Anda di halaman 1dari 7

HUKUM PERIKATAN

Riza Fahlephi (1911123037)

MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR

0
2019

 PENGERTIAN PERIKATAN
Hukum perikatan yang dalam bahasa belanda dikenal dengan sebutan
verbintenis ternyata memiliki arti yang lebih luas dari pada perjanjian. Hal ini
disebabkan karena hukum perikatan juga mengatur suatu hubungan hukum yang tidak
bersumber dari suatu persetujuan atau perjanjian. Hukum perikatan yang demikian
timbul dari adanya perbuatan melanggar hukum “onrechtmatigedaad” dan perkataan
yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan
persetujuan “zaakwaarneming”.
Definisi hukum perikatan menurut Subekti :
Hukum perikatan menurut Subekti adalah "Suatu hubungan hukum antara 2 pihak,
yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lainnya yang
berkewajiban memenuhi tuntutan itu".
Perikatan diatur dalam Buku KUH Perdata. Perikatan adalah hubungan
hukum yang terjadi karena perjanjian dan Undang-Undang. Aturan mengenai
perikatan meliputi bagian umum dan bagian khusus. Bagian umum meliputi aturan
yang tercantum dalam Bab I, Bab II, Bab III (Pasal 1352 dan 1353) dan Bab IV KUH
Perdata yang belaku bagi perikatan umum. Adapun bagian khusus meliputi Bab III
(kecuali Pasal 1352 dan 1353) dan Bab V sampai dengan Bab XVIII KUH Perdata
yang berlaku bagi perjanjian-perjanjian tertentu saja, yang sudah ditentukan namanya
dalam bab-bab bersangkutan.
Pengaturan nama didasarkan pada “sistem terbuka”, maksudnya setiap orang
boleh mengadakan perikatan apa saja, baik yang sudah ditentukan namanya maupun
yang belum ditentukan namanya dalam Undang-Undang. Sistem terbuka dibatasi oleh
tiga hal, yaitu:
a. Tidak dilarang Undang-Undang;
b. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum;
c. Tidak bertentangan dengan kesusilaan.

1
Sesuai dengan penggunaan sistem terbuka, maka pasal 1233 KUH
Perdata menetukan bahwa perikatan dapat terjadi, baik karena perjanijian maupun
karena Undang-Undang. Dengan kata lain, sumber peikatan adalah Undang-Undang
dan perikatan

 DASAR- DASAR HUKUM PERIKATAN


Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut:
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)
2. Perikatan yang timbul dari undang-undang
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela (zaakwaarneming)
Perikatan (Pasal 1233 KUH Perdata): Perikatan, lahir karena suatu persetujuan
atau karena undang-undang. Dan (Pasal 1234 KUH Perdata): Perikatan ditujukan
untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.

 SUMBER-SUMBER PERIKATAN
Berdasarkan Pasal 1233 KUH Perdata Perikatan, lahir karena suatu persetujuan
atau karena undang-undang. perikatan ditunjukan untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
1. Sumber perikatan lahir dari perjanjian atau Persetujuan:
Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda (overeenkomst), yang oleh
beberapa ahli hukum juga diterjemahkan sebagai persetujuan. Istilah persetujuan
digunakan karena untuk terjadinya suatu overeenkomst diperlukan persetujuan
dari para pihak. Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau
lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Menurut ketentuan
Pasal 1313 KUH Perdata, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.menurut
Prof. Subekti Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji
kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.

2
2. Sumber perikatan lahir dari Undang-undang (Pasal 1352 KUH Perdata):
Perikatan yang lahir karena undang-undang timbul dari undang-undang atau dari
undang-undang sebagai perbuatan orang. Pada perikatan yang bersumber dari
undang-undang tidak berlaku asas kebebasan berkontrak, karena dalam konteks
ini suatu perbuatan menjadi perikatan karena kehendak undang-undang Sumber
perikatan dari undang-undang dibagi menjadi 2 yaitu;
a. Perbuatan yang hanya dari undang-undang seperti yang tertuang dalam
Pasal 321 KUH Perdata: setiap anak wajib memberi nafkah orang tua dan
keluarga sedarahnya dengan garis keturunan ketasa, bila mereka dalam
keadaan miskin,.
b. Perbuatan manusia terdapat pada Pasal 1353 KUH Perdata: perikatan yang
lahir dari Undang-Undang sebagai akibat perbuatan orang, muncul dari
suatu perbuatan yang sah atau perbuatan yang melanggar hukum. Perikatan
dari perbuatan manusia turun dibagi menjadi 2 kembali yaitu sesusai
hukum dan perbuatan melawan hukum. Contoh perbuatan manusia sesuai
hukum terdapat dalam pasal 1354 KUH Perdata: jika seorang dengan
sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan orang
lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diam-diam
mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut,
hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri
urusannya, kemudian perbuatan manusia yang melawan hukum
terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata yaitu Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.

 UNSUR-UNSUR HUKUM PERIKATAN

3
Unsur-unsur hukum perikatan dipisahkan sesuai sumber-sumber hukum perikatan
tersebut.
1. Unsur-Unsur Hukum Perikatan yang Lahir dari Perjanjian 1313 KUH
Perdata:
1..1 Ada Pihak-Pihak (Subyek)
Subyek dalam perjanjian yaitu para pihak yang terkait dengan
diadakannya suatu perjanjian.
1..2 Ada Kesepakatan
Kesepakatan di dalam perjanjian ini harus bersifat tetap.
1..3 Ada Tujuan yang Akan Dicapai
Tujuan ini sifatnya tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan tidak dilarang oleh Undang-Undang.
1..4 Ada Prestasi
Dengan adanya kesepakatan maka timbul kewajiban untuk melakukan
suatu prestasi. Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
para pihak sesuai syarat-syarat perjanjian.
1..5 Ada Bentuk Tertentu (Lisan atau Tulisan)
Bentuk perjanjian diatur oleh Undang-Undang. Suatu perjanjian
memiliki kekuatan mengikat dan ketentuan bukti (akta otentik).
1..6 Ada Syarat-Syarat Tertentu
Syarat-syarat ini terdapat dalam isi perjanjian karena dari syarat-syarat
tersebutlah dapat diketahui hak dan kewajiban para pihak.
2. Unsur-Unsur Hukum Perikatan yang Timbul Karena Perbuatan Manusia
2.1 Unsur-unsur yang timbul karena perbuatan manusia yang sesuai hukum.
a. Yang diurus adalah kepentingan orang lain
b. Secara sukarela
c. Tanpa mendapat kuasa/perintah
d. Dengan atau tanpa sepengetahuan orang itu
e. Wajib menyelesaikan urusan tersebut
f. Bertindak sesuai hukum dalam melakukan kepentingan
tersebut.
Contoh: A pergi keluar kota, A mempunyai hewan peliharan
(anjing) melihat anjing si A tidak ada yang memberi makan dan

4
minum si B punya inisiatif untuk memberi makan dan minum
anjing tersebut sampai si A pulang kerumah. Dalam hal ini si
B berhak untuk mendapatkan keringanan ganti rugi.
2.2 Unsur-Unsur yang timbul karena perbuatan manusia yang melanggar
hukum
a. Melanggar hak subyektif orang lain
b. Bertentangan dengan kewajiban menurut Undang-Undang
c. Bertentangan dengan kesusilaan
d. Bertentangan dengan kepatutan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Miru, Amadi dan Sakka Pati, Hukum Perikatan : Penjelasan Makna Pasal 1233 samapi
1456 BW, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

5
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2010.
Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa, 1990.
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, cet 31, 2001.
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006

Anda mungkin juga menyukai