Pertemuan #1
Selasa, 29 Agustus 2017
Komponen Penilaian:
Kehadiran 5%, Tugas 15%, UTS 40%, UAS 40%
Soal selalu tentang Kasus
Hukum Perikatan adalah apa yang ada di buku ketiga KUHPer Bab 1 – Bab 4
1. Hapusnya Perikatan diatur dalam Pasal 1380 – 1381 KUHPer, dari pembayaran sampai
daluarsa
1. Aneka Perjanjian: Jual Beli dan PPJB, karena 2 hal ini adalah bentuk perjanjian yang paling
sering ditemukan.
2. Kuasa dan Kuasa Mutlak, serta beberapa bentuk kuasa lain seperti akta pembebanan kuasa
hipotik. Dalam UU Pelayaran: yang membuat akta otentik bukan notaris melainkan syahbandar.
Namun jika pihak yang ingin membebankan ingin menguasakan, harus ke notaris.
Pasal 1319 KUHPer: Perjanjian bernama ataupun tidak bernama, tunduk pada ketentuan
umum.
Actio Pauliana sering dibentrokkan dengan Asas Pacta Sunt Servanda (Kepastian Hukum
untuk Itikad Baik)
Ada suami istri menjual asset kepada pihak ke-3. Baru belakangan diketahui bahwa istri ybs
adalah istri yang kedua. Sedangkan asset tsb adalah harta bersama sang suami dengan istri
pertama. Notaris membuat AJB tanpa mengetahui hal tsb. Setelah asset dijual, istri pertama
meninggal, ahli waris istri pertama menuntut agar transaksi tersebut dibatalkan. Dalam hal ini,
pihak ke-3 beritikad baik dan transaksipun dilakukan di hadapan PPAT. Pihak ke-3 harus
dilindungi karena beritikad baik. Ahli waris yang dilindungi oleh actio pauliana dapat
memintakan batal atas transaksi suami & istri kedua dengan pihak ke-3. Pihak ke-3 dapat
memintakan ganti rugi kepada suami istri yang menjual tadi. Namun seringnya, putusan hakim
akan melindungi pihak ke-3.
Kasus Bank Mega. A masuk penjara atas laporan Pembeli. A dipaksa mengalihkan
asetnya ketika ia sedang berada di penjara, Pembeli berjanji bahwa gugatan A akan
dicabut.
2. Psikologis
a. salah satu pihak menyalahgunakan ketergantungan relatif, seperti hubungan
kepercayaan istimewa antara orang tua dan anak, suami, isteri, dokter pasien, pendeta
jemaat;
b. salah satu pihak menyalahgunakan keadaan jiwa yang istimewa dari pihak lawan, seperti
adanya gangguan jiwa, tidak berpengalaman, gegabah, kurang pengetahuan, kondisi
badan yang tidak baik, dan sebagainya;
Posisi tawar yang tidak berimbang dapat menjadikan salah satu pihak dalam keadaan terpaksa
saat menutup perjanjian. Lebih lanjut, J. Satrio (2001 : 317-318) mengemukakan beberapa
faktor yang dapat dianggap sebagai ciri penyalahgunaan keadaan, yaitu :
Pasal 1338 ayat (2) Perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik
Di dalam buku ke II, itikad baik harus dianggap selalu ada. Bila ada itikad buruk, maka harus
dibuktikan terlebih dahulu.
PPJB
“Apabila pihak pertama tidak melakukan pembayaran uang muka 3x, maka perjanjian batal
demi hukum.”
Pasal 1266 ayat (1) jangan dikesampingkan. Itu sebuah mandatory.
Pasal 1314 KUHPerdata: perjanjian dengan beban (timbal balik), dan perjanjian tanpa beban
(sepihak)
Bentuk Wanprestasi:
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Terlambat memenuhi prestasi
3. Prestasi tidak sempurna/Memenuhi prestasi tapi tidak seperti yang ditentukan dalam
perjanjian
4. Melakukan hal yang tidak boleh
*kasus
perjanjian dalam waktu 2 bulan. Debitur bilang 1 bulan pertama ia menolak melakukan prestasi.
Apakah ini wanprestasi? Karena masih ada 1 bulan sisa lagi jw perjanjiannya.
Doktrin Iya, karena apabila debitor jelas2 menolak artinya ia tidak mau melakukan
perjanjian.
Debitur tidak melaksanakan kewajiban, kreditur tidak mensomasi maka Kreditur dianggap
telah melepaskan haknya.
Dengan demikian, Somasi adalah sesuatu yang harus dilakukan. Somasi dulu untuk mengatakan
seseorang lalai.
Pemenuhan Perjanjian:
1. Oleh Debitur
2. Oleh Kreditur Parate Eksekusi (sudah diizinkan oleh akta)
Eksekusi Riil (harus dapat izin pengadilan, kemudian keluar Eksekutorial Title)
“Apabila si A tidak melakukan pembayaran, maka si B akan mengambil sendiri dokumen yang
sedang diurus” PARATE EKSEKUSI
Pasal 1382: Siapapun boleh melakukan pembayaran. Pihak ke-3 atas nama debitur boleh, pihak
ke-3 untuk kreditur boleh namanya Subrogasi.
PEMBATALAN PERJANJIAN
Pasal 1266
Pasal 1381 : Pembubaran Demi Hukum. Cth: pembayaran, yang tidak perlu intervensi
Pasal 1267 : Pembubaran Tidak Demi Hukum. Cth: harus dimintakan ke Pengadilan
Syarat Pembatalan
Perjanjian timbal balik
Wanprestasi: Debitur Lalai dan tidak ada force majeur
Diputuskan oleh hakim
“Akibatnya perjanjian dianggap tidak pernah ada, berlaku surut sampai saat timbulnya
perjanjian (Pasal 1265 KUHPerdata)”
*Kasus
Bagaimana apabila sudah ada pihak A yang melakukan prestasi, lalu perjanjian dibatalkan
karena pihak lain B lalai. Apakah pihak B dapat dimintai utang atas prestasi yang dilakukan A?
Tidak perlu B melakukan pembayaran Pasal terkait perikatan yang bersumber dari UU.
Prinsipnya, perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. (Pasal 1338 KUHPerdata)
Fungsi itikad baik ada 3, yaitu:
1. Fungsi menafsirkan: penafsiran perjanjian harus dilaksanakan berdasarkan prinsip itikad
baik.
2. Fungsi pelengkap: Apabila para pihak tidak mengatur, maka ketentuan itikad baik ini
yang berlaku. Diatur pada pasal 1339 KUHPerdata, suatu perjanjian tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk
segala sesuatu menurut kepatutan, kebiasaan, dan UU.
3. Fungsi mengenyampingkan: itikad baik bisa mengenyampingkan isi kontrak.
Unsur-unsur ganti rugi: Biaya, rugi, bunga [ga perlu dibahas lebih jauh ]
Yang biasanya ada di akta: Denda, jumlahnya lazimnya maksimal 5%. Pengaturan denda lebih
kepada supaya para pihak mau menaati dan menlaksanakan kontrak.
Hapusnya Perikatan
Perbedaan inti dari Subrogasi, Novasi, dan Cessie.
Kenapa Cessie perikatannya tidak hapus? Cessie pasti pembayaran utangnya tidak penuh,
sebagian: ada selisih. Selisihnya itu keuntungan si Pembeli. Cessie itu perjanjian accesoir (ada
perjanjian pokok yang menyebabkan perpindahan hak milik).
Apabila subrogasi: pembayarannya full. Perusahaan asuransi membayarkan klaim
tertanggungnya yang kapalnya ditabrak, bisa nuntut yang nabrak sejumlah klaim yang dia
bayarkan. Oleh karena ituperikatannya (sempat) hapus karena dibayar.
Cessie Jual Beli Piutang/penyerahan piutang/penyerahan hak tagih atas nama, dari kreditur
lama ke kreditur baru, debitur tau dengan pasti siapa krediturnya, harus dibuat dengan akta
Putusan pengadilan yang melibatkan Notaris seberapa jauh Notaris terlibat dalam isi akta.
Perbandingan dengan PJN Belanda (aspek tertentu)
Apa itu PPJB?
PPJB adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh calon penjual dan calon pembeli atas obyek
berupa suatu tanah/bangunan sebagai pengikatan awal sebelum para pihak membuat AJB di
hadapan PPAT.
Apa alasan para pihak membuat PPJB?
PPJB dibuat para pihak karena adanya syarat-syarat atau keadaan-keadaan yang harus
dilaksanakan terlebih dahulu oleh Para Pihak sebelum melakukan AJB di hadapan PPAT. Dengan
demikian PPJB tidak dapat disamakan dengan AJB yang merupakan bukti pengalihan hak atas
tanah/bangunan dari penjual kepada pembeli.
Biasanya karena ada syarat-syarat yang belum terpenuhi untuk dilakukan jual beli.
Misalnya: subjeknya berbeda, tanah HM ingin dimiliki oleh Badan Hukum. Karena Badan Hukum
tidak boleh memiliki HM, maka terlebih dahulu harus dilakukan pelepasan hak, kemudian
permohonan hak untuk HGB, yang boleh dimiliki oleh Badan Hukum.
PPJB untuk saham hanya untuk saham tertutup, dan harus dengan persetujuan RUPS.
Jika para pihak sudah menandatangani AJB, apakah PPJB otomatis berakhir?
Yes, logikanya otomatis berakhir.
Tapi pada praktek, terkadang tidak begitu. Ada kasusnya belum semua syarat-syarat PPJB
terpenuhi, tapi AJB sudah jadi. Misalnya di PPJB diperjanjikan akan dibentuk Badan Pengelola
untuk mengurus benda bersama dan bagian bersama. Lalu apartemennya sudah lunas, dan AJB
sudah dittd, tapi Badan Pengelola belum dibentuk, artinya PPJB belum berakhir.
Penyerahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak atas saham. Sehingga
setelah dibuat perjanjian jual beli, dibuat juga akta pemindahan ha katas saham (cessie).
Saham
PPJB AJB Akta Pemindahan Hak (Akta Cessie)
Karena pada AJB Saham, belum terjadi peralihan hak milik
Untuk Bangunan, tidak perlu ada cessie. Kenapa? Karena AJB adalah saat terjadinya peralihan
hak yang melahirkan hak dan kewajiban.
Jaminan Hutang itu untuk menjamin pelunasan hutang, bukan untuk mengalihkan kepemilikan.
Itulah mengapa di UU selalu ada larangan bahwa barang ybs sedang berada di dalam jaminan
Perjanjian Pemberian Kuasa: ada perjanjian di antara para pihak, untuk bertindak atas nama
pemberi kuasa. Karena perjanjian, harus sesuai syarat2 perjanjian. Tidak boleh di dalam suatu
perjanjian di dalam perjanjian lainnya. Oleh karena ituharus terpisah dengan perjanjian lain.
Harus spesifik.
Lastgeving
Volmacht
Hanya saja dalam ilmu pengetahuan, dikenal Volmacht. Yang dilakukan oleh Notaris sekarang
Volamacht. Kuasa nya itu untuk mewakili, tidak terkait dengan perjanjian.
Kedua duanya gapapa. Misalnya dalam akta pembebanan fidusia, disertai dengan kuasa. Yang
dimaksud adalah kuasa, bukan perjanjian pemberi kuasa.
Apabila substitusi disebut namanya, maka jadi tanggung jawab penerima substitusi,
karena sudah jelas ada namanya di sana. Nah ketika ada namanya di sana, berarti dia
sudah percaya dan dianggap cakap yang disebut itu.
Apabila ga tunjuk nama, berarti tanggung jawab penerima kuasa, karena dia yang
menunjuk.
SK Umum tidak boleh untuk pengalihan pemilikan atau pembebanan utang jaminan.
Kuasa untuk menjaminkan atau pemilikan harus menggunakan SK Khusus.
- Bank Garansi, adalah bagian dari penanggungan hutang. Yang menanggung adalah bank
atau badan hukum
- Perjanjian garansi adalah perjanjian pokok yang berdiri sendiri, dan perjanjian
penanggungan adalah perjanjian asesoir. Misal: beli produk ada garansi, itu perjanjian
pokok.
- Apabila perjanjian hutang piutang nya hapus, sudah tidak ada lagi garansi
- Asas kepribadian: perjanjian hanya mengikat pada para pihak. Tapi di perjanjian garansi ada
pihak ketiga perjanjiannya berdiri sendiri, pihak ketiga akan melaksanakan kewajiban.
- Dalam hal terjadi kepailitan dan penjaminnya melepaskan hak istimewa, yang dipailitkan si
Debitur atau penjaminnya? Untuk permohonan pailit tidak bisa dua-duanya. Untuk gugatan
bisa, tergugat 1 dan tergugat 2. Tapi termohon pailit 1 dan termohon pailit 2 tidak ada.
Apabila penjamin(?) membebaskan hak istimewa, kewajiban debitur tidak hilang ia tetap
berutang, hanya saja si kreditur bisa langsung menagih pembayarannya kepada penjamin,
jadi tidak harus menagih ke debitur dulu. Apabila Kreditur menagih ke penjamin tp
penjamin tidak mampu atau tidak mau membayar, yang dipailitkan yang mana? Pada
prinsipnya ini tidak diatur dalam PUU, ini celah hukum, jadi bisa dilihat melalui putusan
pengadilan. Secara teoritis, sebetulnya bisa mempailitkan debitur maupun penjamin, tp
bukan berarti harus menagih ke penjamin. Hanya masalahnya apakah bisa dipailitkan
duaduanya secara bersamaan, atau harus memilih salah satu lebih dulu.
- Masalahnya apabila lgsg nagih ke penjamin lalu belum cukup, bisa gak mempailitkan debitur
nya lagi? Dengan alasan ya hutangnya belum dibayar lunas. Bisa gak? Bisa.
- Masalahnya apabila debiturnya di pailitkan, si penjaminnya punya hak gak untuk menagih
ke debitur? Punya.
- Antara penjamin dan kreditur, posisinya adalah sama-sama kreditur. Karena alasannya hak
subrogasi. Penjamin punya hak subrogasi atas apa yang dia bayarkan dan punya hak untuk
menagih ke debitur.
- Dan ketika si kreditur mempailitkan penjaminnya duluan, nah apabila menagih ke debitur,
posisi kreditur sama dengan penjamin.
- Jadi solusinya gimana?
GADAI
1. Pengertian Gadai
2. Obyek dan Subyek Gadais
3. Sifat dan Tujuan Gadai
4. Sahnya Gadai
5. Eksekusi Gadai
6. Hapusnya Gadai
7. Kasus-kasus terkait Gadai
Pengertian Gadai
Pasal 1150 KUHPerdata
Hak yang diperoleh seorang berpiutang (Kreditur) atas suatu benda bergerak yang diserahkan
kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada si Berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tsb secara
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk
melelang barang tsb dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang
itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Kesimpulannya:
1. Gadai adalah Perjanjian, karena ia adalah hak yang diberikan kepada seorang Kreditur.
2. Obyeknya apa? Barang bergerak, baik bergerak berwujud, bergerak tidak berwujud.
3. Muncul karena ada orang yang menyerahkannya (barang bergerak).
4. Yang menyerahkan Debitur, tapi belum tentu ia sendiri, karena bisa jadi orang lain atas
namanya.
5. Perjanjian itu lahir ketika barang diserahkan Perjanjian riil. Artinya kesepakatan saja tidak
cukup, perlu tindakan lain yaitu penyerahan barang (inbezitstelling. Kalo Levering itu bentuk
penyerahan). Konsekuensi, dalam akta yang dibuat harus ada kalimat, Pihak Pertama telah
menyerahkan suatu barang bergerak, dan Pihak Kedua telah menerima. Apabila Perjanjian
Konsensuil, cukup dinyatakan para pihak sudah sepakat.
6. Ketika perjanjian itu dibuat oleh para pihak, untuk sahnya harus merujuk pada Syarat Sah
Perjanjian (Pasal 1320).
7. Ketika sah mengikat, memberikan Hak yang Didahulukan (Hak Preferen).
2 Fungsi Kebendaan:
1. Memberikan kenikmatan bagi orang yang memilikinya (hak eigendom),
2. Dapat dijadikan jaminan terhadap pelunasan utang.
Jaminan Umum, menjadi segala tanggungan segala perikatan seseorang. Dibagi rata, kecuali
ada hak yang didahulukan: Gadai, Hipotik, dan Hak Istimewa.
Obyek
Benda bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud
Subyek
- Pemberi Gadai (Debitur, atau orang lain atas namanya)
- Penerima Gadai (Kreditur, Kreditur Pemegang Gadai)
*Dalam hal disepakati oleh para pihak, benda gadai dapat dipegang oleh pihak ketiga (Pasal
1152 ayat 1), maka pihak ketiga tsb disebut pihak ketiga pemegang gadai
Maka, terdapat 2 kemungkinan Debitur:
1. Debitur memberikan barangnya untuk menjamin hubungan hukum yang dilakukannya
sendiri Debitur Pemberi Gadai
2. Pihak ketiga memberikan barangnya untuk menjamin hubungan hukum yang dilakukan
Debitur Pihak Ketiga Pemberi Gadai
Kreditur juga ada 2 kemungkinan:
1. Kreditur ybs
2. Pihak Ketiga. Misalnya: ABC dan ABS bikin perjanjian, ABS menggadaikan mobilnya. Tapi
di kompleks perumahan ABC, ada aturan apabila parkir di pinggir jalan, langsung digerek
mobilnya, dan Pak ABC gak ada garasi. Tetap bisa dilakukan Gadai, oleh karena
itudiserahkan ke Bu Surini yang punya garasi.
Esensi inbezitstelling: penguasaan barang itu lepas dari Pemberi Gadai.
Hak yang lebih dahulu: Hak yang lebih kuat (yang lahir lebih dulu)
(prinsip Pak ABS )
Kapan terjadi?
Mobil yang digadaikan itu dijual. Jadi nanti pihak ketiga subrogasi, menagih ke Debitur.
Apabila obyek Gadai masih dikuasai oleh Pemberi Gadai Gadainya tidak sah.
PENGERTIAN FIDUSIA
Fides = Kepercayaan
Fidusia adalah perjanjian accesoir antara Debitur dan Kreditur Isinya penyerahan HM
secara kepercayaan atas benda-benda yang dijadikan jaminan, tetapi benda-benda tsb
secara fisik masih dikuasai Debitur, sebagai peminjam pakai Penyerahan secara
Constitutum Possesorium penyerahan dengan melanjutkan penguasaan atas benda-benda
yang dijadikan jaminan.
Konsepnya, awalnya ada penyerahan hak milik secara kepercayaan. Obyeknya tetap
dikuasai oleh Debitur, meskipun HM nya sudah diserahkan. Pada prinsipnya, Constitutum
Possesorium : HM nya beralih tanpa penyerahan bendanya. Misalnya nyerahin laptop, tapi
Debitur masih Makai laptopnya 1 bulan untuk bikin skripsi. Kreditur setuju. Jadi saat
pembayaran, HM nya sudah beralih. Jadi dilanjutkan dengan konsep “Pinjam Pakai”. Kenapa
pinjam? Karena HM nya sudah beralih kepada Kreditur. Jadi, Debiturnya sebagai Peminjam.
Satu-satunya yang ada ancaman pidananya. Karena apabila benda yang dijadikan fidusia
dialihkan, Debitur itu sudah tidak berhak karena itu secara HM sudah milik Kreditur.
Berlaku semua konsep hukum benda, termasuk ciri-cirinya: droit de suite (hak kebendaan
mengikuti dimanapun bendanya berada, hak jaminannya tidak hapus meskipun bendanya di
tangan orang lain), droit de preference.
Jadi antara Kreditur dengan pihak ketiga yang beritikad baik, posisinya kuat yang mana?
Misalnya A pengusaha konveksi, mesin jahitnya dijaminkan ke B, lalu A menjual mesin jahit
kepada C yang tidak tau apabila mesin jahit itu dijaminkan. Ketika A wanprestasi, siapa yang
lebih kuat? C sebagai Pembeli, atau B sebagai Pemegang Fidusia? Berdasarkan droit de
suite, harusnya si B sebagai Pemegang Jaminan Fidusia.
OBYEK FIDUSIA
Semula Benda Bergerak
Kemudian Benda tetap juga bisa
UU Rumah Susun No. 16/1985 Hak Pakai atas Tanah Negara dapat difidusiakan
Dengan berlakunya UUHT Hak Pakai pakai Hak Tanggungan
UUJF 42/1999 Benda bergerak dan Benda Tetap
ASAS-ASAS FIDUSIA
Benda Tetap
Menurut Sifatnya menyatu dengan tanah, tidak bisa dipindahkan.
Menurut Tujuannya sebetulnya dia bisa dipindahkan, tapi pemanfaatannya menyatu
dengan tanah. Misalnya mesin pabrik.
Menurut UU karena dia harus didaftar. Misalnya kapal laut. Meskipun secara sifat dia
bisa berpindah dari tempat ke tempat lain.
Eksekusi Jaminan
- Sebelum UUJF No. 42/1999, ada ketidakpastian sementara (karena tidak ada sertifikat
jaminan fidusia, tidak ada parate eksekusi).
- Dalam UUJF Pasal 30 Debitur (Pemberi Fidusia) wajib menyerahkan benda yang dijadikan
fidusia untuk pelaksanaan eksekusi. Dalam penjelasan Pasal 30, jika Debitur (Pemberi
Fidusia) tidak menyerahkan benda obyek fidusia, Kreditur (Penerima Fidusia) berhak
mengambil bila perlu dengan bantuan yang berwenang.
Kasus Fidusia
Di dalam kontraknya disebutkan, seandainya Debitur wanprestasi, Debitur memberikan izin
kepada Kreditur untuk mengeksekusi jaminan fidusia. Nah, belum diatur apabila seharusnya
diambilnya saat di rumah.
Hapusnya Fidusia