Anda di halaman 1dari 38

HAPTUN

Selasa, 9 Maret 2021


Daluwarsa Gugatan HAPTUN

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara atau Hukum Acara Tata Usaha Negara, mana
yang benar?
 Karena Hukum Acara Tata Usaha Negara lingkupnya terlalu luas, bilamana Hukum
Acara peradilan Tata Usaha Negara hanya menyikapi pada Keputusan Tata Usaha
Negara. Jadi yang disoroti hanya pada Keputusan TUN itu saja.

UU No. 5 Tahun 1986  UU No. 9 Tahun 2004  UU No. 51 Tahun 2009

Membahas sesuai dengan Powerpoint.

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara ( Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan )

Contentio Proccest Recht


Non-Contentio Proccest Recht

Pembicaraan tenggang waktu pengajuan gugatan, dikemukakan dalam beberapa isu :


1. Konsep Gugatan
2. Landasan Hukum Pengajuan Gugatan
3. Batasan Waktu Pengajuan Gugatan
4. Akibat Hukum Pengajuan Gugatan Yang Lewat Waktu (Verjaar)

1. Konsep Gugatan
Dalam Pasal 1 Angka (5) UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo.
UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Pasal 1 Angka (11) UU No. 5 Tahun 2009 menyatakan bahwa gugatan adalah permohonan
yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat tata usaha negara yang diajukan ke
pengadilan untuk mendapatkan putusan.
 Norma-nya sama, isi dari peraturannya sama.
Sedangkan pengadilan yang dimaksud adalah Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
dan/atau Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
(Pasal 1 Angka [7] UU No. 5 Tahun 2009)

Pasal 87 UU No. 30 Tahun 2014 merupakan tindakan factual, bukan hanya mengeluarkan
putusan saja tetapi ada tindakan factual.

2. Landasan Hukum Pengajuan Gugatan


Didalam Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1986

Ayat (1) : seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang.

Dalam hal ini melihat apakah itu dikaitkan dengan kompetensi absolut juga apakah itu
dikaitkan dengan kompetensi relative. Dilihat objectum litis nya. Apakah itu objectum
litisnya pemerintahan TUN. Namun sekarang juga ada kaitannya dengan subjek Legislatif
yang dalam hal ini berkaitan dengan kompetensi absolut ataupun kompetensi relative.

Gugatannya berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitas.

Dalam hal ini, rugi untuk mengajukan ganti rugi ke PTUN karena maksimum ganti rugi yang
dapat diberikan sebanyak sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). Dalam hal ini fokusnya
untuk pengajuan sengketa KTUN hanya untuk mendapatkan ganti rugi dan rehabilitasi.
Rehabilitasi juga biasanya di berikan dengan cara give an apologize pejabat terkait terhadap
pejabat atau seseorang yang dirugikan.

Ayat (2) : alasan-alasan yang dapat digunakan dalam pengajuan gugatan adalah,
a. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku  Melebihi ketentuan yang diatur dalam peraturan yang ada.
b. Badan atau Pejabat yang menerbitkan KTUN yang dimaksud Ayat (1) telah
menggunakan wewenangnya untuk tujuan yang lain dari maksud diberikannya wewenang
tersebut  Penyalahgunaan wewenang.
c. Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan
keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan semua
kepentingan seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak.  Semua penjelasan ini
diartikan bilamana keputusan pejabat TUN sudah tidak rasional.

Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011  Berkaitan dengan Hierarki Perundang-undangan sektoral.

Penyalahgunaan wewenang itu bertentangan dengan wewenang yang ada. Sama halnya untuk
Dana Alokasi Umum (DAU) yang harus jelas kepentingannya untuk apa. DAU tahun
kemarin pernah yang paling tinggi adalah DAU Ponorogo.

 Ketentuan Pasal ini dirubah oleh Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 yang menetapkan

Pasal 53 Ayat (1)  orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan
oleh suatu KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang
yang berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah, dengan
atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan / atau direhabilitasi.

Pasal 53 Ayat (2)  alasan – alasan yang dapat digunakan dalam guagatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. KTUN yang digugat itu bertentangan denga Peraturan Perundang – undangan yang berlaku
b. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan asas – asas umum pemerintahan yang baik.

AB3 = Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB)


Audi et Alteram Partem  hak untuk didengar

Didalam Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN menyatakan bahwa gugatan dapat
diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya keputusan badan atau pejabat tata usaha negara.
Berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang – Undang No. 5 Tahun 1986 tenggang waktu
pengajuan gugatan dibedakan atas :
1. Pihak yang dituju dengan diterbitkannya suatu KTUN (pihak kedua), bagi pihak kedua ini,
tengang waktu pengajuan gugatan dihitung sampai dengan 90 hari sejak saat KTUN itu
diterima.
2. Bagi pihak ketiga yang berkepentingan, maka tenggang waktu pengajuan gugatan dihitung
sampai dengan 90 hari sejak saat KTUN itu diumumkan

III. Batasan atau Waktu Pengajuan Gugatan


Berdasarkan ketentuan Pasal 55 maka batasan pengajuan gugatan itu adalah 90 hari sejak saat
KTUN itu diterima atau 90 hari sejak KTUN itu diumumkan.

Pertanyaan hukumnya, kapan suatu KTUN diumumkan ? Sehingga pihak ketiga yang
berkepentingan dianggap mengetahui terbitnya suatu KTUN. Pada awalnya belum ada
ketentuan yang pasti tentang tatacara pengumuman suatu KTUN, dibeberapa ketentuan
memang ada, misalnya Hinder ordonansi thn 1926 menentuan untuk melakukan atau
menerbitkan pengumuman sebelum suatu rencana kegiatan dilaksanakan.

Berdasar Sema No. 2 Tahun 1991 ditentukan bahwa bagi pihak ketiga yang tidak dituju oleh
KTUN tersebut, penghitungan 90 hari sejak yang bersangkutan mengetahui adanya KTUN
tersebut dan merasa kepentingannya dirugikan oleh KTUN tersebut.  Dalam perjalanan
waktu sema tersebut dipandang tidak sesuai dengan asas kepastian hukum.

Didalam Undang – Udang No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik juga
mengatur mengenai adanya asas keterbukaan yang menuntut untuk diumumkannya suatu
tindakan atau suatu kegiatan pemerintahan dalam rangka melaksanakan asas keterbukaan. 
diumumkan juga dalam rangka melaksanakan asas keterbukaan juga untuk menjaring aspirasi
masyarakat dalam rangka partisipasi masyarakat atau mungkin seperti pola kegiatan
berdasarkan keinginan masyarkat dalam hal ini itulah pentingnya asas keterbukaan. Jadi
haurs diumumkan ke public.
Berdasarkan Undang – Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan,

Pasal 60 ayat (1) keputusan memiliki daya mengikat sejak diumumkan atau diterimanya
keputusan oleh pihak yang disebut dalam keputusan.

Pasal 62 ayat (4) menyatakan keputusan yang diumumkan melalui melalui media cetak,
media elektronik, dan / atau media lainnya mulai berlaku paling lama 10 hari kerja terhitung
sejak ditetapkan.

IV. Akibat Hukum Pengajuan Gugatan Yang Lewat Waktu (Verjaar)


Didalam ketentuan Undang - Undang No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN telah disebutkan
dalam ketentuan pasal 55 bahwa pengajuan gugatan adalah 90 hari sejak keputusan diterima
bagi pihak kedua dan 90 hari sejak KTUN itu diumumkan bagi pihak ketiga yang
berkepentingan.

Dengan demikian, berdasar ketentuan tersebut, bagi pihak kedua atau pihak ketiga yang tidak
mengajukan gugatan dipandang tidak bisa lagi mengajukan gugatan atau tidak berhak
mengajukan gugatan kepada pengadilan TUN oleh karena batas waktu pengajuan gugatan
telah selesai. Apabila ada pengajuan gugatan lewat waktu itu, maka dikatakan telah
kadaluwarsa atau (verjaar).
Rabu, 10 Maret 2021
Ketentuan Beracara  Bu Herini

Modul yang ada belum diberikan untuk HAPTUN, karena belum ada Modul dan analisis
kasus belum ada pada modul maka bu herini yang akan masuk menggantikannya.

Berkaitan dengan kompetensi Absolut dan Relatif, nantinya bilamana berkaitan dengan Acara
peradilan sudah masuk pada kemampuan ber-Acara, dan sudah tidak membahas apapun
tentang kompetensi peradilan.

Jenis Acara yang berkaitan dengan jenis Acara itu kan terbagi pada Acara Cepat, Acara
Singkat dan Acara Biasa. Perbedaannya yaitu,
1. Acara Singkat digunakan untuk perihal-perihal pada Pemeriksaan dengan acara
singkat dilakukan terhadap perlawanan. Perlawanan tersebut diajukan terhadap
penetapan dari prosedur dismisal dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
setelah penetapan diucapkan.
Pemeriksaan singkat dilakukan karena adanya perlawanan penggugat tentang
gugatannya yang tidak diterima atau tidak berdasar. Dalam hal perlawanan
tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka penetapan tersebut gugur demi hukum
dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa.
Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.
Bentuk akhir dari Acara Singkat hanya berbentuk Penetapan, bukan Putusan
ataupun Vonnis.
Acara Cepat digunakan untuk perihal-perihal pada keadaan yang mendesak acara
cepat dilakukan apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak
yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonannya,
penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada Pengadilan supaya
pemeriksaan sengketa dipercepat. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan
dengan Hakim Tunggal. Ketua Pengadilan dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari setelah diterimanya permohonan pemeriksaan acara cepat,
mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya
permohonan tersebut. Terhadap penetapan tersebut tidak dapat digunakan upaya
hukum.
Dalam hal permohonan pemeriksaan dengan acara cepat dikabulkan, Ketua Pengadilan dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya penetapan menentukan hari, tempat, dan
waktu sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan. Tenggang waktu untuk jawaban
dan pembuktian bagi kedua belah pihak, masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 (empat
belas) hari.
Ex : Pembongkaran Rumah/ Hotel/ Tempat Tinggal/ Restauran yang tiap harinya omzet yang
dihasilkan telah tinggi. Apabila misalnya sebuah bangunan tersebut dianggap oleh pemkot
atau pemkab yang dianggap area tersebut sebagai asset milik pemkab atau pemkot dan
diharuskan untuk meninggalkan bangunan, mengosongkan bangunan ataupun merobohkan
bangunan tersebut.
Apabila pemilik bangunan tersebut merasa memiliki SHM ataupun bukti kepemilikan dan
peralihan dalam jualbeli maka ia dapat mengupayakan perobohan bangunan yang akan
dilaksanakan pemkot atau pemkab.
Dalam pelaksanaan Acara cepat juga disandingi dengan Acara penundaan pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara agar sebelum adanya kejelasan kepemilikan tidak diadakan
perobohan bangunan yang telah dibidik pemkot atau pemkab tersebut.
Acara biasa adalah jalannya proses dari tiap gugatan yang masuk, kalau tidak
diterapkan acara-acara khusus, seperti acara singkat, acar cepat, acara dalam penundaan
pelaksanaan keputusan TUN yang digugat dan acara penanganan perkara secara cuma-
Cuma.
Philipus (hal. 331) menjelaskan bahwa pemeriksaan dengan acara biasa diawali dengan
pemeriksaan persiapan. Pengadilan memeriksa dan memutus sengketa dengan 3 (tiga) orang
hakim. Philipus menambahkan, dalam acara biasa, tahapan penanganan sengketa adalah:
Prosedur dismisal
Pemeriksaan administratif untuk menetapkan apakah suatu gugatan dapat diterima atau tidak
dapat diterima.
Pemeriksaan persiapan
Tahap ini dimaksudkan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas.
Pemeriksaan di sidang pengadilan
Surat Kuasa  E. Sujatmoko
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Asas HAPTUN
a. Asas Preasumtio iustae causa, Asas Paduga Rechtmatigedaad
b.

Kompetensi Absolut PTUN (Ps. 47 UU 5 Tahun 1986)  Pengadilan bertugas dan


berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.
Namun dalam perkembangannya, setelah ada Pasal 87 UU No. 30 Tahun 2014 pengertian
yang dapat di sengketakan dalam PTUN tersebut akhirnya jadi meluas!
- Penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;
- Keputusan Badan dan/atau Pejabat TUN di lingkungan Ekse, Legis, Yudi dan
penyelenggara negara lainnya;
- Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB;
- Bersifat final dalam arti lebih luas;
- Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
- Keputusan yang berlaku bagi warga masyarakat
Juga bisa dilihat dalam Pasal 53 UU No. 30 Tahun 2014

Perma No. 2 Tahun 2019  PTUN berwenang memeriksa, memutus, menyelesaikan


sengketa PMH oleh Penguasa (onrechtmatige overheidsdaads). Bukan akibat keputusan
TUN, tetapi perbuatan materiil atau tindakan faktual. Bukan saja penyalahgunaan wewenang,
tetapi bisa saja bukan penyalahgunaan wewenang. Ex : Dinas kebersihan sedang memangkas
ranting pohon, tanpa berhati-hati tiba-tiba merubuhi mobil yang sedang lewat, dalam hal ini
tindakan itu juga perbuatan melawan hukum nya pejabat TUN.
Awalnya sebelum ada Perma, perkara ini di sengketakan pada Peradilan Perdata, namun
setelah adanya perma maka disengketakan pada Peradilan TUN.
Ex : Kasus Lidenbaum & Cohen

Tenggang waktu mengajukan Gugatan


- Bagi yang dituju, 90 hari sejak KTUN diterima atau diumumkan
- Pihak yang tidak dituju 90 hari sejak yang bersangkutan tahu
- Pengadaan tanah untuk kepentingan umum 30 hari kerja sejak diumumkan penetapan
lokasi
- Informasi publik 14 hari kerja sejak salinan putusan komisi informasi dterima
- Pemilukada 3 hari kerja setelah dikeluarkannya penetapan oleh bawaslu/panwaslu
- Pileg, pilpres, pil DPD 5 hari kerja setelah dibacakanya putusan bawaslu/ panwaslu.

Pasal 57 UU PTUN,
(1) Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh seorang
atau beberapa orang kuasa.  Harus membedakan apakah seorang kuasa itu seorang advokat
atau bukan, nanti disandingkan dengan UU Advokat. Jadi seorang itu tidak boleh mewakili
orang lain apabila ia bukan seorang advokat. Didampingi dengan diwakili itu berbeda, yang
disampaikan Prof. Didik (Pidana) apa bisa si Terdakwa di wakili? Bilamana di Pidana itu di
Dampingi. Bila Didampingi, namun bilamana diwakili prinsipal tidak harus hadir
(2) Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan surat kuasa khusus atau dapat dilakukan secara
lisan di persidangan.
(3) Surat kuasa yang dibuat di luar negeri bentuknya harus memenuhi persyaratan di negara
yang bersangkutan dan diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara tersebut,
serta kemudian diterjemaahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi.

Pasal 41 UU AP,
(1) Warga Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf b dapat memberikan
kuasa tertulis kepada 1 (satu) penerima kuasa untuk mewakili dalam prosedur Administrasi
Pemerintahan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.

Pemberian Kuasa (Pasal 1792 BW),


Suatu persetujuan yang berisikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya
untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberikan kuasa.
 Apabila kita melihat Surat Kuasa bila kita lihat, ada ttd si pemberi kuasa dan si penerima
kuasa!

Cara pemberian Kuasa (Pasal 1793 BW)


Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum, dengan suatu surat di bawah
tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaan suatu kuasa dapat
pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi
kuasa.
Cara Pemberian Kuasa :
- Akta Umum dengan surat kuasa dibawah tangan bahkan dengan sepucuk surat.
- Dengan Lisan
- Diam-diam

Jenis Kuasa (Pasal 1795 BW)


Pemberian kuasa dapat dilakukan secara Khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan
tertentu atau lebih, atau secara Umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi kuasa.

Kuasa Khusus  Penerima Kuasa hanya melakukan apa yang ada dan diserahkan oleh
penguasa pada Surat Kuasa Khusus.
Kuasa Umum  Dapat mewakili seluruh bagian yang ada-pun tidak dijelaskan dalam Surat
Kuasa.

Kuasa Umum (Pasal 1796 BW)


Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-tindakan yang
menyangkut …

Kuasa di PTUN Pasal 57 Ayat (2) & (3) UU PTUN,


(2) Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan surat kuasa khusus atau dapat dilakukan secara
lisan di persidangan.
(3) Surat kuasa yang dibuat di luar negeri bentuknya harus memenuhi persyaratan di negara
yang bersangkutan dan diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara tersebut,
serta kemudian diterjemaahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi
(Penerjemah Tersumpah).

Dalam peraturan manapun, berkaitan dengan PTUN tidak ada format surat kuasa. Baru pada
UU No. 30 Tahun 2014 pada Pasal 41 Ayat (4) terdapat suatu format atas Surat Kuasa,
(4) Surat kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya memuat:
a. judul surat kuasa;
b. identitas pemberi kuasa;
c. identitas penerima kuasa;
d. pernyataan pemberian kuasa khusus secara jelas dan tegas;
e. maksud pemberian kuasa;
f. tempat dan tanggal pemberian kuasa;
g. tanda tangan pemberi dan penerima kuasa; dan
h. materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mengapa menggunakan materai? Dalam hal ini karena berdasarkan UU Bea Materai, sebuah
Materai digunakan untuk membuktikan bahwasanya sebuah hal menggunakan materai
dikenakan sebuah bea materai yang menggambarkan bahwa para pihak telah membayar
pajak.

Surat kuasa tidak harus memasukkan hak retensi. Tapi hak retensi dapat dimasukkan pada
perjanjian-perjanjian yang nanti dapat mengarah pada pembayaran atas jasa yang dibayarkan
pada Advokat, Fee!
 ada perjanjian Lawyer Fee yang nantinya dilakukan advokat dalam proses persidangan.

Berakhirnya Kuasa (Ps. 1813 BW)


a. Penarikan kembali kuasa penerima kuasa;
b. Meninggalnya, pengampuan atau pailitnya, baik pemberi kuasa maupun penerima
kuasa.
 Apabila keduanya tidak terpenuhi, apakah suatu kuasa dapat berakhir?

Pasal 1816 BW
Pengangkatan seorang penerima kuasa baru untuk menjalankan suatu urusan yang sama,
menyebabkan ditariknya kembali kuasa penerima kuasa yang pertama, terhitung mulai hari
diberitahukannya pengangkatan itu kepada orang yang disebut belakangan.
Prosedur Dismisal  Lanny Ramli

Prosedur Dismisal salah satu tahapan sebelum beracara di PTUN!


Sebelum beracara di PTUN, apa yang harus dilakukan?
 Di Perma tahun 2019 sebelum beracara di PTUN maka kita harus melakukan upaya
Administrasi! Perma No. 2 Tahun 2019.
Pasal 2 Ayat (1) Perma No. 2 Tahun 2019 dinyatakan bahwa Perkara perbuatan melanggar
hukum oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige overheidsdaad)
merupakan kewenangan peradilan tata usaha negara.
Ayat (2)  Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang mengadili Sengketa Tindakan
Pemerintahan setelah menempuh upaya administratif sebagaimana dimaksud dalam UU No.
30 Tahun 2014 tentang Administrasi pemerintahan dan Perma No. 6 Tahun 2018 Tentang
pedoman penyelesaian sengketa administrasi pemerintahan setelah menempuh upaya
administratif.
Ayat (3)  Dalam hal peraturan perundang-undangan mengatur secara khusus upaya
administratif maka yang berwenang mengadili sengketa tindakan pemerintahan adalah
Pengadila Tinggi Tata Usaha Negara sebagai Pengadilan tingkat Pertama.

Kalau yang mendasari tidak ada upaya administrasi, maka harus ditempuh upaya administrasi
dulu baru diupayakan di PTUN. Tetapi bilamana ada upaya administrasi lebih dahulu, maka
penyelesaian di administrasi tidak perlu dibawa ke PTUN tetapi dibawa ke Peradilan Tinggi
Tata Usaha Negara.

Pasal 62 UU No. 5 Tahun 1986  Rapat Permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang


memutuskan dan PENETAPAN dilengkapi pertimbangan TIDAK DITERIMA atau TIDAK
BERDASAR.

Alasan tidak diterima,


- Pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan
- Syarat-syarat gugatan (Pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986) tidak dipenuhi oleh
Penggugat sekalipun diberitahu dan diperingatkan
(1) Gugatan harus memuat: a. nama,kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan
penggugat, atau kuasanya; b. nama,jabatan, dan tempat kedudukan tergugat; c.
dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan.
(2) Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa penggugat, maka
gugatan harus disertai surat kuasa yang sah.
(3) Gugatan sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata Usaha Negara. yang
disengketakan oleh penggugat.  Biasanya orang yang memiliki sertifikat itu
tidak sembarangan dengan memberikan fotokopi SHM yang ia miliki! Bila tidak
memiliki bukti, bagaimana ketika gugatan nanti? Asas Dominus Litis
- Gugatan tidak didasarkan pada alasan layak  Alasan Menggugat, bertentangan
dengan Peraturan perundangan yang berlaku atau bertentangan dengan AUPB;
Ex  Obyek sengketa ini diperoleh bertentangan dengan tindak pidana seseorang,
bisa tidak? Tidak bisa! Karena bukan wewenang dari PTUN atas suatu tindak pidana
tersebut. Harus di sidangkan di PN perihal tindak pidananya tersebut, kemudian
bilamana sudah ada putusan maka baru bisa didaftarkan di PTUN perihal perkara
sengketanya.
- Apa yang dituntut sudah dipenuhi  Kalau memohon sesuatu tapi menunggu yang
lama dan lama dan lama. Pemerintah melakukan penelantaran. Seperti penbuatan E-
KTP, pembuatan ke Kelurahan, kemudian tindak lanjut ke Kecamatan, kemudian
kembali lagi ke Kelurahan. Untuk mengurus ke RT atau RW itu pun juga bermasalah.
Kemudian harus menunggu 6,5 Bulan, dan E-KTP sudah diterima. Merasa kesal,
ingin menuntut pejabat karena mereka bekerja dengan lama. Namun E-KTP sudah
diterima, dalam hal ini gugatan tersebut tidak dapat diajukan, karena keinginannya
sudah terpenuhi. Jadi pemenuhan hak atas suatu keinginan bila telah terpenuhi maka
seperti penghapusan kesalahan!
- Gugatan prematur atau daluwarsa  Daluwarsa 90 Hari! Adanya upaya administrasi
itu dihitung sejak adanya produk dari upaya administrasi yang telah ditempuh
sebelum gugatan ke Pengadilan. Jadi dihitung dari masuknya kasus ke persidangan
hingga di sidangkan. Prematur adalah gugatan yang dilayangkan sebelum masuk pada
waktu yang telah ditentukan.
Ex  Bilamana ada keluhan akan ditindak lanjuti paling lambat dalam waktu 4 bulan,
tapi sebelum 4 bulan sudah digugat terlebih dahulu.

Penetapannya  Dalam prosedur dismisal ini ketua pengadilan berwenang untuk


menerbitkan penetapan dengan keterangan DITERIMA atau TIDAK DITERIMA atau
TIDAK MEMILIKI DASAR. Serta kedua pihak dipanggil untuk diminta agar mendengarkan
(audi et alteram partem)
Kemudian setelah penetapan dapat diajukan perlawanan dalam tenggang waktu 14 hari!
Seperti lamanya banding.
Kemudian, perlawanan diperiksa, diputus dengan acara singkat! Mengapa dengan acara
singkat?
- Memang prosedur hanya melalui acara singkat;
- Ini kan bukan pokok masalah sengketa, sehingga biasanya para pengacara atau
advokat biasanya memang lebih suka pada acara singkat karena lebih cepat
penyelesaiannya;
Kalau ACARA CEPAT, hanya untuk KEPENTINGAN MENDESAK SAJA!

Bagaimana bilamana dalam sengketa TUN tersebut diadakan Rekonvensi atau gugatan balik?
 Jawabnya TIDAK BISA! Karena pada tujuannya PTUN ini sendiri merupakan dan
ditujukan untuk perlindungan masyarakat, bilamana ada Rekonvensi maka sama saja
pemerintah menggugat kembali pada masyarakatnya mereka itu sendiri. Maka dalam
praktiknya tidak diperkenankan suatu pejabat negara yang menjadi tergugat melakukan
sebuah gugatan balik atau Rekonvensi!
TERGUGAT  PEJABAT PEMERINTAHAN!
PENGGUGAT  MASYARAKAT, ORANG PERSEORANGAN, BADAN HUKUM
(PUBLIK/ PRIVAT)
OBYEK SENGKETA  Keputusan Tata Usaha Negara (Ps. 53 UU No. 5 th. 1986 jo. UU
No. 9 th. 2014)

Apabila kita mempersalahkan surat KTUN (ex : SHM), bagaimana ada SHM duluan padahal
tidak pernah melakukan penjualan dari ahliwaris tersebut, namun yang mempermasalahkan
tersebut tidak memiliki kelengkapan suatu gugatan. Hakim memiliki wewenang untuk
memintakan barang bukti kepada pihak penggugat atau pihak sebaliknya tersebut, nah
tingkah laku hakim ketika meminta alat bukti pada pihak selain penggugat disebut asas apa?
ASAS HAKIM AKTIF. Kemudian pembuktiannya, tidak pada diri sendiri, ataupun
penggugat namun kepada tergugat disebut dengan asas? ASAS PEMBUKTIAN BEBAS.

Proses LITIGASI  penyelesaian masalah hukum melalui jalur pengadilan. Umumnya,


pelaksanaan gugatan disebut LITIGASI.
Suatu kasus diwakili oleh hakim tunggal, bisa atau tidak bisa? BISA! Dalam acara Cepat,
Acara Tunggal, Acara Biasa itu bisa menggunakan Hakim Tunggal!
Putusan  PRODUK HAKIM DARI PENGADILAN DARI UPAYA MEMECAHKAN
SUATU PERKARA
Keputusan / Administrasi Pemerintahan  SUATU SURAT YANG DIKELUARKAN
DARI SUATU PEJABAT NEGARA
Prosedur Dismisal, Pemeriksaan Persiapan  Bagus Oktovian

Subyek hukum yang terlibat dalam PTUN  Perseorangan atau Badan Hukum atau Badan
TUN sendiri yang merasa dirugikan atas keluarnya Keputusan Tata Usaha Negara
Siapa Tergugat?  Badan atau Pejabat TUN

Ex : Kasus Sengketa Wilayah Gunung Kelud, Kab. Kediri melawan Gub. Jatim yang
menyatakan bahwa Gunung Kelud masuk pada wilayah Kab. Blitar dengan surat Keputusan
Tata Usaha Negara.

Konsep Beschikking berubah dengan UU No. 30 Tahun 2014. Tidak hanya konkrit,
individual, final. Karena mengalami perluasan peradilan TUN, karena bilamana perbuatan
Pejabat TUN tersebut merugikan beberapa masyarakat umum ataupun pejabat TUN yang
lainnya.

Gugatan pertanahan masuk peradilan TUN untuk sengketa SHM-Nya, walau secara sengketa
kepemilikannya itu masuk pada PN setempat.

Sepanjang perbuatan hukum itu dilakukan oleh pejabat yang memiliki kekuasaan, maka
gugatannya digugat di PTUN!

Didalam Peradilan TUN, gugatan masuk. Tidak serta-merta masuk ke ruang sidang! Diteliti
dulu administratif peradilan (Panitera). Dari panitera diserahkan ke Ketua Pengadilan TUN!
Ketua Pengadilan TUN  HAKIM!

Apakah semua Hakim adalah Ketua Pengadilan TUN? TIDAK!

Ada beberapa tahap,


- Pemeriksaan pendahuluan atau Pendahuluan, terdapat dua proses, yakni:
o Pertama, Rapat Permusyawaratan
o Kedua, Pemeriksaan Persiapan
- Pemeriksaan Pokok Sengketa  Terjadi di ruang sidang!
o Diawali dengan pembacaan gugatan
o Pembacaan jawaba
o Replik
o Duplik
o Re Replik
o Re Duplik
o Jawab Jinawab / Pembuktian  Saksi (Jarang), Bukti Surat (Kebenaran yang
ada dalam Peradilan / Kebenaran Formiil)
o Kesimpulan
o Bilamana kurang adil  Upaya Hukum!
 Banding
 Kasasi
 PK
 PK diatas PK
o EKSEKUSI!
 Halangan dan Hambatan :
 Menang dalam putusan tapi kalah dalam eksekusi : Sengketa
Hak Atas Anak Ahmad Dhani dan Maia ;
 Sengketa Bangunan, Keabsahan atas Sertipikat : Si A mengaku
ini SHM saya, Si B mengaku ini SHM saya. Di gugat dalam
PTUN, tanpa adanya permohonan penghentian pembongkaran
rumah! Karena sebelum adanya pembatalan, pada prinsipnya
kegiatan tersebut dianggap tetap sah! Kemudian apa yang
diperjuangkan?

Dismisal Prosedur masuk pada Pemeriksaan Pendahuluan!  Dilakukan di ruang rapat!


 Dismisal Prosedur ini apa?
- Pengertian
o Seringkali diartikan sebatas rapat permusyawaratan;
o Pada dasarnya adalah prosedur penelitian yuridis yang dilakukan oleh ketua
pengadilan TUN terhadap gugatan yang didaftarkan, apakah dapat diterima
dan diproses lebih lanjut atau dinyatakan tidak dapat diterima karena tidak
terpenuhinya pasal 62 uu peratun;
o Dilakukan oleh ketua pengadilan karena majelis hakim belum terbentuk,
diputus dengan suatu penetapan;
- Kaitan dengan rapat permusyawaratan
- Perlawanan terhadap penetapan dismissal
 Bila gugatan tidak lolos dismissal, maka gugatant tak dapat diterima, sehingga
penggugat berhak mengajukan perlawanan (verzet) dalam waktu 14 hari sejak
KPTUN mengucapkan penetapan di hadapan kedua pihak.
 Perlawanan (verzet) tersebut akan diperiksa dan diputus oleh Majelis Hakim yang
ditunjuk ketua pengadilan dengan acara singkat;
 Bila perlawanan (verzet) diterima, maka penetapan ketua pengadilan mengenai
tidak lolos dismissal dibatalkan, dan gugatan diperiksa dan diputus menurut acara
biasa
 Bila perlawanan ditolak oleh majelis hakim yang memeriksa, maka tidak ada
upaya hukum yang dapat ditempuh oleh penggugat! Sebab terhadap putusan
perlawanan dismissal tidak tersedia upaya hukum (untuk menjamin kepastian
hukum agar tidak bolak balik diajukan lagi!

Bagaimana bila penggugat ternyata masih tidak mau menerima putusan penetapan
perlawanan (verzet) itu? BISA AJUKAN GUGATAN BARU!

Kaitan dengan Rapat Permusyawaratan


- Pasal 62 PERATUN  rapat permusyawaratan yang dimaksud pasal tersebut adalah
mekanisme yang dapat digunakan oleh ketua pengadilan sebelum mengeluarkan
penetapan tidak lolos dismissal untuk memanggil dan mendengar keterangan para
pihak sebagai bahan pertimbangan;
 Bahkan ketua pengadilan dapat juga menunjuk seorang hakim sebagai reporteur
(judge reporteur) yang memberika laporan tertulis;
 Istilah rapat permusyawaratan bukan dimaksudkan pemeriksaan yang dilakukan
majelis hakim namun bermakna etua pengadilan dalam melakukan penetapan
dismissal dapat memanggil para pihak
 Parameter diterima atau tidaknya gugatan sebagaimana dimaksud pasal 62 uu
peratun
 Penetapan dismissal ditandatangani oleh ketua pengadilan dan panitera
Cermati UJI MATERI!
- Putusan MK No. 113/PUU-XII/2014
o Pasal 62 Ayat (3), Ayat (4), Ayat (5), Ayat (6) peratun tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat

- Ius constituendum proses dismissal


o Diharapkan ada harmonisasi antara hukum acara TUN dan Hukum acara TUN
Khusus. Pasal 62 diperluas cakupannya. Selain itu mekanisme proses
dismissal digunakan sebagai sarana hukum untuk menguji keputusan-
keputusan Ketua Pengadilan yang berdampak pada pembatasan akses kepada
proses peradilan.
Penetapan dalam Peradilan TUN bilamana tidak dapat diterima maka sama saja dianggap
verzet. Bilamana gugatan ditolak maka tidak ada upaya hukum lagi, tetapi bisa mengajukan
gugatan kembali.

Ketua Pengadilan bisa menunjuk dirinya sendiri untuk menjadi majelis hakim.
Pemeriksaan Pokok Perkara  Hari Sugiharto
Surat Gugatan dan Alasan Gugatan

Pengertian Gugatan, Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau
Pejabat TUN dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan (Pasal 1 Angka 11).
Catatan : Badan atau Pejabat TUN adalah badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Angka 8).

Urusan Pemerintah adalah Urusan Eksekutif, Theori Residu, sebagaimana urusan bukan sifat
mengadili atau urusan membuat sebuah perundang-undangan. Jadi, urusan pemerintahan
adalah bukan urusan sifatnya mengadili atau urusan membuat perundang-undangan

Unsur-unsur gugatan Pasal 56 Ayat (1)


1. nama, kewarganegaraan tempat tinggal, pekerjaan penggugat, atau kuasanya;
2. nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat, maksudnya misalnya seorang warga resah
karena atas izin yang bersangkutan dicabut dengan walikota surabaya (bu risma) dalam
hal ini misalkan subjek (bu risma) sudah diganti dengan orang yang baru, yang digugat
ialah jabatan yang ada, dan yang membuat sebuah Keputusan TUN tersebut;
3. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan.

Peradilan TUN harus melalui E-Court, jadi seluruhnya menggunakan elektronik, berdasarkan
Perma No. 1 Tahun 2019.

Subjek dan syarat Penggugat,


- orang atau badan hukum perdata
o yang dituju langsung oleh KTUN
o yang tidak dituju langsung oleh KTUN
- Kepentingannya dirugikan oleh KTUN
Dalam perkembangan praktek Pejabat TUN dapat menjadi penggugat bertindak
mewakili instansi pejabat TUN tersebut dalam mempermasalahkan prosedur
penerbitan KTUN yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bersangkutan.
Misalnya, mengajukan gugatan terhadap KTUN tentang pencabutan Surat Ijin
Penghunian (SIP)) yang ditempat instansi pemerintah, mengajukan gugatan terhadap
KTUN yang berisi perintah bongkar bangunan milik instansi Pemerintah, mengajukan
gugatan terhadap pembatalan sertifikat tanah milik instansi Pemerintah, dll.

Subjek tergugat (Pasal 1 Angka 12)


- Tergugat adalah Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan berdasarkan
wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kpeadanya yang digugat oleh
orang atau badan hukum perdata
- Catatan : Orang atau badan hukum perdata menjadi Tergugat, jika ditarik oleh
Tergugat sebagai Tergugat II Intervensi, atau atas inisiatif hakim yang kedudukannya
paralel dengan Tergugat.

Alasan / Dasar Gugatan,


Fundamentum petendi (posita) adalah dasar gugatan yang memuat hubungan hukum antara
pihak-pihak yang berperkara yaitu,
- Uraian tentang kejadian/ peristiwa (feitelijke gronden);
- Uraian tentang hukumnya (rechtsgronden) adalah uraian tentang adanya hak atau
dasar hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari gugatan.
Dalam membuat posit harus memberikan kejadian yang jelas dan dapat menguraikan fakta-
fakta yang ada dengan secara terperinci agar tidak di eksepsi atau ditolak atas gugatan yang
kita layangkan.

Teori perumusan posita,


Individualiserings Theorie ^
 biasanya gugatan ini debatable karena hanya sedikit pelayangan gugatan (15 halaman)
biasanya hanya menyatakan fakta-faktanya dalam bukti yang ditemukan saja, tidak disertai
dengan sebuah teori yang mendongkrak atas gugatan yang ada.

Alasan-alasan Gugatan (Pasal 53 Ayat (2))


- KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- KTUN yang digugat bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Ex
 seorang pejabat yang memberi sanksi anak buahnya karena tidak disiplin dalam
bekerja, namun meskipun dalam prosedurnya pejabat itu memberi sanksi kepada anak
buah tidak diatur dalam Undang-undang, tetapi berdasarkan AUPB seorang pejabat harus
mendengan masyarakatnya dulu, dalam kasus ini harus mendengar anak buahnya terlebih
dahulu, audi et alteram partem, harus bertindak cermat dan hati-hat!
Fungsi pejabat untuk menerbitkan keputusan, dasar mengajukan gugatan, dan fungsi
hakim adalah untuk melakukan pengujian.

Petitum Pasal 53 Ayat (1),


- Petitum adalah hal yang dimohon atau dituntut supaya diputuskan pengadilan
- Petitum ini akan mendapat jawabannya dalamdiktum atau amar putusan pengadilan
- Penggugat arus merumuskan petitum tersebut dengan jelas dan konkrit

Tuntutan Pokok,
Berisi tuntutan agar keputusan TUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi

Tuntuta tambahan (pasal 97 ayat 8 dan 9)


Dapat juga dituntut berupa kewajiban yang harus dilakukan oleh tergugat
- Pencabutan KTUN yang bersangkutan
- Pencabutan KTUN yang bersangkutan dan menerbitkan KTUN yang baru
- Penerbitan KTUN dalam hal gugatan didasarkan pada pasal 3
Aspek yang berkaitan dengan gugatan,

Pasal 67 UU 58 th 2006
Ex  Walikota surabaya mengeluarkan perintah untuk bongka, bilamana 60 hari kerja yang
bersangkutan tidak melaksanakan bongkar mandiri, maka akan dibantu pemerintah dengan
Satpol PP. presumptio justitia causa, apapun keberadaan keputusan itu apakah cacat atau
apapun itu, keputusan pejabat itu dianggap tetap sah! Maka perlu diadakan penundaan
pelaksanaan KTUN tersebut

Formulasi surat gugatan,


- Tanggal surat gugatan
- Tujuan surat gugatan (PTUN mana)
- Kalimat pembuka
- Subjek penggugat (identitas lengkap) setelah itu baru kuasa penggugat (identitas
lengkap) sebut surat kuasa
- Subyek tergugat
- Obyek sengketa, kecuali gugatan fiktif negatif
Dasar gugatan (fundamentum petendi) terdiri dari,

 Pasal 53 ayat (2) sub a dan b hanya guidance untuk kita untuk tidak melupakan
bahwasanya kita menggugat harus berdasarkan pada ketentuan dalam pasal tersebut.
h. Tuntutan / hal yang dimohonkan/ petitum penggugat
i. Kalimat Penutup
j. Tanda Tanga Penggugat atau kuasanya

Kalau penundaan KTUN itu apakah diajukan pada surat gugatan atau bagaimana? Itu bisa
diajukan pada penundaan KTUN ataupun diajukan sendiri, tetapi masing-masing harus
disandingkan dengan argumentasi kenapa mengajukan penundaan tersebut, seperti itu.
Karena kalau alasan penundaan kan harus menguatkan bahwasanya ketika dilaksanakannya
KTUN nantinya akan mengakibatkan suatu akibat hukum tertentu yang merugikan
masyarakat.
Pemeriksaan Pokok Perkara  Dani Elpah

Pengertian Pemeriksaan Pokok Perkara  Pemeriksaan pokok perkara adalah peeriksaan


yang berkenaan dengan aspek material/ substansial dari suatu perkara yang tidak berkaitan
dengan aspek-aspek formal suatu sengketa.
 Pemeriksaan pokok perkara atas aspek material dan tidak berkaitan dengan aspek formal
suatu perkara.

Aspek pemeriksaan terhadap pokok perkara berkaitan denganobjek sengketa itu sendiri yang
meliputi :
- Aspek wewenang dalam penerbitan objek sengketa, ketidakberwenangan bisa
disebabkan karena massa, atau tenggang waktu, teritorial, bisa juga disebabkan secara
meterial badan atau pejabat pemerintah itu tak berwenang untuk menerbitkan suatu
Keputusan, bisa jadi ketidakberwenangan karena terhadap kuorum yang bersifat
kolegial atau jumlah pejabat yang hadir untuk membuat sebuah keputusan, bisa saja
dalam nilai suatu barang yang akan diadakan pengadaan barang, bisa jadi wewenang
atas badan agraria atas suatu daerah;
- Aspek prosedural formal sebelum menerbitkan objek sengketa (sampai pada saat
penerbitan sebuah keputusan objek sengketa), prosedur dapat dilihat pada aturan dasar
yang ada atas penyelesaian objek sengketa. Untuk pelayanan publik pejabat
diharuskan membuat SOP untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;
- Aspek material/ substansial objek sengketa, apasaja yang menjadi syarat atau hal-hal
yang diperlukan atas objek sengketa itu sendiri, jadi murni substansi terkait dengan
objek sengketa;
- Penerapan AUPB dalam proses penerbitan objek sengketa, dilihat dalam Pasal 10 UU
No. 30 Tahun 2014 (UUAP) atau UU 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Bebas
dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, atau putusan pengadilan yang menjadi
jurisprudensi.
Apapun jenis sengketa yang diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara, apakah dia
sengketa Administrasi pemerintahan, sengketa tindakan pemerintahan (OOD), sengketa
pengujian ada atau Tidak Penyalahgunaan wewenang, sengketa pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum, sengketa tata usaha negara pemilihan, sengketa
proses pemilihan umum, baik yang diperiksa dengan Acara Biasa maupun yang diperiksa
dengan acara cepat, akan melalui tahapan yang namanya pemeriksaan pokok perkara.
Perma 6 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pasal 62 huruf a dan e UU Peradilan TUN

interpretasi terhadap nomenklatur pemeriksaan pokok perkara


- pemberian nomenklatur pemeriksaan pokok perkara dilakukan untuk deferensiasi
(membedakan) dengan acara pemeriksaan dismissal proses, dan pemeriksaan persiapan
 ini hanya cara untuk membedakan atau melakukan kategori bahwa di sidang proses
peradilan TUN, ada jenis pemeriksaan dismissal, pemeriksaan persiapan, dan
pemeriksaan pokok perkara;
- pemberian nomenklatur pemeriksaan pokok perkara dilakukan untuk deferensiasi
(membedakan) dengan pemeriksaan non pokok perkara yaitu terkait dengan eksepsi
(absolut dan/atau relatif serta eksepsi lain-lain) [Pasal 77 UU No. 5 tahun 1986];
- Pemberian nomenklatur pemeriksaan pokok perkara untuk deferensiasi (membedakan)
perimbangan hukum dalam eksepsi dan pokok perkara.  dalam hal ini sampai pada
pembuatan suatu putusan, tentu kita harus bisa lebih jelas dan lebih konkrit apasaja yang
termuat dalam putusan, dalam hal eksepsi yang kedua juga dalam pokok perkara yang itu
tempatnya maupun pemeriksaannya dibuat tersendiri dalam suatu putusan.

Ruang lingkup pemeriksaan pokok perkara,


- Pembacaan gugatan;
- Pembacaan dan penyerahan jawaban (eksepsi dan pokok perkara);
- Penyerahan replik;
- Penyerahan duplik;
- Pembuktian (surat, keterangan ahli, saksi).
Siapa yang melaksanakan pemeriksaan pokok perkara
- Majelis Hakim (lebih dari seorang, max. 3 org) dan Panitera/ Panitera Pengganti
- Hakim Tunggal (khusus) dalam Acara pemeriksaan Cepat

Locus Pemeriksaan Pokok Perkara,


- Ruang sidang pengadilan;
- Lokasi pemeriksaan setempat  Kadang untuk membuktikan atas suatu sengketa,
dilakukan pemeriksaan setempat atau tempat-tempat yang terdapat dimensinya atas
sengketa terkait atau tempat diterbitkannya sengketa;
- E-Court (Perma No. 1 Tahun 2019)

Pihak yang terlibat dalam pemeriksaan pokok perkara,


- Pihak penggugat atau kuasanya (atau keduanya hadir)
- Pihak tergugat atau kuasanya (atau keduanya hadir)
- Pihak intervenient atau kuasanya (bisa penggugat intervensi, bisa penggugat dua
intervensi, bisa tergugat dua intervensi)
- Ahli (Saksi Ahli)  atas sengketa yang diperlukan seorang ahli, diperlukan
kesaksiannya untuk meluruskan atas suatu sengketa
- Saksi
- Penterjemah (alih bahasa)
- Rohaniawan

Temporis pemeriksaan pokok perkara


- Dilakukan pada hari kerja
- Dimulai jam 09.00 kecuali ditentukan lain
- Diputus paling lama 5 bulan untuk tingkat pertama
- Banding paling lama 3 bulan
- Bila lebih lama dari ketentuan tersebut, majelis harus melaporkan pada KPN atau
KPT atau MA.

Objek Pemeriksaan Pokok perkara


- Surat gugatan  Dibacakan oleh Penggugat, sebelumnya diserahkan kepada Tergugat
o Perubahan terkait gugatan paling lambat sebelum Replik, dalam hal ada
perbaikan tentu diminta untuk perubahan atas redaksional gugatant tersebut;
o Tergugat diminta tanggapan atas gugatan tersebut, apakah ingin
menyampaikan atas gugatan tersebut
o Cacat UU 30 Th. 2014  Wewenang, Prosedur, Substansi
o (Justitile Documentatie)
- Surat jawaban / Dokumen Litigasi
o Ciri khasnya berlawanan atas apa yang disampaikan oleh Tergugat, isinya
bahwa KTUN tersebut tidak mengandung cacat;
o Menguraikan bahwa produknya tidak terjadi kesalahan dari seluruh aspek,
karena bagi tergugat (pejabat) bahwa suatu keputusan tidak boleh satupun
aspek cacat yang berakibat pada cacatnya keputusan yang ia buat karena dapat
mengakibatkan batal demi hukum bilamana diketahui terdapat cacat;
- Surat replik
o Mendukung dalil gugatan sebaliknya atas jawaban dari pihak tergugat, bisa
jadi perubahan penyangkalan atau bisa jadi megiyakan atas surat jawaban
yang dilayangkan oleh tergugat, mana yang kontra atau yang disepakati
setelah terbitnya surat jawaban tersebut;
- Surat duplik
o Duplik mengarahkan atas kesesuaian dan mengcounter balik atas replik yang
telah dilayangkan penggugat
- Surat bukti
o Tentu ini ada pemilihan, hingga terjadi bukti yang diberikan banyak tetapi
tidak memiliki relevansi. Karena hakim memiliki asas dominus litis maka
hakim mengarahkan apasaja yang harus dibuktikan baik penggugat maupun
tergugat;
o Wewenang atribusi, delegasi dan mandat
- Keterangan ahli
o Bisa ahli dari manapun, tidak dibatasi baik perti ataupun non-perti, atau
institusi atau ahli personal yang berkaitan dengan keahliannya untuk menilai
bersifat keahliannya atas suatu objek sengketa;
- Keterangan saksi
- Keadaan dilokasi pemeriksaan setempat
o Seperti tumpang tindihnya sertifikat hak milik, IMB, atau yang lain perlu
pemeriksaan setempat
1. Sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum
2. Yang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum adalah Hakim Ketua
Majelis
3. Hakim Ketua Majelis mengecek kehadiran para pihak (Penggugat, Tergugat atau
kuasanya)
4. Pemberitahuan Acara Pemeriksaan Pokok Perkara
5. Pemeriksaan Surat Gugatan (Surat gugatan bersih)

Tujuan Pemeriksaan Pokok Perkara,


- Bagi penggugat, tergugat, dan intervenient untuk membuktikan dalil masing-masing,
untuk memberi keyakinan pada Majelis Hakim bahwa apa yang di dalilkan adalah
mengandung nilai kebenaran
- Bagi majelis hakim adalah berguna untuk mengeahui duduk atau konstruksi kasus
sebagai bahan-bahan untuk memutus perkara yang diajukan
Skematis Tahapan Jawab Jinawab

Ragaan Sifat Hubungan dalam Jawab Jinawab


Konsistensi pada Argumentasi yang dibangun
Sikap konsistensi pada posisi yang dibangun di dalam alasan-alasan gugatan tetap harus
dipertahankan oleh penggugat sampai dengan tahapan replik.

Asas Audi et alteram partem  Mendengar kedua belah pihak


Asas Keseimbangan  sama-sama mendapat porsi 2 (dua) kali dalam upaya jawab jinawab.

Istilah Replik dan Duplik


Istilah 
- Hukum Acara Perdata
- Hukum Acara Peradilan Agama
- Hukum Acara Peradilan TUN
- Hukum Acara Pidana

Kembali ke Aspek replik dan Duplik dalam Hukum Acara Peradilan TUN

Jenis Acara Pemeriksaan di sidang pengadilan TUN


- Acara pemeriksaan dismisal proses  Tidak ada
- Acara pemeriksaan persiapan  Tidak ada
- Acara pemeriksaan singkat  perlawanan terhadap dismisal proses, Tidak ada
- Acara pemeriksaan Cepat  hanya ada pembacaan gugatan dan jawaban, Tidak ada
- Acara pemeriksaan Biasa  Ada
- Acara pemeriksaan sengketa-sengketa administrasi pemerintahan khusus

Dasar hukum Replik dan Duplik  Pasal 75 Ayat (1) dan (2) UU No. 5 Tahun 1986
Figur Norma Hukum Replik dan Duplik
- Gebod (perintah)  contoh harus (moeten), terkait untuk (gehouden zijn tot),
berkewajiban untuk (vervlicht zijn tot)
- Verbod (larangan)  contoh tidak boleh (niet mogen), dilarang (het is verboden)
- Mogen (kebolehan)  contoh dapat (kunnen), mempunyai hak untuk (het recht
hebben om), berwenang untuk (bevoegheid zijn tot)
Replik dan Duplik figur norma hukum dapat (kunnen) merupakan pilihan para pihak (dalam
pasal 75 Ayat (1) dan Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 terdapat frasa “penggugat dapat”,
“tegugat dapat”.

Tahap replik dan duplik bisa menjadi instrumen pengubah (conversi) dari alasan jawaban
dengan alasan gugatan.
Syarat mengubah alasan yang menjadi dasar gugatan,
- Perubahan disertai alasan
- Tidak merugikan kepentingan tergugat
- Perubahan hanya dalam arti menambah alasan yang menjadi dasar gugatan
- Tidak boleh menambah tuntutan yang akan merugikan penggugat boleh merubah
yang bersifat mengurangi tuntutan semula  apakah bisa memberikan ultra petita?
Tergantung hakim yang mengadili
- Hal tersebut diatas dipertimbangkan bijaksana oleh Hakim

Dalam praktek Peradilan TUN, tujuan dan fungsi replik tidak sekedar seperti yang dimaksud
dalam norma Pasal 75 ayat (1) dan penjelasan pasal tersebut, akan tetapi diperluas
sebagaimana dilihat nantinya ketika menyimak definisi atau pengertian dari replik.
 Replik tidak semata-mata materi muatan merubah alasan yang mendasari gugatan atas
jawaban tergugat, atau dalam hal ini meneguhkan atau menguatkan alasan penggugat.

Jawab Jinawab Perspektif Teori Kausalitas


Bentuk replik dan duplik dapat diajukan secara lisan atau dapat juga diajukan secara tertulis
dalam persidangan, replik dan duplik yang diajukan secara lisan dicatat dalam berita acara
persidanagan. Sedangkan yang diajukan tertulis dilampirkan dan menjadi satu kesatuan
dengan berita acara persidangan.

Ruang lingkup isi Replik  pihak penggugat tergantung pada ruang lingkup isi surat jawaban
yang akan disanggat dan disampaikan oleh Tergugat. (mulur – mungsret)
Ruang lingkup isi Duplik  sangat tergantung daripada lingkup isi surat Duplik yang
disampaikan oleh Penggugat

Kerangka Replik

1. Tempat, Tanggal dibuatnya Replik


Ex  Surabaya, 6 April 2021

2. Adressat oleh Replik


Ex 
Kepada
Yth. Majelis Hakim Perkara
Nomor : 20/G/2021/PTUN.SBY
Di – Pengadilan TUN Surabaya
3. Nomor, Lampiran dan perihal
Ex 
Nomor : 20/Adv.K/2020
Lamp : -
Hal : Replik atas Jawaban Tergugat

4. Kalimat Pembuka dan Identitas


Ex 
Dengan Hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Margono, Kewarganegaraan Indonesia, Tempat Tinggal …, Pekerjaan …, Penggugat

5. Isi Replik
Ex 
I. Dalam Eksepsi
1. Bahwa Penggugat menolak dalil …
II. Dalam Pokok Perkara
1. Penggugat menolak dalil-dalil tergugat dalam surat …

6. Tuntutan yang dimohonkan Replik


Ex  Berdasarkan seluruh alasan-alasan yang dikemukakan, penggugat mohon …

Kalimat Penutup  9. Nama dan Tanda tangan yang mengajukan Replik


Ex  Demikianlah replik ini disampaikan kepada Majelis Hakim, dengan harapan agar dapat
kiranya dipertimbangakan sebagaimana mestinya …

Uraian
Kita sebagai Lawyer, hendaknya lembaga eksepsi itu harus kita gunakan sebaik-baiknya.
Karena dari eksepsi itulah yang memuat dalil-dalil aspek formal pengajuan gugatan.
Bisa diajukan eksepsi pada pokok perkara.
Isinya kompetensi absolut ataupun relatif, kepentingan, tenggang waktu, atau substansi
gugatan. Eksepsi dalam perdata bisa kurang pihak, obscurr libels (gugatan kabur).
Tetapi kalau Sengketa TUN, jarang akan adanya upaya eksepsi seperti itu.
Di Pengadilan TUN itu karena sudah melewati pemeriksaan persiapan, pemeriksaan
persiapan ini tujuannya untuk menilai apakah memang ada kejelasan dalam gugatan. Atau
malah tidak jelas, atau malah bukan suatu cakupan dari Pengadilan TUN.

Eksepsi itu, dalam jawaban Penggugat memuat eksepsi dan pokok perkaranya. Pasal 72 UU
No. 8 Tahun 1956
Dalam persidangan pertama itu pembacaan gugatan oleh penggugat, namun bilamana
tergugat belum siap melakukan jawaban maka ditunda seminggu kemudian.
Pembacaan gugatan dibacakan oleh ketua majelis hakim. Bilamana ada koreksi, hakim
meminta tolong penggugat bilamana ada yang harus diperbaiki.
Perbaikan gugatan itu sampai dengan Replik
Perbaik jawaban gugatan itu sampai dengan Duplik

Kompetensi Absolut  Mengenai Objek Sengketa


Kompetensi Relatif  itu bergantung pada wilayah kewenangan yang dimiliki oleh
pengadilan TUN

Replik (Pasal 75 UUPTUN)  Para Penggugat dapat memunculkan Replik atas Jawaban
Tergugat
Duplik  Tanggapan Tergugat atas Replik Penggugat

082231144899  Pak Hari Sugiharto

Anda mungkin juga menyukai