Anda di halaman 1dari 6

URAIAN UNSUR PASAL

Pasal 263 Ayat (1) KUHP Tentang Pemalsuan Surat

Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak,
sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan
sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh
orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka
kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan
surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.

 Unsur Barang Siapa

 Dalam hal ini merupakan orang atau badan hukum sebagaimana merujuk pada
pasal 1 angka 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 201 tentang Merek dan
Indikasi Geografis yang mana menjelaskan orang adalah orang perseorangan atau
badan hukum
 Bahwa badan hukum termasuk didalammnya Perseroan Terbatas sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undnag Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan terbatas dimana menjelaskan bahwa Perseroan Terbatas yang
selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksaannya
 Bahwa merujuk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas yang menjelaskan bahwa Direksi adalah organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan serta mewakili perseroan, baiik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

 Membuat Surat Palsu atau memalsukan surat


 Bahwa perbuatan membuat surat palsu adalah membuat surat yang sebelumnya
tidak ada/belum ada, yang Sebagian atau seluruh isinya palsu. Adapun maksud
memalsukan surat adalah merujuk pada perbuatan yang ditujukan pada surat yang
sudah ada namun mengubah, menghapus atau mengganti salah satu isi surat
sehingga berbeda dari surat sebelumnya.
 Bahwa menurut R.Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-undang Hukum Pidana
adalah membuatisi yang bukan semestinya atau membuat isinya sedemikian rupa
sehingga menunjukan asala surat itu yang tidak benar. Sedangkan memalsukan
surat menurut R, Soesilo adalah merubah surat sedemikian rupa sehingga hasilnya
menjadi lain dari isi yang asli
 Bahwa surat terdiri dari 4 objek yaitu surat yang menimbulkan hak, surat yang
menimbulkan perikatan, surat yang menimbulkan pembebasan hutang, dan surat
yang dibuat untuk membuktikan suatu hal/keadaan tertentu.

 yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu
pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu
perbuatan

 yang dapat menerbitkan suatu hak misalnya ijazah, surat kerja, surat andil, dll

 yang dapat menrbitkan suatu perjanjian misalnya surat kerja sama, surat perjanjian
jual beli, surat perjanjian piutang, surat perjanjian sewa, dll

 yang dapat menerbitkan pembebasan utang misalnya kwitansi, cek , dll

 yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi suatu perbuatan, misalnya akte,
sertifikat, buku tabungan, obligasi, surat angkutan, surat keterangan merek, dll

 Dengan maksud
 Orang yang melakukan sesuatu dengan melawan hukum untuk menghendaki
perbuatan dengan akibat apabila perbuatan tersebut terjadi

 menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah


surat itu asli dan tidak dipalsukan

 Dalam hal ini merupakan orang atau badan hukum yang memperoleh surat palsu
dan menggunakan seperti asli

 Dapat Menimbulkan Kerugian


 Dalam hal ini adalah dampak dari suatu perbuatan yang dapat menimulkan kerugian
bagi orang lain bagi secara materil maupun imateril. Mengutip dari HR 22 April 1907
, menurut tafsi yang dibuat Lamintang, suatu perbuatan tidak harus menimbulkan
kerugian namun cukup ada kemungkinan kerugian.
 Bahwa menurut R.Seosilo, kata “dapat” maksudnya tidak perlu kerugian itu nyata
dan benar terjadi, tetapi baru kemungkinan saya akan adanya kerugian dari perbuatan
pemalsuan tersebut sudah cukup untuk menjerat pelaku pemalsuan surat.
 Bahwa kerugian atas perbuatan membuat surat palsu atau memalsukan surat bukan
hanya berupa kerugian materil saja namun juga kerugian immaterial.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah)
 Unsur Setiap Orang
 Orang atau badan hukum yang mana pada undang-undang korupsi ini subjek
hukumnya adalah orang perseprangan dan/atau korporasi
.
 Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau sutu korporasi
 Bahwa unsur pasal ini bersifat alternatif yang mana apabila salah satu unsur telah
terpenuhi maka dianggap sudah terbukti unsur tersebut. Dimanan berdasarkan fakta
persidangan, uang hasil tindak pidana tersebut dapat memberikan kekayaan dan/atau
keuntungan baik materil maupun imateril.

 Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena


jabatan atau kedudukan

 unsur menyalahgunakan kewenangan ini haruslah yang dilakukan oleh pegawai


negeri sipil atau penyelenggara negara karena perbuatan penyalahgunaan
wewenang hanya dapat dilakukan oleh pegawai negeri atau pejabat yang diberikan
wewenang menjalankan pelayanan public.

 Bahwa berdasarkan putusan Nomor 6/Pid.Sus/2014/PN.Plg dengan terdakwa


Suhrawardy, majelis hakim memaknai penyalahgunaan wewenang sebagai
menggunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang melekat pada jabatan
atau kedudukan yang dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk
tujuan lain dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan, atau sarana
tersebut. Pihak yang dapat melakukan tindak pidana korupsi dengan cara
“menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada karena jabatan
atau kedudukan” adalah pegawai negeri, sedangkan pelaku tindak pidana korupsi
yang bukan pegawai negeri atau perseorangan swasta tetap dimungkinkan
melakukan tindak pidana korupsi sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang PTPK
hanya saja harus dengan cara menyalahgunakan kesempatan atau sarana yang ada
karena kedudukan saja.
 Menurut Prof. Jean Rivero dan Prof. Waline, pengertian penyalahgunaan
kewenangan dalam hukum administrasi dapat diartikan dalam wujud yaitu :

- Penyealahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang


bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan
kepentingan pribadi, kelompok atau golongan
- Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat tersebut adalah
benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa
kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan
lain.
- Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur yang
seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah
menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

 Bahwa Puspenkum kejagung juga menjelaskan arti penyalahgunaan wewenang


menurut UU pemberantasan Tipikor yaitu:
- Melanggar aturan tertulia yang menjadi dasar kewenangan
- Memiliki maksud yang menyimpang walaupun perbuatan sudah sesuai dengan
peraturan
- Berpotensi merugikan negara

 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

 Bahwa unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara akan
terbukti melalui Laporan Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
mana negara telah mengalami kerugian akibat perbuatan yang dilakukan oleh
orang/badan hukum

 Bahwa penerapan mengenai unsur merugikan keuangan negara sesuai dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006 terkait dengan kata “dapat” dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 UU Tipikor memiliki pengertian dalam konsep delik formil, yaitu
adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang
dirumuskan, bukan dengan timbulnya akibat.

 Bahwa akibat dari tindak pidana korupsi tersebut dapat menimbukan akibat berupa:

- keuangan negara sudah berkurang jumlahnya akibat tindak pidana korupsi tersebut
- keuangan negara atau perekonomian negara tidak dirugikan atau masih utus sedia
kali atas akibat dari tindak pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai