Pendahuluan
Lembaga Hukum Kepailitan adalah salah satu
sarana Hukum, yang tujuannya untuk menyelesaikan
sengketa Hutang Piutang.
Lembaga Hukum Kepailitan ini sebagai realisasi
apa yang dikehendaki dalam Pasal 1131, 1132 KUH
Perdata, apabila si Debitor dalam keadaan berhenti
membayar hutangnya.
Dasar Hukum:
Faillissements-verordening,
Staatsblad
1905:217
juncto Staatsblad 1906:348
PERPU No.1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang Kepailitan dan PKPU
Undang Undang No. 4 Tahun 1998
Undang-undang No. 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang
Kepailitan adalah Sita Umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengawasan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan
Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Kepailitan (UUK)
Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih krediturnya (Pasal 2 ayat (1) Undang undang
No. 37 Tahun 2004).
Tugas Pokok
Kurator
Melakukan
pengurusan
dan/atau
pemberesan Harta Pailit. (pasal 69 Undangundang No. 37 Tahun 2004).
Kurator harus bertanggung jawab penuh
dalam melaksanakan tugas pengurusan
dan/atau pemberesan harta pailit yang
berakibat merugikan boedel harta pailit.
(pasal 72 Undang-undang No. 37 Tahun
2004 , rambu-rambu bagi Kurator).
penanganan boedel Kepailitan dibagi
menjadi 2 (dua) kegiatan:
1. Tingkat Pengurusan.
2. Tingkat Pemberesan.
Membuat Pencatatan Harta Pailit (inventarisasi asset) paling lambat 2 (dua) hari setelah
menerima surat putusan pengangkatannya sebagai Kurator.
(Pasal 100 ayat 1 dan 2 Undang-undang No. 37 Tahun 2004, kecuali apa yang dimaksud dalam
Pasal 22 UUK).
Membuat daftar hutang pailit (daftar tagihan para Kreditur, dengan segala sifatnya yang
sementara diakui.
Membuat Daftar hutang pailit yang sementara dibantah oleh kurator, berikut alasannya.
Melaksanakan segala upaya hukum untuk mengamankan harta pailit, menyimpan semua surat,
dokumen, uang, perhiasan, efek dan surat-surat berharga lainnya (Pasal 98 Undang-undang No.
37 Tahun 2004).
Apabila Debitur Pailit adalah suatu perusahaan, untuk kepentingan harta pailit, maka dengan
persetujuan panitia kreditur (jika diangkat panitia kreditur atau persetujuan Hakim Pengawas jika
tidak diangkat panitia kreditur) dapat melanjutkan jalannya usaha debitur (Pasal 104 UUK).
Kreditur Sparatis.
Kreditur yang mempunyai hutang piutang dengan ikatan tertentu, hak
mereka tetap dijamin seolah-olah tidak terjadi kepailitan.
Contoh : Pemegang Gadai, Jaminan Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek
dan Hak Agunan atas Kebendaan lainnya
Kreditur Istimewa (Preferent).
adalah kreditur yang mempunyai Hak untuk didahulukan pembayaran
piutangnya dari kreditur lainnya, semata-mata berdasarkan sifat
piutangnya. Contoh: Upah Buruh Pasal 27 PP. No.8 Tahun 1981 yang
berbunyi: Dalam Hal pengusaha dinyatakan pailit, maka Upah Buruh
merupakan hutang yang didahulukan pembayarannya, Biaya Perkara,
Pajak Negara, Pemegang Hak Retensi, Honorarium, Konsultan, Tenaga
ahli dan lain-lain.
Kreditur Bersaing (Konkurent).
adalah Kreditur Biasa yang piutangnya tidak didijamin/tanpa adanya
ikatan tertentu, dan kelompok ini akan memperoleh pembayaran
piutangnya menurut perimbangan besar kecilnya piutang. Contohnya:
Untuk kreditur separatis apabila dari hasil penjualan barang jaminan
tidak mencukupi pembayaran piutangnya, mereka bisa tambil sebagai
kreditur konkurent.
untuk
memasuki rumah, tempat kediaman, kantor ataupun bangunanbangunan yang merupakan harta pailit atau tempat penyimpanan
harta pailit. Dimana Debitur Pailit ataupun kuasa hukumnya
mengancam untuk melaporkan, bahwa kurator melakukan tindak
pidana
memasuki
pekarangan
secara
melawan
hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 KUHP;
Mendapat ancaman kekerasan dari debitor pailit ataupun orangorang suruhannya ataupun para karyawan;
Debitor tidak kooperatif dengan tidak menyerahkan surat-surat,
data ataupun dokumen-dokumen perihal harta pailit.
Dilaporkan oleh debitor pailit ataupun kuasa hukumnya, bahwa
kurator telah melakukan tindak pidana penggelapan dengan
menjual harta pailit tanpa persetujuan terlebih dahulu dari debitor
pailit;
Dilaporkan oleh debitor pailit ataupun kuasa hukumnya, bahwa
kurator telah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik,
dimana kurator telah membuat pengumuman di media massa
harian perihal keadaan pailitnya si debitor;
Pelaksanaannya
2. Tahap Pengurusan
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Harta Peninggalan Jakarta berpedoman pada Undangundang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Tahapan dan langkah-langkah dalam proses pengurusan adalah:
1.
Pada tanggal 17 Nopember 2005 berdasarkan surat Direktur PT. Prakarsa Betung Meruo
Senami Nomor: 142/PBMS/XI/2005 tanggal 16 Nopember 2005 Balai Harta Peninggalan
Jakarta selaku Kurator memohon ketetapan untuk meneruskan Izin Usaha atas Nama PT.
Prakarsa Betung Meruo Senami (dalam keadaan pailit) pada Hakim Pengawas.
2.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator melaksanakan penyegelan/pengamanan
terhadap harta pailit dengan Surat Pemberitahun kepada Direktur PT.Prakarsa Betung
Meruo Senami dengan Nomor W7.Ca-HT.04-14-155 tanggal 30 Nopember 2005.
3.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator melaksanakan mengadakan pencatatan atas
harta si pailit. Pencatatan harta tersebut dilaksanakan pada tanggal 15 Nopember 2005 di
Kantor terpailit Gedung Menara Saidah Lt. 6 Jalan MT. Haryono Kav 29-30 Jakarta..
4.
Hakim Pengawas menetapkan ketentuan penyelenggaraan rapat kreditur, batas akhir
pengajuan dan verivikasi pajak, menunjuk surat kabar warta Ekonomi dan harian Terbit
serta Berita Negara RI untuk mengumumkan tentang kepailitan.
5.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator mengumumkan adanya pailit tersebut
dalam Harian Terbit dan Harian Ekonomi Neraca tanggal 16 Nopember 2005 dan dalam
Berita Negara RI.
6.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator telah memanggil melalui pengumuman
koran tersebut di atas dan melalui surat via pos untuk melaksanakan pendaftaran tagihan.
7.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator membuat daftar Kreditur dam besarnya
piutang. Berdasarkan Laporan yang disampaikan kepada Hakim Pengawas, jumlah hutang
terpailit kepada kreditur sebanyak kurang lebih 33 kreditur berjumlah
Rp.
7.341.035.648,30 atau US $ 712.030,62.
3. Tahap Pemberesan/Penyelesaian
1.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator Melaporkan kegiatan pada tahap
pengurusan kepada Hakim Pengawas dihadapan para kreditur pada Rapat rapat kreditur
pertama tanggal 28 Nopember 2005.
2.
Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator pada Rapat verifikasi tanggal 12 Januari
2006 melaporkan jumlah kreditur yang telah diverifikasi dan untuk sementara diakui
berjumlah 24 Kreditur dan kreditur yang untuk sementara dibantah adalah 2 kreditur.
Dalam Rapat Verifikasi ini, Debitor (terpailit) ingin menyampaikan rencana perdamaian
(akord) untuk mengakhiri kepailitan, sesuai dengan surat tanggal 5 Januari 2006.
3.
Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator Dengan surat No. W7.Ca.HT.05.14.06
tanggal 7 Pebruari 2006, melaporkan kepada Hakim Pengawas mengenai Kreditur yang
diakui dan disyahkan pada rapat Verifikasi tanggal 12 Januari 2006 adalah sebayak 24
Kreditor. Dalam surat tersebut dilaporkan pula tentang draf rencana perdamaian dan
usulan Kurator bila terjadi perdamaian.
4.
5.
Pada tanggal 21 Pebruari 2006 Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menetapkan tarif Kurator.
6.
Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator Dengan surat No. W7.AH.06.06-45 tangal 2
Juni memohon penggantian Hakim Pengawas kepada Ketua Pengadilan Negeri/Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat Hakim Pengawas yang lama telah dipindah tugaskan, sehingga terjadi
kekosongan Hakim Pengawas yang berdampak pada tertundanya tahap laporan
Pertanggungjawaban Kurator kepada Debitur dalam penyelesaian Kepailan PT. Prakarsa
Betung Meruo.
(Lanjutan)
7.Setelah Hakim Pengawas baru ditunjuk, Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator