulan dalam argumen induktif disebut hubungan
probabilitas (kemungkinan).

• Sifat atau kekuatan pembuktiannya disebut inkonklusif (kurang atau tidak berkepastian),
misalnya pada penarikan kesimpulan berdasarkan statistik.

• Pada generalisasi induktif, yang terjadi adalah berdasarkan sifat atau ciri yang sama yang ada
pada sejumlah hal (kejadian, obyek) tertentu, disimpulkan bahwa semua hal (kejadian, obyek)
tertentu itu mempunyai sifat atau ciri yang sama itu.

• Yang paling penting adalah faktor relevansi. Derajat probabilitas argumen induktif tergantung
pada relevansi dari kesamaan dan/atau perbedaan dari aspek-aspek yang dikemukakan
dalam premis-premis.

82
Pola Deduktif
• Argumen deduktif : Argumen yang premis-premisnya di dalam dirinya sudah
memuat kesimpulan. Artinya, kesimpulan sudah tersirat (implisit) di dalam premis
atau premis-premisnya.

• Hubungan antara premis dan kesimpulan dalam argumen deduktif disebut konklusif
atau meyakinkan. Artinya, jika premis-premis diterima sebagai benar, dan prosedur
memunculkan kesimpulan berlangsung sah, maka kesimpulannya itu juga harus
diterima sebagai sesuatu yang pasti benar.

Contoh argumen deduktif:


– Semua calon advokat harus mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat
– A adalah calon advokat
– A harus mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat (kesimpulan)

83
Proses Analisis Dalam Kasus Hukum

• Fakta harus pasti : dilihat, didengar atau dirasakan;


• Fakta harus bisa di analisa
• Masalah Hukum harus bisa dihubungkan dengan
fakta harus bisa di identifikasi
• Hukum Yang relevan harus bisa di aplikasikan
• Hukum yang elevan harus dicari dan dinyatakan
dalam masalah tersebut. t be analysed;
• Kesimpulan harus dapat dibuat.

84
Interpretasi Hukum
(The statutory Interpretation)
• The Literal Rule
Dalam interpretasi ini para ahli hukum dan penegak hukum wajib mengikuti
aturan yang sudah diatur secara jelas dalam Konstitusi atau Undang Undang
tanpa memberikan interpretasi yang lain.

• The Golden Rule


Dalam Interpretasi ini pertimbangan secara umum, terutama kepada Hakim
untuk melakukan interpretasi secara extensif (meluas) dengan tetap
memperhatikan maksud dari Aturan tersebut
Pencurian : mengambil hak orang lain, biasanya bendanya secara fisik ada.
Pencurian listrik, data, gas dll., walaupun secara fisik tidak ada namun tetap
dikategorikan kedalam delik pencurian oleh Hakim

• The Mischief Rule


Interpretasi ini sangat fleksible dan hanya dapat digunakan dalam suasana hukum
yang tidak tertulis, hukum adat, kebiasaan dan dalam rangka menetapkan hukum
kebiasaan yang sudah lama apabila dihubungkan dengan suasana hukum
kontemporer saat ini.

85
Contoh Interpretasi dari Hukum (Rules)
• Pasal 1365 KUHPerdata:
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut“

• Pasal 2 (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun
dan denda paling sedikit Rp.200.000.000 (dua ratus juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000
(satu mllyar Rupiah)"

• Pasal 3 UU Tipikor:
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,- (lima puluh juta Rupiah) dan palinq banyak
Rp.1.000.000.000,-(satu milyar Rupian)."

86
Analisis
• Analisis pada dasarnya merupakan proses pencocokan antara fakta hukum
yang ada dan unsur-unsur dari Rule.

• Secara sederhana dapat dikatakan bahwa daiam melakukan analisis kita


mengajukan pertanyaan pada setiap fakta hukum yang ada: apakah fakta
tersebut memberikan konfirmasi kepada Rule atau tidak.

• Dalam analisis perlu dicocokkan semua unsur atau keadaan berlakunya


Rule dengan fakta-fakta hukum yang relevan. Jika cocok maka Rule
tersebut akan dipakai sebagai dasar hukum gugatan dan kesimpulan
dibuat. Jika tidak cocok maka perlu dicari Rule yang lain.

87
DASAR DASAR ARGUMENTASI

• Teori argumentasi berkembang sejak Aristotales yg dimulai dengan studi sistematis tentang
logika yang intinya logical scuence yang konsisten dalam premis sampai kesimpulan.
• Aristotles mengembangkan logika kearah Dialektika sebagai ajaran berdebat dan berlanjut
pada kemamuan Retorika (kemampuan meyakinkan)
• Dalam logika tradisional lazimnya menggunakan metode Deduksi.
• Argumentasi Deduksi, yaitu penerapan suatu aturan hukum pada suatu kasus.

Norma : Pencuri harus dihukum (Psl 362 KUHP) (Premis Mayor)


Fakta : Johan adalah Pencuri. (Premis Minor)
Kesimpulan: maka Johan harus dihukum (Konklusi).

Jenis Argumentasi ini populer dlm Civil law system (Argumentation based on rules). Dalam
Common Law System, argumentasi beranjak dari cases tertentu (Principal based reasoning)

88
• Argumentasi Hukum juga menggunakan logika Induksi,
terutama untuk penanganan perkara di pengadilan.

• Langkah-langkah logika Induksi dalam Hukum:


a. Merumuskan Fakta: merangkum semua fakta (peristiwa, perbuatan
atau keadaan) fakta yuridis in concreto.
b. Mencari Hubungan Causalitas (sebab akibat):
Causalitas selau tergantung pada jenis hukumnya : Pidana,
Perdata, Adminstrasi Negara, Tata Usaha Negara dll.

89
Causalitas dalam Hukum Pidana
• Hubungan Causal Delik Formil tidak jelas, tetapi hubungan causalitas
sangat erat hubungannya dan manfaatnya dengan DELIK MATERIIL (Psl
338, Psl 351 ) contoh: perbuatan (sebab) kematian (akibat) 

• Apakah suatu perbuatan tertentu menimbulkan matinya seseorang, dapat


dijelaskan dengan “teori hubungan kausal dalam hukum Pidana, (teori
conditio cinequo non, adequat, teori yang mengeneralisir, teori objektif,
teori relevansi)

• Menurut sistem hukum di Indonesia menggunakan : akibat langsung dan


adequat (dpt diduga menimbulkan akibat).

90
Causalitas Dalam Hukum Perdata
• Dalam hukum Perdata dikenal teori hubungan kausal :
Conditio cinequa non, causa proxima, teori adequat (dapat
diduga menimbulkan akibat).
contoh: PMH (sebab) kerugian (akibat)

• Causalitas dalam Hukum Administrasi Negara (sengketa TUN).


Teori yang digunakan dalam hukum adminstrasi negara adalah
hubungan langsung.
contoh: Keputusan TUN (sebab) kerugian (akibat)

91
PROBABILITAS

• Merupakan konsep sentral dalam penalaran


induktif;

• Probabilitas dalam hukum tergantung standar


pembuktian (alat bukti & beban pembuktian)
Perdata: dalil & bukti, Pidana: Keyakinan
Hakim & bukti. 

92
Struktur Argumentasi Hukum yang Rasional

a. Logika : struktur intern argumentasi


Masuk wilayah logika tradisional, isu utama pada lapisan ini: apakah alur premis
sampai kepada konklusi dari suatu argumenttasi itu logis ?

b. Dialektika: perbandingan pro-kontra argumentasi.


Proses dialektika dalam adu argumentasi menguji kekuatan nalar suatu
argumentasi yg terletak pada logika. contoh Gugatan TUN pengumuman BI sebagai
Keputusan TUN futuristik - tidak logis)

c. Prosedur (Hukum Acara)


Hukum acara merupakan aturan main proses argumentasi litigasi di pengadilan
(prosedur dialektika diatur hukum acara)
contoh: beban pembuktian, tergantung ketentuan hukum acara hkm apa.

93
ANALISIS HUKUM
• PENGUMPULAN FAKTA yuridis (perbuatan, peristiwa atau keadaan)

• Pengumpulan fakta didasarkan pada ketentuan tentang alat bukti.

• KLASIFIKASI Permaslahan Hukum (berkaitan dengan hukum positif - klasifikasi hukum publik
atau privat
Hukum publik: HTN, HAN & Hukum Internasional Publik;
Hukum Privat: perdata, dagang dll.
- terkait kompetensi absolut pengadilan.

• IDENTIFIKASI ISU Hukum yg relevan. (question of fact & question of law)

• Pertanyaan tentang fakta akan menyimpulkan fakta hukum (jika didukung alat-alat bukti).
Identifikasi isu hukum berkaitan dengan konsep hukum yang menjadi dasar dan kemudian
dipilah-pilah elemen-elemen pokok.

94
Analisis Hukum Malpraktek
• malpraktek dokter, apakah wanprestasi atau PMH ?

• analisis atas Konsep Wanprestasi:


1. adakah hubungan kontraktual dokter - pasien ?
2. adakah cacat prestasi dalam tindakan dokter terhadap pasien?
 
• Analisis isu PMH:
1. apakah tindakan dokter suatu tindakan hukum ?
2. apakah tindakan dokter suatu PMH? Apa kriteria melanggar hukum?
3. apa kerugian yang diderita pasien? Apakah kerugian itu akibat langsung perbuatan dokter?
 
Masing-masing isu dibahas dgn mendasarkan pada fakta (hubungan dokter-pasien) dikaitkan
dengan hukum, teori & asas hukum yang berlaku - ditarik simpulan (opini) tiap isu.
Berdasarkan opini ditarik simpulan atas pokok masalah: ada atau tidaknya wanprestasi
dan/atau PMH.

95
PENEMUAN HUKUM
• Civil Law System : based on rules, penelusuran peraturan perundang-undangan

• Per Undang-Undangan :
– hukum tertulis,
– dibuat lembaga / pejabat yg berwenang,
– isinya mengikat umum) statute approach;

• Mengidentifikasi norma
Norma-proposisi, yang merupakan rangkaian konsep yang harus difahami

• Conceptuan approach.
Contoh : Pasal 1365 KUHPer : setiap PMH yang menimbulkan kerugian,
mewajibkan yang menimbulkan kerugian itu membayar ganti rugi.

96
Konsep Penemuan Hukum
• Konsep perbuatan
Harus dijelaskan, akan menjelaskan perbuatan siapa & siapa yg bertanggung jawab.

• Konsep melangar hukum


Melanggar hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban, melanggar kepatutan, kesusilaan.

• Konsep kerugian
Kerusakan yang diderita, keuntungan yang diharapkan, biaya yang dikeluarkan.

Dalam Konstruksi diatas tidak cukup hanya dengan menerapkan norma hukum tertulis
langsung pada fakta hukum, norma sifatnya abstrak & konsep merupakan konsep
terbuka/bias.
Dengan kondisi tersebut dilakukanlah RECHTSVINDING dgn 2 teknik :
1) interpretasi;
2) konstruksi hukum meliputi: analogi, penghalusan, penyempitan hukum dan
argumentum a contrario. (fungsi rechtsvinding menemukan norma kongkrit
untuk diterapkan pada fakta)

97
Perbedaan Pendapat Hakim
• Kasus Subekti (03.K/N/1999) (UD Sarana Bakti)
PN : Mengabulkan permohonan Subekti
MA : Membatalkan putusan PN dengan alasan bahwa Voluntary Petition harus
dibuktikan dengan audit pejabat publik

• Kasus Indomas Pratama Citra (053/P/1999)


PN : Argumen putusan MA kasus Subekti digunakan oleh hakim PN untuk menolak
Voluntary Petition
MA : Membatalkan putusan PN, Argumentasi MA bahwa Indomas telah terbukti
memenuhi syarat pasal 1 ayat 1 UU 4/1998, sehingga Indomas telah memenuhi
unsur palit

• Kasus Jayako Makmur (36/P/2000)


PN : Majelis hakim berpendapat bahwa tidak perlu audit pejabat publik sepanjang
unsur dan syarat syarat pailit telah dipenuhi, dengan mengacu pada putusan MA
dalam kasus Indomas

98
Alsan Hukum Peralihan Utang Kreditor
• Cessie bersifat Accesoir

• Menimbulkan kewajiban levering

• Hubungan Obligatornya berupa perjanjian jual beli

• Kasus BPPN vs Comexindo


BPPN bukan sebagai kreditor

• Kasus BPPn vs Darmala


BPPN bukan sebagai kreditor

99
Alasan Hukum Kreditur Sindikasi
• Setiap Kreditor yang tergabung dalam sindikasi dapat
mengajukan permohonan pailit sendiri tanpa harus melalui
‘head syndication’-nya (UUK & PKPU 2004)

• Dalam kasus BII, Bank Niaga vs Abu Hermanto (50/P/1999)


PN : Permohonan pailit ditolak karena permohonan pailit
tidak diajukan oleh Bank Niaga sebagai agen penjamin, karena
tidak terpenuhinya pasal 1320 dan 1338 BW
MA : Menguatkan putusan PN dan memperbaiki petitumnya
dengan alasan tidak terpenuhinya syarat pasal 1 ayat 1 UU 4 /
1998

100
Alasan Hukum Kepailitan terhadap
Kekayaan yang tidak termasuk harta pailit
• Ranjang dan pakaian

• Peralatan yang digunakan seorang pekerja dalam


perusahaannya

• Uang atau gaji tahunan yang sudah dinyatakan dalam buku


besar akuntansi

• Hak Cipta

• Honor, Upah, pensiun pegawai, (perlu mendapat persetujuan


hakim pengawas)
101
Teori Obyektif Mengenai Kontrak
• Bahwa niat untuk membuat kontrak secara tegas maupun
berdasarkan kesimpulan perbuatan dinilai dari standar orang
secara layak {reasonable person standard)

• Apakah orang yang wajar secara hipotesis berkesimpulan


bahwa pihak-pihak berniat untuk menciptakan kontrak
setelah mempertimbangkan:
(1) kata-kata dan perbuatan para pihak,
(2) keadaan sekelilingnya.
Contoh, tidak akan ada kontrak yang terjadi dengan tawaran-tawaran
yang bersifat sendau gurau, paksaan atau intimidasi, atau kegembiraan
secara tidak wajar atau tidak sepantasnya.

102
Sistem UU Merek Indonesia
Pendaftaran merek di Indonesia memakai sistem
konstitutif, dimana hak eksklusif suatu merek
diberikan oleh undang-undang karena
pendaftarannya dan bukan karena pemakaiannya
(sistem deklaratif).
Dengan penggunaan sistem ini, maka tidak setiap
orang atau badan hukum bisa secara sah memiliki
merek dan akan memperoleh perlindungan bila
mereknya itu tidak didaftarkannya terlebih dahulu.

103
UU Merek 2001
Pasal 6
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal
apabila Merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih
dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya


dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis;

c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya


dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal.

104
Trademarks Case
MTV vs [V]

• Mahkamah Agung RI berdasarkan putusan Nomor 1486/K/Pdt/1991


tanggal 25 Nopember 1995 telah memberikan pengertian mengenai
merek terkenal : yaitu apabila merek tersebut telah beredar keluar dari
batas-batas regional sampai ke batas-batas transnasional dan juga merek
tersebut telah beredar sampai keluar batas negara asalnya yang dibuktikan
dari adanya pendaftaran merek yang bersangkutan di banyak negara.

• Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung No.667/K/Sip/1972 dan


Keputusan Mahkamah Agung RI
No.220/PK/Prd/1986, hanya pemilik merek yang sah yang memiliki itikad
baik dan oleh karenanya ia hams dilindungi oleh hukum

105
Referensi
• Stare Decisis And Techniques Of Legal Reasoning And Legal Argument,
Paul M. Perell
• An Introduction to Legal Reasoning, Edward H. Levy
• Legal Reasoning After Psot Modern Critisim, Peter Sueber
• Legal Spectator Legal Reasoning, Jacob A. Stein
• Legal Reasoning, Research and Writing, Patricia A. Browsard
• Legal Reasoning, Legal Theory, And Artificial Intelligence , J.C. Smith
and Daphne Gelbart
• Learn The Secret of Legal Reasoning, Lawnerd.
• Legal Reasoning dan Manfaatnya.
• Argumentasi Hukum, A. Fikar Fajar

106

Anda mungkin juga menyukai