Anda di halaman 1dari 20

Review

UU PTUN &
Peraturan terkait
Dasar hukum

A
UU PTUN : UU No. 5 Tahun
1986 Jis UU No. 9 Tahun 2004 ;
UU No. 51 Tahun 2009

UU AP: UU No. 30 Tahun 2014

UU CK: UU No. 11 Tahun 2020

Peraturan Mahkamah Agung


Republik Indonesia

Surat Edaran Mahkamah Agung


Republik Indonesia
Presentation title 2
UU No. 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan
Hukum Materil -/+ 50% untuk Peradilan Tata Usaha Negara
Memperluas kewenangan mengadili PTUN
Untuk meningkatkan pelayanan pemerintahan di pusat dan
daerah Memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat
dan aparatur pemerintahan.

Presentation title 3
Sengketa TUN (Pasal 1 angka 10 UU
No. 51 Tahun2009)
Sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara (Ps 1 angka 7 UU
No. 51 Tahun 2009)
Orang/Badan Hukum Perdata Vs Badan/Pejabat TUN di pusat/daerah
Sebagai akibat dikeluarkan KTUN
Termasuk sengketa kepegawaian
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Presentation title 4
Penggugat Ps 53 UU No. 5 Tahun 1986

Seseorang/Badan hukum perdata


Yang merasa dirugikan
Sebuah KTUN (Ps 1 angka 9 UU No. 51
Tahun 2009)
Tergugat Pasal 1 angka 12 UU No. 51 Tahun 2009:

Subjek Badan/pejabat TUN (Ps 1 angka 8 UU


No. 51 Tahun 2009; Ps 1 angka 3 UU AP)
Hukum: Mengeluarkan keputusan
Berdasarkan wewenang yang ada
padanya/dilimpahkan kepadanya
Yang digugat orang/Badan Hukum
Perdata
Pemohon Pasal 21 UU AP
UU PTUN : Keputusan Tertulis

UU AP : Keputusan Tertulis dan


Keputusan Elektronik. (Ps 38)
Bentuk UU CK: bila sudah dibuat
KTUN Keputusan Elektronik maka tidak
dibuat Keputusan dalam bentuk
tertulis.
Gugatan:

UU PTUN (Ps 1 angka 9 + Ps 3)


– (Ps 2 + Ps 49) + UU AP Ps 87

Objek Gugatan
& Permohonan Permohonan:

UU AP Ps 21, Ps 53
Objek Gugatan
No KTUN Sebelum Berlaku UUAP KTUN Sesudah Berlaku UUAP

1 Penetapan Tertulis (meliputi tindakan hukum TUN) Penetapan Tertulis (termasuk didalamnya tindakan
faktual)
2 Keputusan diterbitkan oleh Badan atau Pejabat TUN Keputusan diterbitkan oleh Badan dan/atau Pejabat
Tata Usaha Negara di lingkungan eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya

3 Berdasarkan Perundang-undangan yang berlaku Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan


AUPB
4 Bersifat konkret, individual, dan final Bersifat final dalam arti lebih luas
5 Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat
hukum perdata hukum; dan/atau Keputusan yang berlaku bagi Warga
  Masyarakat.

8
Fiktif Negatif-fiktif positif

Ps 3 UU PTUN-Bila Badan atau pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu
menjadi kewajibannya, maka sikap diam tsb disamakan dengan KTUN penolakan (fiktif negatif)
Jika tidak ada peraturan dasar di instansi tsb tdk mengatur 90 hari maka jangka waktu yg berlaku
adalah 4 bulan sejak permohonan diterima lengkap.
Ps53 UU AP Fiktif Positif------- permohonan dianggap dikabulkan secara hukum, bila tidak ada
peraturan dasar di instansi tsb yg mengatur, maka jangka waktu yang harus ditunggu pemohon
adalah 10 hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.

Presentation title 9
Mahkamah Agung
Mengatur Fiktif Positif
PERMA NO. 5 TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN BERACARA UNTUK MEMPEROLEH PUTUSAN ATAS
PENERIMAAN PERMOHONAN GUNA MENDAPATKAN KEPUTUSAN DAN/ATAU
TINDAKAN BADAN ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN (Fiktif Positif)

Melaksanakan ketentuan Pasal 53 UU No. 30 Tahun 2014 UU


Administrasi Pemerintahan.
Permohonan - penelitian administrasi permohonan oleh panitera -
registrasi  bayar panjar  tentukan majelis hakim  tentukan hari
sidang 1- panggil - tanpa proses dismissal atau pemeriksaan
persiapan -persidangan.

Presentation title 11
PERMA NO. 8 TAHUN 2017
TENTANG PEDOMAN BERACARA UNTUK MEMPEROLEH PUTUSAN ATAS
PENERIMAAN PERMOHONAN GUNA MENDAPATKAN KEPUTUSAN DAN/ATAU
TINDAKAN BADAN ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN

 Melaksanakan ketentuan Pasal 53 UU No. 30 Tahun 2014 UU Administasi Pemerintahan.


 Pengajuan permohonan diajukan 90 hari kalender sejak batas waktu sesuai UU atau 10 hari
kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.
 Permohonan - penelitian administrasi permohonan oleh panitera -registrasi  bayar
panjar  tentukan majelis hakim  tentukan hari sidang 1- panggil - tanpa proses
dismissal atau pemeriksaan persiapan -persidangan.
 Lebih rinci
 MENCABUT PERMA NO. 5 TAHUN 2015 (Ps 20)

Presentation title 12
SURAT EDARAN NO. 1 TAHUN 2017
TENTANG PEMBERLAKUAN RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR MAHKAMAH AGUNG TAHUN 2017 SEBAGAI
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS BAGI PENGADILAN.
E. RUMUSAN HUKUM KAMAR TATA USAHA NEGARA

4. Pemohonan Fiktif Positif dan Gugatan Fiktif Negatif:


o Berdasarkan ketentuan Pasal 53 UU AP yang mengatur mengenai permohonan fiktif-positif , maka
ketentuan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 mengenai gugatan fiktif-negatif tidak dapat diberlakukan lagi,
karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum tentang tata cara penyelesaian permasalahan hukum yang
harus diterapkan oleh PERATUN.
oOleh karena ketentuan Pasal 53 UU AP dan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 mengatur permasalahan hukum
yang sama, yaitu tata cara pemberian perlindungan hukum bagi warga masyarakat untuk memperoleh
keputusan pejabat pemerintahan, dan juga dalam rangka mendorong kinerja birokrasi agar memberikan
pelayanan prima (excellent service), atas dasar prinsip lex posteriori derogate lex priori.
o Bahwa tentang permohonan fiktif-positif sebagaimana diatur dalam PERMA No. 8 Tahun 2017 sebagai
pengganti PERMA No. 5 Tahun 2015.

Presentation title 13
UU No 11 Thn 2020 tentang Cipta KerjaPasal 175 angka 6 mengubah ketentuan Pasal 53
UU AP:
Jangka waktu yang sebelumnya 10 hari kerja menjadi paling lama 5 hari kerja;
UU
SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG RI NO. 5 TAHUN
2021
E. RUMUSAN KAMAR TATA USAHA NEGARA
2. Lembaga Fiktif Positif
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, permohonan fiktif positif sudah tidak lagi menjadi kewenangan
PTUN.
Cat: vide put MK tentang UU CK: max 2 thn pelaksanaannya oleh pem…

Presentation title 14
90 hari

KEPUTUSAN FIKTIF POSITIF VIDE PASAL 53 UU AP


Permohonan Keputusan dikeluarkan melewati
Permohonan ke
Orang/Badan Hukum waktu yang ditentukan atau paling PTUN
lama 10 hari kerja dipersamakan
Perdata dengan mengabulkan
21 Hari kerja
90 hari selesai

KEPUTUSAN FIKTIF POSITIF VIDE PASAL 175 angka 6 UU CT


Permohonan Keputusan dikeluarkan melewati
waktu yang ditentukan atau paling
Orang/Badan Hukum lama 5 hari kerja dipersamakan
Perdata dengan mengabulkan

15
SEMA No.4 Tahun 2016 Mengubah Paradigma Beracara di PTUN pasca berlakunya UU AP
1. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara
a. Berwenang mengadili perkara berupa
gugatan dan permohonan.
b. Berwenang mengadili Perbuatan Melanggar

A
Hukum Oleh Pemerintah (Onrechtmatige
overheidsdaad/ OOD)
c. KTUN yang sudah diperiksa dan diputus
dalam upaya banding administrasi menjadi
kewenangan PTUN.

2. Subjek Gugatan/Permohonan
Pasal 53 ayat (1), Pasal 1 angka 9 UU Peratun, dan
Pasal 21 UU AP;
Penggugat/Pemohon : Orang atau Badan Hukum
Perdata, dan Badan/Pejabat Pemerintahan.
Tergugat/Termohon: Badan/Pejabat Pemerintahan

Presentation title 17
3. Objek Gugatan/Permohonan

a. Objek gugatan pada PTUN meliputi:


1) Penetapan tertulis dan/atau Tindakan
faktual
2) Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat
Pemerintahan.
3) Diterbitkan berdasarkan Peraturan per UU
dan/atau AAUPB
4) Bersifat: Konkrit individual; abstrak
individual; konkret umum
5) KTUN dan/atau Tindakan yang bersifat
final dalam arti luas.
6) KTUN dan/atau Tindakan yang berpotensi
menimbulkan akibat hukum

b. Keputusan Tata Usaha Negara dan/atau Tindakan


Fiktif- Positif

c. Keputusan Lembaga Aparat Pengawasan Intern


Pemerintah (APIP) Permohonan pengujian
penyalahgunaan wewenang (Ps 21 UU AP)

Presentation title 18
4. Pembuktian
Alat bukti yang diatur dalam Pasal 100 UU Peratun
ditambah dengan alat bukti elektronik dalam UU No. 11

F
Tahun 2008 ( UU Informasi dan Transaksi Elektronik)
dapat dijadikan alat bukti dalam hukum acara Peratun.

5. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara


Gugatan yang diajukan oleh pihak yang kemudian
terbukti tidak memiliki “Kepentingan”, diputuskan
dengan amar putusan “Menolak gugatan”.

6. Pembatasan Upaya Hukum Kasasi


Kriteria pembatasan upaya hukum kasasi dalam Pasal 45A ayat
(2) huruf c UU No. 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung
adalah bagi keputusan pejabat daerah yang berasal dari sumber
kewenangan desentralisasi. Tetapi terhadap keputusan pejabat
daerah yang bersumber dari kewenangan dekonsentrasi ataupun
bersumber dari kewenangan perbantuan terhadap pemerintah
pusat (medebewin) tetap bisa dilakukan upaya hukum kasasi.

Presentation title 19
UU 30 Tahun 2014

Pasal 1 angka 11: Keputusan Berbentuk Elektronis adalah Keputusan yang dibuat
atau disampaikan dengan menggunakan atau memanfaatkan media elektronik.

Vide Ps 38; Ps 49, Ps 62, Ps 73, Ps 81 beserta penjelasan

Presentation title 20

Anda mungkin juga menyukai