Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM PERIKATAN

NAMA : ISLAMIC MUHAMMAD FARHAN


NPM : 01012011149
1. Pengertian Hukum Perikatan Menurut Para Ahli.
Pitlo:
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan
antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak
(kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi.

Von Savigny:
Perikatan hukum adalah hak dari seseorang (kreditur) terhadap seseorang
lain (debitur).

Yustianus:
Suatu perikatan hukum atau obligatio adalah suatu kewajiban dari
seseorang untuk mengadakan prestasi terhadap pihak lain.

2. Sistem Hukum Perikatan


Diatur dalam Buku II KUH Perdata maka Hukum Perikatan memiliki sistem
terbuka yang diatur dalam Buku III KUH Perdata. Dalam Hukum Benda,
macam- macam hak atas benda adalah terbatas dan aturan-aturan
mengenai hak atas benda itu juga bersifat memaksa.
Lain halnya dalam Hukum Perikatan yang memberikan kebebas- an
seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perikatan
(perjanjian) yang berisi apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum dan kesusilaan. Inilah yang dikenal dengan Hukum
Perikatan sebagai hukum pelengkap (optional law), yang artinya pasal-
pasal itu boleh disingkirkan manakala dikehendaki oleh pihak-pihak yang
membuat janji itu. Mereka boleh mengatur sendiri kepentingan mereka
dalam janji yang mereka buat.
Sistem terbuka yang disebutkan di atas lazim disimpulkan dari Pasal 1338
ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Menurut pembuat undang-undang (Badrulzaman, 1995: 107), kata “semua”
dalam pasal tersebut menunjukkan bahwa perjanjian yang di- maksud
bukan semata-mata perjanjian bernama, tetapi juga meliputi perjanjian
tidak bernama. Selain itu juga dikatakan bahwa kata “semua” itu
terkandung suatu asas partij autonomie. Beda halnya dengan Subekti
(1995: 14), soal kata “semua” dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata itu
dimaknai sebagai suatu kebolehan bagi masyarakat untuk membuat janji
yang berupa dan berisi apa saja dan janji itu mengikat mereka yang
membuatnya seperti undang-undang.
Dengan kata lain, dalam perjanjian kita boleh membuat undang- undang
bagi kita sendiri. Misalnya, dalam jual beli, risiko mengenai barang yang
dijualbelikan menurut hukum dipikul oleh si pembeli sejak saat janji itu
ditutup. Akan tetapi apabila para pihak menghendaki lain, hal ini
dibolehkan. Mengenai istilah “secara sah”, pembuat undang-undang
menunjukkan bahwa pembuatan perjanjian harus menurut hukum. Semua
persetu- juan yang dibuat menurut hukum atau secara sah adalah
mengikat. Pernyataan ini menunjukkan adanya asas kepastian hukum.
Dalam Hukum Perikatan dikenal adanya asas Konsensualisme ialah suatu
perikatan yang lahir sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan
demikian perjanjian itu sudah sah bila sudah sepakat tentang hal-hal yang
pokok dan tidak diperlukan suatu formalitas. Bagian khusus memuat
aturan mengenai perjanjian perjanjian yang sudah banyak dikenal oleh
masyarakat yang sudah memiliki nama tertentu misalnya jual beli,
sewa-menyewa, perjanjian perburuhan dan lain-lainnya.
3. Sumber Hukum Perikatan
 Perjanjian
 undang- undang, yang dapat dibedakan dalam bentuk:
 undang- undang semata- mata
 undang- undang karena perbuatan manusia yang Halal
Melawan hukum
 Jurisprudensi
 Hukum tertulis dan tidak tertulis
 Ilmu pengetahuan hukum.

4. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian


Perikatan yang Lahir Karena Kontrak atau Persetujuan. Kontrak atau
persetujuan menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata adalah, “suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu
orang lain atau lebih.

a. Pengertian Perjanjian
Perjanjian adalah suatu hubungan hokum kekayaan atau harta benda
antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuasaan hak pada satu
pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak
lain untuk melunasi prestasi. Istilah perancangan kontrak berasal dari
bahasa Inggris, yaitu contract drafting.

Bentuk Perjanjian
Dilihat dari bentuknya perjanjian dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu
(1) Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dalam bentuk tulisan, dan (2) Perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang
dibuat oleh para pihak wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).
b. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian
 kata sepakat dari dua pihak atau lebih;
 kata sepakat yang tercapai harus bergantung kepada para pihak;
 keinginan atau tujuan para pihak untuk timbulnya akibat hukum;
 akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu dan atas beban yang lain
atau timbal balik; dan
 dibuat dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan.

c. Asas - Asas Dalam Perjanjian


asas konsensualisme, asas kebebasan berkontrak, asas mengikat
sebagai undang-undang, dan asas kepribadian. Asas-asas tersebut yang
akan melandasi setiap perjanjian yang dibuat di masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.

d. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian


Ada 4 syarat sahnya perjanjian:
 kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;
 kecakapan mereka yang membuat kontrak;
 suatu hal tertentu;
 suatu sebab yang halal. menyangkut subyek pembuat kontrak.

5. Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang


Perikatan yang bersumber dari Undang-undang sebagai akibat perbuatan
orang maksudnya ialah bahwa dengan dilakukannya serangkaian tingkah
laku seseorang, maka Undang-undang melekatkan akibat hukum
berupa perikatan terhadap orang tersebut.
a. Jenis perikatan yang lahir karena undang-undang:
Perikatan yang lahir karena semata-mata undang-undang (undang-
undang saja) misalnya, undang-undang meletakkan kewajiban kepada
orang tua dan anak untuk saling memberi nafkah. Begitu juga antara
pemilik pe- karangan yang bertetangga, berlaku beberapa hak dan
kewajiban yang ber- dasarkan atas ketentuan undang-undang (Pasal
625 jo. Pasal 626 KUH Perdata). Hak yang diperoleh dari
undang-undang itu disebut Hak Alimentasi.

a. Perikatan Lahir Akibat Sebab Yang Halal


Perikatan yang lahir karena akibat perbuatan orang yang halal
dijumpai dalam Pasal 1354 KUH Perdata yang berbunyi: “jika seorang
dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini maka
secara diam-diam mengikat dirinya untuk meneruskan serta
menyelesaikan urusan tersebut hingga orang yang diwakili
kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu

6. Apa Itu Actio Pauliana


Actio Pauliana adalah suatu upaya hukum untuk menuntut pembatalan
perbuatan- perbuatan hukum debitor yang merugikan kreditornya atau hak
yang diberikan oleh undang-undang kepada setiap kreditur untuk
menuntut kebatalan dari segala tindakan debitur yang tidak diwajibkan.

Anda mungkin juga menyukai