UNIVERSITAS JAMBI
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
MAKALAH
ADY PRABOWO
P2B219026
UNIVERSITAS JAMBI
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
JAMBI
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Perumusan masalah........................................................................10
PERATURAN PERUNDNAG-UNDANGAN.....................................11
BABIII PENUTUP...............................................................................................62
A. Kesimpulan......................................................................................62
B. Saran................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebelum perbuatan atau tindakan itu dilakukan atau didasarkan pada peraturan
masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak
pada masa yang akan datang, seperti sistem pelayanan medis, sistem
1
Abdul Ghofur Anshori, 2016, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum
Dan Etika, UII Press, 2016, Yogyakarta, hlm 13.
1
2
depan, sesuai dengan tuntutan masyarakat modern dan kemajuan zaman yang
berkembang pesat
satu bukti dari kemajuan teknologi informasi yang sangat dirasakan oleh
yang memiliki sifat ilmiah dapat menyatukan semua jaringan yang ada pada
saat ini menjadi suatu sistem jaringan informasi tunggal di seluruh dunia
fungsi ini dapat menghasilkan data, video, gambar, suara, ataupun faks dan
transaksi elektronik.
seperti dalam pembuatan akta oleh notaris yang pada umumnya.Hal ini
untuk bisa dan mampu menggunakan konsep cyber notary agar tercipta suatu
pelayanan jasa yang cepat, tepat dan efesien, sehingga mampu mempercepat
2
Edmon Makarim, 2011, Kajian Hukum Terhadap Kemungkinan Cyber notary Di
Indonesia’, Jurnal Hukum Dan Pembangunan, Vol 41 (2011),hlm 468.
4
para pihak berkepentingan agar dinyatakan dalam akta otentik. Cyber notary
membuat suatu akta notaris dan mengarah kepada bentuk akta yang awalnya
sah apabila tertuang dalam kertas, menuju ke akta secara elektronik (akta
menunjang tugas dan pekerjaannya seperti penggunaan email dan fax dalam
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia guna pendaftaran pendirian atau
pendaftaran Fidusia.
3
R.A. Emma Nurita, 2012, Cyber notary Pemahaman Awal Dalam Konsep
Pemikiran, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm 47.
5
konsep cyber notary dapat dimaknai sebagai notaris yang menjalankan tugas
berkaitan dengan tugas dan fungsi notaris, khususnya dalam pembuatan akta,
atau secara sederhana konsep cyber notary ingin memberi bingkai hukum
yaitu agar tindakan menghadap para pihak atau penghadap dan notarisnya
tidak lagi harus bertemu secara fisik di suatu tempat tertentu, dalam hal ini
bisa saja para pihak berada di suatu tempat yang berbeda dengan tempat
kedudukan atau wilayah jabatan notaris, di sisi lain para pihak berada pada
informasi yang begitu pesat telah mengubah pola dan perilaku masyarakat,
konvensional dengan cara bertatap muka atau kontrak offline ke arah era
bisnis tidak lagi dilakukan dengan cara berhadap-hadapan antara para pihak,
hukum (aspek legal) atas suatu kontrak elektronik yang berlangsung. Namun
demikian hingga dengan saat ini belum ada penjabaran lebih lanjut serta
dalam implementasinya.
Dan Peluang Cyber notary Dalam Hukum, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, hlm 30.
7
universal. Namun di sisi lain notaris memiliki apa yang disebut sebagai
bersangkutan.
2014 yang mengatur bahwa notaris juga mempunyai kewenangan lain yang
salah satunya adalah tentang cyber notary. Apabila seorang notaris membuat
akta menggunakan cyber notary, maka berdasarkan Pasal 15 ayat (3) Undang-
membuat akta ikrar wakaf dan hipotik pesawat terbang. Tidak demikian
menandatangani akta, selain itu akta yang dibuat tersebut masih memiliki
tanda tanya apakah sudah memenuhi keotentikan akta yang telah diatur dalam
Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) atau tidak
karena ketentuan dalam Pasal 1868 KUH Per merupakan syarat otensitas akta
yang menyatakan bahwa suatu akta otentik adalah akta yang dibuat dalam
dibuatnya.
ayat (3) dengan Pasal 16 ayat (1) huruf m Undang-undang Nomor 02 Tahun
pengesahan atas suatu transaksi yang dibuat secara cyber notary sehingga
tersebut jelas telah bertolak belakang dengan Pasal 16 ayat (1) huruf m
Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014. Di mana hal itu tidak sesuai dengan
cara pembuatan akta notaris sebagai akta otentik yang telah diatur dalam
dengan dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi. Sedangkan cyber notary di sini
oleh para pihak yang beritikad tidak baik. Apabila timbul suatu sengketa, para
dibuat dengan melalui alat elektronik atau Notaris hanya mengesahkan suatu
notaris. Hal tersebut akan mengakibatkan apakah akta notaris tersebut telah
memenuhi ketentuan sebagai akta otentik jika dikaitkan dengan Pasal 16 ayat
(1) huruf m Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014 dan Pasal 1868 KUH
Perdata.
B. Perumusan masalah
sebagai berikut :
perundang-undangan?
2. Bagaimana keabsahan akta yang dibuat oleh notaris yang dilakukan secara
berwenang pula:
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
Tentang Jabatan Notaris ini berisi tentang kewenangan lain dari notaris yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai
notaris, “Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
perundang-undangan”.
lainnya” terdapat dalam penjelasan Pasal 15 ayat (3) yang berbunyi: “Yang
dilakukan secara elektronik (cyber notary), membuat Akta ikrar wakaf, dan
masih belum terdapat definisi normatif dari cyber notary.Sehingga dalam hal
ini, konsep cyber notary dapat merujuk kepada pengertian dari para ahli.
Konsep cyber notary menurut R.A. Emma Nurita, yaitu: “Konsep cyber
akta.”5
mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Dalam hal
ini, agar tercipta dan tercapainya salah satu tujuan hukum, yakni kepastian
umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak
5
R.A. Emma Nurita, Op. Cit. hlm 4.
14
tidak diketahui apakah perbuatan tersebut boleh atau tidak boleh dilakukan
transaksi elektronik.
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut “UU PT”) yang
Terbatas terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan
Komisaris yang di mana ketiga organ tersebut memiliki fungsi, tugas, dan
tersebut di atas kekuasaan tertinggi ada pada Rapat Umum Pemegang Sama
yang di mana RUPS tidak dapat dipisahkan dari perseroan, melalui RUPS
dan Pasal 18 UUJNdimana notaris memiliki apa yang disebut sebagai wila
tempat kedudukannya.
hukum yang dilakukan dalam wila yah kerjanya, yang meliputi seluruh
ITE tidak membatasi wila yah untuk dapat dilakukannya transaksi elektronik
dan di sisi lain UUJN mengatur pembatasan wilayah jabatan notaris. Melihat
maka dapat disimpulkan telah terjadi konflik norma yang bersifat horizontal.
perundang-undangan mana yang berlaku adalah asas lex specialis derogat legi
16
generali, yaitu pada peraturan yang sederajat, peraturan yang lebih khusus
ketentuan yang berlaku dari adanya konflik norma yang sedang berlangsung
RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, RUPS dapat juga dilakukan
sedemikian rupa, maka salah satu kendala bagi pemegang saham untuk
mengikuti rapat dari jarak jauh tanpa kehadiran fisik sudah diakomodir oleh
UUPT.
Hal lain juga harus diperhatikan dalam UUPT adalah Pasal 76 ayat (1)
(3) UUPT menyatakan bahwa : “Tempat RUPS sebagaimana dim aksud pada
ayat (1) dan ayat (2) harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.”
Ketentuan UUPT diatas masih dibatasi lagi oleh ketentuan lain dalam Pasal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuatkan risalah rapat yang
Hal yang terakhir inilah yang belum diatur lebih lanjut dalamUUPT,
Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) UUPT. Pasal 76 ayat (4) menentukan bahwa:
“Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang saham dan
telekonferensi agar para pihak yang mengikuti RUPS dapat mengetahui isi
akta.
UU ITE dapat dijelaskan sebagi berikut. Dalam hal pembuatan Akta Berita
harus dihadiri secara langsung oleh Notaris sejak awal hingga berakhirnya
RUPS untuk mencatat segala sesuatu tindakan hukum yang terjadi selama
Notaris, dimana RUPS dilakukan dengan tatap muka secara langsung, namun
untuk RUPS telekonferensi unsur tatap muka dipenuhi dengan bukan bertatap
19
monitor.
38, Pasal 39, Pasal 40 dan Pasal 44 UUJN. Ketentuan tersebut antara lain
mengenai kehadiran peserta rapat, pada tempat tertentu, pada tanggal tertentu,
pemegang saham dan Notaris dalam satu ruangan telekonferensi, dalam kata
lain tatap muka secara langsung antara direksi, pemegang saham dan Notaris
dapat diartikan bahwa kehadiran peserta rapat telah hadir secara langsung
dihadapan Notaris.
Begitu halnya dengan syarat pada tempat dan waktu tertentu dapat
keterangan dalam rapat sebagaimana tercantum dalam akta akan dibuat oleh
Notaris yang secara langsung hadir dan bertatap muka dengan peserta rapat,
pihak dalam hal ini para peserta rapat dengan dihadiri paling sedikit 2 (dua)
orang saksi berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) point (l) jo Pasal 40
pasal di atas, wajib dilakukan, Pembacaan Akta ini merupakan bagian yang
Notaris secara langsung dalam hal ini karena Notaris hadir secara langsung
menandatangani akta Berita Acara RUPS. Dalam Akta Berita Acara RUPS,
standar awal akta pembuatan berita acara, karena dalam pembuatan berita
bahwa benar telah dihadiri oleh seluruh peserta RUPS dan telah memenuhi
ketentuan kuorum sesuai Pasal 86 ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa
RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ (satu perdua) dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali undang-
besar. Daftar hadir ini akan dilekatkan pada dalam Akta Berita Acara RUPS
pemegang saham seperti yang disyaratkan dalam pasal 77 ayat (4) namun
cukup dengan ditandatangani oleh Notaris sebab Akta ini merupakan Akta
merupakan akta otentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, maka
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk surat
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
UUJN dan UUITE maka mekanisme dalam RUPS secara teleconference yang
Notaris dan pemegang saham walaupun tidak terdapat di tempat yang sama
Akta RUPS yang termasuk dalam akta relaas.Akta yang dibuat “oleh”
(door) Notaris atau yang dinamakan relaas akta atau akta pejabat, merupakan
suatu akta yang menguraikan secara autentik suatu tindakan yang dilakukan
atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni
dalam relaas akta ini, antara lain yaitu berita acara rups, berita acara
jabatannya sebagai pejabat umum atas kesaksian dari semua apa yang dilihat,
akta.Contohnya dalam berita acara rups jika para penghadap hadir dalam
maka Notaris cukup menerangkan bahwa para penghadap hair dan telah
meninggalkan rapat. Dalam hal ini, akta tersebut tetap merupakan akta
otentik, sehingga isi akta tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh akan
Akta RUPS yang termasuk akta relaas, maka keterangan notaris dalam
ditandatangani oleh notaris sebagai pembuat akta tersebut. Akta relaas, berisi
uraian notaris yangdilihat dan disaksikan sendiri oleh notaris tersebut melalui
video call atas permintaan para pihak yang dikuatkan dalam bentuk akta
notaris. Hal ini dapat terjadi apabila telah memenuhi unsur otentitas suatu
dengan Berita Acara RUPS. Jadi yang harus diperhatikan adalah dimana
24
sehingga yang sah adalah akta yang dibuat secara tertulis oleh notaris yang
Hal ini berbeda untuk akta partij,Akta yang dibuat “dihadapan” (ten
overstaan) Notaris atau yang dinamakan akta pihak (partij akten) merupakan
suatu akta yang berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena perbuatan
yang dilakukan pihak lain dihadapan Notaris. Dalam artian bahwa para pihak
secara otentik pada partij akta terhadap pihak lain/pihak ketiga, ialah:
Bahwa apa yang tercantum dalam akta itu adalah sesuai dengan apa
6
Ibid.
25
anggaran dasar sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (4), (5) dan (6)
“Perubahan anggaran dasar sebagimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.” Pasal 21
ayat (5) menyatakan bahwa: “Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat
dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta
notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusam
tidak boleh dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga
Selain itu, penggunaan komputer dalam pembuatan akta dan pada saat
dibuat oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk melakukan
penulis mempunyai prosedur yang sama dengan pembuatan akta notaris yang
telah dilaksanakan selama ini. Akan tetapi, yang membedakan dari kedua
menghadap disini dilakukan dengan cara hadir secara fisik tetapi menghadap
pembuatan akta notaris dengan menggunakan cyber notary adalah Para pihak
identitas tersebut dengan orang yang berada dalam teleconference atau video
call, setelah itu, notaris membuatkan akta sesuai dengan bentuk yang telah
pihak di mana dalam pembacaan akta tersebut baik notaris, saksi maupun
para pihak menggunakan teleconference atau video call dalam waktu yang
bersamaan, dan setelah selesai akta tersebut dibacakan dan dipahami oleh
para pihak yang bersangkutan, akta tersebut ditandatangani oleh para pihak,
penjelasan pasal diatas, pembuatan akta secara elektronik oleh pejabat notaris
untuk saat ini belum dimungkinkan.Hal ini didasari belum adanya kepastian
konferensi belum diatur secara jelas dan lengkap dalam UUPT karena
ketentuan yang ada dalam UUPT mengenai video konverensi hanya terkait
7
Luthvi Febryka Nola, ‘Peluang Penerapan Cyber notary Dalam Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia’, Jurnal Negara Hukum, 2011, hlm 98.
8
wardani Rizkianti, ‘Akta Otentik Rapat Umum Pemegang Saham (Rups) Melalui
Media Telekonferensi (Mekanisme Pembuatan Dan Kekuatan Pembuktiannya)’, Jurnal
Yuridis, 2016, hlm 97.
9
Yahya Agung Putra, Annalisa Yahanan, and Agus Trisaka, ‘Video Konferensi
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Berdasarkan Pasal 77 Undang-Undang Perseroan
Terbatas’, Repertorium Jurnal Ilmiah Hukum Kenotariatan, 2019, hlm. 47.
10
Cyndiarnis Cahyaning Putri, Op. Cit. hlm 35.
28
siapa saja yang dapat terlibat dalam kegiatan sertifikasi transaksi elektronik
kemajuan teknologi dan kebutuhan akan kepastian hukum guna adanya suatu
dalam hal pembuatan akta hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Notaris.
B. Keabsahan Akta Notaris Yang Dibuat Secara Elektronik (Cyber notary)
bahwa “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
sebagian wewenang dari kekuasaan negara khusus membuat alat bukti tertulis
pemerintahan.
dikarenakan Notaris secara khusus dalam pembuatan akta otentik yang telah
11
Soegondo Notodisoerjo, Op. Cit, hlm 47.
31
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai
Notaris dilarang:
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari
kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah;
c. merangkap sebagai pegawai negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara;
e. merangkap jabatan sebagai advokat;
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha
swasta;
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah
dan/atau Pejabat Lelang Kelas II di luar tempat kedudukan
Notaris ;
h. menjadi Notaris Pengganti;
i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma
agama,kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi
kehormatan dan martabat jabatan Notaris.
dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.Hal tersebut telah
kenotariatan;
tugas/jabatannya di hadapan pejabat yang berwenang untuk itu, dalam hal ini
yang sangat prinsipal bagi seseorang yang akan menjalankan tugas jabatannya
sebagai notaris. Berkaitan dengan hal tersebut, akta yang dibuat notaris
hubungan hukum.Selain akta notaris bersifat otentik, akta tersebut juga dibuat
sebagai alat bukti yang sempurna dalam setiap permasalahan yang terkait
dengan akta notaris tersebut.Kekuatan akta notaris sebagai alat bukti terletak
akta.12
Ibid. hlm 5.
12
oleh pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik
tersimpul suatu sifat dan ciri khas yang membedakannya dari jabatan-jabatan
belum dijabarkan secara jelas dan lengkap. Akan tetapi, dalam ketentuan
membuat akta otentik yang terkait dengan semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang
dijalankan oleh notaris seperti yang telah disebutkan di atas, antara Pasal 15
ayat (3) dan Pasal 16 ayat (1) huruf m Undang-undang Nomer 2 Tahun 2014
14
Notodisoerjo,Ibid. hlm 44.
36
penjelasan pasal 15 ayat (3) yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
(cyber notary), membuat Akta ikrar wakaf, dan hipotek pesawat terbang.
Sedangkan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m menyatakan bahwa notaris harus
(dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan Akta
wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh
yang berbasis elektronik, yang mana dari otentifikasi dokumen tersebut dapat
di print out di manapun berada dan kapan saja.Cyber notary juga mempunyai
dan autentifikasi dalam lalu linstas transaksi elektronik. Sertifikasi itu sendiri
Lain halnya dengan fungsi autentifikasi yang berkaitan dengan aspek hukum
cyber notary yang digunakan dalam tesis ini menunjuk pada seorang pejabat
dalam penulisan tesis ini, maka teori tersebut tidak dapat digunakan karena
2 Tahun 2014 merupakan dua pasal yang berada dalam satu undang-undang.
melakukan sertifikasi transaksi secara cyber notary dan Pasal 16 UUJN telah
1868 KUH Per. Cyber notary telah dilaksanakan oleh notaris seperti
mana aktanya merupakan jenis akta relaas. Hal ini dikarenakan dalam
komputer dalam pembuatan akta dan pada saat proses pendaftaran badan
Sisminbankum itu sendiri adalah sutau sistem komputerisasi yang dibuat oleh
notary. Hal ini dikarenakan notaris harus melihat dan mendengar secara
pihak, saksi dan notaris itu sendiri (Pasal 16 ayat (1) huruf m Undang-undang
akta partij dengan caracyber notary seperti yang telah dilakukan dalam
Keterangan atau penjelasan para pihak atau hasil tanya jawab dengan
para pihak dan bukti-bukti yang diberikan kepada notaris yang kemudian
membanguan struktur akta notaris. Beberapa hal yang dapat dijadikan dasar
yang berisi mengenai kedudukan para pihak, batasan-batasan yang boleh dan
tidak boleh dilakukan menurut aturan hukum, hal-hal yang dibatasi dalam
kedudukannya sebagai akta otentik meliputi lima bagian yaitu 16: Dapat
akta dibawah tangan, Dibatalkan oleh para pihak sendiri, dan dibatalkan oleh
penerapan asas Praduga Sah. Alasan penulis agar akta partij juga dapat
15
Habib Adjie, Kebatalan Dan Pembatalan Akta Notaris, Reflika Aditama,
Bandung, 2011, hlm 37.
16
Ibid, hlm 81.
40
perdagangan bebas.
ditampilkan dan didengar melalui komputer atau sistem elektronik tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, atau simbol yang mempunyai makna dan
dapat dijadikan alat bukti yang sah.Hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) UU
ITE.
hasil print out dari sertifikasi tersebut dapat juga dikategorikan ke dalam
akta.
akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau
41
dimana akta itu dibuat.”Pasal 1868 BW merupakan sumber untuk otensitas akta
Notaris juga merupakan dasar legalitas eksistensi akta Notaris, dengan syarat-
a. akta itu harus dibuat oleh (door) atau dihadapan (ten overstaan)
seorang pejabat Umum.
b. akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang,
c. Pejabat Umum oleh - atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus
mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut.
Bahwa akta Notaris bisa dibuat karena ada permintaan para penghadap
dalam akta notaris, setelah notaris mendengarkan maksud dan tujuan para pihak,
maka notaris harus bisa mengambil perbuatan hukum apa yang dinginkan oleh
para pihak sekaligus memberikan penyuluhan hukum mengenai akta yang akan
dibuat apakah telah sesuai dengan undangundang atau tidak, setelah notaris
notaris membuat akta dengan bentuk dan cara yang telah tercantum dalam pasal
Bentuk dan tata cara pembuatan akta notaris dapat dikatakan sah
cyber notary memiliki akibat bahwa akta tersebut sah untuk disebut sebagai
43
kewajiban dalam pembuatan akta otentik. Hal tersebut telah diatur dalam
Apabila akta tersebut dibuat oleh notaris, maka harus dibacakan pula oleh
pegawai notaris.
dalam pembuktian, maka dapat dilihat jika dalam pembuatan akta notaris
pembacaan akta merupakan hal yang wajib dilakukan oleh notaris dalam
pembacaan akta tidak dilakukan oleh notaris maka akta tersebut akan
dengan kata lain akta tersebut telah kehilangan keotentisitasnya. Hal tersebut
telah diatur dalam Pasal 16 ayat (9) Undang-Undang Jabatan Notaris yang
berbunyi: “Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
m dan ayat (7) tidak dipenuhi, Akta yang bersangkutan hanya mempunyai
oleh para pihak atas kehendak/keinginan para pihak itu sediri. Tetapi hal
tersebut telah di jelaskan lagi dalam pasal 16 ayat (8) Undang-undang Nomor
komparasi, penjelasan pokok Akta secara singkat dan jelas, serta penutup
Akta.
karena tidak dibacakannya akta oleh notaris. Selain hal tersebut, dengan
merupakan salah satu dari wujud kepercayaan masyarakat yang diwakili oleh
Pejabat umum dalam hal ini notaris, dalam membuat akta harus
apakah akta yang dibuat adalah akta relaas atau akta partij, Notaris membuat
juga notaris.
namun bermanfaat pula bagi para penghadap. Berikut ini beberapa manfaat
dari pembacaan akta yang dilakukan oleh notaris: notaris masih memiliki
untuk memeriksa akta yang telah dibuat, namun manfaat ini bukanlah satu-
hal yang kurang jelas di dalam isi akta dan pembacaan akta memberi
sebelum akta selesai diresmikan dengan tanda tangan para pihak, saksi dan
46
notaris untuk melakukan pemikiran ulang dengan kata lain revisi isi
membacakan akta dan selama obyek dari perjanjian tersebut masih di dalam
menggunakan cyber notary dan akta tersebut tetap sah selama bentuk dari
pasal 1868 KUH Perdata yang di dalamnya mengatur akta otentik termasuk
juga akta notaris, wajib dibuat dalam bentuk yang telah ditentukan oleh
undang-undang dan akta tersebut dibuat oleh atau dibuat di hadapan pejabat
umum yang berwenang di tempat di mana akta itu dibuat, sehingga apabila
akta yang dibuat tersebut telah sesuai dengan bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang dan pejabat umum yang membuat akta tersebut sesuai dengan
penghadap dan paling sedikitdihadiri oleh 2 (dua) orang saksi, dan dalam
fisik, jika dijabarkan kata demi kata yaitu hadir dansecara fisik.Hadir artinya
ada atau datang sedangkan kata fisik mempunyai arti badan/jasmani, sehingga
maksud hadir secara fisik yaitu ada secara jasmanidengan kata lain berwujud
atau terlihat secara fisik. Penjelasan tentang hadir secara fisik menimbulkan
atau lebih di tempat yang berbeda dengan fasilitas suara dan gambar yang
senyatanya, sehingga bentuk wajah, suara dan keadaan nyata dapat terlihat.
party) namun notaris juga dapat mengeluarkan digital certificate kepada para
kepastian hukum kepada pihak yang bersangkutan. Akan tetapi, hal tersebut
dilakukan di hadapan para penghadap dan para saksi. Ketentuan ini akhirnya
kepada masyarakat.
akta dalam arti yang seluasnya dan pembuatan akta secara cyber notary pada
menggunakan cyber notary sama dengan pembuatan akta notaris. Hal ini
secara cyber notary menurut penulis mempunyai prosedur yang sama dengan
pembuatan akta notaris yang telah dilaksanakan selama ini. Akan tetapi, yang
mana selama ini menghadap disini dilakukan dengan cara hadir secara fisik
49
call.
maksud dan tujuan menghadap notaris dan menyampaikan akta yang akan
dibuat, para pihak harus menunjukkan identitas mereka secara jelas kepada
yang berada dalam teleconference atau video call, setelah itu, notaris
membuatkan akta sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan oleh undang-
pembacaan akta tersebut baik notaris, saksi maupun para pihak menggunakan
teleconference atau video call dalam waktu yang bersamaan, dan setelah
selesai akta tersebut dibacakan dan dipahami oleh para pihak yang
bersangkutan, akta tersebut ditandatangani oleh para pihak, saksi dan notaris
Sertifikat Elektronik(e-certificate).
tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau
method);
d. suara (voice);
e. wajah (face)
f. DNA
yang dihasilkan dari dokumen dan kunci privat dan verifikasi tanda tangan
digital yang merupakan suatu proses pengecekan tanda tangan digital dengan
tersebut dibuat untuk dokumen yang sama yang menggunakan kunci privat.
tangan digital juga dapat memenuhi unsur yuridis seperti yang tertuang di
digital mempunyai sifat “one signature document” yang mana apabila terjadi
perubahan sedikit saja pada tulisan yang dikirim maka tanda tangan
digitalnya juga akan berubah dan akan menjadi tidak valid lagi. Berdasarkan
disebut Akta adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini,
Kedua, Apabila sertifikasi yang tercantum dalam penjelasan Pasal 15 ayat (3)
bukanlah akta otentik. Hal ini dikarenakan dalam legalisasi, notaris harus
dengan kata lain surat di bawah tangan dibuat sendiri oleh para pihak tetapi
surat tersebut harus dibacakan dan ditanda tangani di hadapan notaris maupun
para pihak. Di hadapan di sini diartikan hadir secara fisik bukan melalui alat
kepastian tanggal dan tanda tangan yang dilakukan oleh para pihak/
penghadap.
memang hal ini yang dimaksudkan maka sertifikasi itu sendiri bukanlah akta
jawab baik terhadap kepastian tanggal, waktu maupun isinya serta bentuk dari
sendiri harus memuat perbuatan hukum, perjanjian dan ketetapan yang tidak
pada Pasal 1365 KUH Perdata yang menyatakan tentang tanggung gugat yang
unsur kesalahan dan unsur kesalahan tersebut harus dibuktikan oleh pihak
apabila syarat 1 (satu) dan 2 (dua) tidak terpenuhi perjanjian tersebut menjadi
17
Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, Refika
Aditama, Bandung, hlm 78.
54
batal demi hukum. Begitu pula terhadap syarat 3 (tiga) dan 4 (empat) tidak
terpenuhi maka dapat dibatalkan. Sehingga isi dari sertifikasi atas transaksi
yang dimaksud dalam Pasal 1320 KUH Perdata.isi dari sertifikasi itu sendiri
dilarang dan juga harus memenuhi unsur-unsur 1320 KUH Perdata. Bukan
hanya ketiga hal tersebut di atas, substansi itu sendiri juga meliputi bentuk
dari sertifikasi transaksi itu sendiri.Di mana bentuk tersebut juga harus sesuai
akta otentik.
elektronik dan dokumen elektronik sebagai alat bukti yang sah, namun tidak
Halini dapat dilihat dalam Pasal 5 ayat (4), yang menentukan bahwa:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk Surat yang menurut
terbatas pada surat berharga, surat yang berharga, dan surat yang digunakan
pada ayat (1) tidak berlaku untuk surat beserta dokumennya yang menurut
undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta yang dibuat
oleh pejabat pembuat akta, maka ketentuan tersebut tidak akan mencapai
maksud dan tujuan dari UUITE yaitu dokumen elektronik dan tanda tangan
dihadapan atau oleh Notaris/ Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dengan
terhadap dokumen atau akta notaris atau akta yang dibuat oleh PPAT.
ketentuan Pasal 1870 KUH Perdata yang menyatakan bahwa akta otentik
memberikan kekuatan bukti lengkap dan mengikat bagi para pihak, ahli
terdiri dari akta otentik dan akta di bawah tangan.Akta di bawah tangan
surat-surat urusan rumah tangga, dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa
bawah tangan merupakan akta yang sengaja dibuat oleh para pihak sendiri
dan tidak dibuat oleh pejabat umum yang mempunyai kewenangan membuat
akta yang oleh para pihak dipergunakan sebagai alat bukti telah terjadinya
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para
bahwa sertifikasi transaksi yang menggunakan cyber notary tetap sah selama
memenuhi unsur-unsur otentisitas akta dan bentuk akta yang telah diatur
pembuktian yang sempurna layaknya akta otentik, hal tersebut karena akta
57
melalui media elektronoik diatur pada pasal 77 ayat (1) UU PT, dimana para
peserta RUPS tidak harus hadir secara fisik di tempat yang sama dimana
RUPS diselenggarakan namun peserta yang tidak hadir ini tetap dapat
Negara dimana tidak semua peserta dapat hadir secara fisik di tempat yang
Yuridis Akta Notaris Terhadap Pemberlakuan Cyber notary Di Indonesia Menurut Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014’, Repertorium, 2.2 (2015), hlm. 18-19.
58
peserta hanya dapat mendengar suara peserta lain tanpa melihat rupa peserta
lainnya, dan video conference dimana para peserta dapat mendengar suara
kendali terhadapnya, selain itu para peserta dapat berbagi aplikasi lainnya
namun masih dapat mendengar dan melihat peserta lainnya secara langsung
RUPS, terdapat kewajiban membuat akta Notaris bila materi RUPS adalah
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta
Dalam hal ini, hasil keputusan RUPS yang materi rapatnya adalah
melalui video conference maka harus dibuatkan akta notaris. Terkait dengan
pada ayat (1) harus dibuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditandatangani
dalam RUPS biasa atau konvensional akta risalah RUPS ditandatangani oleh
elektronik. Dalam pelaksanaan RUPS melalui video conference ini yang perlu
konvensional yaitu pada RUPS secara konvensional para peserta RUPS hadir
secara fisik pada waktu dan tempat yang sama dimana RUPS diselenggarakan
sedangkan pada RUPS melalui veideo conference ada peserta yang tidak
hadir di tempat yang sama namun pada waktu yang sama dapat mengikuti
Terkait hasil RUPS yang harus dibuatkan dalam bentuk akta, sebuah
akta dapat disebut sebagai akta otentik jika memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: a. Bentuk akta tersebut sesuai dengan yang ditentukan oleh undang-
akta adalah UU JN. Sehingga bentuk akta yang otentik harus mengikuti UU
60
JN pasal 38. b. Akta otentik dibuat di hadapan pejabat umum yang diangkat
oleh Menteri. Dalam hal ini Notaris adalah salah satu pejabat umum yang
1868 KUH Perdata). c. Akta otentik dibuat oleh pejabat umum yang
dengan seorang Notaris yang belum disumpah tidak dapat membuat sebuah
Berdasarkan pasal 1 angka 1 dan pasal 15 ayat (1) UUJN jelas bahwa
perseroan, oleh karenanya akta hasil keputusan RUPS yang dibuat oleh
Notaris dapat dikatakan sebagai akta otentik. Hal ini sesuai dengan pasal
1868 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, akta otentik adalah : “suatu akta
hadapan pejabat umum yang berwenang untuk maksud itu, di tempat di mana
uraian tentang pembacaaan akta terkait Pasal 16 ayat (1) huruf m UU JN serta
dan tempat penandatanganan. Hal ini bertujuan agar akta yang dibuat dapat
penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4
(empat) orang saksi khusus untuk pembuatan akta wasiat di bawah tangan,
dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris”
(dua) orang saksi dan khusus untuk akta akta waris harus dihadiri oleh 4
(empat) orang saksi, artinya prosedur pembuatan akta risalah RUPS juga
harus dihadiri secara langsung oleh Notaris, para penghadap dan 2 (dua)
orang saksi. Apabila prosedur ini tidak dilaksanakan oleh Notaris dalam
dengan para penghadap dan saksi maka sanksi nya adalah kedudukan akta
tersebut menjadi akta di bawah tangan. Dalam hal ini yang menjadi
tidak mewajibkan kehadiran para penghadap di satu tempat yang sama. Hal
ini tentu tidak sesuai dengan aturan pasal 16 ayat (1) huruf m UU JN maka
62
bila yang menjadi dasar acuan adalah pasal 16 ayat (1) huruf m akta RUPS
RUPS melalui video conference dimana dimungkinkan ada peserta rapat yang
mengikuti jalannya RUPS dari tempat lain namun masih dapat melihat dan
derogate legi generali adalah asas preferensi undang undang yang merujuk
kepada dua undang undang yang secara hierarkis memiliki kedudukan yang
terdapat perintah mengenai bentuk dan tata cara pembuatan akta notaris (akta
63
dalam hal ini yaitu lembaga Departemen Perwakilan Rakyat. Jika digunakan
ayat (1) jo. Penjelasan Pasal 77 ayat (4) UU PT. Dengan konstruksi hukum
seperti ini maka ketentuan sanksi yang terdapat pada pasal 16 ayat (9) tidak
berlaku dan ketentuan pada pasal 16 ayat (1) huruf m ini hanya berlaku pada
akta-akta selain akta RUPS sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 77 ayat
(1) jo. penjelasan pasal 77 (4) UU PT. Dalam pelaksanaan pasal 77 ayat (1)
bentuk akta terkait pasal 38 . Pada pembuatan akta biasa atau konvensional
bentuk akta terutama pada bagian penutup akta sudah tentu menunjukkan
bahwa para penghadap, saksi dan Notaris hadir di suatu tempat dan waktu
yang sama. Lain halnya dengan RUPS melalui video conference, tempat
peserta RUPS yang berbeda dengan peserta lainnya harus secara tegas
tangan. Dari uraian di atas maka kedudukan hukum akta risalah RUPS yang
lex specialis derogate legi generali dimana yang menjadi lex generalis–nya
adalah pasal 16 ayat (1) huruf m , sedangkan lex specialis-nya adalah Pasal
Konflik norma antara Pasal 15 ayat (3) dengan Pasal 16 ayat (1) huruf
UUJN dan juga dapat membuat akta notaris pada umumnya sepanjang
pelaksanaan pasal tersebut sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) huruf m dan Pasal
38 UUJN serta juga harus memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 1868 KUH
Perdata yang merupakan syarat otentisitas akta. Hal ini dikarenakan dalam
dan sertifikasi transaksi yang menggunakan cyber notary adalah sah karena
telah diatur dalam Pasal 15 ayat (3) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014
(1) tidak berlaku untuk: a) Surat yang menurut undang-undang harus dibuat
undang-undang harus dibuat dalam akta notaril atau akta yang dibuat oleh
PENUTUP
A. Kesimpulan
notaris, maka akta tersebut adalah sah. Konflik norma antara Pasal 15 ayat
(3) dengan Pasal 16 ayat (1) huruf m UUJN dapat diselesaikan dengan
tetap menggunakan Pasal 15 ayat (3) UUJN dan juga dapat membuat akta
66
Pasal 16 ayat (1) huruf m dan Pasal 38 UUJN serta juga harus memenuhi
otentisitas akta.
B. Saran
1. Pemerintah perlu menerbitkan peraturan perundang-undangan baru yang
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung. Mandar
Maju.
68
Habib Adjie. 2011. Kebatalan Dan Pembatalan Akta Notaris. Bandung. Reflika
Aditama.
Habib Adjie. 2009. Sanksi Perdata Dan Administrasi Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik. Bandung. PT. Refika Aditama.
Mochtar Kusumaatmadja di dalam Otje Salman dan Eddy Damian. 2002. Konsep-Konsep
Hukum dalam Pembangunan. Bandung. Alumni.
Peter Mahmud Marzuki. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Kencana Pranada
Media Group.
69
Salim H.S., dan Erlies Septiani Nurbani. 2017. Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis Dan Disertasi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Salim HS. 2016. Teknik Pembuatan Akta Satu. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Satjipto Rahardjo di dalam Abd. G. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari. 1980.
Beberapa Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia. Bandung. Alumni.
70
JURNAL HUKUM:
Desy Rositawati, I Made Arya Utama, dan Desak Putu Dewi Kasih. 2017.
‘Penyimpanan Protokol Notaris Secara Elektronik Dalam Kaitan Cyber
notary’, Acta Comitas, Acta Comitas. Universitas Udayana. Bali.
Dewa Ayu Widya Sari. 2017. ‘Kewenangan Notaris Di Bidang Cyber notary
Berdasarkan Pasal 15 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris’. Acta Comitas. Vol 2. Universitas Udayana. Bali.
Kartini Siahaan. 2019. ‘Kedudukan Hukum Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Pada
Tindak Pidana Pemalsuan Surat Dalam Proses Peradilan Pidana’, Recital
Review. Universitas Jambi. Jambi.
Luthvi Febryka Nola. 2011. Peluang Penerapan Cyber notary Dalam Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia. Negara Hukum, Vol 2.
Syamsir, Elita Rahmi, dan Yetniwati. 2019. ‘Prospek Cyber notary Sebagai Media
Penyimpanan Pendukung Menuju Profesionalisme Notaris’, Recital
Review. Universitass Jambi. Jambi.
Wardani Rizkianti. 2016. ‘Akta Otentik Rapat Umum Pemegang Saham (Rups)
Melalui Media Telekonferensi (Mekanisme Pembuatan Dan Kekuatan
Pembuktiannya)’, Jurnal Yuridis. Vol 3.Universitas Pembangunan
Nasioanl “Veteran” Jakarta. Jakarta.
72
Yahya Agung Putra, Annalisa Yahanan, dan Agus Trisaka. 2019. ‘Video
Konferensi Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Berdasarkan Pasal 77
Undang-Undang Perseroan Terbatas’, Repertorium Jurnal Ilmiah Hukum
Kenotariatan, Vol 8. Universitas Sriwijaya. Palembang.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: