Anda di halaman 1dari 5

Nama : Pira Yuniar

Nim : EAA 117 210

1. Perlindungan preventif adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat
konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang
dan atau jasa tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah
barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli, atau
menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek
tertentu tersebut.

Perlindungan kuratif adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai


akibat dari penggunaan atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam
hal ini perlu diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu serta tidak boleh
dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen
adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini seseorang dikatakan
konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari
suatu barang atau jasa, tidak peduli ia mendapatkannya melalui pembelian atau
pemberian. 
2.
3. Barang dapat dibedakan menjadi dua jenis cara mendapatkannya yaitu barang ekonomi
dan barang non ekonomi.
a. Barang ekonomi adalah barang yang didapat dengan cara mengorbankan sesuatu
untuk mendapatkannya. Contoh barang ekonomi adalah pakaian, gadget, dan tas.
b. Barang nonekonomi atau barang bebas adalah barang yang bisa diperoleh tanpa
mengeluarkan biaya atau pengorbanan. Contoh barang nonekonomi adalah oksigen,
sinar matahari, dan air hujan.
4. Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
Anda tentu memahami bahwa tidak semua barang setelah melalui proses produksi akan
langsung sampai ke tangan pengguna. Terjadi beberapa kali pengalihan agar suatu barang
dapat tiba di tangan konsumen. Biasanya jalur yang dilalui oleh suatu barang adalah:
Produsen – Distributor – Agen – Pengecer – Pengguna
Lebih lanjut, di ilmu ekonomi ada dua jenis konumen, yakni konsumen antara dan
konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka
membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan Sedangkan
pengguna barang adalah konsumen akhir.
Yang dimaksud di dalam UU PK sebagai konsumen adalah konsumen akhir. Karena
konsumen akhir memperoleh barang dan/atau jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan
untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk
hidup lain.
Dan Anda tentu mengetahui bahwa ada dua cara untuk memperoleh barang, yakni:
a. Membeli. Bagi orang yang memperoleh suatu barang dengan cara membeli, tentu
ia terlibat dengan suatu perjanjian dengan pelaku usaha, dan konsumen
memperoleh perlindungan hukum melalui perjanjian tersebut.
b. Cara lain selain membeli, yakni hadiah, hibah dan warisan. Untuk cara yang
kedua ini, konsumen tidak terlibat dalam suatu hubungan kontraktual dengan
pelaku usaha. Sehingga konsumen tidak mendapatkan perlindungan hukum dari
suatu perjanjian. Untuk itu diperlukan perlindungan dari negara dalam bentuk
peraturan yang melindungi keberadaan konsumen, dalam hal ini UU PK.
Lalu muncul pertanyaan, bagaimana bila saya membeli barang, kemudian saya
menghadiahkannya kepada teman saya. Siapakah yang disebut konsumen? Menurut saya
yang patut untuk disebut sebagai konsumen hanyalah penerima hadiah. Sedangkan
pemberi hadiah bukan konsumen menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK. Pemberi
hadiah dapat dikatakan sebagai konsumen perantara.
Lalu mengapa di ketentuan Pasal 1 angka 2 UU PK disebutkan “… baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain…”? Ketentuan ini
dimaksudkan bila Anda menggunakan suatu barang dan/atau jasa dan bukan hanya Anda
yang merasakan manfaatnya, melainkan juga keluarga Anda, orang lain, dan makhluk
hidup lain. Contohnya bila Anda membeli sebuah AC untuk dipasang di ruang tamu
rumah Anda. Tentu bukan hanya Anda yang merasakan hawa sejuk dari AC tersebut.
Istri/suami, anak, tamu dan hewan peliharaan Anda tentu ikut merasakan kesejukan AC
tersebut
Maka dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat konsumen menurut UU PK adalah:
a. Pemakai barang dan/atau jasa, baik memperolehnya melalui pembelian maupun
secara cuma-cuma
b. Pemakaian barang dan/atau jasa untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain dan makhluk hidup lain.
c. Tidak untuk diperdagangkan

Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa yang disebut konsumen adalah
yang menerima hadiah, sedangkan yang memberikan hadiah disebut pengecer atau
distributor.

5. .
Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dalam Perlindungan konsumen
berlaku asas:
1. Asas manfaat; yaitu bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan
konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan; dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan; dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan
spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen; dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum; dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Berdasarkan asas-asas tersebut di atas, maka Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemadirian konsumen untuk
melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari
akses negative pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukumdan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam usaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
Mengingat asas dan tujuan dari perlindungan konsumen, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, lebih lanjut juga mengatur tentang hak dan
kewajiban bagi konsumen, dan hak dan kewajiban bagi pelaku usaha.

Anda mungkin juga menyukai