Anda di halaman 1dari 21

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan

Pertemuan #1
Selasa, 29 Agustus 2017

Oleh : Bapak Abdul Salam

Buku yang diperlukan:


1. KUHPerdata
2. Buku Subekti
3. Buku J. Satrio
4. Buku Halim Budiono
KOMPILASI HUKUM PERIKATAN

Komponen Penilaian:
Kehadiran 5%, Tugas 15%, UTS 40%, UAS 40%
Soal selalu tentang Kasus

“Jaminan khusus timbul karena adanya suatu perjanjian.”

Hukum Perikatan adalah apa yang ada di buku ketiga KUHPer Bab 1 – Bab 4

1. Apa itu Perikatan


2. Sumber Perikatan
3. Jenis-jenis Perjanjian

1. Syarat sah Perjanjian 1320 KUHPer


2. Batal dan Pembatalan 1321 – 1337 KUHPer
3. Prestasi dan Wanprestasi
4. Pembelaan Debitur yang dituduh wanprestasi
 beda nya dengan s1 adalah di sini dilatih untuk mengejawantahkan syarat dan batal ke
dalam akta Misalnya, ada Perkumpulan badan hukum : siapa yang berwenang melakukan
kesepakatan.

1. Hapusnya Perikatan diatur dalam Pasal 1380 – 1381 KUHPer, dari pembayaran sampai
daluarsa

1. Aneka Perjanjian: Jual Beli dan PPJB, karena 2 hal ini adalah bentuk perjanjian yang paling
sering ditemukan.
2. Kuasa dan Kuasa Mutlak, serta beberapa bentuk kuasa lain seperti akta pembebanan kuasa
hipotik. Dalam UU Pelayaran: yang membuat akta otentik bukan notaris melainkan syahbandar.
Namun jika pihak yang ingin membebankan ingin menguasakan, harus ke notaris.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 1


Konsekuensi hukum apabila ini dimasukkan atau tidak. Tugas dan fungsi civil law, notaris adalah
orang yang paham hukum, oleh karena itu dianggap sebagai pejabat negara, tapi tidak
diberikan upah oleh negara. Ketika klien datang, notaris harus memberikan pencerahan hukum,
suggestion diejawantahkan dalam bentuk akta.

1. Perjanjian Pinjam Meminjam


2. Perjanjian Kredit
 Perjanjian Pinjam Meminjam akan sering ditemukan dan korelasinya ke Perjanjian Kredit.

1. Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah dan Swasta


 Ada perjanjian yang tidak dikenal dalam KUHPerdata (Perjanjian Innominate, yang tidak ada
namanya) seperti leasing, lisensi, waralaba.
Setelah UTS
1. Pengertian Jaminan umum dan khusus
2. Perjanjian Perorangan dan Kebendaan
3. Gadai, Gadai Saham, Fidusia, Resi Gudang, Hipotik, Hak Tanggungan.
 Gadai tidak harus dalam bentuk akta otentik. Beda dg Fidusia: harus dengan Akta Fidusia
yang dibuat oleh Notaris dan didaftarkan, hanya Notaris yang dapat mengakses Fidusia online.
Akta fidusia simple namun implikasi hukumnya harus dipelajari.

Pasal 1319 KUHPer: Perjanjian bernama ataupun tidak bernama, tunduk pada ketentuan
umum.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 2


Pertemuan 3 dan 4
Selasa, 12 September 2017

Oleh : Bapak Akhmad Budi Cahyono

Actio Pauliana dan Penyalahgunaan Keadaan

 Actio Pauliana sering dibentrokkan dengan Asas Pacta Sunt Servanda (Kepastian Hukum
untuk Itikad Baik)

 Ada suami istri menjual asset kepada pihak ke-3. Baru belakangan diketahui bahwa istri ybs
adalah istri yang kedua. Sedangkan asset tsb adalah harta bersama sang suami dengan istri
pertama. Notaris membuat AJB tanpa mengetahui hal tsb. Setelah asset dijual, istri pertama
meninggal, ahli waris istri pertama menuntut agar transaksi tersebut dibatalkan. Dalam hal ini,
pihak ke-3 beritikad baik dan transaksipun dilakukan di hadapan PPAT. Pihak ke-3 harus
dilindungi karena beritikad baik. Ahli waris yang dilindungi oleh actio pauliana dapat
memintakan batal atas transaksi suami & istri kedua dengan pihak ke-3. Pihak ke-3 dapat
memintakan ganti rugi kepada suami istri yang menjual tadi. Namun seringnya, putusan hakim
akan melindungi pihak ke-3.

 Penyalahgunaan keadaan terbagi 2:


1. Ekonomi
Syaratnya  (1) Secara ekonomi ada pihak yang lebih unggul. (2) Dalam keadaan
terpaksa atau tertekan.
Keadaan terpaksa salah satunya dapat diketahui dengan melihat dari nilai kontraknya
apakah wajar atau tidak. Tapi tidak selalu begitu, bisa saja nilai kontraknya wajar namun
tetap ada unsur terpaksa atau karena tertekan.

Kasus Bank Mega. A masuk penjara atas laporan Pembeli. A dipaksa mengalihkan
asetnya ketika ia sedang berada di penjara, Pembeli berjanji bahwa gugatan A akan
dicabut.

2. Psikologis
a. salah satu pihak menyalahgunakan ketergantungan relatif, seperti hubungan
kepercayaan istimewa antara orang tua dan anak, suami, isteri, dokter pasien, pendeta
jemaat;
b. salah satu pihak menyalahgunakan keadaan jiwa yang istimewa dari pihak lawan, seperti
adanya gangguan jiwa, tidak berpengalaman, gegabah, kurang pengetahuan, kondisi
badan yang tidak baik, dan sebagainya;

Posisi tawar yang tidak berimbang dapat menjadikan salah satu pihak dalam keadaan terpaksa
saat menutup perjanjian. Lebih lanjut, J. Satrio (2001 : 317-318) mengemukakan beberapa
faktor yang dapat dianggap sebagai ciri penyalahgunaan keadaan, yaitu :

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 3


1) Adanya keadaaan ekonomis yang menekan, kesulitan keuangan yang mendesak, atau
2) Adanya hubungan atasan-bawahan, keunggulan ekonomis pada salah satu pihak,
hubungan majikan-buruh, orang tua/wali-anak belum dewasa ataupun
3) Adanya keadaan lain yang tidak menguntungkan, seperti pasien yang membutuhkan
pertolongan dokter ahli,
4) Perjanjian tersebut mengandung hubungan yang timpang dalam kewajiban timbal-balik
antara para pihak (prestasi yang tak seimbang), seperti pembebasan majikan dari
menanggung resiko dan menggesernya menjadi tanggungan buruh,
5) Kerugian yang sangat besar bagi salah satu pihak.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 4


Pertemuan #5
Selasa, 26 September 2017

Oleh : Bapak Abdul Salam

(Tidak) Terlaksananya Perjanjian

Perjanjian adalah apa yang dikehendaki dan disepakati para pihak.


Prestasi merupakan tujuan atas dibentuknya suatu perjanjian.

Berdasarkan Pasal 1234 KUHPerdata, yang dimaksud dengan Prestasi adalah:


1. Berbuat sesuatu
2. Tidak berbuat sesuatu
3. Menyerahkan sesuatu

Objek Perjanjian  Prestasi.


Ketika prestasi terpenuhi, maka perjanjian hapus.
Ketika prestasi terhambat, ada 2 kemungkinan:
- Wanprestasi: karena kesalahan atau kelalaian Debitur.
- Keadaan Memaksa: terjadi sesuatu di luar kehendak Debitur, Debitur terbebas dari
tanggung jawab.

Pasal 1338 ayat (2)  Perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik
Di dalam buku ke II, itikad baik harus dianggap selalu ada. Bila ada itikad buruk, maka harus
dibuktikan terlebih dahulu.

PPJB
“Apabila pihak pertama tidak melakukan pembayaran uang muka 3x, maka perjanjian batal
demi hukum.”
Pasal 1266 ayat (1) jangan dikesampingkan. Itu sebuah mandatory.

Pasal 1314 KUHPerdata: perjanjian dengan beban (timbal balik), dan perjanjian tanpa beban
(sepihak)

Bentuk Wanprestasi:
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Terlambat memenuhi prestasi
3. Prestasi tidak sempurna/Memenuhi prestasi tapi tidak seperti yang ditentukan dalam
perjanjian
4. Melakukan hal yang tidak boleh

“Apakah tidak memenuhi prestasi selalu dianggap Wan-Prestasi?”

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 5


Berdasarkan Pasal 1238 KUHPerdata, seorang Debitur ketika tidak melaksanakan kewajiban
hukumnya, ia tidak bisa disalahkan atas Wan-Prestasi. Harus dilihat terlebih dahulu fakta
hukumnya.
Misalnya utang piutang, apabila tidak diperjanjikan kapan waktu bayarnya, maka jalannya
adalah dengan memberikan jangka waktu yang cukup untuk pembayaran, setelah waktu tsb
terlampaui baru dapat dikatakan wanprestasi. Bila Debitur defense, Kreditur dapat mengatakan
bahwa ia punya hak.
1238  Wanprestasi langsung apabila Fatale Terminj (lewat waktu)
doktrin  perikatannya tidak berbuat sesuatu, lalu dia melakukan sesuatu dilarang maka
otomatis wanprestasi

*kasus
perjanjian dalam waktu 2 bulan. Debitur bilang 1 bulan pertama ia menolak melakukan prestasi.
Apakah ini wanprestasi? Karena masih ada 1 bulan sisa lagi jw perjanjiannya.
Doktrin  Iya, karena apabila debitor jelas2 menolak artinya ia tidak mau melakukan
perjanjian.

Tidak penuhi prestasi = apakah wanprestasi? (1238 KUHPerdata)


1. Ya = Langsung --- DEMI PERIKATANNYA SENDIRI
- Fatale Terminj
- Debitur Menolak
- Debitur Mengakui Wanprestasi
- Pemenuhan Prestasi Tidak Mungkin
- Pemenuhan Tidak Lagi Berarti
Cth: memberikan gaun pengantin lewat setelah tanggal nikah
- Debitur Melakukan Perbuatan yang Dilarang
2. Tidak = Tidak Langsung --- PERLU “PERNYATAAN LALAI”
- Dengan surat perintah (exploit juru sita)
- Dengan akta sejenis

Somasi adalah bentuk teguran tertulis untuk melakukan/tidak melakukan/menyerahkan


sesuatu dalam jangka waktu tertentu, dan diberikan konsekuensi. Tidak selalu untuk
wanprestasi, tapi somasi juga bisa untuk banyak hal misalnya pencemaran nama baik.
SOMASI 1238 KUHPerdata
- Apa masalahnya?
- Untuk siapa?
- Apa yang diminta?
- Jangka Waktu pemenuhan?
- Apa konsekuensi hukumnya?

Debitur tidak melaksanakan kewajiban, kreditur tidak mensomasi maka  Kreditur dianggap
telah melepaskan haknya.
Dengan demikian, Somasi adalah sesuatu yang harus dilakukan. Somasi dulu untuk mengatakan
seseorang lalai.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 6


Pasal 1243 KUHPerdata
Apabila Debitur tidak melaksanakan kewajibannya, maka Kreditur berhak untuk menuntut:
- Pemenuhan perjanjian  Debitur harus memenuhi perjanjian
- Ganti kerugian  Debitur harus bayar ganti rugi
- Pengadilan  Debitur harus bayar biaya perkara

Pemenuhan Perjanjian:
1. Oleh Debitur
2. Oleh Kreditur  Parate Eksekusi (sudah diizinkan oleh akta)
 Eksekusi Riil (harus dapat izin pengadilan, kemudian keluar Eksekutorial Title)

“Apabila si A tidak melakukan pembayaran, maka si B akan mengambil sendiri dokumen yang
sedang diurus”  PARATE EKSEKUSI

Pasal 1382: Siapapun boleh melakukan pembayaran. Pihak ke-3 atas nama debitur boleh, pihak
ke-3 untuk kreditur boleh namanya Subrogasi.

PEMBATALAN PERJANJIAN
 Pasal 1266
 Pasal 1381 : Pembubaran Demi Hukum. Cth: pembayaran, yang tidak perlu intervensi
 Pasal 1267 : Pembubaran Tidak Demi Hukum. Cth: harus dimintakan ke Pengadilan
Syarat Pembatalan
 Perjanjian timbal balik
 Wanprestasi: Debitur Lalai dan tidak ada force majeur
 Diputuskan oleh hakim
“Akibatnya perjanjian dianggap tidak pernah ada, berlaku surut sampai saat timbulnya
perjanjian (Pasal 1265 KUHPerdata)”

*Kasus
Bagaimana apabila sudah ada pihak A yang melakukan prestasi, lalu perjanjian dibatalkan
karena pihak lain B lalai. Apakah pihak B dapat dimintai utang atas prestasi yang dilakukan A?
Tidak perlu B melakukan pembayaran  Pasal terkait perikatan yang bersumber dari UU.

GANTI RUGI Pasal 1243 KUHPerdata


Baru dihitung ganti rugi sejak dinyatakan lalai.
Ada pro kontra pasal yang bilang Ganti rugi baru dihitung sejak diputuskan ke pengadilan. Mana
yang dipakai? Logika nya ketika sudah dinyatakan lalai, ganti rugi sudah berjalan. Maka yang
dipakai yang sejak dinyatakan lalai.
RUGI? Kerugian yang nyata-nyata diderita atau keuntungan yang seharusnya di peroleh.

KEADAAN MEMAKSA Pasal 1244 KUHPerdata


- Tidak memenuhi prestasi

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 7


- Ada sebab di luar kesalahan debitor
- Factor penyebab tak terduga sebelumnya
- Tak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitor
Bentuk Keadaan Memaksa
1. Bentuk Umum
 Keadaan Alam
 Kehilangan
 Pencurian
2. Bentuk Khusus
 Undang-undang
 Tingkah laku pihak ke-3
 Pemogokan

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 8


Pertemuan #6
Selasa, 10 Oktober 2017

Oleh : Bapak Akhmad Budi Cahyono

Prinsipnya, perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. (Pasal 1338 KUHPerdata)
Fungsi itikad baik ada 3, yaitu:
1. Fungsi menafsirkan: penafsiran perjanjian harus dilaksanakan berdasarkan prinsip itikad
baik.
2. Fungsi pelengkap: Apabila para pihak tidak mengatur, maka ketentuan itikad baik ini
yang berlaku. Diatur pada pasal 1339 KUHPerdata, suatu perjanjian tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk
segala sesuatu menurut kepatutan, kebiasaan, dan UU.
3. Fungsi mengenyampingkan: itikad baik bisa mengenyampingkan isi kontrak.

Jenis itikad baik:


1. Pra Kontrak: itikad baik subjektif (terkait dengan para pihaknya). Para pihak harus
mempunyai itikad baik dan tidak punya maksud merugikan pihak lain. Semata-mata
mengikatkan diri dalam perjanjian atas dasar saling menguntungkan.
2. Pada saat pelaksanaan: itikad baik objektif (terkait dengan isi perjanjiannya). Suatu
kontrak harus rasional (reasonableness) dan adil (fairness).

Unsur-unsur ganti rugi: Biaya, rugi, bunga [ga perlu dibahas lebih jauh ]

Yang biasanya ada di akta: Denda, jumlahnya lazimnya maksimal 5%. Pengaturan denda lebih
kepada supaya para pihak mau menaati dan menlaksanakan kontrak.

Hapusnya Perikatan
Perbedaan inti dari Subrogasi, Novasi, dan Cessie.
Kenapa Cessie perikatannya tidak hapus? Cessie pasti pembayaran utangnya tidak penuh,
sebagian: ada selisih. Selisihnya itu keuntungan si Pembeli. Cessie itu perjanjian accesoir (ada
perjanjian pokok yang menyebabkan perpindahan hak milik).
Apabila subrogasi: pembayarannya full. Perusahaan asuransi membayarkan klaim
tertanggungnya yang kapalnya ditabrak, bisa nuntut yang nabrak sejumlah klaim yang dia
bayarkan. Oleh karena ituperikatannya (sempat) hapus karena dibayar.

A punya utang ke B 100juta


Subrogasi: C membayar ke B sebanyak 100 juta
Cessie: oleh si B, tagihan 100 juta dijual ke C. Dijual ada selisih. Misalnya 80 juta. Jadi C untung
sebagai pembeli piutang,

Cessie  Jual Beli Piutang/penyerahan piutang/penyerahan hak tagih atas nama, dari kreditur
lama ke kreditur baru, debitur tau dengan pasti siapa krediturnya, harus dibuat dengan akta

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 9


otentik dan diberitahukan kepada debitur (613 KUHPerdata). Hak dan kewajiban kreditur lama
beralih ke kreditur baru. Hanya dapat diberlakukan untuk penggantian kreditur, tidak dapat
diberlakukan untuk penggantian debitur. Pengalihan piutang secara cessie tidak mengakibatkan
berakhirnya perikatan yang telah ada. Hubungan hukum antara debitur dan kreditur tidaklah
putus. Perikatan hukum yang ada tetap berlaku dan mengikat debitur serta kreditur yang
menerima pengalihan piutang.

Putusan pengadilan yang melibatkan Notaris  seberapa jauh Notaris terlibat dalam isi akta.
Perbandingan dengan PJN Belanda (aspek tertentu)
Apa itu PPJB?
PPJB adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh calon penjual dan calon pembeli atas obyek
berupa suatu tanah/bangunan sebagai pengikatan awal sebelum para pihak membuat AJB di
hadapan PPAT.
Apa alasan para pihak membuat PPJB?
PPJB dibuat para pihak karena adanya syarat-syarat atau keadaan-keadaan yang harus
dilaksanakan terlebih dahulu oleh Para Pihak sebelum melakukan AJB di hadapan PPAT. Dengan
demikian PPJB tidak dapat disamakan dengan AJB yang merupakan bukti pengalihan hak atas
tanah/bangunan dari penjual kepada pembeli.
Biasanya karena ada syarat-syarat yang belum terpenuhi untuk dilakukan jual beli.
Misalnya: subjeknya berbeda, tanah HM ingin dimiliki oleh Badan Hukum. Karena Badan Hukum
tidak boleh memiliki HM, maka terlebih dahulu harus dilakukan pelepasan hak, kemudian
permohonan hak untuk HGB, yang boleh dimiliki oleh Badan Hukum.
PPJB untuk saham  hanya untuk saham tertutup, dan harus dengan persetujuan RUPS.

Jika para pihak sudah menandatangani AJB, apakah PPJB otomatis berakhir?
Yes, logikanya otomatis berakhir.
Tapi pada praktek, terkadang tidak begitu. Ada kasusnya belum semua syarat-syarat PPJB
terpenuhi, tapi AJB sudah jadi. Misalnya di PPJB diperjanjikan akan dibentuk Badan Pengelola
untuk mengurus benda bersama dan bagian bersama. Lalu apartemennya sudah lunas, dan AJB
sudah dittd, tapi Badan Pengelola belum dibentuk, artinya PPJB belum berakhir.

Penyerahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak atas saham. Sehingga
setelah dibuat perjanjian jual beli, dibuat juga akta pemindahan ha katas saham (cessie).

Saham
PPJB  AJB  Akta Pemindahan Hak (Akta Cessie)
Karena pada AJB Saham, belum terjadi peralihan hak milik

Untuk Bangunan, tidak perlu ada cessie. Kenapa? Karena AJB adalah saat terjadinya peralihan
hak yang melahirkan hak dan kewajiban.

Jaminan Hutang itu untuk menjamin pelunasan hutang, bukan untuk mengalihkan kepemilikan.
Itulah mengapa di UU selalu ada larangan bahwa barang ybs sedang berada di dalam jaminan

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 10


jika hendak mengalihkan kepemilikan. Jaminan pasti bernilai di atas objek benda yang dibeli.
Intinya jaminan lebih besar daripada hutangnya.

1. Batal demi hukum , dapat dibatalkan


2. syarat sah perjanjian, termasuk penyalahgunaan keadaan
3. prestasi dan wanprestasi
4. hapusnya perikatan
5. PPJB dan AJB

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 11


Pertemuan 7

Oleh Bapak Akhmad Budi Cahyono

Perjanjian Pemberian Kuasa: ada perjanjian di antara para pihak, untuk bertindak atas nama
pemberi kuasa. Karena perjanjian, harus sesuai syarat2 perjanjian. Tidak boleh di dalam suatu
perjanjian di dalam perjanjian lainnya. Oleh karena ituharus terpisah dengan perjanjian lain.
Harus spesifik.

Lastgeving
Volmacht

Hanya saja dalam ilmu pengetahuan, dikenal Volmacht. Yang dilakukan oleh Notaris sekarang
Volamacht. Kuasa nya itu untuk mewakili, tidak terkait dengan perjanjian.

Kedua duanya gapapa. Misalnya dalam akta pembebanan fidusia, disertai dengan kuasa. Yang
dimaksud adalah kuasa, bukan perjanjian pemberi kuasa.

Surat Kuasa Mutlak


Berkaitan dengan perolehan hak atas tanah. Apabila tidak terkait dengan perolehan hak atas
tanah boleh tidak? Boleh. Asal maksudnya tidak ditujukan untuk penyelundupan hukum.
Biasanya dibuat untuk perjanjian-perjanjian nominee, misalnya kan Orang Asing dilarang
memiliki saham dalam suatu perusahaan, nah dia menggunakan nama orang lain untuk
pinjaman beli saham dan sahamnya dijaminkan disertai dengan kuasa, kuasa untuk menghadiri
rapat, dll. Jadi walaupun atas nama X, tapi yang mengambil manfaat adalah Y yang merupakan
WNA. Nah ini tujuannya untuk penyelundupan hukum. Dan berdasarkan syarat sah perjanjian
maka hal ini menjadi batal demi hukum, bukan sebab yang halal.

 Apabila substitusi disebut namanya, maka jadi tanggung jawab penerima substitusi,
karena sudah jelas ada namanya di sana. Nah ketika ada namanya di sana, berarti dia
sudah percaya dan dianggap cakap yang disebut itu.
 Apabila ga tunjuk nama, berarti tanggung jawab penerima kuasa, karena dia yang
menunjuk.
 SK Umum tidak boleh untuk pengalihan pemilikan atau pembebanan utang jaminan.
 Kuasa untuk menjaminkan atau pemilikan harus menggunakan SK Khusus.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 12


Pertemuan 8

Oleh Bapak Akhmad Budi Cahyono

Personal Guarantee dan Gadai

- Bank Garansi, adalah bagian dari penanggungan hutang. Yang menanggung adalah bank
atau badan hukum
- Perjanjian garansi adalah perjanjian pokok yang berdiri sendiri, dan perjanjian
penanggungan adalah perjanjian asesoir. Misal: beli produk ada garansi, itu perjanjian
pokok.
- Apabila perjanjian hutang piutang nya hapus, sudah tidak ada lagi garansi
- Asas kepribadian: perjanjian hanya mengikat pada para pihak. Tapi di perjanjian garansi ada
pihak ketiga  perjanjiannya berdiri sendiri, pihak ketiga akan melaksanakan kewajiban.
- Dalam hal terjadi kepailitan dan penjaminnya melepaskan hak istimewa, yang dipailitkan si
Debitur atau penjaminnya? Untuk permohonan pailit tidak bisa dua-duanya. Untuk gugatan
bisa, tergugat 1 dan tergugat 2. Tapi termohon pailit 1 dan termohon pailit 2 tidak ada.
Apabila penjamin(?) membebaskan hak istimewa, kewajiban debitur tidak hilang ia tetap
berutang, hanya saja si kreditur bisa langsung menagih pembayarannya kepada penjamin,
jadi tidak harus menagih ke debitur dulu. Apabila Kreditur menagih ke penjamin tp
penjamin tidak mampu atau tidak mau membayar, yang dipailitkan yang mana? Pada
prinsipnya ini tidak diatur dalam PUU, ini celah hukum, jadi bisa dilihat melalui putusan
pengadilan. Secara teoritis, sebetulnya bisa mempailitkan debitur maupun penjamin, tp
bukan berarti harus menagih ke penjamin. Hanya masalahnya apakah bisa dipailitkan
duaduanya secara bersamaan, atau harus memilih salah satu lebih dulu.
- Masalahnya apabila lgsg nagih ke penjamin lalu belum cukup, bisa gak mempailitkan debitur
nya lagi? Dengan alasan ya hutangnya belum dibayar lunas. Bisa gak? Bisa.
- Masalahnya apabila debiturnya di pailitkan, si penjaminnya punya hak gak untuk menagih
ke debitur? Punya.
- Antara penjamin dan kreditur, posisinya adalah sama-sama kreditur. Karena alasannya hak
subrogasi. Penjamin punya hak subrogasi atas apa yang dia bayarkan dan punya hak untuk
menagih ke debitur.
- Dan ketika si kreditur mempailitkan penjaminnya duluan, nah apabila menagih ke debitur,
posisi kreditur sama dengan penjamin.
- Jadi solusinya gimana?

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 13


- Apabila dipailitkan keduanya bersamaan, dapat terjadi pembayaran double. Karena tagihan
hutangnya sama. Akan menimbulkan kerancuan.
- Jadi yang benar, harusnya debiturnya dipailitkan lebih dulu.
- Hak istimewa hanya berfungsi apabila penjaminnya dengan suka rela membayar kewajiban
si debitur. Atau kalaupun dia tidak mau bayar, kita yakin bahwa harta si penjaminnya cukup
untuk melunasi hutang
- Apabila penjamin tidak mau membayar suka rela/tidak mampu, pun debitur tidak mampu
bayar, maka prosdurnya pailitkan debitur dulu.
- Karena ketika debitur sudah dipailitkan, lalu masih kurang, dan pailitkan lagi penjamin,
apabila dia mau menggunakan hak subrogasi nya ke debitur, nah debiturnya sudah pailit,
jadi mau gamau penjaminnya harus bayar
- Untuk tau penjaminnya mampu bayar atau engga, bisa lihat di kantor pajak karena ada
pelaporan asset
- Yang punya hak preferen adalah jaminan kebendaan. Dan ini tidak ada dalam jaminan
perorangan.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 14


Pertemuan 9 dan 10
Selasa, 21 November 2017

Oleh : Bapak Ahmad Budi Cahyono dan Bapak Abdul Salam

GADAI

1. Pengertian Gadai
2. Obyek dan Subyek Gadais
3. Sifat dan Tujuan Gadai
4. Sahnya Gadai
5. Eksekusi Gadai
6. Hapusnya Gadai
7. Kasus-kasus terkait Gadai

Pengertian Gadai
Pasal 1150 KUHPerdata
Hak yang diperoleh seorang berpiutang (Kreditur) atas suatu benda bergerak yang diserahkan
kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada si Berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tsb secara
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk
melelang barang tsb dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang
itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Kesimpulannya:
1. Gadai adalah Perjanjian, karena ia adalah hak yang diberikan kepada seorang Kreditur.
2. Obyeknya apa? Barang bergerak, baik bergerak berwujud, bergerak tidak berwujud.
3. Muncul karena ada orang yang menyerahkannya (barang bergerak).
4. Yang menyerahkan Debitur, tapi belum tentu ia sendiri, karena bisa jadi orang lain atas
namanya.
5. Perjanjian itu lahir ketika barang diserahkan  Perjanjian riil. Artinya kesepakatan saja tidak
cukup, perlu tindakan lain yaitu penyerahan barang (inbezitstelling. Kalo Levering itu bentuk
penyerahan). Konsekuensi, dalam akta yang dibuat harus ada kalimat, Pihak Pertama telah
menyerahkan suatu barang bergerak, dan Pihak Kedua telah menerima. Apabila Perjanjian
Konsensuil, cukup dinyatakan para pihak sudah sepakat.
6. Ketika perjanjian itu dibuat oleh para pihak, untuk sahnya harus merujuk pada Syarat Sah
Perjanjian (Pasal 1320).
7. Ketika sah mengikat, memberikan Hak yang Didahulukan (Hak Preferen).

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 15


Kata “Gadai” dalam KUHPerdata digunakan:
- Merujuk kepada Haknya (Hak Gadai), lihat pasal 1150 BW
- Merujuk kepada Benda (Benda Gadai), lihat pasal 1152 BW

Gadai, apakah selalu ditandai dengan penyerahan kebendaannya?


Nanti dulu. Ada Gadai Saham. Sekarang ada saham atas nama.

* Klasifikasikan benda nya apa.

2 Fungsi Kebendaan:
1. Memberikan kenikmatan bagi orang yang memilikinya (hak eigendom),
2. Dapat dijadikan jaminan terhadap pelunasan utang.

Jaminan Umum, menjadi segala tanggungan segala perikatan seseorang. Dibagi rata, kecuali
ada hak yang didahulukan: Gadai, Hipotik, dan Hak Istimewa.

Jaminan Khusus  muncul karena ada suatu perjanjian. Sifatnya preferen.


Jaminan Umum  tidak perlu ada perjanjian. Sifatnya konkuren.
Cara membedakannya: sifatnya.

Obyek
Benda bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud

Subyek
- Pemberi Gadai (Debitur, atau orang lain atas namanya)
- Penerima Gadai (Kreditur, Kreditur Pemegang Gadai)
*Dalam hal disepakati oleh para pihak, benda gadai dapat dipegang oleh pihak ketiga (Pasal
1152 ayat 1), maka pihak ketiga tsb disebut pihak ketiga pemegang gadai
Maka, terdapat 2 kemungkinan Debitur:
1. Debitur memberikan barangnya untuk menjamin hubungan hukum yang dilakukannya
sendiri  Debitur Pemberi Gadai
2. Pihak ketiga memberikan barangnya untuk menjamin hubungan hukum yang dilakukan
Debitur  Pihak Ketiga Pemberi Gadai
Kreditur juga ada 2 kemungkinan:
1. Kreditur ybs
2. Pihak Ketiga. Misalnya: ABC dan ABS bikin perjanjian, ABS menggadaikan mobilnya. Tapi
di kompleks perumahan ABC, ada aturan apabila parkir di pinggir jalan, langsung digerek
mobilnya, dan Pak ABC gak ada garasi. Tetap bisa dilakukan Gadai, oleh karena
itudiserahkan ke Bu Surini yang punya garasi.
Esensi inbezitstelling: penguasaan barang itu lepas dari Pemberi Gadai.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 16


Apabila menggadaikan Gudang? KUNCINYA (simbolik). Nah tapi baru bisa dikatakan
inbezitstelling apabila debitur sudah tidak ada lagi control thd gudang tsb. Apabila masih punya
kunci serap, tidak sah gadainya.

Perjanjian Gadai adalah Perjanjian Tambahan/Accecoir, dependent pada Perjanjian Pokok


(Pinjam Meminjam, Pengakuan Hutang, Perjanjian Kredit).

Hak yang lebih dahulu: Hak yang lebih kuat (yang lahir lebih dulu)
(prinsip Pak ABS )

Para Pihak dalam Gadai

Pihak Ketiga memberikan jaminan: nanti hartanya akan dieksekusi juga.


Apabila penjamin meninggal, Ahli Waris yang menanggung (subrogasi, yang punya hak tagih
pada Debitur).

Kapan terjadi?
Mobil yang digadaikan itu dijual. Jadi nanti pihak ketiga subrogasi, menagih ke Debitur.

Fidusia  yang tidak dapat dibebankan HT dan Hipotik.


Kursi boleh difidusiakan, karena benda bergerak.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 17


Pertemuan 11 dan 12
Selasa, 28 November 2017

Oleh : Pak Akhmad Budi Cahyono

 Apabila obyek Gadai masih dikuasai oleh Pemberi Gadai  Gadainya tidak sah.

PENGERTIAN FIDUSIA
 Fides = Kepercayaan
 Fidusia adalah perjanjian accesoir antara Debitur dan Kreditur  Isinya penyerahan HM
secara kepercayaan atas benda-benda yang dijadikan jaminan, tetapi benda-benda tsb
secara fisik masih dikuasai Debitur, sebagai peminjam pakai  Penyerahan secara
Constitutum Possesorium penyerahan dengan melanjutkan penguasaan atas benda-benda
yang dijadikan jaminan.
 Konsepnya, awalnya ada penyerahan hak milik secara kepercayaan. Obyeknya tetap
dikuasai oleh Debitur, meskipun HM nya sudah diserahkan. Pada prinsipnya, Constitutum
Possesorium : HM nya beralih tanpa penyerahan bendanya. Misalnya nyerahin laptop, tapi
Debitur masih Makai laptopnya 1 bulan untuk bikin skripsi. Kreditur setuju. Jadi saat
pembayaran, HM nya sudah beralih. Jadi dilanjutkan dengan konsep “Pinjam Pakai”. Kenapa
pinjam? Karena HM nya sudah beralih kepada Kreditur. Jadi, Debiturnya sebagai Peminjam.
 Satu-satunya yang ada ancaman pidananya. Karena apabila benda yang dijadikan fidusia
dialihkan, Debitur itu sudah tidak berhak karena itu secara HM sudah milik Kreditur.
 Berlaku semua konsep hukum benda, termasuk ciri-cirinya: droit de suite (hak kebendaan
mengikuti dimanapun bendanya berada, hak jaminannya tidak hapus meskipun bendanya di
tangan orang lain), droit de preference.
 Jadi antara Kreditur dengan pihak ketiga yang beritikad baik, posisinya kuat yang mana?
Misalnya A pengusaha konveksi, mesin jahitnya dijaminkan ke B, lalu A menjual mesin jahit
kepada C yang tidak tau apabila mesin jahit itu dijaminkan. Ketika A wanprestasi, siapa yang
lebih kuat? C sebagai Pembeli, atau B sebagai Pemegang Fidusia? Berdasarkan droit de
suite, harusnya si B sebagai Pemegang Jaminan Fidusia.

SEJARAH TIMBULNYA FIDUSIA


Sebelum UUJF No. 42/1999  Yurisprudensi
Kasus Pertamina

OBYEK FIDUSIA
 Semula  Benda Bergerak
 Kemudian  Benda tetap juga bisa
 UU Rumah Susun No. 16/1985 Hak Pakai atas Tanah Negara dapat difidusiakan
 Dengan berlakunya UUHT  Hak Pakai pakai Hak Tanggungan
 UUJF 42/1999  Benda bergerak dan Benda Tetap

ASAS-ASAS FIDUSIA

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 18


a. Accecoir
b. Sebagai jaminan pelunasan hutang
c. Constitutum Possesorium
d. Droit de Preference
e. Droit de Suite
f. Parate Eksekusi

Sebelum Fidusia, ada 2 jenis jaminan:


1. Hipotik
2. Credietverband  Untuk tanah-tanah yang tidak terdaftar

UUJF No. 42 Tahun 1999


a. Obyek benda
- Benda Bergerak: Benda berwujud, dan tidak berwujud
- Benda Tetap
Benda Tetap yang bagaimana yang bisa dibebani dengan Fidusia?
Yang tidak menjadi Objek HT (tanah yang terdaftar: HM, HGB dan HP di atas HM,
HGB dan HP di atas HPL) dan Obyek Hipotik (Kapal Laut yang berat bersihnya lebih
dari 20m3)
b. Dibuat dengan Akta Notaris (Pasal 5 ayat (1) UUJF)
c. Lahir saat tanggal dicatat pada Buku Daftar Fidusia di KPF (kantor pendaftaran fidusia),
kemudian Kreditur akan menerima Sertifikat Jaminan Fidusia berirah-irah “Demi
Ketuhanan Yang Maha Esa”
- Jadi walaupun dibuat aktanya, tapi tidak didaftarkan, fidusia tidak lahir.
- Sekarang tidak dimungkinkan lagi fidusia tidak didaftarkan apabila sudah dibuat
aktanya, karena ada konsep fidusia online: yang terintegrasi antara Pembuatan Akta
Fidusia dengan Pendaftaran Fidusia. Jadi tidak lagi ada jeda antara pembuatan akta
dengan pendaftaran.
- Ada ketentuan OJK, yang mewajibkan perusahaan pembiayaan: harus didaftarkan.
Apabila tidak, bisa dikenakan sanksi berupa pencabutan izin. Sehingga meminimalisir
pembuatan akta fidusia di bawah tangan
d. Sifat Accecoir
e. Pendaftaran jaminan fidusia pada KPF (Pasal 12 UUJF)
*Gadai dan Cessie tidak dapat didaftarkan seperti Fidusia
f. Keppres No. 139/2000 di setiap Ibukota Provinsi

Benda Tetap
 Menurut Sifatnya  menyatu dengan tanah, tidak bisa dipindahkan.
 Menurut Tujuannya  sebetulnya dia bisa dipindahkan, tapi pemanfaatannya menyatu
dengan tanah. Misalnya mesin pabrik.
 Menurut UU  karena dia harus didaftar. Misalnya kapal laut. Meskipun secara sifat dia
bisa berpindah dari tempat ke tempat lain.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 19


p.s. Di luar Negeri, tidak lagi membedakan benda tetap dengan benda bergerak. Tapi
dibedakan menjadi benda terdaftar dan benda yang tidak terdaftar. Di Negara kita, belum
ada UU baru yang mengatur tentang kebendaan. Jadi masih memakai konsep yang lama.

Yang tidak jelas itu kapal terbang/pesawat udara


Dalam UU penerbangan, tidak diatur tentang jaminan pesawat udara. Pada prakteknya, banyak
dijaminkan dengan fidusia, tetapi yang dijaminkan bukan pesawatnya secara utuh melainkan
pretelan: mesinnya, kabinnya, dll. Karena pesawat sebetulnya obyek Hipotik namun
ketentuannya pun belum ada di hipotik.
Apabila pesawat komersial, biasanya pakai konsep jual lalu leasing.

Akibat Pendaftaran Fidusia


a. Melahirkan jaminan fidusia bagi penerima fidusia
b. Kepastian terhadap kreditur lain mengenai benda yang dijaminkan dengan fidusia
c. Memberikan hak yang didahulukan terhadap kreditur lain
d. Memenuhi asas publisitas

Eksekusi Jaminan
- Sebelum UUJF No. 42/1999, ada ketidakpastian sementara (karena tidak ada sertifikat
jaminan fidusia, tidak ada parate eksekusi).
- Dalam UUJF Pasal 30  Debitur (Pemberi Fidusia) wajib menyerahkan benda yang dijadikan
fidusia untuk pelaksanaan eksekusi. Dalam penjelasan Pasal 30, jika Debitur (Pemberi
Fidusia) tidak menyerahkan benda obyek fidusia, Kreditur (Penerima Fidusia) berhak
mengambil bila perlu dengan bantuan yang berwenang.

Kasus Fidusia
Di dalam kontraknya disebutkan, seandainya Debitur wanprestasi, Debitur memberikan izin
kepada Kreditur untuk mengeksekusi jaminan fidusia. Nah, belum diatur apabila seharusnya
diambilnya saat di rumah.

Fidusia Ulang berbeda dengan Gadai Ulang


- Fidusiakan ulang  Debitur menjaminkan ke lebih dari 1 kreditur. Ini dilarang. Pasal 17
UUJF.
A jaminkan ke B, besoknya jaminkan lagi ke C. Tidak pada saat yang bersamaan, beda akta.
- Tapi apabila dalam akta yang sama dan waktu yang bersamaan, Krediturnya ada banyak,
itu boleh. Misalnya: Bank kan ada pembatasan legal lending credit dalam memberikan
pinjaman. Karena ada batas maksimal, jadi berkolaborasi dengan bank lain. Oleh karena
itukrediturnya bisa banyak. Hak didahulukannya : proporsional aja. Ini namanya Kredit
Sindikasi/ Konsorsium. Obyeknya pun bisa lebih dari satu. Misalnya A jaminkan mobil,
truk, alat-alat berat. Itu dalam 1 akta, tidak dipisah-pisah.
- Gadai ulang  A gadai ke B. B gadai lagi ke C.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 20


Pertanyaan:
Motor dan Mobil, Gadai atau Fidusia? Bisa keduanya, tergantung maunya yang mana.
Apabila Gadai  Mobil atau motornya gabisa dipakai sama Debitur. Harus diserahkan.
Apabila Fidusia  boleh masih dalam penguasaan Debitur.

Cara Eksekusi Fidusia menurut UUJF No. 42/1999


a. Pelaksanaan titel eksekutorial kreditur boleh menjual atas kekuasaan sendiri (langsung
permohonan eksekusi)
b. Bisa dijual di pelelangan umum. Misalnya saham bisa langsung dijual di pasar modal
c. lalala

Hapusnya Fidusia

Hipotik  Lihat di UU Pelayaran No. 17/2008, hipotik kapal


- Kapal yang dapat dihipotikkan adalah kapal yang terdaftar.
Sebenarnya UU tidak mengatur, kapal seperti apa yang dapat didaftarkan. Yang wajib
didaftarkan yang punya bobot 7 ton. Di bawah itu, tidak didaftarkan tidak apa-apa.
Hanya saja, ketika didaftarkan, dia jadi bisa dibebankan hipotik.
- Akta hipotik: bukan akta notaris. Notaris hanya membuat akta perjanjian hutang piutang.
Yang buat aktanya Syah Bandar.
- Setelah didaftarkan, nanti akan ada grosse hipotik kapal.

Hukum Aneka Perjanjian dan Jaminan | IMMK – UI 2017/2018 21

Anda mungkin juga menyukai