Anda di halaman 1dari 7

Aspek Hukum 1

Subjek Hukum dan Objek Hukum

A. Tujuan Hukum:

untuk menjamin adanya kepastian hukum di dalam masyarakat dan harus bersenikan pula
keadilan yaitu rasa keadilan dalam masyarakat.

*Menurut Wiryono Projodikoro: Mewujudkan keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban


dalam masyarakat.

*Menurut Van Alvedoren: mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.

* Kesimpulan: hukum bertujuan untuk mengatur ketertiban dan ketentraman masyarakat


dengan melindungi kepentingan-kepentingan individu dan masyarakat agar tercapat
keadilan di dalam masyarakat.

B. Sumber-sumber hukum:

dapat diartikan sebagai dasar yang sah yang memberikan kekuatan untuk mrmbuat aturan,
menurut para ahli hukum mereka membedakan sumber hukum ke dalam dua jenis, yaitu:
sumber hukum material dan sumber hukum formal. Sumber hukum ada 7, yaitu:

1. Sumber hukum material adalah sumber hukum yang isinya mengikat masyarakat untuk
mematuhi karena sesuai dengan sumber-sumber dari kesadaran hukum yang hidup dalam
masyarakat tersebut, sebagai contoh dalam bidang ekonomi situasi ekonomi dalam
masyarakat akan menyebabkan timbulnya aturan aturan atau hukum dalam bidang
ekonomi.

2. Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat karena pembentukannya diterima oleh masyarakat. Sumber sumber hukum
formal meliputi undang-undang,kebiasaan, yurisprudensi, traktat, pendapat ahli hukum
atau doktrin.
3. Undang-undang merupakan suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan yang
mengikat yang diadakan atau dipelihara oleh penguasa negara.

4. Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama, apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat, maka tindakan yang
berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan atau dianggap sebagai pelanggaran.

5. Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang diikuti dan dijadikan dasar hukum
oleh hakim-hakim berikutnya apabila menghadapi kasus yang sama .

6. Traktat adalah perjanjian diantara dua negara atau lebih mengenai satu hal,dengan
demikian traktat merupakan suatu perjanjian internasional. Apabila dibuat oleh dua negara
dinamakan bilateral sedangkan bila dibuat atau ditandatangani oleh lebih dari dua negara
maka dinamakan perjanjian multilateral.

7. Pendapat ahli hukum atau doktrin adalah apabaila hakim akan menagambil suatu
keputusan atas perkara yang ditanganinya dan merupakan perkara yang agak unik atau
belum pernah terjadi sehingga belum ada undang-undang yang mengatur atau kedua bukan
sebagai kebiasaan dalam masyarakaat atau ketiga belum pernah ada yurisprudensinya dan
tidak ada aturannya dalam traktat. Maka hakim dapat meminta pendapat para ahli hukum
dan pendapat para ahli tersebut dapat dijadikan dasar oleh hakim untuk mengambil
keputusan dan menyelesaikan perkara yang ditanganinnya.

C. Azas-Azas Hukum:

1. Azas Lex spealis derogatlegi lex generalis azas ini berarti hukum atau perundang-
undangan yang bersifat khusus mengesampingkan hukum atau perundang-undangan
yang bersifat umum.
2. Azas lex superiori derogate lex imperiori azas ini berarti peraturan atau hukum yang
lebih tinggi tingkatannya mengalahkan peraturan atau hukum yang lebih rendah
tingkatannya.
3. Azas lex posteriori derogate lex priori azas ini berarti pada peraturan yang sederajat
peraturan yang baru akan mengalahkan peraturan yang lama apabila mengatur
substansi yang sama.
D. Subjek Hukum:

Subjek Hukum adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban yang
memiliki kewenangan untuk bertindak . subjek hukum ada dua,yaitu :

1.Manusia atau Natuulijge persoon

2. Badan Hukum atau Rejh person merupakan badan atau himpunan ataupun kumpulan
orang orang dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Tidak
semua perkumpulan atau organsasi merupakan badan hukum. Badan hukum sebagai subjek
hukum berwenang melakukan tindakan hukum, misalnya mengadakan perjanjian dengan
pihak lain, mengadakan jual beli yang dilakukan oleh pengurusnya atas nama suatu badan
hukum.

E. Objek Hukum:

Adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum, wujud dari objek hukum
adalah benda, dan benda adalah segala sesuatu yang dapat dihakki oleh orang atau dapat
dikuasai dengan hak atau menjadi objek hak seseorang. Biasanya segala sesuatu yang
dimiliki oleh subjek hukum adalah benda. Menurut pasal 503 KUH perdata benda dibedakan
menjadi a benda berwujud adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan diraba oleh indera
manusia seperti tanah, rumah, motor. Sedangkan b benda yang tidak berwujud adalah
semua hak misalnya hak cipta, hak atas paten dsb. Sedangkan menurut pasal 504 KUH
Perdata benda dibedakan menjadi dua yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak
umumnya kegunaan istilah benda bergerak dan benda tidak bergerak lebih sering dipakai.
Ilmu pengetahuan membedakan benda menjadi dua yaitu benda dalam arti luas dan benda
dalam arti sempit, benda dalam arti luas yaitu benda yang dapat menjadi objek hak dan
kewajiban sedangkan dalam benda dalam arti sempit benda yang dapat dilihat. Hukum
perdata menganal perbedeaan dengan benda dalam beberapa macam yaitu a benda yang
dapat diganti dan yang tidak dapat diganti, b benda yang tidak dapat diperdagankan dan
benda yang dapat diperdagangkan , c benda yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi,
dan d benda yang bergerak dan benda yang tidak bergerak.
-Hak-hak kebenaran adalah hak yang memberikan kekuasaan kepada suatu benda,
kekuasaan tersbut dapat dipertahankan pada setiap orang yang melanggar hak tersebut,
hak kebeneran termasuk hak mutlak. Contoh memiliki sebidang tanah

-Hak perseorangan adalah hak yang memberikan suatu tuntutan atau penagihan terhadap
seseorang, hanya dapat dipertahankan kepada orang tertentu saja. Contoh a meminjam
uang ke b, ketika sudah jatuh tempo tetapi tetap belum dibayar dan b mempunyai hak
untuk menuntut pengembalian uangnya.

Aspek Hukum 2

Hukum Perjanjian atau Perikatan:

Dalam hubungan ini terdapat dua istilah yang hampir sama, namun berbeda
pengertiannya ,yaitu: perikatan dan perjanjian. Hukum perikatan dianggap paling penting
karena paling banyak digunakan dalam lalu lintas hukum sehari-hari.

-Perikatan: adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan
hubungan tersebut pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pihak yang berhak menuntut
sesuatu disebut kreditor atau pihak berpiutang , sementara itu pihak yang berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan disebut debitur atau pihak berhutang. Hubungan antara dua
pihak tersebut merupakan hubungan hukum yang berarti bahwa hak kreditur atau yang
berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila tuntutan ini tidak dipenuhi
secara sukarela, kreditur dapat menuntutnya di depan hakim. Menurut pasal 1313 KUHP
suatu perbuatan dimana orang satu atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
yang lain atau lebih ,lebih lanjut pengertian tersebut ditafsirkan sebagai suatu peristiwa
ketika seseorang berjanji kepada orang lain. Atau ketika dua orang saling berjanji untuk
melakukan sesuatu. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara perikatan dan perjanjian adalah perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah
sumber perikatan disamping sumber-sumber lainnya,selain itu dapat diketahui pula bahwa
perikatan adalah suatu peristiwa yang abstrak sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang
konkret. Jadi menurut hukum perjanjian, perjanjian itu lahir karna ada perjanjian atau
persetujuan.

A. Empat Syarat Sahnya Suatu Perjanjian:

1. kemampuan yang bebas dari orang yang mengikatkan diri: Harus bebas dari tekanan dan
ancaman pihak manapun dan bersikap Independen.

2. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian: Semua orang dianggap cakap untuk
membuat perjanjian dalam prinsipnya kecuali yang dilarang oleh undang-undang dianggap
tidak cakap, orang yang tidak cakap itu seperti orang yang belum dewasa dan orang yang
ditempatkan di dalam pengampuan.

3. suatu hal yang tertentu yang diperjanjikan: yang dimaksud hal tertentu adalah apa yang
menjadi hak dan kewajiban dari kreditur dan debitur. Hak dan kewajiban tersebut timbul
dalam suatu perjanjian.

4. suatu sebab yang halal: dimaksud dalam perjanjian artinya tujuan dari para pihak yang
membuat perjanjian untuk dasar yang sah, dan yang dimaksud dengan halal adalah tidak
bertentangan dengan undang-undang , ketertiban umum, dan kesusilaan. Terpenuhnya atau
tidak sebab yang halal semata-mata ditentukan oleh isi atau objek perjanjian. Dengan ini
syarat perjanjian ini disebut dengan syarat objektif.

B. Azas Azas Hukum Perjanjian:

1. Azas kebebasan Berkontrak: azas ini memperbolehkan setiap masyarakat untuk membuat
perjanjian yang berisi apapun asalkan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan perundang-undangan. Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada masyarakat atau siapa saja untuk mengadakan perjanjian.

2. Azas Konsensualisme: perjanjian ini terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak atau
kesepakatan dari para pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat dibuat secara bebas, tidak
terikat bentuk tertentu dan perjanjian itu telah lahir pada detik tercapainya kata sepakat
dari para pihak.
3. Azas Pakta Sunt Ser Panda: Azas ini harus dipatuhi sebagai suatu prinsip yang menetapkan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya, azas ini melandasi pernyataan bahwa semua perjanjian akan
menyebabkan suatu kewajiban hukum sehingga para pihak terikat untuk melaksanakan
perjanjian tersebut. Perjanjian dibuat sendiri oleh para pihak dan mereka juga yang
menentukan isinya dan cara pelaksanaannya. Azas ini kekuatannya sama dengan undang-
undang.

4. Azas Kepribadian atau personalita: azas ini dismpulkan dari pasal 1315 KUHP Perdata
yang berbunyi “ pada umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri
atau meminta ditetapkannya suatu yang melainkan untuk dirinya sendiri. Perikatan hukum
yang dilahirkan oleh suatu perjanjian bahwa hanya mengikat orang-orang yang membuat
perjanjian itu dan tidak mengikat orang lain. Sebuah perjanjian hanya meletakan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban antara para pihak yang membuatnya. Orang lain atau pihak ketiga
tidak ada sangkut pautnya dengan perjanjian tersebut.

5. Azas Itikad Baik: Semua perjanjian yang dibuat harus dilandasi dengan itikad baik.
perjanjian yang dibuat harus memperhatikan norma-norma kepatutan dan kesusilaan.
Perjanjian yang dibuat harus mencerminkan suasana batin yang tidak menunjukan adanya
kesengajaan untuk merugikan orang lain.

C. Hapusnya Perikatan:

Perikatan akan dihapus apabila terjadi:

1. Pembayaran.

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpangan atau penitipan.

3. Notasi atau pemberian hutang .

4. Merupakan perjumpaan hutang.


D. Wanprestasi:

Wanprestasi adalah apabila debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya , maka
dikatakan ia melakukan wanprestasi. Ia lalai atau ingkar janji dan melanggar perjanjian serta
Bila ia melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. Kata wanprestasi berasal dari
bahasa Belanda yang berarti prestasinya buruk. Wanprestasi dapat berupa:

A. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.


B. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
C. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
D. Melakukan sesuatu yang dalam perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Terhadap kelalaian atau kealfaan yang disebut wanprestasi dapat diancam beberapa sanksi
atau hukuman, yaitu:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh debitur atau membayar ganti rugi
2. Pembatalan perjanjian atau dinamakan pemecahan perjanjian
3. Peralihan resiko.
4. Membayar biaya perkara jika sampai ke pengadilan.

*Debitur bisa membela diri atas ancaman sanksi kepadanya, jadi seorang debitur yang
dituduh lalai dan dimintakan kepadanya diberikan hukuman atau kelalaian ia dapat
membela diri dengan mengajukan beberapa macam alasan untuk membebaskan dirinya dari
hukuman-hukuman itu. Alasan itu bisa seperti:

a) debitur berada di dalam keadaan yang terdesak atau memaksa,

b) dan juga dapat membuat alasan bahwa kreditor juga lalai dalam menjalankan perjanjian
tersebut,

c) kemudian dapat mengajukan bahwa kreditur dapat melepaskan haknya dengan cara
debitur melakukan ganti rugi.

Anda mungkin juga menyukai