Share :
simas customs bond adalah penjamin atas suatu resiko yang diberikan oleh “Penjamin”
(Surety) yaitu Asuransi Sinar Mas kepada Perusahaan importir/eksportir (Principal) untuk
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan fasilitas penangguhan atas pembebasan
pungutan negara yang diperolehnya dari Pemerintah, dalam hal ini Bea Cukai/KITE
(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Apabila Principal
tidak melaksanakan kewajibannya yaitu mengekspor kembali seluruh produk jadi yang telah
mendapat nilai tambah atas kegiatan impor yang dilakukannya, maka Obligee akan
mencairkan jaminan yang diberikan oleh Surety.
Keterangan:
Cccccc
1. SOP ini menjelaskan proses pelayanan penerimaan jaminan Customs Bond yang dimulai dari
diterimanya Surat Permohonan Penyerahan Jaminan, dokumen pelengkap, dan jaminan
Customs Bond sampai dengan diterbitkannya Bukti Penerimaan Jaminan (BPJ).
2. Jaminan adalah garansi pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan
dan/atau pemenuhan kewajiban yang disyaratkan dalam peraturan kepabeanan yang
diserahkan kepada Kantor Pabean.
3. Terjamin adalah pihak yang bertanggungjawab atas pungutan Negara dalam rangka kegiatan
kepabeanan dan/atau pihak yang dipersyaratkan untuk memenuhi kewajiban menyerahkan
jaminan sesuai dengan peraturan kepabeanan kepada Kantor Pabean.
4. Penjamin (surety) adalah pihak yang menerbitkan garansi untuk melakukan pembayaran
kepada Kantor Pabean apabila Terjamin cidera janji (wanprestasi).
5. Jaminan yang disyaratkan menurut Undang-Undang Kepabeanan dapat berbentuk:
a. Jaminan tunai;
b. Jaminan bank (bank garansi);
c. Jaminan dari perusahaan asuransi berupa Customs Bond;
d. Jaminan Indonesia EximBank (Jaminan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia);
e. Jaminan Perusahaan Penjaminan;
f. Jaminan perusahaan (Corporate Guarantee); atau
g. Jaminan tertulis.
6. Jaminan Customs Bond dapat digunakan untuk beberapa kegiatan kepabeanan, antara lain:
a. pengeluaran barang impor untuk dipakai;
b. pembebasan impor tujuan ekspor;
c. penundaan pembayaran yang ditetapkan secara berkala atau menunggu keputusan
pembebasan atau keringanan;
d. pengeluaran barang dari tempat penimbunan berikat; dan
e. pengajuan keberatan.
7. Jaminan dalam bentuk Customs Bond merupakan Jaminan berupa sertifikat yang
memberikan Jaminan pembayaran kewajiban pungutan negara dalam rangka
kegiatan kepabeanan dan/atau pemenuhan kewajiban penyerahan Jaminan yang disyaratkan
dalam peraturan kepabeanan kepada obligee dalam hal principal gagal memenuhi
kewajiban pembayaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
8. Jaminan dari perusahaan asuransi berupa Customs Bond harus diterbitkan oleh Surety yang
termasuk dalam daftar perusahaan asuransi umum yang dapat memasarkan
produk Customs Bond berdasarkan keputusan Menteri.
9. Jaminan Perusahaan Penjaminan harus diterbitkan oleh perusahaan penjaminan yang
termasuk dalam daftar perusahaan penjaminan yang dapat memasarka produk Jaminan
Perusahaan Penjaminan berdasarkan keputusan Menteri.
10. Direktur Jenderal meneruskan daftar perusahaan asuransi umum yang dapat menerbitkan
Customs Bond dan daftar perusahaan penjaminan yang dapat menerbitkan Jaminan
Perusahaan Penjaminan dar Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada
Kantor Pabean di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
11. Terhadap Customs Bond, Pejabat Bea dan Cukai melakukan konfirmasi penerbitan Jaminan
kepada kepada perusahaan asuransi penerbit Customs Bond (Surety) dengan cara:
a. lisan, dalam hal Jaminan dalam bentuk Customs Bond yang diserahkan oleh principal
dengan profil importir risiko rendah, dan surety telah membuat kesepakatan atau
pernyataan konfirmasi penerbitan Jaminan secara lisan dengan Kantor Pabean;
b. tertulis, dalam hal pihak penerbit jaminan tidak termasuk dalam hal sebagaimana
dimaksud pada huruf a.
12. Unit Pelaksana SOP ini adalah Seksi Perbendaharaan.
FLOW CHART
DASAR HUKUM
PERSYARATAN
BIAYA
NORWA WAKTU LAYANAN
Customs Bond yang dapat diterima sebagai jaminan pembayaran pungutan negara adalah Customs
Bond yang diterbitkan oleh Surety KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 461/KMK.05/1997 TENTANG PENGGUNAAN CUSTOMS BOND SEBAGAI JAMINAN
PEMBAYARAN sebagai berikut : PUNGUTAN BEA MASUK, CUKAI, DENDA ADMINISTRASI, DAN
PAJAK DALAM RANGKA IMPOR sebagai berikut :
a. untuk hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, huruf b, atau huruf c adalah selama
jangka waktu penangguhan ditambah 30 tiga puluh) hari,
b. untuk hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d dan/atau huruf e adalah 90 (sembilan
puluh) hari.
Perpanjangan jangka waktu berlakunya Customs Bond hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan
dari :
a. Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya, untuk hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan fasilitas Bapeksta Keuangan,
b. Kepala Bapeksta Keuangan atau Pejabat yang ditunjuknya untuk hal-hal yang ada kaitannya
dengan fasilitas Bapeksta Keuangan.
Pencairan
Dalam hal pihak yang dijamin belum atau tidak memenuhi kewajibannya hingga tanggal
berakhirnya Customs Bond, maka Customs Bond dicairkan.
Pencairan Customs Bond dilakukan dengan surat permintaan pencairan dari Direktur Jenderal
Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya dengan mempergunakan formulir sebagaimana
contoh dalam Lampiran II Keputusan ini atau Kepala Bapeksta Keuangan dengan
mempergunakan surat keputusan pencairan sebagaimana dimaksud Lampiran II Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 488/KMK.01/1986.
Surety harus memindahbukukan jumlah sebagaimana diminta dalam surat permintaan
pencairan :
a. Untuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke rekening penerimaan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
b. Untuk Bapeksta Keuangan ke rekening penerimaan Kas Negara.
Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal berakhirnya Customs
Bond.
Latar Belakang adanya Produck Customs Bond
Pemerintah Indonesia pada tahun 1995 melalui SK Menteri Keuangan No. 108/KMK.01/1995
tanggal 13-03-1995 serta SKB tanggal 20-07-1995 antara Dirjen Lembaga Keuangan, Dirjen
Bea Cukai dan Dirjen Bapeksta keuangan, menetapkan Undang-undang No. 10 / 95 yang
melegalisasi seluruh barang impor yang tujuannya ekspor dapat menggunakan fasilitas
impor sementara dengan beberapa alternatif sbb :
1. Uang Tunai
2. Jaminan Bank (Bank Garansi)
3. Jaminan Perusahaan Asuransi (Customs Bond)
4. Jaminan SSB (Surat Sanggup Bayar)
Sebagai suatu jaminan alternatif dari Bank Garansi yang merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh perusahaan dalam memperoleh fasilitas impor dari pemerintah.
Jenis-jenis Produck Custom bond atau Fasilitas Bea dan Cukai yang dapat dijamin dengan
Customs Bond:
1. KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).
Impor bahan baku untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain dengan tujuan
untuk diekspor yang impornya mendapat pembebasan atau pengembalian Bea Masuk atau
Cukai serta Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut. Misal: Benang, Kulit, Garment, dll.
2. ORDONANSI BEA PASAL 23 (OB.23) Atau IMPOR SEMENTARA.
Impor barang ke dalam daerah pabean yang bertujuan untuk diekspor kembali dalam
jangka waktu tertentu. Misal: Barang-barang untuk keperluan pameran, kegiatan seminar,
keperluan perlombaan, keperluan proyek, dll
3. VOORUITSLAG (IJIN PENGELUARAN LEBIH DAHULU).
Pengeluaran barang dari pelabuhan/KPBC dengan penangguhan pembayaran Bea Masuk,
Cukai dan Pajak. Misal: Barang yang mendapat kemudahan pembayaran berkala/PIB
Berkala, Barang Impor untuk proyek yang mendesak, Barang Impor untuk keperluan
penanggulangan keadaan darurat/bencana alam.
4. KAWASAN BERIKAT (KABER) / EPTE.
Suatu tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamnya dilakukan
kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun,
perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir dan pengepakan atas
barang dan bahan asal Impor atau barang dan bahan dari dalam daerah pabean Indonesia
lainnya yang hasilnya terutama untuk tujuan Ekspor.
5. PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK).
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) untuk dapat melakukan kegiatan di Kantor
Pelayanan Bea Cukai (KPBC) wajib memiliki Nomor Pokok PPJK yang dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan BC setempat. Untuk mendapatkan Nomor Pokok tersebut, PPJK
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pelayanan BC. Salah satu syaratnya adalah
menyerahkan jaminan senilai: di Tanjung Priok minimum Rp. 150 juta, di Belawan, Soekarno
Hatta, Tanjung Emas, Tanjung Perak minimum Rp. 100 juta, di Polonia minimum Rp. 50 juta,
dan di tempat lain minimum Rp. 5 juta.
6. SPKPBM (SURAT PEMBERITAHUAN KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA MASUK)
ATAU NOTA PEMBETULAN (NOTUL)
Pungutan negara yang tertera dalam Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea
Masuk, yang disingkat SPKPBM, dalam hal penagihan Bea Cukai kepada Importir/PPJK yang
salah dalam memberitahukan Nilai Pabean, Jenis dan/atau jumlah barang dalam PIB yang
mengakibatkan kekurangan pembayaran Bea Masuk.
a. Importir dapat mengajukan keberatan atas SPKPBM yang diterima dengan syarat:
1. Mengajukan surat keberatan
2. Pengajuan keberatan dalam waktu 30 hari sejak diterbitkannya SPKPBM
3. Menyerahkan Jaminan sebesar Jumlah tagihan dalam SPKPBM
4. Alasan keberatan
5. Bukti-bukti pendukung.
b. Pengangkutan Lanjut Barang Impor atau Barang Ekspor
Barang-barang impor atau ekspor yang diangkut dengan sarana pengangkutan melalui
suatu kantor Pelayanan Bea dan Cukai ke kantor Pelayanan Bea dan cukai lain dengan
dilakukan pembongkaran terlebih dahulu di suatu tempat penimbunan sementara (TPS)
Dan dihilangkan saja informasi perihal :
Importir dapat mengajukan keberatan atas SPKPBM yang diterima dengan syarat …. (ini
penjela
Contoh :