Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak,
sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan
sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh
orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka
kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan
surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.
Dalam hal ini merupakan orang atau badan hukum sebagaimana merujuk pada
pasal 1 angka 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 201 tentang Merek dan
Indikasi Geografis yang mana menjelaskan orang adalah orang perseorangan atau
badan hukum
Bahwa badan hukum termasuk didalammnya Perseroan Terbatas sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undnag Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan terbatas dimana menjelaskan bahwa Perseroan Terbatas yang
selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksaannya
Bahwa merujuk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas yang menjelaskan bahwa Direksi adalah organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan serta mewakili perseroan, baiik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu
pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu
perbuatan
yang dapat menerbitkan suatu hak misalnya ijazah, surat kerja, surat andil, dll
yang dapat menrbitkan suatu perjanjian misalnya surat kerja sama, surat perjanjian
jual beli, surat perjanjian piutang, surat perjanjian sewa, dll
yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi suatu perbuatan, misalnya akte,
sertifikat, buku tabungan, obligasi, surat angkutan, surat keterangan merek, dll
Dengan maksud
Orang yang melakukan sesuatu dengan melawan hukum untuk menghendaki
perbuatan dengan akibat apabila perbuatan tersebut terjadi
Dalam hal ini merupakan orang atau badan hukum yang memperoleh surat palsu
dan menggunakan seperti asli
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah)
Unsur Setiap Orang
Orang atau badan hukum yang mana pada undang-undang korupsi ini subjek
hukumnya adalah orang perseprangan dan/atau korporasi
.
Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau sutu korporasi
Bahwa unsur pasal ini bersifat alternatif yang mana apabila salah satu unsur telah
terpenuhi maka dianggap sudah terbukti unsur tersebut. Dimanan berdasarkan fakta
persidangan, uang hasil tindak pidana tersebut dapat memberikan kekayaan dan/atau
keuntungan baik materil maupun imateril.
Bahwa unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara akan
terbukti melalui Laporan Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
mana negara telah mengalami kerugian akibat perbuatan yang dilakukan oleh
orang/badan hukum
Bahwa penerapan mengenai unsur merugikan keuangan negara sesuai dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006 terkait dengan kata “dapat” dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 UU Tipikor memiliki pengertian dalam konsep delik formil, yaitu
adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang
dirumuskan, bukan dengan timbulnya akibat.
Bahwa akibat dari tindak pidana korupsi tersebut dapat menimbukan akibat berupa:
- keuangan negara sudah berkurang jumlahnya akibat tindak pidana korupsi tersebut
- keuangan negara atau perekonomian negara tidak dirugikan atau masih utus sedia
kali atas akibat dari tindak pidana korupsi.