Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ida Bagus Raka Wira Yuda

NIM : 1907521038

No. Absen : 23

Mata Kuliah : Pengantar Hukum Bisnis C5

Dosen : A.A. GA. Dharma Kusuma

Jawaban :

1. a) Secara umum hukum merupakan suatu sistem yang dibuat oleh pihak berwenang ataupun
pemerintah dari suatu negara yang berisi aturan dan norma yang diterapkan guna menciptakan
kedamaian dan ketertiban di negara tersebut.

b) Subyek hukum adalah setiap manusia yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan
menggunakan hak-hak kewajiban dalam masalah hukum. Dan pada dasarnya yang menjadi
subjek hukum adalah manusia/orang atau person.

c) Macam-macam subyek hukum terdiri dari dua jenis :

Manusia Biasa ( Naturlijke Person )

Manusia biasa manusia sebagai subyek hukum telah mempunyai hak dan mampu menjalankan
haknya dan dijamin oleh hukum yang berlaku menurut pasal 1 KUH Perdata menyatakan bahwa
menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak kewarganegaraan.

Setiap manusia pribadi (natuurlijke persoon) sesuai dengan hukum dianggap pantas bertindak
sebagai subyek hukum kecuali dalam Undang-Undang dinyatakan tidak baik seperti halnya
dalam hukum telah dibedakan dari segi perbuatan-perbuatan hukum adalah sebagai berikut :

1.Baik melakukan perbuatan hukum adalah orang dewasa menurut hukum (telah berusia 21
tahun dan berakal sehat).

2.Orang-orang yang belum dewasa (belum mencapai usia 21 tahun).

3.Orang ditaruh dibawah pengampuan (curatele) yang terjadi karena gangguan jiwa pemabuk
atau pemboros.

4.Orang wanita dalam perkawinan yang berstatus sebagai istri.

5.Badan Hukum
Badan Hukum (recht persoon)

Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi status "person"
oleh hukum sehingga mempunyai hak dan kewajiban. Badan hukum dapat menjalankan
perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia. Seperti melakukan perjanjian, mempunyai
kekayaan yang terlepas dari para anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan hukum dengan
manusia sebagai pembawa hak adalah badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan, tidak
dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum dimungkinkan dapat dibubarkan.

Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
hukum yaitu:

1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya

2. Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya

2. a) Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
ataupun semi terbuka dimana sebagian besar saling berinteraksi antara individu- individu yang
berada dalam kelompok tersebut.

b) Yang dimaksud dengan community dan society

- Istilah komunitas dalam Bahasa Inggris adalah community yang berarti masyarakat
setempat. Komunitas adalah kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi tertentu,
memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama, sehingga komunitas ini merujuk pada
warga sebuah desa, sekolah, RT, RW, kota, suku atau bangsa.
- Istilah masyarakat dalam Bahasa Inggris disebut society yang berasal dari kata socius
berarti kawan. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal tetap
dengan batas-batas wilayah yang jelas, saling berinteraksi, menganut, dan menjunjung
tinggi system norma serta kebudayaan tertentu.

3. a) Menurut Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan
hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang di dalamya terdapat hak dan kewajiban
masing-masing pihak.

b) Di dalam hukum perjanjian dikenal lima asas penting yaitu asas kebebasan berkontrak, asas
konsensualisme, asas kepastian hukum (pacta sun servanda), asas iktikad baik, dan asas kepribadian.
Asas kebebasan berkontrak

Dalam Pasal 1338 ayat 1 BW menegaskan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada pihak untuk
membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi
perjanjian/ pelaksanaan dan persyaratannya, menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan.

Asas kebebasan berkontrak merupakan sifat atau ciri khas dari Buku III BW, yang hanya mengatur para
pihak, sehingga para pihak dapat saja mengenyampingkannya, kecuali terhadap pasal-pasal tertentu
yang sifatnya memaksa.

Asas konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan melalui Pasal 1320 ayat 1 BW. Bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak. Dengan adanya kesepakatan oleh para pihak,
jelas melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut telah
bersifat obligatoir yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi kontrak tersebut.

Asas pacta sunt servanda

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga sebagai asas kepastian hukum, berkaitan dengan akibat
perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak.

Asas pacta sunt servanda didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 BW yang menegaskan “perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”

Asas iktikad baik (geode trouw)

Ketentuan tentang asas iktikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 BW yang menegaskan “perjanjian
harus dilaksanakan dengan iktikad baik.”

Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak Kreditur dan Debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik
dari para pihak.

Asas iktikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni iktikad baik nisbi dan iktikad baik mutlak. Iktikad
baik nisbi adalah orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Sedangkan
iktikad mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk
menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.
Asas kepribadian

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seorang yang akan melakukan kontrak
hanya untuk kepentingan perorangan. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1315 dan Pasal 1340 BW.

Pasal 1315 menegaskan “pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perjanjian hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri.”

Pasal 1340 menegaskan “perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang membuatnya.”

Jika dibandingkan kedua pasal tersebut, maka dalam Pasal 1317 BW mengatur tentang perjanjian untuk
pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 BW untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya, atau
orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.

c) Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dapat dilihat pada pasal 1320 KUH Perdata, antara
lain :

- Syarat Pertama “Sepakat mereka yang mengikat kan diri” berarti, para pihak yang
membuat perjanjian harus sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok atau materi
yang diperjanjikan, dimana kesepakatan itu harus dicapai dengan tanpa ada paksaan,
penipuan atau kekhilafan (Pasal 1321 KUH Perdata). Misalnya, sepakat untuk
melakukan jual-beli tanah, harganya, cara pembayarannya, penyelesaian sengketanya,
dsb.
- Syarat Kedua, “kecakapan untuk membuat suatu perikatan” Pasal 1330 KUHper sudah
mengatur pihak-pihak mana saja yang tidak dianggap cakap untuk membuat
perjanjian, yakni sebagai berikut:
• Orang yang belum dewasa.

• Orang yang ditaruh dibawah pengampuan (seperti cacat, gila, boros, telah
dinyatakan pailit oleh pengadilan, dsb)
• Seorang istri. (Namun, berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun
1963, seorang isteri sekarang sudah dianggap cakap untuk melakukan perbuatan
hukum).
Dengan kata lain, yang cakap atau yang dibolehkan oleh hukum untuk membuat
perjanjian adalah orang yang sudah dewasa, yaitu sudah berumur genap 21 tahun (Pasal
330 KUHPerdata), dan orang yang tidak sedang di bawah pengampuan.

- Syarat Ketiga “suatu hal tertentu” maksudnya adalah dalam membuat perjanjian, apa
yang diperjanjikan (objek perikatannnya) harus jelas. Setidaknya jenis barangnya itu
harus ada (lihat Pasal 1333 ayat 1). Misalnya, jual beli tanah dengan luas 500 m2,
terletak di Jl. Merpati No 15 Jakarta Pusat yang berbatasan dengan sebelah utara sungai
ciliwung, sebelah selatan Jalan Raya Bungur , sebelah timur sekolah dasar inpres, dan
sebelah barat tempat pemakaman umum.
- Syarat Keempat “suatu sebab yang halal” berarti tidak boleh memperjanjikan sesuatu
yang dilarang undang-undang atau yang bertentangan dengan hukum, nilai-nilai
kesopanan ataupun ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata). Misalnya melakukan
perjanjian jual beli Narkoba, atau perjanjian jual beli orang/manusia, dsb. Perjanjian
semacam ini adalah dilarang dan tidak sah.
d) Suatu perjanjian tidak boleh mengandung paksaan, kesesatan, dan penipuan

- Pasal 1449 KUH Perdata : “Perikatan yang dibuat dengan paksaan, penyesatan atau
penipuan, menimbulkan (hak) tuntutan untuk membatalkannya.”Artinya, hak itu bisa
digunakan bisa pula tidak. Masing-masing dengan konsekuensi hukumnya sendiri.
e) Mengenai delik penipuan, Penipuan menurut Pasal 378 KUHP oleh Moeljatno (2007

: 133) sebagai berikut : “Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau
martabat (hoedanigheid) palsu; dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.”perbedaan penipuan dengan hukum lainnya
adalah antara unsur ”TIPU MUSLIHAT DAN SERANGKAIAN KEBOHONGAN”
dengan hukum lainnya.
f) Jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
Sedangkan, jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat objektif, maka perjanjian tersebut adalah
batal demi hukum. Dapat dibatalkan artinya salah satu pihak dapat memintakan pembatalan itu.
Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas
permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau pihak yang
memberikan sepakatnya secara tidak bebas).
g) Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.
Pasal 1313 KUH Perdata: “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

h) Klausula Baku terdapat pada Undang-Undang No. 8 tahun 1999. Menyatakan bahwa klausula
baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

i) Pengertian Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak
lainnya yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu.

j) Letak hubungan perjanjian dengan perikatan yaitu bahwa perjanjian itu menimbulkan
perikatan (perjanjian salah satu sumber perikatan, sumber perikatan yang lain adalah undang-
undang).

4. a) Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak dipenuhi atau ingkar janji atau
kelalaian yang dilakukan oleh debitur baik karena tidak melaksanakan apa yang telah
diperjanjikan maupun melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Istilah
Wanprestasi ini berasal dari Bahasa Belanda, yaitu “wanprestatie” yang artinya tidak
dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan terhadap pihak-pihak tertentu
didalam suatu perikatan, baik perikatan yang dilahirkan suatu perjanjian ataupun perikatan yang
timbul karena undang-undang.
b) Menurut Satrio (1999), terdapat 3 bentuk Wanprestasi, yaitu :

- Tidak memenuhi prestasi sama sekali : sehubungan dengan dengan debitur yang tidak
memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.
- Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya : apabila prestasi debitur masih dapat
diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat
waktunya.
- Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai : debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila
prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak
memenuhi prestasi sama sekali.
Sedangkan menurut Subekti, bentuk dan syarat tertentu hingga terpenuhinya wanprestasi adalah
sebagai berikut (Ibrahim, 2004) :

- Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

- Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

- Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.

- Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.


5. a) Terdapat dua bentuk badan usaha, yaitu : badan usaha yang berbadan
hukum dan badan usaha yang tidak berbadan usaha. Badan usaha yang
berbadan hukum adalah badan usaha yang kedudukannya sama dengan
orang, dan dapat bertindak keluar selaku subjek hukum dengan diwakili
oleh organ-organnya. Sedangkan, badan usaha yang tidak berbadan hukum
adalah usaha yang kedudukannnya tidak dipersamakan dengan orang
sehingga tidak memiliki kekayaan sendiri yang terpisah.
b) Jenis-jenis badan usaha yang tidak berbadan hukum yaitu :

- Usaha Dagang (UD)

- Persekutuan Perdata

- Firma/Fa (Vennootchap Onder Firma)

- Persekutuan Komanditer (CV)

- Perkumpulan (Himpunan/LSM/Ikatan/Ormas)

c) CV (Persekutuan Komanditer) adalah suatu bentuk badan usaha berupa persekutuan


yang didirikan oleh dua orang atau lebih dimana sebagian para anggotanya memiliki
tanggung jawab yang tak terbatas dan sebagian anggota lainnya memiliki tanggung jawab
yang terbatas.
d) Terdapat dua sekutu dalam suatu CV,yaitu :

- Sekutu aktif (Persero Aktif) adalah persekutuan yang akan bergelar Direktur yang nantinya
akan melakukan segala tindakan pengurusan atas perseroan, melakukan perjanjian atau
hubungan hukum dengan pihak aktif.
- Sekutu pasif (Persero komanditer) adalah persekutuan yang hanya menyetorkan modalnya
ke perusahaan, yang nantinya akan dikelola oleh anggota aktif. Sekutu pasif tidak turut
dalam pengurusan CV.
e) Tanggung jawab masing-masing sekutu, yaitu :

- Sekutu Komplementer (persero pengurus) yang disebut sekutu aktif, bertugas untuk
aktivitas operasional perusahaan dan sepenuhnya berhak untuk melangsungkan perjanjian
kerja dengan pihak ketiga.
- Sekutu Komanditer (persero diam) yang disebut sekutu pasif, hanya bertugas untuk
menyerahkan pemasukan sebagai modal persekutuan. Sekutu ini tidak bertanggung jawab
terhadap operasional perusahaa

Anda mungkin juga menyukai