Anda di halaman 1dari 27

Oleh Ria Juliana Siregar, SH,

MKn
• Kata pailit berasal dari bahasa Prancis;
failite yang berarti kemacetan pembayaran
• Pengertian kepailitan berdasarkan Pasal
1 angka (1) UU No. 37 Tahun 2004
Kepailitan dan PKPU adalah sita umum atas
tentang
semua kekayaan debitur pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan
oleh kurator di bawah pengawasan hakim
pengawas sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
Sumber Hukum Kepailitan

• K U H Perdata
• U n d a n g - u n d a n g No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU
• U n d a n g - u n d a n g lainnya yang terkait (misalnya:
UUPT, UU Jaminan Fidusia, dll)
Asas-asas dalam Hukum
Kepailitan di Indonesia
• Asas keseimbangan. Dalam undang-undang ini mengatur beberapa
ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan,
yaitu disatu pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh
debitur yang tidak jujur. Dan di pihak lain terdapat ketentuan yang
dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga
kepailitan oleh kreditur yang tidak beritikad baik.
• Asas kelangsungan usaha. Dalam undang-undang ini, terdapat
ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitur yang prospektif
tetap dilangsungkan.
• Asas keadilan. Ketentuan dalam undang-undang ini menerapkan
asas keadilan untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan
pihak kreditur yang mengupayakan penagihan atas tagihannya
masing-masing terhadap debitur, dengan tidak memperdulikan
kreditur lainnya.
• Asas integrasi. Dalam undang-undang ini sistem hukum formal dan
hukum materiilnya merupakan suatu kesatuan yang utuh dari
sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.
Syarat-syarat Kepailitan

Mengenai syarat kepailitan diatur dalam Pasal


2 ayat (1) Undang-undang No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU yaitu debitur
yang mempunyai dua atau lebih kreditur
dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan baik atas
permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih krediturnya
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU tersebut maka yang
menjadi syarat debitor dinyatakan pailit ialah :
a.Debitur tersebut memiliki dua atu lebih
kreditur, dan
b.Debitur tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang kepada salah satu krediturnya
dan utang yang tidak dibayar harus
sudah
lunas jatuh
itu tempo dan dapat ditagih.
a. Pengertian debitur menurut Pasal 1 angka (3) Undang-
undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
ialah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka
pengadilan.
b. Pengertian kreditur menurut Pasal 1 angka (2) Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
ialah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian
atau undang-undang yang dapat ditagih di muka
pengadilan.
c. Pengertian utang menurut Pasal 1 angka (6) Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
adalah kewajiban yang dinyatakan dalam jumlah uang baik
dalam mata uang indonesia maupun mata uang asing, baik
secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian
hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau
undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan
bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk
mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.
Pihak pihak yang dapat mengajukan
pernyataan pailit :
a. Pihak Debitur itu sendiri
b. Pihak Kreditur
Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (2), (3), (4) dan (5) Undang-
undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
mengatur tentang kekhususan mengenai pihak yang dapat
mengajukan permohonan pailit yaitu :
2) Jaksa untuk kepentingan umum,
3) Dalam hal Debiturnya adalah Bank, maka
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
4) Bank Indonesia,
Dalam hal Debiturnya adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, maka permohonan pernyataan pailit hanya
dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM),
dan
5) Dalam hal Debiturnya adalah Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Re-Asuransi, Dana Pensiun, dan BUMN yang
bergerak di bidang kepentingan publik, maka permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Mentri Keuangan.
AkSeibcaarat uPmuutmusaakbi natPpaeirlniytataan pailit
berikut :
adalah
a. Kekayaan debitur pailit yang masuk ke dalam harta pailit
sebagai
merupakan sitaan umum atas harta pihak yang dinyatakan
pailit.
b. Kepailitan semata-mata hanya mengenai harta pailit dan
tidak mengenai diri pribadi debitur pailit.
c. Debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus
dan menguasai kekayaannya yang termasuk harta pailit
sejak hari putusan pailit diucapkan.
d. Segala perikatan debitur yang timbul sesudah putusan pailit
diucapkan tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali jika
menguntungkan harta pailit.
e. Harta pailit diurus dan dikuasai kurator untuk kepentingan
semua kreditur dan debitur, sedangkan Hakim Pengawas
memimpin dan mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan.
f. Semua tuntutan atau gugatan yang bertujuan untuk
mendapatkan pelunasan suatu perikatan dari harta pailit,
dan dari harta debitur sendiri selama kepailitan harus
diajukan dengan cara melaporkannya untuk dicocokkan.
g. Kreditur yang dijamin dengan Hak Gadai, Hak Fidusia, Hak
Tanggungan dan hipotek dapat melaksanakan hak
agunannya seolah-olah tidak ada kepailitan.
h. Hak kreditur yang dijamin dengan
eksekusi hak-hak disebutkan dalam huruf (g)
sebagaimana
dapat menuntut diatas,
hartanya
untuk
yang berada dalam penguasaan
debitur pailit atau kurator, ditangguhkan maksimum untuk
waktu 90 hari setelah putusan pailit diucapkan.
Contoh Kasus 1
Tuan Ahmad memiliki utang kepada pihak Bank
Makmur sejumlah Rp. 1 Milyar yang akan jatuh
tempo pada tanggal 31 Desember 2014. Tuan Ahmad
juga memiliki utang kepada Koperasi Cahaya
sejumlah Rp. 30 juta yang akan jatuh tempo pada
tanggal 5 Oktober 2014 serta utang kepada Tuan
Bayu sejumlah Rp 2 juta yang akan jatuh tempo pada
tanggal 5 November 2014. Mengetahui bahwa Tuan
Ahmad memiliki banyak utang, Koperasi Cahaya
mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap
Tuan Ahmad ke pengadilan niaga pada tanggal 31
Agustus 2014. Apakah permohonan pernyataan pailit
ini dapat dikabulkan oleh pengadilan niaga ?
KDaesbiutosr :

PTuoansAihsmiad
 Kreditor :

• Koperasi Cahaya
mengajukan
permohonan pernyataan pailit
terhadap Tuan Ahmad ke
pengadilan niaga pada tanggal
31 Agustus 2014
Dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU tersebut
pernyataan pailit harus memenuhi syarat :

1.Debitor tersebut memiliki dua atu lebih kreditor.


Syarat ini terpenuhi karena Tuan Ahmad (debitur)
memiliki 3 kreditur yaitu Bank Makmur, Koperasi
Cahaya dan Tuan Bayu.
2.Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
kepada salah satu kreditornya dan utang yang tidak
dibayar lunas itu harus sudah jatuh tempo dan dapat
ditagih.
Syarat ini tidak terpenuhi karena tidak ada satu pun
utang yang dimiliki oleh Tuan Ahmad yang telah jatuh
tempo.
KESIMPULAN
Permohonan pernyataan pailit
yang diajukanoleh Koperasi
Cahaya terhadapakan
Tuan ditolak oleh
Ahmad
Pengadilan Niaga karena
memenuhi syarat-syarat tidak
kepailitan
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang
No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU.
Contoh Kasus 2
Bank Langit memiliki utang kepada Bank Luhur
sejumlah Rp 3,5 Milyar yang akan jatuh tempo pada
tanggal 31 Juli 2014. Bank Langit juga memiliki utang
kepada PT. Gajah sejumlah Rp. 300 juta yang sudah
jatuh tempo pada tanggal 5 Februari 2014 serta
utang kepada PT. Elang Tbk sejumlah Rp 20 juta yang
akan jatuh tempo pada tanggal 5 November 2014.
Mengetahui bahwa Bank Langit memiliki utang yang
telah jatuh tempo kepada PT. Gajah, PT. Elang Tbk
mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap
Bank langit ke pengadilan niaga pada tanggal 3
Maret 2014. Apakah permohonan pernyataan pailit
ini dapat dikabulkan oleh pengadilan niaga ?
Kasus Posisi
1. Debitor : Bank Langit
2. Kreditor :

3. PT. Elang Tbk mengajukan


permohonan pernyataan pailit
terhadap Bank langit ke
pengadilan niaga pada tanggal 3
Untuk menjawab soal ini harus dilihat apakah
permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh PT.
Elang Tbk terhadap Bank langit sudah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-Undang
No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU
tersebut pernyataan pailit harus memenuhi syarat :
1. Debitor tersebut memiliki dua atu lebih kreditor.
Syarat ini terpenuhi karena Bank Langit (debitur)
memiliki 3 kreditur yaitu Bank Luhur, PT. Gajah dan
PT. Elang Tbk.
2. Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
kepada salah satu kreditornya dan utang yang tidak
dibayar lunas itu harus sudah jatuh tempo dan dapat
ditagih.
Syarat ini juga terpenuhi karena utang yang dimiliki
oleh Bank Langit kepada PT. Gajah sudah jatuh
tempo.
Pasal 2 ayat (3) UU Kepailitan dan PKPU
mensyaratkan bahwa dalam hal Debitornya adalah
Bank, maka permohonan pernyataan pailit hanya
dapat diajukan oleh Bank Indonesia.

Kesimpulan
Meskipun permohonan pernyataan pailit
yang diajukan oleh PT. Elang Tbk telah
memenuhi syarat dalam Pasal 2 ayat (1)
UU Kepailitan dan PKPU, namun
permohonan pernyataan pailit terhadap
Bank Langit ini tidak diterima karena
apabila debitur adalah bank maka hanya
Bank Indonesia yang berhak mengajukan
permohonan pernyataan pailit terhadap
debitur tersebut sesuai dengan Pasal 2
ayat (3) Undang-undang No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU.
#BREAK#
PKPU
(Penundaan kewajiban Pembayaran Utang)

PKPU dapat diajukan oleh debitur yang mempunyai


lebih dari 1 kreditur dengan ketentuan :
1. Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak
akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya
yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon PKPU, dengan maksud untuk mengajukan
rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
kreditur.
2. Kreditur yang memperkirakan bahwa debitur
tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang
sudah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dapat memohon agar kepada debitur
diberi PKPU, untuk memungkinkan debitur
mengajukan rencana perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utang kepada kreditur.
Kepailitan dan PKPU
Perbedaan Pailit PKPU
Pengurusa Kurator Pengurus
n Harta
Kewenanga Sejak tanggal Dalam PKPU,
n debitur putusan debitur masih
pernyataan pailit dapat melakukan
diucapkan, pengurusan
debitur terhadap hartanya
kehilangan selama
haknya untuk mendapatkan
menguasai dan persetujuan dari
mengurus pengurus (Pasal
kekayaannya 240 UU
yang termasuk Kepailitan).
dalam harta pailit
(Pasal 24 ayat
[1] UU
Kompetensi relatif Pengadilan
NDaiearagh Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten,
aLampug,
hukum
Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.
Daerah hukum Pengadilan pada Pengadilan
Niaga
Negeri
Sulawesi Ujung
Selatan,Pandang meliputi Sulawesi
Sulawesi Tenggara, wilayah Tengah,
Propinsi
Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya.
 D a e r a h hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Medan meliputi wilayah Propinsi Sumatera Utara,
Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan Daerah
Istimewa Aceh.
 D a e r a h hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya meliputi wilayah Propinsi yang Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
 D a e r a h hukum Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Semarang meliputi wilayah
Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Contoh Kasus 3
PT. Faro merupakan perusahaan yang bergerakdi
bidang produksi pakaian, ini memiliki
utang perusahaanRp 100 juta kepada Bank
senilaijatuh tempo
yang pada tanggal 23 Maret 2012. PT.
Danamon
Faro memiliki 3 orang direksi yaitu Hadi, Hani dan
Hepi. Pada tanggal 11 Oktober 2010 Hani sebagai
direksi melakukan peminjaman uang atas nama PT.
Faro sebesar Rp 3 Milyar dari PT. Maju yang jatuh
tempo pada tanggal 11 Oktober 2011 dan hingga
waktu jatuh tempo utang tersebut belum dilunasi,
dimana belakangan diketahui ternyata uang tersebut
digunakan oleh Hani secara pribadi dan perihal
peminjaman tersebut dilakukan tanpa diketahui oleh
komisaris serta direksi lain. Selanjutnya PT. Maju
mengajukan permohonan PKPU kepada PT. Faro di
pengadilan niaga pada tanggal 20 Oktober 2011.
Apakah pemohonan PKPU ini akan dikabulkan?
Untuk menjawab hal ini perhatikan :
 U t a n g adalah kewajiban yang dinyatakan)
atau dapat dinyatakan dalam uang
baik jumlah
mata uang Indonesia
mata dalam maupun asing, baik
maupunuang yang secara
akan timbul di kemudian hari
langsung
atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian
atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi
oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi
hak kepada Kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.
 P a s a l 1 angka (2) : Kreditur adalah orang yang
mempunyai piutang karena perjanjian atau
Undang-Undang yang dapat ditagih di muka
pengadilan.
 Pmempunyai
a s a l 1 angka (3) : karena
utang Debitur adalah orangatau
perjanjian yang
undang-undangyang pelunasannya dapat
ditagih di muka pengadilan.
 Pe rh a t i ka n
syarat minimal 2 kreditur
(Pasal 222 ayat (1)).
Kesimpulan
 S e h i n g g a permohonan PKPU tersebut td iak
dapat dikabulkan karena dapat dibuktikan
mengenai eksistensi utang tersebut dimana
PT. Faro bukan merupakan debitur karena
utang tersebut timbul karena perjanjian yang
dilakukan oleh Hani untuk kepentingannya
pribadi tanpa diketahui oleh komisaris serta
direksi Sehingga atas utang tersebut
lain. Hani
merupakan tanggungjawab secara
pribadi.

Anda mungkin juga menyukai