PENUNTUTAN oleh PENUNTUT UMUM Terdapat perbedaan istilah antara Jaksa dengan Penuntut Umum. Kedua istilah tersebut dapat kita temukan dalam Pasal 1 angka 6 KUHAP yang selengkapnya berbunyi: Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Pengertian penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (“UU Kejaksaan”) adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menentukan
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta authentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya Sedangkan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang tentang Jabatan Notaris
“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua Perbuatan, Perjanjian
dan Ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan Grosse, Salinan dan Kutipan, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-undang” Akta otentik yang demikian merupakan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya. Kekuatan pembuktian sempurna yang terdapat dalam suatu akta otentik merupakan perpaduan dari beberapa kekuatan pembuktian dan persyaratan yang terdapat padanya. Ketiadaan salah satu kekuatan pembuktian ataupun persyaratan tersebut akan mengakibatkan suatu akta otentik tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat, sehingga akta akan kehilangan keotentikannya dan tidak lagi menjadi akta otentik. Walaupun akta notaris merupakan alat bukti yang sempurna, namun akta notaris dalam praktek dapat mengalami degradasi kekuatan alat bukti. Degradasi akta notaris diartikan sebagai akta notaris yang tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik, namun dianggap tulisan dibawah tangan, namun akta bawah tangan tersebut haruslah ditandatangani oleh para pihak. Sepanjang berubahnya atau terjadinya degradasi dari akta otentik menjadi akta di bawah tangan tidak menimbulkan kerugian, notaris yang bersangkutan tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban hukumnya. Biasanya pihak yang merasa dirugikan atas penerbitan suatu akta otentik meminta pengadilan untuk membatalkannya, namun dapat dipertimbangkan juga, dapat meminta suatu akta dinyatakan didegradasi (dinyatakan tidak lagi sebagai sebagai akta otentik) apabila isi dari akta otentik tersebut dirasakan tidak secara substantive/material merugikan salah satu pihak dan hanya menyangkut mengenai cacat formalitas, akibatnya isi/materi dari akta tersebut masih dapat berlaku secara sah dan tidak dinyatakan batal. Seharusnya jika sudah dinyatakan suatu akta otentik didegradasi maka jika akta tersebut dipakai sebagai alat bukti dalam perkara lain, maka tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik. PELAKSANAAN JABATAN NOTARIS Prinsip-prinsip umum pelaksanaan Jabatan Notaris merupakan prinsip-prinsip yang diambil dari beberapa pasal dalam Undang-undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris yang secara umum terkait sikap dan tindakan seorang Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya meliputi prinsip kemandirian, persamaan, profesionalitas, kepastian hukum, larangan penyalahgunaan wewenang, larangan bertindak sewenang-wenang. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip jabatan Notaris tersebut diharapkan dapat membentuk pribadi Notaris sebagai pejabat umum yang idealis, taat terhadap hukum baik mental dan spiritual serta mampu memberikan pelayanan terhadap masyarakat secara baik. Meskipun jabatan Notaris telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris namun sulit diemplementasikan. Dengan prinsip-prinsip tersebut dapat dijadikan pedoman Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, dengan harapan dapat membentuk pribadi Notaris sebagai Pejabat Umum yang idialis, berpegang pada prinsip-prinsip etika profesinya mandiri, jujur, dan profesional baik mental maupun spiritual. Yang pada akhirnya terbentuk dalam hati nuraninya untuk patuh dan taat terhadap hukum atas kesadaran pribadinya sendiri, sebagai salah satu upaya prefentif untuk mencegah dan / atau meminimalisir perbuatan pelanggaran hukum oleh Notaris. Notaris berwenang membuat Akta autentik
Sebelum terjadinya Akta
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat dalam perjanjian; kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; kecakapan untuk membuat suatu perikatan; suatu pokok persoalan tertentu; suatu sebab yang tidak terlarang. Selain itu Perjanjian juga harus didasari oleh itikad baik yakni semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan juga harus dilaksanakan dengan “itikad baik.” Unsur-unsur tersebut adalah yang harus dipenuhi agar suatu perjanjian kerjasama dikatakan sah menurut hukum (memiliki legalitas). Semua syarat yang bertujuan melakukan sesuatu yang tak mungkin terlaksana, sesuatu yang bertentangan dengan kesusilaan yang baik, atau sesuatu yang dilarang oleh undang-undang adalah batal dan mengakibatkan persetujuan yang digantungkan padanya tak berlaku.Jika ada suatu hal yang terlarang dalam perjanjian maka syarat objektif perjanjian tidak terpenuhi sehingga perjanjian itu batal demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Kaitannya sebab terlarang dalam perjanjian dengan potensi adanya pidana jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum. Perjanjian harus memenuhi kesesuaian antara kehendak dan pernyataan yang merupakan dasar dari terbentuknya kesepakatan bagi para pihak. Meskipun terdapat kesesuaian antara kehendak dan pernyataan, suatu tindakan hukum masih dapat dibatalkan (seperti perjanjian jual beli dan kuasa) jika terdapat hal-hal yang membuktikan sebaliknya. Hal ini terjadi apabila terdapat cacat pada kehendak. Misal hutang piutang akan tetapi dibuatkan akta PPJB dan Kuasa jual lunas dengan tujuan untuk memudahkan sita jaminan dll. Hal itu berarti cacat pada kehendak terjadi apabila seseorang telah melakukan suatu perbuatan hukum, padahal kehendak tersebut terbentuk secara tidak sempurna atau utuh. Kehendak yang terbentuk secara tidak sempurna tersebut dapat terjadi karena adanya: Ancaman/paksaan; kekeliruan/kesesatan/kekhilafan; penipuan; dan penyalahgunaan keadaan Ancaman / Paksaan
Ancaman terjadi apabila seseorang menggerakkan orang lain
untuk melakukan suatu perbuatan hukum, dengan menggunakan cara yang melawan hukum mengancam akan menimbulkan kerugian pada orang tersebut atau kebendaan miliknya atau terhadap pihak ketiga dan kebendaan milik pihak ketiga. Suatu ancaman dapat terjadi atau dilakukan dengan menggunakan cara atau sarana yang legal maupun ilegal. Contoh sarana yang legal adalah mengancam dengan pisau. Sedangkan contoh sarana yang legal adalah mengancam untuk melakukan permohonan pailit. Kekeliruan/Kesesatan/Kekilafan :
adalah terdapat kesesuaian antara kehendak
dan pernyataan, namun kehendak salah satu atau kedua pihak terbentuk secara cacat. Diluar hal tersebut, maka akibat dari kekeliruan harus ditanggung oleh dan menjadi risiko pihak yang membuatnya Penipuan adalah apabila seseorang sengaja dengan kehendak dan pengetahuan menimbulkan kesesatan pada orang lain. Penipuan dapat terjadi karena suatu fakta dengan sengaja disembunyikan atau bila suatu informasi dengan sengaja diberikan secara keliru atau dengan menggunakan tipu daya lainnya. Terdapat hubungan yang erat di antara kekeliruan dan penipuan. Perbedaan utama di antara keduanya adalah pada penipuan, unsur perbuatan melawan hukum dari pihak yang menipu dan tanggung gugatnya terlihat dengan jelas. Sedangkan pada kekeliruan hal ini tidak tampak. Selain itu pada kekeliruan masih terdapat peluang untuk mengubah perjanjian. Sedangkan pada penipuan tertutup peluang untuk mengubah perjanjian Penyalahgunaan Keadaan Terdapat beberapa keadaan yang dapat digolongkan ke dalam penyalahgunaan keadaan, yaitu: Keadaan darurat (misalnya posisi obyek akan dilelang) Ketergantungan (misalnya, hanya berharap pada seseorang yang dapat membantu) Gegabah/Sembrono (misalnya dengan ketidakpahamannya soal hukum, akhirnya mempercayakan pada notaris untuk membuatkan perjanjian hutang piutang tetapi justru dibuat dengan perjanjian PPJB dan Kuasa yang diikuti dengan perjanjian untuk membeli kembali) Keadaan kejiwaan yg tidak normal (misalnya tertekan secara psikis karena keadaan wanprestasi sehingga saat tanda tangan akta pengalihan hutang tidak disadari ternyata merupakan PPJB dan Kuasa Jual walaupun kemudian dibuatkan perjanjian dengan hak membeli kembali) Kurang pengalaman (misalnya karena tidak mempunyai pengalaman hukum, sehingga setuju apapun yg ditawarkan notaris untuk menanda tangani akta, salah satunya ketika menanda tangani akta sewa yang beban nilai sewanya tidak wajar. Padahal kenyataan uang sewa tersebut adalah uang cicilan hutang yang dikemas sebagai sewa) ….. Bagaimana mensinkronkan antara tugas dan wewenang penyelidik/penyidik dan penuntut umum yang diberikan oleh KUHAP dengan tugas dan wewenang notaris berdasarkan UU Jabatan Notaris, karena berdasarkan UU Jabatan notaris, notaris adalah pejabat umum pembuat akta otentik.
HATI HATI dalam membuat produk notaris, apapun itu.