Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SOSIOLOGI HUKUM
Perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence

Disusun Oleh :
Nama : Yogi januarizky
Nim : Eaa 116 234

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah

ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih

atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi

maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak

kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence................ 3
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 7
A. Kesimpulan............................................................................................................. 7
B. Saran....................................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat hukum sebagai bagian dari disiplin hukum, telah memiliki


tradisi yang lama dan telah di kembangkan oleh ahli-ahli pemikir yang
tersohor.filsafat hukum tersebut terutama berusaha menghayati arti dan
hakikat hukum, telah banyak mengahasilkan pemikiran-pemikiran yang
berguna. Akan tetapi tidak dapat disangkal, bahwa hasil-hasil dari
pemikir tadi tidak semuanya dapat dijadikan pegangan. Hal ini disebabkan
karena timbulnya usaha-usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti, apakah hukum itu, apakah keadilan, apakah hukum ya ng tidak
baik dapat dinamakan hukum.
Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan tentang arti
hukum seringkali dikemukakan bagaimana hukum itu seharusnya. Bagi
mereka yang menelaah masyarakat secara empiris, hal itu sangat sulit
untuk diterima karena fakta harus dipisahkan degan keadaan yang
seharusnya terjadi. Namun demikian hal ini bukan berarti hasil-hasil
pemikiran tersebut sama sekali tidak berpengaruh terhadap
perkembangan sosiologi hukum. Sosilogi hukum pada hakikatnya lahir
dari hasil-hasil pemikiran para ahli pemikir, baik di bidang filsafat
(hukum), ilmu sosiologi.
Sosiologi hukum membahas pengaruh timbal balik antara perubahan hukum dan
masyarakat. Perubahan hukum dapat mempengaruhi masyarakat dapat menyebabkan
terjadinya perubahan hukum. Alam pikiran manusia dalam dunia sosial ditentukan oleh
prinsip hubungan timbal balik dalam memberi dan menerima, sehingga tampak jelas bahwa
manusia menciptakan dunia sosial pada hakekatnya justru akan memperbudak mereka sendiri
dan manusia memelihara kapasitas untuk mengubah dunia sosial yang membelenggu mereka
sendiri.
Pada hakikatnya, hal ini merupakan objek yang menyentuh dari aspek sosiologi hukum,
atau aspek sosial masyarakat oleh karena tak ada keragu-raguan lagi bahwa suatu sistem
hukum merupakan pencerminan dari sistem sosial dimana sistem hukum tadi merupakan
bagiannya.

1
Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat hukum
menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran ini :
“ Hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup  di antara
masyarakat”.
  Menurut Lilirasjidi, Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum
kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke
hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul
sebagai akibat dari proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab
sejarah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dibuatlah rumusan maslaah
yaitu bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence

Sosiologi adalah pengetahuan atau cabang ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang
mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang
ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte.
Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mecatat
bahwa Emile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan
Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara
kritis oleh orang lain atau umum.

Kajian sosiologi hukum merupakan suatu kajian yang objeknya fenomena hukum, tetapi
menggunakan optik ilmu sosial dan teori-teori sosiologis, sehingga sering disalah tafsirkan
bukan hanya oleh kalangan non hukum, tetapi juga kalangan hukum sendiri. Yang pasti
kajian yang digunakan dalam kajian sosiologi hukum berbeda dengan kajian yang digunakan
oleh Ilmu Hukum Pidana, Ilmu Hukum Perdata, Ilmu Hukum Acara dan seterusnya.
Sebagaimana diketahui, ada tiga jenis kajian yang dapat digunakan dalam
mempelajari Ilmu Hukum, yaitu:
1)   Kajian normatif
Yang memandang hukum hanya dalam wujudnya sebagai aturan dan norma;
2)   Kajian filosofis
Yang memandang hukum sebagai pemikiran;
3)   Kajian sosiologis
Yang memandang hukum sebagai perilaku.
Perkembangan kajian sosiologis di dalam kajian hukum itu, menimbulkan adanya dua
jenis kajian sosiologis:
1.      Yang menggunakan sociology of law;

3
2.      Yang menggunakan sociological jurisprudence.
Lebih jelasnya perbedaan antara sociology of law  dan sociological jurisprudence
(Curzon):
1.      Socilogical Jurispudence
Pound mengacu pada ini sebagai studi tentang karakteristik khas dari tatanan hukum,
yaitu aspek hukum yang tepat. Lloyd menulis itu sebagai cabang ilmu normatif, memiliki
hukum yang lebih efektif dalam tindakan dan berdasarkan nilai-nilai subjektif. Beberapa
penulis lain menggunakan istilah untuk merujuk pada sosiologi sekolah yurispudensi, yaitu
orang ahli hukum yang terlihat dalam sebuah studi masyarakat berarti dimana ilmu hukum
mungkin dibuat lebih tepat.
2.      Sociology of law
Pound mengacu studi ini sebagai sosiologi yang tepat, didasarkan pada konsep hukum
sebagai salah satu sarana kontrol sosial. Lloyd menulis itu sebagai dasarnya ilmu deskriptif
menggunakan teknik empiris. Hal ini berkaitan dengan pemeriksaan mengapa hukum
menetapkan tentang tugas-tuganya dalam cara Odes. Ini memandang hukum sebagai produk
dari sistem sosial dan sebagai sarana pengendalian dan mengubah sistem itu.
Meskipun diantara socilogy of law dan socilogical jurispudence ada perbedaan, tetapi
keduanya memiliki persamaan yang mendasar yaitu berkisar di dunia sein, di dalam realitas.
Keduanya berada di dunia is (realm of is) yang adalah refers to a complez of actual
determinants of actual human conduct. Jadi berbeda dengan pandangan kaum positivistis
yang berada di dunia sollen.
Dengan kata lain, kajian sosiologis terhadap hukum ini, berpandangan empiris. Mereka
ingin melakukan pemahaman secara sosiologis terhadap fenomena hukum. Jadi interpretative
understanding of social conduct yaitu suatu usaha untuk memahami objeknya dari segi
tingkah laku sosial. Fenomena hukum dari sudut pandangan aliran sosiologis ini adalah
gejala-gejala yang mengandung streotip baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Metode yang digunakan dalam kajian sosiologis itu adalah deskriptif dan mengkaji
hukum dengan menggunakan teknik-teknik survei lapangan, observasi lapangan, analisis
statistik, dan eksperimen.
Kajian sosiologis berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang memandang
hukum sebagai suatu yang otonom. Sebaliknya, kajian sosiologis memandang hukum bukan
suatu yang otonom, melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non hukum yang ada
dalam masyarakatnya, seperti faktor ekonomi, politik, budaya, dan sosial.

4
Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal dengan cita
hukum masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena mengutamakan bagaimana suatu
hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi,
aliran ini bukanlah tanpa kritik.
Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sociological jurispridence
Pound, lebih mengutamakan tujuan praktis dengan :
1.   Menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum, karena itu ,
lebih memandang kerjanya hukum dari pada isi abstraknya;
2.   Memajukan telaah sosiologis berkenaan dengan telaah hukum untuk mempersipakan
perundang-undangan, karena itu, menganggap hukum sebagai suatu lembaga sosial yang
dapat diperbaiki oleh usaha yang cerdik guna menemukan cara terbaik untuk
melanjutkan dan membimbing usaha usaha demikian itu;
3.  Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada tujuan
sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi;
4. Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang ditimbulkan oleh
doktrin hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya;
5.  Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak supaya
ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat berubah;
6. Meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha untuk
mencapai maksud serta tujuan hukum lebih efektif.
Program sociological jurispridence Pound kelihatan berpengaruh dalam
pandangannya yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering serta ajaran
sociological jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum yang baik itu adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Aliran ini mengetengahkan
pentingnya hukum yang hidup dalam masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila
ada hubungan dengan peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara
sosilogis dan antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang
demikian. Tidak saja dimungkinkan oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib yang
ada dalam masyarakat sebagai suatu kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya.
Terutama dalam masyarakat yang pruralistik. Tetapi sama sekali tidak berarti tidak bisa
diterapkan.
Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran
sociological jurisprudence. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pruralistik
seperti masyarakat Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya masing-masing serta pola

5
perilaku yang spesifik pula adalah tidak mudah menerapkan ajaran sociological
jurisprudence.
Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri, dan fakta
bahwa hubungan antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut tipe masyarakat
yang serba meliputi, yang terhadapnya negara hanyalah merupakan suatu kelompok yang
khusus dan suatu tata tertib yang khusus pula. Dalam menerapkannya diperlukan berbagai
pendekatan untuk memahami dan menginventarisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat,
terutama dalam masyarakat majemuk yang memiliki tata tertib sendiri dan pruralitik.
Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan, secara teoritis karya
Ehrlich, menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap ajaran sociological
jurisprudence yang dikembangkan Ehrlich, yang semuanya disebabkan oleh keinginanannya
meremehkan fungsi negara dalam pembuatan undang-undang.
Kelemahan itu adalah :
1.      Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum dari
norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat dipertukarkan, sesuatu yang
merupakan fakta historis dan sosial, tidak mengurangi perlunya pengujian pernedaan
yang jelas. Sesuai dengan itu sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu
dalam garis besar, sosilogi umum;
2.      Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat kebiasaan
sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti halnya dalam hukum
internasional pada zaman ketika adat istiadat dipandang baik sebagai sumber hukum
maupun sebagai bentuk hukum yang paling penting. Di negara modern peran
masyarakat mula-mula masih penting, tetapi kemudian berangsur berkurang.
Masyarakat modern menuntut sangat banyak undang-undang yang jelas dibuat oleh
pembuat undang-undang yang sah. Undang-undang semacam itu selalu derajat
bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai hukum
bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh karya
Ehrlich;
3.      Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-norma
hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara hanya memberi
sanksi pada fakta-fakta sosial. Konsekwensinya adalah adat kebiasaan berkurang
sebelum perbuatan udang-undang secara terperinci, terutama undang-undang yang

6
dikeluarkan oleh pemerintah pusat mempengaruhi kebiasaan dalam masya-rakat sama
banyaknya dengan pengaruh dirinya sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-persoalan yang
dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli hukum bahwa hukum pada
dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat. Maka dari itu hukum dituntut untuk
dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Berangkat Dari sinilah sehingga
dalam dunia hukum dikenal istilah sosiologi hukum maupun antropolgi hukum dan lain-lain.
Munculnya gabungan antara ilmu sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah untuk dapat
menjawab problematika kehidupan masyarakat pada umumya begitu juga dengan antropogi
hukum dan seterusnya. 

B. Saran
Diharapkan dengan munculnya berbagai aliran-aliran hukum dan berbagai teori-
teorinya dapat membuat kehidupan masyarakat semakin lebih baik dengan hukum.

7
8

Anda mungkin juga menyukai