Anda di halaman 1dari 2

LEGAL OPINION KASUS PERSERO PASIF DAN PERBUATAN MELAWAN

HUKUM (PMH)
1. Posisi Kasus
Ibu Sasliani adalah seorang Direktur di sebuah perusahaan berbentuk CV (commanditaire
venootschap) atau Persekutuan Komanditer yang Bernama perusahaan “CV Laju Sadayung”
dan Bapak Firmansyah adalah seorang Laki-laki yang bertindak sebagai penyerta modal
dalam perusahaan tersebut. Pada beberapa waktu yang lalu perusahaan yang dinaungi oleh
ibu A dan bapak B ditunjuk oleh saudara Ramli Kasulu dengan cara menggunakan nama
perusahaan berbentuk CV tersebut untuk keperluan kelancaran proyek proyek Pembangunan
Bangunan Penangkap Mata Air Kapastitas 4 lt/dtk Desa Bunobogu Selatan dan Desa
Bunobogu Kecamatan Bunobogu, dalam hal ini terdapat beberapa dugaan tindak pidana
dalam proses Pembangunan Pembangunan Bangunan Penangkap Mata Air Kapasitas 4lt/dtk
yang terletak di Desa Bunobogu Selatan, dengan ditemukannya fakta hukum bahwa
dokumen-dokumen terkait pelaksanaan proyek yang tidak sah secara hukum karena diduga
dipalsukan oleh pihak-pihak tertentu serta Tindakan pelanggaran/kejahatan lainnya yang
telah diuraikan dalam BAP terhadap kasus aquo.

2. Dasar Hukum

a. Pasal 19 KUHD
b. Pasal 20 KUHD
c. Pasal 21 KUHD

3. Analisa Kasus

a. Apakah bisa ibu Sasliani dimintakan Pertanggungjawabannya dalam kasus ini?


Berdasarkan BAP yang dibuat oleh tim CKN Lokodidi, diketahui fakta hukum bahwa
berdasarkan dokumen pendirian perusahaan CV LAJU SEDAYUNG legal standing dari ibu
Sasliani adalah sebagai seorang Direktur dari perusahaan tersebut, atau dalam konsep
perusahaan komanditer (CV) dapat disebut dengan “Sekutu Aktif”. Terkait dengan konsep
pertanggungjawaban sekutu aktif dalam model Perusahaan Komanditer dapat menyangkut
sampai kepada harta pribadinya dikarenakan Persekutuan Komanditer disini bukan termasuk
badan hukum sehingga tidak ada pemisahan kekayaan antara pemilik dengan kekayaan
perusahaan.
Direktur merupakan sekutu aktif yang bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan
termasuk perjanjian yang dilakukan dengan pihak ke-3. Apabila terdapat kerugian, maka
direktur dapat dimintakan pertanggung jawaban tidak terbatas sampai pada harta pribadinya.
Hal ini karena CV bukan termasuk badan hukum sehingga tidak ada pemisahan kekayaan
perusahaan dengan harta pribadi. Berdasarkan pasal 1644 KUH Perdata, tanggung jawab
sekutu dalam membuat perjanjian dengan pihak ketiga adalah merupakan tanggung jawab
dari sekutu yang membuat perikatan tersebut, dan apabila ada kerugian sekutu tersebut
bertanggungjawab secara pribadi, kecuali sekutu tersebut mendapatkan kuasa dari sekutu lain
untuk melakukan tindakan tersebut.
Dalam hubungan dengan pihak ketiga ini, sekutu pelaku dipandang semata-mata sebagai
perbuatan pribadi dari sekutu pelaku. Dari perbuatan perhubungan dengan pihak ketiga dari
seorang sekutu pelaku tidaklah menimbulkan ikatan antara pihak ketiga dengan sekutu
pelaku, kecuali dalam 2 (dua) hal, yaitu:
a) Manakala perbuatan yang dilakukan oleh sekutu pelaku itu didasarkan atas kuasa
sekutu non pelaku, atau
b) Perbuatan yang dilakukan oleh sekutu pelaku itu mendatangkan manfaat bagi
persekutuan.

b. Perbedaan Pemalsuan Dokumen dan Dokumen Palsu


Pasal 263
(1) Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu
hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh
dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan
atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak
dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum
karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.
(2) Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barangsiapa dengan sengaja menggunakan
surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal
mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian. (K.U.H.P. 35, 52, 64-2, 276, 277,
416, 417, 486).

Anda mungkin juga menyukai