Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara atau Hukum Acara Tata Usaha Negara, mana
yang benar?
Karena Hukum Acara Tata Usaha Negara lingkupnya terlalu luas, bilamana Hukum
Acara peradilan Tata Usaha Negara hanya menyikapi pada Keputusan Tata Usaha
Negara. Jadi yang disoroti hanya pada Keputusan TUN itu saja.
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara ( Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan )
1. Konsep Gugatan
Dalam Pasal 1 Angka (5) UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo.
UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Pasal 1 Angka (11) UU No. 5 Tahun 2009 menyatakan bahwa gugatan adalah permohonan
yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat tata usaha negara yang diajukan ke
pengadilan untuk mendapatkan putusan.
Norma-nya sama, isi dari peraturannya sama.
Sedangkan pengadilan yang dimaksud adalah Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
dan/atau Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
(Pasal 1 Angka [7] UU No. 5 Tahun 2009)
Pasal 87 UU No. 30 Tahun 2014 merupakan tindakan factual, bukan hanya mengeluarkan
putusan saja tetapi ada tindakan factual.
Ayat (1) : seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang.
Dalam hal ini melihat apakah itu dikaitkan dengan kompetensi absolut juga apakah itu
dikaitkan dengan kompetensi relative. Dilihat objectum litis nya. Apakah itu objectum
litisnya pemerintahan TUN. Namun sekarang juga ada kaitannya dengan subjek Legislatif
yang dalam hal ini berkaitan dengan kompetensi absolut ataupun kompetensi relative.
Gugatannya berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitas.
Dalam hal ini, rugi untuk mengajukan ganti rugi ke PTUN karena maksimum ganti rugi yang
dapat diberikan sebanyak sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). Dalam hal ini fokusnya
untuk pengajuan sengketa KTUN hanya untuk mendapatkan ganti rugi dan rehabilitasi.
Rehabilitasi juga biasanya di berikan dengan cara give an apologize pejabat terkait terhadap
pejabat atau seseorang yang dirugikan.
Ayat (2) : alasan-alasan yang dapat digunakan dalam pengajuan gugatan adalah,
a. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku Melebihi ketentuan yang diatur dalam peraturan yang ada.
b. Badan atau Pejabat yang menerbitkan KTUN yang dimaksud Ayat (1) telah
menggunakan wewenangnya untuk tujuan yang lain dari maksud diberikannya wewenang
tersebut Penyalahgunaan wewenang.
c. Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan
keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan semua
kepentingan seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak. Semua penjelasan ini
diartikan bilamana keputusan pejabat TUN sudah tidak rasional.
Penyalahgunaan wewenang itu bertentangan dengan wewenang yang ada. Sama halnya untuk
Dana Alokasi Umum (DAU) yang harus jelas kepentingannya untuk apa. DAU tahun
kemarin pernah yang paling tinggi adalah DAU Ponorogo.
Ketentuan Pasal ini dirubah oleh Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 yang menetapkan
Pasal 53 Ayat (1) orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan
oleh suatu KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang
yang berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah, dengan
atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan / atau direhabilitasi.
Pasal 53 Ayat (2) alasan – alasan yang dapat digunakan dalam guagatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. KTUN yang digugat itu bertentangan denga Peraturan Perundang – undangan yang berlaku
b. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan asas – asas umum pemerintahan yang baik.
Didalam Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN menyatakan bahwa gugatan dapat
diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya keputusan badan atau pejabat tata usaha negara.
Berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang – Undang No. 5 Tahun 1986 tenggang waktu
pengajuan gugatan dibedakan atas :
1. Pihak yang dituju dengan diterbitkannya suatu KTUN (pihak kedua), bagi pihak kedua ini,
tengang waktu pengajuan gugatan dihitung sampai dengan 90 hari sejak saat KTUN itu
diterima.
2. Bagi pihak ketiga yang berkepentingan, maka tenggang waktu pengajuan gugatan dihitung
sampai dengan 90 hari sejak saat KTUN itu diumumkan
Pertanyaan hukumnya, kapan suatu KTUN diumumkan ? Sehingga pihak ketiga yang
berkepentingan dianggap mengetahui terbitnya suatu KTUN. Pada awalnya belum ada
ketentuan yang pasti tentang tatacara pengumuman suatu KTUN, dibeberapa ketentuan
memang ada, misalnya Hinder ordonansi thn 1926 menentuan untuk melakukan atau
menerbitkan pengumuman sebelum suatu rencana kegiatan dilaksanakan.
Berdasar Sema No. 2 Tahun 1991 ditentukan bahwa bagi pihak ketiga yang tidak dituju oleh
KTUN tersebut, penghitungan 90 hari sejak yang bersangkutan mengetahui adanya KTUN
tersebut dan merasa kepentingannya dirugikan oleh KTUN tersebut. Dalam perjalanan
waktu sema tersebut dipandang tidak sesuai dengan asas kepastian hukum.
Didalam Undang – Udang No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik juga
mengatur mengenai adanya asas keterbukaan yang menuntut untuk diumumkannya suatu
tindakan atau suatu kegiatan pemerintahan dalam rangka melaksanakan asas keterbukaan.
diumumkan juga dalam rangka melaksanakan asas keterbukaan juga untuk menjaring aspirasi
masyarakat dalam rangka partisipasi masyarakat atau mungkin seperti pola kegiatan
berdasarkan keinginan masyarkat dalam hal ini itulah pentingnya asas keterbukaan. Jadi
haurs diumumkan ke public.
Berdasarkan Undang – Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan,
Pasal 60 ayat (1) keputusan memiliki daya mengikat sejak diumumkan atau diterimanya
keputusan oleh pihak yang disebut dalam keputusan.
Pasal 62 ayat (4) menyatakan keputusan yang diumumkan melalui melalui media cetak,
media elektronik, dan / atau media lainnya mulai berlaku paling lama 10 hari kerja terhitung
sejak ditetapkan.
Dengan demikian, berdasar ketentuan tersebut, bagi pihak kedua atau pihak ketiga yang tidak
mengajukan gugatan dipandang tidak bisa lagi mengajukan gugatan atau tidak berhak
mengajukan gugatan kepada pengadilan TUN oleh karena batas waktu pengajuan gugatan
telah selesai. Apabila ada pengajuan gugatan lewat waktu itu, maka dikatakan telah
kadaluwarsa atau (verjaar).
Rabu, 10 Maret 2021
Ketentuan Beracara Bu Herini
Modul yang ada belum diberikan untuk HAPTUN, karena belum ada Modul dan analisis
kasus belum ada pada modul maka bu herini yang akan masuk menggantikannya.
Berkaitan dengan kompetensi Absolut dan Relatif, nantinya bilamana berkaitan dengan Acara
peradilan sudah masuk pada kemampuan ber-Acara, dan sudah tidak membahas apapun
tentang kompetensi peradilan.
Jenis Acara yang berkaitan dengan jenis Acara itu kan terbagi pada Acara Cepat, Acara
Singkat dan Acara Biasa. Perbedaannya yaitu,
1. Acara Singkat digunakan untuk perihal-perihal pada Pemeriksaan dengan acara
singkat dilakukan terhadap perlawanan. Perlawanan tersebut diajukan terhadap
penetapan dari prosedur dismisal dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
setelah penetapan diucapkan.
Pemeriksaan singkat dilakukan karena adanya perlawanan penggugat tentang
gugatannya yang tidak diterima atau tidak berdasar. Dalam hal perlawanan
tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka penetapan tersebut gugur demi hukum
dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa.
Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.
Bentuk akhir dari Acara Singkat hanya berbentuk Penetapan, bukan Putusan
ataupun Vonnis.
Acara Cepat digunakan untuk perihal-perihal pada keadaan yang mendesak acara
cepat dilakukan apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak
yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonannya,
penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada Pengadilan supaya
pemeriksaan sengketa dipercepat. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan
dengan Hakim Tunggal. Ketua Pengadilan dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari setelah diterimanya permohonan pemeriksaan acara cepat,
mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya
permohonan tersebut. Terhadap penetapan tersebut tidak dapat digunakan upaya
hukum.
Dalam hal permohonan pemeriksaan dengan acara cepat dikabulkan, Ketua Pengadilan dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya penetapan menentukan hari, tempat, dan
waktu sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan. Tenggang waktu untuk jawaban
dan pembuktian bagi kedua belah pihak, masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 (empat
belas) hari.
Ex : Pembongkaran Rumah/ Hotel/ Tempat Tinggal/ Restauran yang tiap harinya omzet yang
dihasilkan telah tinggi. Apabila misalnya sebuah bangunan tersebut dianggap oleh pemkot
atau pemkab yang dianggap area tersebut sebagai asset milik pemkab atau pemkot dan
diharuskan untuk meninggalkan bangunan, mengosongkan bangunan ataupun merobohkan
bangunan tersebut.
Apabila pemilik bangunan tersebut merasa memiliki SHM ataupun bukti kepemilikan dan
peralihan dalam jualbeli maka ia dapat mengupayakan perobohan bangunan yang akan
dilaksanakan pemkot atau pemkab.
Dalam pelaksanaan Acara cepat juga disandingi dengan Acara penundaan pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara agar sebelum adanya kejelasan kepemilikan tidak diadakan
perobohan bangunan yang telah dibidik pemkot atau pemkab tersebut.
Acara biasa adalah jalannya proses dari tiap gugatan yang masuk, kalau tidak
diterapkan acara-acara khusus, seperti acara singkat, acar cepat, acara dalam penundaan
pelaksanaan keputusan TUN yang digugat dan acara penanganan perkara secara cuma-
Cuma.
Philipus (hal. 331) menjelaskan bahwa pemeriksaan dengan acara biasa diawali dengan
pemeriksaan persiapan. Pengadilan memeriksa dan memutus sengketa dengan 3 (tiga) orang
hakim. Philipus menambahkan, dalam acara biasa, tahapan penanganan sengketa adalah:
Prosedur dismisal
Pemeriksaan administratif untuk menetapkan apakah suatu gugatan dapat diterima atau tidak
dapat diterima.
Pemeriksaan persiapan
Tahap ini dimaksudkan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas.
Pemeriksaan di sidang pengadilan
Surat Kuasa E. Sujatmoko
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
Asas HAPTUN
a. Asas Preasumtio iustae causa, Asas Paduga Rechtmatigedaad
b.
Pasal 57 UU PTUN,
(1) Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh seorang
atau beberapa orang kuasa. Harus membedakan apakah seorang kuasa itu seorang advokat
atau bukan, nanti disandingkan dengan UU Advokat. Jadi seorang itu tidak boleh mewakili
orang lain apabila ia bukan seorang advokat. Didampingi dengan diwakili itu berbeda, yang
disampaikan Prof. Didik (Pidana) apa bisa si Terdakwa di wakili? Bilamana di Pidana itu di
Dampingi. Bila Didampingi, namun bilamana diwakili prinsipal tidak harus hadir
(2) Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan surat kuasa khusus atau dapat dilakukan secara
lisan di persidangan.
(3) Surat kuasa yang dibuat di luar negeri bentuknya harus memenuhi persyaratan di negara
yang bersangkutan dan diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara tersebut,
serta kemudian diterjemaahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi.
Pasal 41 UU AP,
(1) Warga Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf b dapat memberikan
kuasa tertulis kepada 1 (satu) penerima kuasa untuk mewakili dalam prosedur Administrasi
Pemerintahan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.
Kuasa Khusus Penerima Kuasa hanya melakukan apa yang ada dan diserahkan oleh
penguasa pada Surat Kuasa Khusus.
Kuasa Umum Dapat mewakili seluruh bagian yang ada-pun tidak dijelaskan dalam Surat
Kuasa.
Dalam peraturan manapun, berkaitan dengan PTUN tidak ada format surat kuasa. Baru pada
UU No. 30 Tahun 2014 pada Pasal 41 Ayat (4) terdapat suatu format atas Surat Kuasa,
(4) Surat kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya memuat:
a. judul surat kuasa;
b. identitas pemberi kuasa;
c. identitas penerima kuasa;
d. pernyataan pemberian kuasa khusus secara jelas dan tegas;
e. maksud pemberian kuasa;
f. tempat dan tanggal pemberian kuasa;
g. tanda tangan pemberi dan penerima kuasa; dan
h. materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mengapa menggunakan materai? Dalam hal ini karena berdasarkan UU Bea Materai, sebuah
Materai digunakan untuk membuktikan bahwasanya sebuah hal menggunakan materai
dikenakan sebuah bea materai yang menggambarkan bahwa para pihak telah membayar
pajak.
Surat kuasa tidak harus memasukkan hak retensi. Tapi hak retensi dapat dimasukkan pada
perjanjian-perjanjian yang nanti dapat mengarah pada pembayaran atas jasa yang dibayarkan
pada Advokat, Fee!
ada perjanjian Lawyer Fee yang nantinya dilakukan advokat dalam proses persidangan.
Pasal 1816 BW
Pengangkatan seorang penerima kuasa baru untuk menjalankan suatu urusan yang sama,
menyebabkan ditariknya kembali kuasa penerima kuasa yang pertama, terhitung mulai hari
diberitahukannya pengangkatan itu kepada orang yang disebut belakangan.
Prosedur Dismisal Lanny Ramli
Kalau yang mendasari tidak ada upaya administrasi, maka harus ditempuh upaya administrasi
dulu baru diupayakan di PTUN. Tetapi bilamana ada upaya administrasi lebih dahulu, maka
penyelesaian di administrasi tidak perlu dibawa ke PTUN tetapi dibawa ke Peradilan Tinggi
Tata Usaha Negara.
Bagaimana bilamana dalam sengketa TUN tersebut diadakan Rekonvensi atau gugatan balik?
Jawabnya TIDAK BISA! Karena pada tujuannya PTUN ini sendiri merupakan dan
ditujukan untuk perlindungan masyarakat, bilamana ada Rekonvensi maka sama saja
pemerintah menggugat kembali pada masyarakatnya mereka itu sendiri. Maka dalam
praktiknya tidak diperkenankan suatu pejabat negara yang menjadi tergugat melakukan
sebuah gugatan balik atau Rekonvensi!
TERGUGAT PEJABAT PEMERINTAHAN!
PENGGUGAT MASYARAKAT, ORANG PERSEORANGAN, BADAN HUKUM
(PUBLIK/ PRIVAT)
OBYEK SENGKETA Keputusan Tata Usaha Negara (Ps. 53 UU No. 5 th. 1986 jo. UU
No. 9 th. 2014)
Apabila kita mempersalahkan surat KTUN (ex : SHM), bagaimana ada SHM duluan padahal
tidak pernah melakukan penjualan dari ahliwaris tersebut, namun yang mempermasalahkan
tersebut tidak memiliki kelengkapan suatu gugatan. Hakim memiliki wewenang untuk
memintakan barang bukti kepada pihak penggugat atau pihak sebaliknya tersebut, nah
tingkah laku hakim ketika meminta alat bukti pada pihak selain penggugat disebut asas apa?
ASAS HAKIM AKTIF. Kemudian pembuktiannya, tidak pada diri sendiri, ataupun
penggugat namun kepada tergugat disebut dengan asas? ASAS PEMBUKTIAN BEBAS.
Subyek hukum yang terlibat dalam PTUN Perseorangan atau Badan Hukum atau Badan
TUN sendiri yang merasa dirugikan atas keluarnya Keputusan Tata Usaha Negara
Siapa Tergugat? Badan atau Pejabat TUN
Ex : Kasus Sengketa Wilayah Gunung Kelud, Kab. Kediri melawan Gub. Jatim yang
menyatakan bahwa Gunung Kelud masuk pada wilayah Kab. Blitar dengan surat Keputusan
Tata Usaha Negara.
Konsep Beschikking berubah dengan UU No. 30 Tahun 2014. Tidak hanya konkrit,
individual, final. Karena mengalami perluasan peradilan TUN, karena bilamana perbuatan
Pejabat TUN tersebut merugikan beberapa masyarakat umum ataupun pejabat TUN yang
lainnya.
Gugatan pertanahan masuk peradilan TUN untuk sengketa SHM-Nya, walau secara sengketa
kepemilikannya itu masuk pada PN setempat.
Sepanjang perbuatan hukum itu dilakukan oleh pejabat yang memiliki kekuasaan, maka
gugatannya digugat di PTUN!
Didalam Peradilan TUN, gugatan masuk. Tidak serta-merta masuk ke ruang sidang! Diteliti
dulu administratif peradilan (Panitera). Dari panitera diserahkan ke Ketua Pengadilan TUN!
Ketua Pengadilan TUN HAKIM!
Bagaimana bila penggugat ternyata masih tidak mau menerima putusan penetapan
perlawanan (verzet) itu? BISA AJUKAN GUGATAN BARU!
Ketua Pengadilan bisa menunjuk dirinya sendiri untuk menjadi majelis hakim.
Pemeriksaan Pokok Perkara Hari Sugiharto
Surat Gugatan dan Alasan Gugatan
Pengertian Gugatan, Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau
Pejabat TUN dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan (Pasal 1 Angka 11).
Catatan : Badan atau Pejabat TUN adalah badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Angka 8).
Urusan Pemerintah adalah Urusan Eksekutif, Theori Residu, sebagaimana urusan bukan sifat
mengadili atau urusan membuat sebuah perundang-undangan. Jadi, urusan pemerintahan
adalah bukan urusan sifatnya mengadili atau urusan membuat perundang-undangan
Peradilan TUN harus melalui E-Court, jadi seluruhnya menggunakan elektronik, berdasarkan
Perma No. 1 Tahun 2019.
Tuntutan Pokok,
Berisi tuntutan agar keputusan TUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi
Pasal 67 UU 58 th 2006
Ex Walikota surabaya mengeluarkan perintah untuk bongka, bilamana 60 hari kerja yang
bersangkutan tidak melaksanakan bongkar mandiri, maka akan dibantu pemerintah dengan
Satpol PP. presumptio justitia causa, apapun keberadaan keputusan itu apakah cacat atau
apapun itu, keputusan pejabat itu dianggap tetap sah! Maka perlu diadakan penundaan
pelaksanaan KTUN tersebut
Pasal 53 ayat (2) sub a dan b hanya guidance untuk kita untuk tidak melupakan
bahwasanya kita menggugat harus berdasarkan pada ketentuan dalam pasal tersebut.
h. Tuntutan / hal yang dimohonkan/ petitum penggugat
i. Kalimat Penutup
j. Tanda Tanga Penggugat atau kuasanya
Kalau penundaan KTUN itu apakah diajukan pada surat gugatan atau bagaimana? Itu bisa
diajukan pada penundaan KTUN ataupun diajukan sendiri, tetapi masing-masing harus
disandingkan dengan argumentasi kenapa mengajukan penundaan tersebut, seperti itu.
Karena kalau alasan penundaan kan harus menguatkan bahwasanya ketika dilaksanakannya
KTUN nantinya akan mengakibatkan suatu akibat hukum tertentu yang merugikan
masyarakat.
Pemeriksaan Pokok Perkara Dani Elpah
Aspek pemeriksaan terhadap pokok perkara berkaitan denganobjek sengketa itu sendiri yang
meliputi :
- Aspek wewenang dalam penerbitan objek sengketa, ketidakberwenangan bisa
disebabkan karena massa, atau tenggang waktu, teritorial, bisa juga disebabkan secara
meterial badan atau pejabat pemerintah itu tak berwenang untuk menerbitkan suatu
Keputusan, bisa jadi ketidakberwenangan karena terhadap kuorum yang bersifat
kolegial atau jumlah pejabat yang hadir untuk membuat sebuah keputusan, bisa saja
dalam nilai suatu barang yang akan diadakan pengadaan barang, bisa jadi wewenang
atas badan agraria atas suatu daerah;
- Aspek prosedural formal sebelum menerbitkan objek sengketa (sampai pada saat
penerbitan sebuah keputusan objek sengketa), prosedur dapat dilihat pada aturan dasar
yang ada atas penyelesaian objek sengketa. Untuk pelayanan publik pejabat
diharuskan membuat SOP untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;
- Aspek material/ substansial objek sengketa, apasaja yang menjadi syarat atau hal-hal
yang diperlukan atas objek sengketa itu sendiri, jadi murni substansi terkait dengan
objek sengketa;
- Penerapan AUPB dalam proses penerbitan objek sengketa, dilihat dalam Pasal 10 UU
No. 30 Tahun 2014 (UUAP) atau UU 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Bebas
dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, atau putusan pengadilan yang menjadi
jurisprudensi.
Apapun jenis sengketa yang diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara, apakah dia
sengketa Administrasi pemerintahan, sengketa tindakan pemerintahan (OOD), sengketa
pengujian ada atau Tidak Penyalahgunaan wewenang, sengketa pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum, sengketa tata usaha negara pemilihan, sengketa
proses pemilihan umum, baik yang diperiksa dengan Acara Biasa maupun yang diperiksa
dengan acara cepat, akan melalui tahapan yang namanya pemeriksaan pokok perkara.
Perma 6 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pasal 62 huruf a dan e UU Peradilan TUN
Kembali ke Aspek replik dan Duplik dalam Hukum Acara Peradilan TUN
Dasar hukum Replik dan Duplik Pasal 75 Ayat (1) dan (2) UU No. 5 Tahun 1986
Figur Norma Hukum Replik dan Duplik
- Gebod (perintah) contoh harus (moeten), terkait untuk (gehouden zijn tot),
berkewajiban untuk (vervlicht zijn tot)
- Verbod (larangan) contoh tidak boleh (niet mogen), dilarang (het is verboden)
- Mogen (kebolehan) contoh dapat (kunnen), mempunyai hak untuk (het recht
hebben om), berwenang untuk (bevoegheid zijn tot)
Replik dan Duplik figur norma hukum dapat (kunnen) merupakan pilihan para pihak (dalam
pasal 75 Ayat (1) dan Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 terdapat frasa “penggugat dapat”,
“tegugat dapat”.
Tahap replik dan duplik bisa menjadi instrumen pengubah (conversi) dari alasan jawaban
dengan alasan gugatan.
Syarat mengubah alasan yang menjadi dasar gugatan,
- Perubahan disertai alasan
- Tidak merugikan kepentingan tergugat
- Perubahan hanya dalam arti menambah alasan yang menjadi dasar gugatan
- Tidak boleh menambah tuntutan yang akan merugikan penggugat boleh merubah
yang bersifat mengurangi tuntutan semula apakah bisa memberikan ultra petita?
Tergantung hakim yang mengadili
- Hal tersebut diatas dipertimbangkan bijaksana oleh Hakim
Dalam praktek Peradilan TUN, tujuan dan fungsi replik tidak sekedar seperti yang dimaksud
dalam norma Pasal 75 ayat (1) dan penjelasan pasal tersebut, akan tetapi diperluas
sebagaimana dilihat nantinya ketika menyimak definisi atau pengertian dari replik.
Replik tidak semata-mata materi muatan merubah alasan yang mendasari gugatan atas
jawaban tergugat, atau dalam hal ini meneguhkan atau menguatkan alasan penggugat.
Ruang lingkup isi Replik pihak penggugat tergantung pada ruang lingkup isi surat jawaban
yang akan disanggat dan disampaikan oleh Tergugat. (mulur – mungsret)
Ruang lingkup isi Duplik sangat tergantung daripada lingkup isi surat Duplik yang
disampaikan oleh Penggugat
Kerangka Replik
5. Isi Replik
Ex
I. Dalam Eksepsi
1. Bahwa Penggugat menolak dalil …
II. Dalam Pokok Perkara
1. Penggugat menolak dalil-dalil tergugat dalam surat …
Uraian
Kita sebagai Lawyer, hendaknya lembaga eksepsi itu harus kita gunakan sebaik-baiknya.
Karena dari eksepsi itulah yang memuat dalil-dalil aspek formal pengajuan gugatan.
Bisa diajukan eksepsi pada pokok perkara.
Isinya kompetensi absolut ataupun relatif, kepentingan, tenggang waktu, atau substansi
gugatan. Eksepsi dalam perdata bisa kurang pihak, obscurr libels (gugatan kabur).
Tetapi kalau Sengketa TUN, jarang akan adanya upaya eksepsi seperti itu.
Di Pengadilan TUN itu karena sudah melewati pemeriksaan persiapan, pemeriksaan
persiapan ini tujuannya untuk menilai apakah memang ada kejelasan dalam gugatan. Atau
malah tidak jelas, atau malah bukan suatu cakupan dari Pengadilan TUN.
Eksepsi itu, dalam jawaban Penggugat memuat eksepsi dan pokok perkaranya. Pasal 72 UU
No. 8 Tahun 1956
Dalam persidangan pertama itu pembacaan gugatan oleh penggugat, namun bilamana
tergugat belum siap melakukan jawaban maka ditunda seminggu kemudian.
Pembacaan gugatan dibacakan oleh ketua majelis hakim. Bilamana ada koreksi, hakim
meminta tolong penggugat bilamana ada yang harus diperbaiki.
Perbaikan gugatan itu sampai dengan Replik
Perbaik jawaban gugatan itu sampai dengan Duplik
Replik (Pasal 75 UUPTUN) Para Penggugat dapat memunculkan Replik atas Jawaban
Tergugat
Duplik Tanggapan Tergugat atas Replik Penggugat