MARZUKI
UIN SUNAN KALIJAGA
ABSTRAK
Peranan kontrak makin terlihat di dalam aktivitas masyarakat yang semakin kompleks, khususnya di
bidang ekonomi dan bisnis. Akan tetapi masih ada orang yang kurang menyadari betapa pentingnya sebuah
kontrak. Padahal kontrak tersebut menuntut pelaksanaan hak dan kewajiban bagi masing -masing pihak
yang berkontrak, baik itu untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. Ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam hukum kontrak pun diciptakan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
permasalahan antara para pihak yang terikat dalam kontrak. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
menghindari dan meminimalisir adanya pihak yang dirugikan dalam suatu kontrak.
A. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara hukum, yang dimaksud negara hukum adalah negara yang menegakkan
supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan (akuntabel). 1 Didalam penegakan hukum setiap negara yang menganut paham
negara hukum, terdapat tiga prinsip dasar, yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di
hadapan hukum (equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentangan
Dalam Undang-undang Dasar 1945, pasal 1 ayat 3 berbunyi, “Negara Indonesia adalah negara hukum.”
Bunyi dalam Undang-undang tersebut mempertegas bahwa negara Indonesia ini merupakan negara hukum,
1
Penjelasan Pasal 1 Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
2
Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2014, Sekretariat Jendral MPR RI,
Cetakan Ketigabelas, Jakarta, hlm. 68
Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan ataupun dilarang.
Sasaran hukum yang hendak dituju bukan hanya orang yang nyata berbuat melawan hukum, melainkan
juga perbuatan hukum yang kemungkinan akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk
bertindak menurut hukum. Sistem bekerjanya hukum yang demikian itu menerapkan salah satu bentuk dari
Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pembelaan di depan hukum. Itu berarti bahwa semua
masyarakat, terlepas dari apapun latar belakang atau kedudukannya, memiliki posisi yang sama di hadapan
hukum. Di Indonesia sendiri, terdapat macam-macam hukum yang perlu diketahui oleh masyarakat. Berikut
1. Hukum perdata
2. Hukum pidana
Macam-macam hukum yang pertama adalah hukum perdata Indonesia. Hukum perdata juga disebut
sebagai hukum privat. Karena hukum ini bersifat privat atau pribadi, hukum ini akan mengatur segala
Contoh hukum perdata di Indonesia di antaranya mengatur kematian dan kelahiran seseorang, perkawinan
Dalam mengatur hukum perdata, diterbitkanlah sebuah kitab yang bernama KUHPer (Kitab Undang-
3 Evi Hartanti,2000, Tindak Pidana Korupsi, cetakan pertama, edisi kedua,Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 1
Bab I menjelaskan tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga.
Bab II menjelaskan tentang hak dan kewajiban yang berkaitan dengan benda.
Macam-macam hukum yang kedua adalah hukum pidana Indonesia. Hukum pidana merupakan kebalikan
dari perdata. Salah satu perbedaan hukum pidana dan perdata adalah hukum pidana bersifat publik. Hukum
ini berkaitan dengan aturan negara, kepentingan umum, kegiatan pemerintahan dan juga mengurusi tindak
pidana. Ada 5 macam hukuman pokok pidana dan 3 hukuman tambahan pidana di antaranya:
Hukuman mati
Hukuman penjara
Hukuman kurungan
Hukuman denda
Hukuman tutupan
Pencabutan hak
Penyitaan barang
Macam-macam hukum yang ketiga adalah hukum tata negara. Hukum tata negara berkaitan dengan aturan
atau prosedur yang mengurus hubungan antar lembaga negara.Terdapat 5 asas dalam hukum tata negara
yaitu:
Asas Pancasila
Pembahasan pada penelitian ini lebih berfokus terhadap hukum perdata yang berlaku pada negara
Indonesia yaitu tentang hukum kontrak atau perjanjian dalam kehidupan sehari baik itu mengenai jual-
PEMBAHASAN
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), kontrak melahirkan suatu perikatan
antara pihak yang mengikatkan dirinya. Sehingga dari kontrak inilah lahir suatu perikatan di mana para
4https://www.merdeka.com/jabar/macam-macam-hukum-yang-berlaku-di-indonesia-pahami-dan-patuhi-
kln.html
pihak yang mengikatkan diri memiliki kewajibannya masing-masing sesuai yang ditentukan dalam
kontrak.5
Adapun yang dimaksud dengan kebebasan berkontrak dapat dilihat secara implisit dalam Pasal 1338 ayat
(1) KUH Perdata, di antaranya yaitu para pihak memiliki kebebasan untuk Menentukan atau memilih kausa
dari perjanjian yang akan dibuatnya; Menentukan objek perjanjian; Menentukan bentuk perjanjian;
Menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional).
Meskipun para pihak memiliki kehendak bebas, Agus kemudian merujuk pendapat Niewenhuis yang
menegaskan, terdapat pengecualian kebebasan berkontrak, yakni dalam hal kontrak-kontrak formal dan riil
2. Asas Konsensualisme
Adapun yang dimaksud dengan asas konsensualisme yaitu para pihak yang mengadakan perjanjian itu
harus sepakat, setuju, atau seiya sekata mengenai hal-hal yang pokok dalam perjanjian yang diadakan itu.
Asas ini tercantum dalam salah satu syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata.
dalam hukum kontrak atau perjanjian berarti perjanjian yang dibuat berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya, sebagaimana dimaksud Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata.
Terkait asas ini, merujuk ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, Agus menerangkan yang dimaksud
dengan iktikad baik berarti melaksanakan perjanjian dengan iktikad baik. Artinya, dalam melaksanakan
perjanjian, kejujuran harus berjalan dalam hati sanubari seorang manusia . Patut diperhatikan, pemahaman
substansi iktikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata tidak harus diinterpretasikan secara
gramatikal, bahwa iktikad baik hanya muncul sebatas pada tahap pelaksanaan kontrak (hal. 139). Iktikad
baik ini harus dimaknai dalam keseluruhan proses kontraktual. Artinya, iktikad baik harus melandasi
hubungan para pihak pada tahap pra kontraktual, kontraktual, dan pelaksanaan kontraktual6
Tidak dapat disangkal bahwa hubungan bisnis dimulai dari kontrak. Tidak adanya kontrak, tidak
mungkin hubungan bisnis dilakukan. Hukum kontrak mempunyai peranan yang penting dalam
6 Agus Yudha Hernoko Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial (hal. 104-
171),
menimbulkan gejala hukum sebagai akibat dari hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak
lainnya
hak yang timbul dari hukum kontrak bersifat tidak mutlak yaitu berlaku bagi orang yang
mengadakan perjanjian
Sehingga hukum kontrak merupakan dasar bagi adanya hubungan bisnis. Agar suatu perjanjian atau
kontrak berlaku sah, seperti yang ditetapkan Pasal 1320 Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUH
a. Sepakat diantara para pihak yang mengikatkan diri pada suatu kontrak tertentu (Pasal 1321-
b. Para pihak tersebut memang cakap melakukan perbuatan hukum yaitu dalam hal mengadakan
c. Sifat dan luas objek perjanjian kontrak dapat ditentukan (Pasal 1332-1334 KUH Perdata)
d. Klausanya halal atau diperbolehkan sehingga tidak melanggar ketertiban umum, kesusilaan
Terkait dengan peranan hukum kontrak dalam penyelesaian sengketa, maka dalam hukum
kontrak dikenal dua jalur penyelesaian sengketa yaitu jalur litigasi dan non litigasi. Dasar hukum litigasi
adalah Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang
berbunyi: “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Kemudian Pasal 10 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang
berbunyi:
1. Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup usaha penyelesaian perkara
Utang piutang adalah peristiwa dimana kreditur (pihak yang memberikan pinjaman) akan memberikan
pinjaman kepada debitur (pihak yang menerima pinjaman) sejumlah uang yang harus dikembalikan beserta
bunganya dalam jangka waktu yang telah ditentukan . Biasanya utang piutang selalu dilakukan dengan
Dalam KUHPerdata, utang piutang dapat dilakukan dengan perjanjian pinjam meminjam. Pasal 1754
KUHPerdata menyebutkan bahwa pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah terntentu barang-barang yang menghabis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari
Dalam pengertian pasal 1754 pihak yang meminjam sejumlah barang dengan syarat harus mengembalikan
barang tersebut sesuai dengan yang dperjanjikan demikian bunyi pasal 1754 KUHPerdata adanya
8 Anak Agung Ayu Pradnyani ; kontrak sebagai kerangka dasar dalam kegiatan bisnis di indonesia
9 https://kontrakhukum.com/article/kasus -utang-piutang/
kewajiban para pihak untuk mengembalikan sesuatu pinjaman yang disepakati para pihak sesuai dengan
ketentuan pasal 1754 dalam KUHPerdata. Dan dalam penjelasan Di dalam ketentuan pasal 1763
KUHPerdata sebagaimana diterapakn oleh ahli Prof. Dr. H. Mashudi, SH., MH., bahwa siapa yang
menerima pinjaman sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama, dan
B. PENUTUPAN
KESIMPULAN
Peranan hukum kontrak dalam kegiatan sehari di Indonesia antara lain: sebagai dasar dari adanya hubungan
bisnis/jual beli, hutang piutang dan lain-lain, hukum kontrak berperan juga dalam memberikan
perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait dengan hubungan bisnis atau jual beli, hutang piutang
dan lain-lain.hukum kontrak juga berperan dalam penyelesaian sengketa yang terjadi antar para pihak dalam
DAFTAR PUSTAKA
1. Evi Hartanti,2000, Tindak Pidana Korupsi, cetakan pertama, edisi kedua,Sinar Grafika, Jakarta,
hlm. 1
2. Agus Yudha Hernoko Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial (hal.
104-171),
3. Anak Agung Ayu Pradnyani ; kontrak sebagai kerangka dasar dalam kegiatan bisnis di Indonesia
4. Penjelasan Pasal 1 Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
5. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2014, Sekretariat Jendral MPR
RI, Cetakan Ketigabelas, Jakarta, hlm. 68
6. https://www.merdeka.com/jabar/macam-macam-hukum-yang-berlaku-di-indonesia-pahami-dan-
patuhi-kln.html
7. https://www.merdeka.com/jabar/macam-macam-hukum-yang-berlaku-di-indonesia-pahami-dan-
patuhi-kln.html
8. https://kontrakhukum.com/article/kasus -utang-piutang/