Anda di halaman 1dari 17

OLEH:

TAMSIR CHALIK, S.H.


Disampaikan Pada
Pendidikan dan Pelatihan Kurator
Tahun 2012

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI


Kantor Wilayah DKI Jakarta
Balai Harta Peninggalan Jakarta

Pendahuluan
Lembaga Hukum Kepailitan adalah salah satu
sarana Hukum, yang tujuannya untuk menyelesaikan
sengketa Hutang Piutang.
Lembaga Hukum Kepailitan ini sebagai realisasi
apa yang dikehendaki dalam Pasal 1131, 1132 KUH
Perdata, apabila si Debitor dalam keadaan berhenti
membayar hutangnya.
Dasar Hukum:
Faillissements-verordening,
Staatsblad
1905:217
juncto Staatsblad 1906:348
PERPU No.1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang Kepailitan dan PKPU
Undang Undang No. 4 Tahun 1998
Undang-undang No. 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 37 Tahun 2004:

Kepailitan adalah Sita Umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengawasan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan
Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Kepailitan (UUK)

Syarat dinyatakan Pailit:

Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih krediturnya (Pasal 2 ayat (1) Undang undang
No. 37 Tahun 2004).

Di dalam pasal 24 ayat (1) Undang-undang No.37 Tahun


2004 disyaratkan bahwa:
Sejak dinyatakannya Pailit si Debitur tadi demi hukum kehilangan haknya
untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta
pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
Ini berarti bahwa sejak saat itu pula hak menguasai dan hak untuk mengurus
harta kekayaan si debitur pailit beralih pada Kurator, (ini yang disebut putusan
pernyataan pailit adalah putusan serta merta, yang berarti juga dengan segala
akibat hukum).

Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Kepailitan:


Pengadilan Niaga
:
Adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum.
Hakim Pengawas
:
Adalah Hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam putusan pailit atau putusan
penundaan kewajiban pembayaran utang.
Debitur :
Adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang
yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan
Kreditor :
Adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang
yang dapat ditagih di muka pengadilan.
Panitia Kreditor :
Adalah perwakilan para Kreditor yang berfungsi untuk mengawasi atau
memperjuangkan Hak dan Kewajiban Kreditur dalam suatu kepailitan. (ini kalau
dibentuk/dibutuhkan).
Kurator :
Balai Harta Peninggalan (BHP), atau orang perorangan yang telah terdaftar pada
Kementerian Hukum dan HAM RI, yang diangkat oleh Pengadilan untuk
mengurus dan membereskan harta Pailit, di bawah pengawasan Hakim
Pengawas, sesuai dengan Undang-undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Tugas Pokok
Kurator
Melakukan

pengurusan
dan/atau
pemberesan Harta Pailit. (pasal 69 Undangundang No. 37 Tahun 2004).
Kurator harus bertanggung jawab penuh
dalam melaksanakan tugas pengurusan
dan/atau pemberesan harta pailit yang
berakibat merugikan boedel harta pailit.
(pasal 72 Undang-undang No. 37 Tahun
2004 , rambu-rambu bagi Kurator).
penanganan boedel Kepailitan dibagi
menjadi 2 (dua) kegiatan:
1. Tingkat Pengurusan.
2. Tingkat Pemberesan.

Tugas Kurator dalam tingkat


Mengumumkan adanya Putusan Pernyataan Pailit dalam Lembar Berita Negara Republik
pengurusan:
Indonesia dan paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas
dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal putusan pernyataan pailit
diterima oleh Kurator dan Hakim Pengawas (Pasal 15 Ayat 4 Undang-undang No. 37 Tahun 2004).

Membuat Pencatatan Harta Pailit (inventarisasi asset) paling lambat 2 (dua) hari setelah
menerima surat putusan pengangkatannya sebagai Kurator.

(Pasal 100 ayat 1 dan 2 Undang-undang No. 37 Tahun 2004, kecuali apa yang dimaksud dalam
Pasal 22 UUK).

Memanggil para Kreditor pailit untuk mendaftarkan tagihan.

(Pasal 90 ayat 4 Undang-undang No. 37 Tahun 2004).

Membuat daftar hutang pailit (daftar tagihan para Kreditur, dengan segala sifatnya yang
sementara diakui.

(Pasal 102 Undang-undang No. 37 Tahun 2004).

Membuat Daftar hutang pailit yang sementara dibantah oleh kurator, berikut alasannya.

(Pasal 117 Undang-undang No. 37 Tahun 2004).

Melaksanakan segala upaya hukum untuk mengamankan harta pailit, menyimpan semua surat,
dokumen, uang, perhiasan, efek dan surat-surat berharga lainnya (Pasal 98 Undang-undang No.
37 Tahun 2004).

Apabila Debitur Pailit adalah suatu perusahaan, untuk kepentingan harta pailit, maka dengan
persetujuan panitia kreditur (jika diangkat panitia kreditur atau persetujuan Hakim Pengawas jika
tidak diangkat panitia kreditur) dapat melanjutkan jalannya usaha debitur (Pasal 104 UUK).

Tugas Kurator dalam Tingkat


pemberesan
Membuat daftar tagihan para Kreditur, maupun sifatnya,
yang diakui dan disahkan pada rapat verifikasi.
Melaksanakan penjualan harta kekayaan pailit apakah

secara lelang umum, atau dibawah tangan dengan ijin


Hakim Pengawas, setelah terlebih dahulu ditaksir oleh
Tim Penilai (appraisal).
Melaksanakan pembayaran kepada para kreditur sesuai

dengan sifat tagihannya.


Memberikan perhitungan dan pertanggung jawaban

mengenai pengurusan/pemberesan yang dilakukannya


kepada hakim pengawas setelah berakhirnya kepailitan.
(Pasal 202 ayat 3 Undang-undang No.37 Tahun 2004).

Upaya-upaya Hukum Kurator:


Dalam Pasal 41 Undang-undang No. 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang dinyatakan sebagai berikut:
1.Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan
dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan
hukum Debitor yang telah dinyatakan pailit yang
merugikan kepentingan Kreditor, yang dilakukan
sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
2.Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan
bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan,
Debitor dan pihak dengan siapa perbuatan hukum
tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut
akan mengakibatkan kerugian bagi Kreditor.

Tingkatan Kreditur Dalam Kepailitan

Kreditur Sparatis.
Kreditur yang mempunyai hutang piutang dengan ikatan tertentu, hak
mereka tetap dijamin seolah-olah tidak terjadi kepailitan.
Contoh : Pemegang Gadai, Jaminan Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek
dan Hak Agunan atas Kebendaan lainnya
Kreditur Istimewa (Preferent).
adalah kreditur yang mempunyai Hak untuk didahulukan pembayaran
piutangnya dari kreditur lainnya, semata-mata berdasarkan sifat
piutangnya. Contoh: Upah Buruh Pasal 27 PP. No.8 Tahun 1981 yang
berbunyi: Dalam Hal pengusaha dinyatakan pailit, maka Upah Buruh
merupakan hutang yang didahulukan pembayarannya, Biaya Perkara,
Pajak Negara, Pemegang Hak Retensi, Honorarium, Konsultan, Tenaga
ahli dan lain-lain.
Kreditur Bersaing (Konkurent).
adalah Kreditur Biasa yang piutangnya tidak didijamin/tanpa adanya
ikatan tertentu, dan kelompok ini akan memperoleh pembayaran
piutangnya menurut perimbangan besar kecilnya piutang. Contohnya:
Untuk kreditur separatis apabila dari hasil penjualan barang jaminan
tidak mencukupi pembayaran piutangnya, mereka bisa tambil sebagai
kreditur konkurent.

Hambatan-hambatan Kurator Dalam


Tidak diijinkan oleh Debitur Pailit ataupun dihalang-halangi
Praktek

untuk
memasuki rumah, tempat kediaman, kantor ataupun bangunanbangunan yang merupakan harta pailit atau tempat penyimpanan
harta pailit. Dimana Debitur Pailit ataupun kuasa hukumnya
mengancam untuk melaporkan, bahwa kurator melakukan tindak
pidana
memasuki
pekarangan
secara
melawan
hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 KUHP;
Mendapat ancaman kekerasan dari debitor pailit ataupun orangorang suruhannya ataupun para karyawan;
Debitor tidak kooperatif dengan tidak menyerahkan surat-surat,
data ataupun dokumen-dokumen perihal harta pailit.
Dilaporkan oleh debitor pailit ataupun kuasa hukumnya, bahwa
kurator telah melakukan tindak pidana penggelapan dengan
menjual harta pailit tanpa persetujuan terlebih dahulu dari debitor
pailit;
Dilaporkan oleh debitor pailit ataupun kuasa hukumnya, bahwa
kurator telah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik,
dimana kurator telah membuat pengumuman di media massa
harian perihal keadaan pailitnya si debitor;

tools atau perangkat untuk


memperlancar tugas Kurator
Dalam hal meghadapi debitor pailit yang tidak

kooperatif dengan menerapkan ketentuan-ketentuan


dalam pasal-pasal 211, 212, 213, 214 dan 216 KUHP
Dalanm hal debitor pailit yang menolak untuk
memberikan data atau dokumen-dokumen perihal
pailit, ataupun adanya kreditor fiktif ataupun
transaksi-transaksi fiktif, sebagaimana disediakan
dalam Pasal 396, 397, 398, 399 dam 400 KUHP.
Jika kurator dalam menjalankan tugas dapat dengan
efektif melakukan enforcement atas ketentuanketentuan pidana di atas, niscaya akan semakin
sedikit dijumpai debitor pailit yang tidak koorperatif
maupun debitor pailit yang dengan akal-akalan
menciptalan
transaksi-transaksi
fiktif
ataupun
kreditor-kreditor fiktif untuk kepentingan sendiri dan
merugikan kepentingan para kreditor.

Peraturan yang berkaitan


dengan Kepailitan
Undang-undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang


Kitap Undang-undang Hukum Perdata.
Kitap Undang-undang Hukum Dagang.
Undang-undang Perseroan Terbatas
Undang-undang Pasar Modal.
Undang-undang Hak Tanggungan.
Undang-undang Tentang Hak Tanggungan.
Undang-undang dan Peraturan Perburuhan.
Undang-undang Perbankan.
Undang-undang Perpajakan dan Peraturan

Pelaksanaannya

Studi Kasus Kepailitan PT.


Prakarsa Betung Meruo
1. Pernyataan Pailit Senami
PT. Prakarsa Betung Meruo Senami berkedudukan di Jakarta, berkantor

di Jalan Batu Nomor 7 Merdeka Timur, Gambir Jakarta Pusat,


dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat berdasarkan Putusan No.25/PAILIT/ 2005/PN.NIAGA.
JKT.PST. pada tanggal 21 Oktober 2005.
Berdasarkan Putusan tersebut PT. Prakarsa Meruo Betung Senami
selaku Termohon Pailit mengajukan Kasasi Permohonan kasasi
kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 28 Oktober
2005. Dan Kontra Memori Kasasi juga telah diajukan oleh PT. Sinar
Surya Graha Persada selaku Pemohon Pailit kepada Mahkamah
Agung Republik Indonesia melalui Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 10 Nopember 2005.

2. Tahap Pengurusan
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Harta Peninggalan Jakarta berpedoman pada Undangundang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Tahapan dan langkah-langkah dalam proses pengurusan adalah:
1.
Pada tanggal 17 Nopember 2005 berdasarkan surat Direktur PT. Prakarsa Betung Meruo
Senami Nomor: 142/PBMS/XI/2005 tanggal 16 Nopember 2005 Balai Harta Peninggalan
Jakarta selaku Kurator memohon ketetapan untuk meneruskan Izin Usaha atas Nama PT.
Prakarsa Betung Meruo Senami (dalam keadaan pailit) pada Hakim Pengawas.
2.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator melaksanakan penyegelan/pengamanan
terhadap harta pailit dengan Surat Pemberitahun kepada Direktur PT.Prakarsa Betung
Meruo Senami dengan Nomor W7.Ca-HT.04-14-155 tanggal 30 Nopember 2005.
3.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator melaksanakan mengadakan pencatatan atas
harta si pailit. Pencatatan harta tersebut dilaksanakan pada tanggal 15 Nopember 2005 di
Kantor terpailit Gedung Menara Saidah Lt. 6 Jalan MT. Haryono Kav 29-30 Jakarta..
4.
Hakim Pengawas menetapkan ketentuan penyelenggaraan rapat kreditur, batas akhir
pengajuan dan verivikasi pajak, menunjuk surat kabar warta Ekonomi dan harian Terbit
serta Berita Negara RI untuk mengumumkan tentang kepailitan.
5.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator mengumumkan adanya pailit tersebut
dalam Harian Terbit dan Harian Ekonomi Neraca tanggal 16 Nopember 2005 dan dalam
Berita Negara RI.
6.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator telah memanggil melalui pengumuman
koran tersebut di atas dan melalui surat via pos untuk melaksanakan pendaftaran tagihan.
7.
Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator membuat daftar Kreditur dam besarnya
piutang. Berdasarkan Laporan yang disampaikan kepada Hakim Pengawas, jumlah hutang
terpailit kepada kreditur sebanyak kurang lebih 33 kreditur berjumlah
Rp.
7.341.035.648,30 atau US $ 712.030,62.

3. Tahap Pemberesan/Penyelesaian
1.

Balai Harta Peninggalan Jakarta selaku Kurator Melaporkan kegiatan pada tahap
pengurusan kepada Hakim Pengawas dihadapan para kreditur pada Rapat rapat kreditur
pertama tanggal 28 Nopember 2005.

2.

Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator pada Rapat verifikasi tanggal 12 Januari
2006 melaporkan jumlah kreditur yang telah diverifikasi dan untuk sementara diakui
berjumlah 24 Kreditur dan kreditur yang untuk sementara dibantah adalah 2 kreditur.
Dalam Rapat Verifikasi ini, Debitor (terpailit) ingin menyampaikan rencana perdamaian
(akord) untuk mengakhiri kepailitan, sesuai dengan surat tanggal 5 Januari 2006.

3.

Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator Dengan surat No. W7.Ca.HT.05.14.06
tanggal 7 Pebruari 2006, melaporkan kepada Hakim Pengawas mengenai Kreditur yang
diakui dan disyahkan pada rapat Verifikasi tanggal 12 Januari 2006 adalah sebayak 24
Kreditor. Dalam surat tersebut dilaporkan pula tentang draf rencana perdamaian dan
usulan Kurator bila terjadi perdamaian.

4.

Pada tanggal 15 Pebruari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menetapkan pengesahan


Perjanjian Perdamaian tanggal 8 Pebruari 2006.

5.

Pada tanggal 21 Pebruari 2006 Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menetapkan tarif Kurator.

6.

Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator Dengan surat No. W7.AH.06.06-45 tangal 2
Juni memohon penggantian Hakim Pengawas kepada Ketua Pengadilan Negeri/Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat Hakim Pengawas yang lama telah dipindah tugaskan, sehingga terjadi
kekosongan Hakim Pengawas yang berdampak pada tertundanya tahap laporan
Pertanggungjawaban Kurator kepada Debitur dalam penyelesaian Kepailan PT. Prakarsa
Betung Meruo.

(Lanjutan)
7.Setelah Hakim Pengawas baru ditunjuk, Balai Harta Peningalan Jakarta Selaku Kurator

Dengan surat Nomor: W7.AH.06.06-47 pada tangal 28 Juli 2008


melaporkan
Pertanggungjawaban Kurator kepada Hakim Pengawas tentang Proses Kepailitan.
8.Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan Penetapan Nomor 25/PAILIT/2005/PN.NIAGA Jo
Nomor: 030K/N/2005 pada tanggal 28 Juli 2008 menetapkan Kepailitan telah berakhir.
9.Balai Harta Peninggalan selaku Kurator mengumumkan berakhinya kepailitan tersebut
di Harian Neraca dan Harian Terbit serta dalam Berita Negara.
10.Dengan dikeluarkan Penetapan Nomor 25/PILIT/2005/PN.NIAGA.JKT.PST Jo Nomor:
030/K/N pada tanggal 28 Juli 2008 tersebut, maka Kepailitan PT. PRAKARSA BETUNG
MERUO SENAMI telah berakhir.

Balai Harta Peninggalan selaku Kurator Pemerintah mempunyai

hak dan kedudukan yang sama dengan Kurator Swasta. Bahkan


Balai Harta Peninggalan mempunyai pengalaman yang lebih
banyak dibandingkan dengan kurtor swasta, karena sebelum ada
Kurator swasta, semua kasus kepailitan ditangani oleh Balai
Harta Peninggalan.
Dari langkah-langkah yang dilakukan oleh Blaai Harta
Peninggalan Jakarta dalam pelaksanaan tugasnya sebagai
Kurator dalam Kepailitan PT. Prakarsa Betung Meruo Senami,
terdapat beberapa kendala yang dihadapai. Kendala tersebut
antara lain:

1. Terlambatnya pengiriman salinan keputusan pernyataan


pailit dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, sehingga
menghambat proses pengurusan harta pailit.
2. Terjadi Kekosongan Hakim Pengawas karena dipindah
tugaskan.
3. Lamanya penggantian Hakim Pengawas menyebabkan
penyelesaian Kepailitan PT. Prakarsa Betung Meruo
Senami terkatung-katung.

Anda mungkin juga menyukai