Anda di halaman 1dari 22

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL
(UU No. 2 tahun 2004)
OLEH :
IBU BASANI SITUMORANG, SH., M.HUM.

Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA)

Organized By :

JAKARTA
2020
PENGERTIAN

Perselisihan Hubungan Industrial :


Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/ buruh atau serikat pekerja/ serikat buruh karena
adanya
- Perselisihan mengenai hak;
- Perselisihan kepentingan;
- Perselisihan pemutusan hubungan kerja; dan
- Perselisihan antar serikat pekerja/ serikat buruh
dalam satu perusahaan
PIHAK

Pihak yang berperkara adalah :

- Pekerja/ buruh secara perseorangan maupun


organisasi serikat pekerja/ serikat buruh dengan
pengusaha/ organisasi pengusaha;
- Pihak yang berperkara dapat juga terjadi antara
serikat pekerja/ serikat buruh lain dalam satu
perusahaan
OBJEK SENGKETA

1. Perselisihan hak :
Perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat
adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama

2. Perselisihan kepentingan :
Perselisihan yang timbul dalam hubungan karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja :
Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan
oleh salah satu pihak

4. Perselisihan Antar Serikat Pekerja (Antar SP):


Perselisihan antara serikat pekerja/ serikat buruh dengan serikat
pekerja/ serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan,
karena tidak adanya persesuaian paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban
keserikatpekerjaan
• Pekerja/ serikat pekerja - pengusaha

• 30 hari kerja sejak dimulai perundingan

• Pembuatan risalah setiap kali perundingan,


ditandatangani para pihak, sekurang-kurangnya memuat :
- Nama lengkap dan alamat para pihak;
- Tanggal dan tempat perundingan;
- Pokok masalah atau alasan perselisihan;
- Pendapat para pihak
- Kesimpulan atau hasil perundingan; dan
- Tanggal serta tandatangan para pihak yang melakukan perundingan

• Kesepakatan diwujudkan dalam Perjanjian Bersama


Pengertian
 Mediasi (UU No.2/ 2004) sama dengan Perantaraan (UU No.12/1957
jo. UU No.22/1964)
 Mediator adalah pegawai instansi ketenagakerjaan
 Kesepakatan dibuat dalam Perjanjian Bersama dan didaftarkan di PHI

Wacana yang berkembang


 Anggapan bahwa aparat pemerintah sering berpihak
 Lamban dalam menangani perkara
30 hari kerja sejak menerima pelimpahan perkara
-7 0 7 17 27 30
H A R I

Hari (- 7) – 0 : pelimpahan perkara dari Disnaker kepada Mediator


Hari 1 – 7 : penelitian perkara
Hari 8 – 17 : sidang mediasi
Hari 8 – 17 : anjuran tertulis ( jika tidak tercapai kesepakatan, dikeluarkan
maksimal 10 hari sejak sidang pertama)
Hari 17 – 27 : jawaban ( maksimal 10 hari sejak menerima anjuran tertulis)
Hari 28 – 30 : pembuatan Perjanjian Bersama
• Proses Konsiliasi sama dengan Mediasi
• Perbedaan Konsiliasi – Mediasi, Konsiliator berasal dari
masyarakat
• Konsiliator dipilih oleh para pihak
• Objek perselisihan yang dapat diselesaikan di Konsiliasi
1. Kepentingan
2. PHK
3. Antar Serikat Pekerja
• Kesepakatan yang dicapai dituangkan dalam Perjanjian
Bersama dan didaftarkan di PHI
30 hari kerja sejak menerima pelimpahan perkara
-7 0 7 17 27 30
H A R I

Wacana yang berkembang


 Kemampuan dari konsiliator
 Biaya
Adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan Hubungan
Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan
kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan
bersifat final
• Objek perselisihan yang dapat diselesaikan di Arbitrase
1. Kepentingan
2. Antar Serikat Pekerja
• Putusan Arbitrase bersifat final & mengikat para pihak
• Dalam 30 hari Putusan Arbitrase, apabila memenuhi syarat, dapat
dimohonkan pembatalan ke Mahkamah Agung

Wacana yang berkembang


 Kurang populer di Indonesia
 Biaya
 Kerahasiaan dijamin
30 hari kerja sejak penandatanganan surat perjanjian
penunjukan arbiter

-7 0 3 30 44
H A R I

Hari (- 7) – 0 : pemilihan arbiter tunggal (untuk arbiter majelis ditambah 3 hari)


pelimpahan perkara dari Disnaker kepada Arbiter
Hari 1 – 3 : maksimal dimulainya persidangan
Hari 1 – 30 : maksimal proses persidangan
Hari 31 – 44 : maksimal pelaksanaan putusan
(pemeriksaan arbitrase dapat juga diperpanjang 14 hari)
Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutus:
a. di tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
b. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan
kepentingan;
c. di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan
hubungan kerja;
d. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Acara Pengadilan Hubungan
Industrial
1. Hukum acara dalam PPHI sama dengan hukum acara Perdata.
(Pasal 57 UU PPHI)
2. Gugatan PHK sesuai dengan Pasal 159, 171 UU No. 13/2003 tenggang
waktu daluarsa 1 tahun sejak pemberitahuan putusan dari pengusaha.
(Pasal 82 UU PPHI)
3. Gugatan harus dilampiri risalah mediasi/konsiliasi yang gagal.
(Pasal 83 UU PPHI jo Perma 02/2003)
4. Selambatnya 7 hari setelah penerimaan gugatan KPN menetapkan majelis
hakim, 1 ketua majelis hakim, 2 anggota hakim ad-hoc.
( Pasal 88 UU PPHI)
5. 7 hari setelah penetapan majelis hakim, harus sudah melakukan sidang
pertama.
(Pasal 89 UU PPHI)
6. Proses beracara sejak sidang pertama s.d putusan adalah 50 hari.
(Pasal 103 UU PPHI).
7. Proses acara cepat dapat dimohonkan apabila ada alasan mendesak.
(Pasal 98 UU PPHI)
8. Proses acara cepat sejak penetapan majelis hakim s/d pembuktian adalah
21 hari. (Pasal 99 UU PPHI)
Proses beracara di Pengadilan Hubungan
Industrial
Gugatan Eksepsi Kompetensi
Pggt Absolut/relatif Tggt

Jawaban Tggt
Gugatan Intervensi
Rekonpensi Tanggapan
Eksepsi Pggt
Replik Pggt Putusan Sela Eksepsi
Jwb Rekonpensi M. Hakim ditolak Menerima Putusan
Bila ada Putusan
Absolut kompetensi
pelanggaran Sela
Ke badan peradilan
Psl. 155 (3) M. Hakim
Duplik Tggt lain
UU 13/2003

Menerima Putusan
Pembuktian Menolak Relatif kompetensi
Pggt + Tggt Putusan Ke wilayah hukum lain
Sita sela
Jaminan Banding
Ke PT
Kesimpulan
Pggt + Tggt

Penetapan Sita jaminan tidak dapat diajukan


Perlawanan dan atau tidak dapat digunakan
Putusan upaya hukum (Pasal 97 RUU PHI)
M. Hakim
50 hari kerja sejak sidang pertama
- 14 - 7 0 7 14 50 57 64 71
H A R I

Hari (- 14) : Gugatan didaftarkan


Hari (- 7) : Maksimal hari Ketua PN menetapkan Majelis Hakim
Hari (0) : Maksimal hari diadakannya sidang pertama
Hari 7 dan 14 : Maksimal hari untuk 2 kali penundaan sidang (jika ada)
Hari 0 – 50 : Maksimal hari penyelesaian perselisihan
Hari 50 : Pembacaan putusan
Hari 51 – 57 : Maksimal hari untuk pemberitahuan putusan kepada pihak yang tidak hadir
(jika ada)
Hari 51 – 64 : Maksimal hari untuk penerbitan salinan putusan
Hari 64 – 71 : Maksimal hari untuk pengiriman salinan putusan
Ketentuan Pidana

Apabila Melanggar Ketentuan :

Pasal 12 ayat (1)


“Barang siapa yang diminta keterangan oleh mediator guna penyelesaian
perselisihan hubungan industrial berdasarkan UU ini, wajib memberikan
keterangan termasuk membukakan buku dan memperlihatkan surat-surat yang
diperlukan”.

Pasal 22 ayat (1) dan (3)


(1) “Barang siapa yang diminta keterangan oleh konsiliator guna penyelesaian
perselisihan hubungan industrial berdasarkan undang-undang ini, wajib
memberikan keterangan termsuk membukakan buu dan memperlihatkan
surat-surat yang diperlukan”.
(3) “Konsiliator wajib merahasiakan semua keterangan yang diminta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”.
Pasal 47 ayat (1) dan (3)
(1) “Barang siapa yang diminta keterangannya oleh arbiter atau
majelis arbiter guna penyelidikan untuk penyelesaian
hubungan industrial berdasarkan UU ini wajib memberikannya,
termasuk membukakan buku dan memperlihatkan surat-surat
yang diperlukan”.
(3) Arbiter wajib merahasiakan semua keterangan yang diminta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”.

Pasal 90 ayat (2)


“Setiap orang yang dipanggil untuk menjadi saksi atau saksi ahli
berkewajiban untuk memenuhi panggilan dan memberikan
kesaksiannya dibawah sumpah”.

Pasal 91 ayat (1) dan (3)


(4) “Barang siapa yang diminta keterangannya oleh Majelis Hakim
guna penyelidikan untuk penyelesaian perselisihan hubungan
industrial berdasarkan UU ini wajib memberikannya tanpa
syarat, termasuk membukakan buku dan memperlihatkan
surat-surat yang diperlukan”.
(3) “ Hakim wajib merahasiakan semua keterangan yang diminta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”.
Pelanggaran atas pasal-pasal tersebut
diatas dikenakan sanksi pidana kurungan
paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 6 (enam) bulan dan atau denda
paling sedikit Rp. 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
MEKANISME PENYELESAIAN UU
PPHI (UU No. 2/2004)

ARBITRASE PUTUSAN PEMBATALAN


(P.Kepentingan,
& P. Antar SP)
(FINAL) (Pasal 52)

KONSILIASI Ya PERJANJIAN
DI DAFTAR AKTA BUKTI
PERSELISIHAN (P.Kepentingan, SEPAKAT BERSAMA
DI PHI PENDAFTARAN
ANTAR SP PHK & Antar SP) (PB)

Tidak

B Ya
PERSELISIHAN
PHK I
P Tidak
Memilih
Mencatatkan
A SEPAKAT Konsiliasi/
Perselisihan
T Arbitrase
PERSELISIHAN I
KEPENTINGAN
T Ya Tidak
Tidak
Diterima Tidak
PERSELISIHAN (Kasasi)
Tidak PENGADILAN Tidak
Putusan
HAK Anjuran MAHKAMAH
MEDIASI SEPAKAT HUBUNGAN P.Kepentingan DITERIMA FINAL
Tertulis INDUSTRIAL & Antar SP AGUNG

Ya Diterima Ya
Ya

FINAL

PERJANJIAN
DI DAFTAR AKTA BUKTI
BERSAMA
DI PHI PENDAFTARAN
(PB)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai