Kelompok 1
Ketua :
Gian Arlyanno (6051901133)
Anggota :
Gregorius Krisna A. (2015610173)
Elshaan Helmmie K. (2016410046)
Astari Mulia Faza (2016420195)
Abraham Anderson Timotius (6091901195)
Fernando Dharmasaputra (6101801029)
Ranguasaman S.J.G. Rahankoly (6181901043)
Dosen :
Tommy Projo Hartomo, S.T., M.A.P.
1.4. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui dampak positif dan negatif dari adanya amandemen ke–5 UUD 1945
terhadap berjalannya pemerintahan.
2. Mengambil kesimpulan terhadap dampak amandemen ke–5 UUD 1945.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan merupakan penjelasan mengenai isi dari tiap – tiap bab
dalam laporan ini. Laporan Kerja Praktek ini disusun dalam 5 (lima) bab, yaitu:
1. BAB I - Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, inti permasalahan, tujuan pembuatan makalah, dan
sistematika penulisan makalah tugas kewarganegaraan.
2.2. Amandemen
Amandemen adalah proses perubahan suatu dokumen resmi, dalam hal ini undang-undang,
untuk menyempurnakan dan memperbaiki rincian dari undang-undang yang asli.
Amandemen undang-undang perlu dilakukan untuk menyempurnakan ketentuan-ketentuan
dan aturan yang menjadi dasar negara agar tetap relevan sesuai dengan perkembangan
jaman. Penyempurnaan ini disebabkan karena tuntutan jaman yang selalu berkembang dan
berubah, sehingga dapat membuat undang-undang menjadi kurang relevan terhadap
persoalan yang sedang terjadi.
Indonesia telah melalui empat kali proses amandemen undang-undang dasar. Proses
amandemen UUD 1945 disebabkan oleh adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh lembaga
legislatif dan eksekutif pada masa orde baru, terdapat beberapa Pasal yang multitafsir,
kurangnya peraturan yang melindungi hak asasi manusia, dan sistem ketatanegaraan yang
mulai melemah jika dilihat dari check and balances nya. Amandemen dilakukan karena
dianggap mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Proses amandemen UUD 1945 dilakukan pada tahun 1999 hingga tahun 2002, yang
terbagi menjadi empat. Amandemen pertama dilakukan pada tanggal 14-24 Oktober 1999
dalam Sidang Umum MPR. Amandemen pertama menghasilkan perubahan pada 9 Pasal,
yang membahas mengenai pergeseran kekuasaan lembaga eksekutif (presiden dan wakil
presiden) karena dianggap terlalu kuat. Hal ini disebabkan oleh masa pemerintahan
presiden Soeharto yang berkuasa secara otoriter selama 32 tahun, hingga akhirnya dipaksa
untuk turun dari jabatannya.
Amandemen kedua UUD 1945 dilakukan pada tanggal 7-18 Agustus tahun 2000 dalam
rangkaian Rapat Tahunan MPR. Amandemen kedua menghasilkan perubahan pada 5 Bab
dan 25 Pasal yang membahas mengenai DPR dan kewenangannya, sistem pemerintahan
daerah (DPD), hak asasi manusia (HAM), lagu kebangsaan, dan lambang negara. Pada
Sidang Tahunan MPR tanggal 1-9 November tahun 2001 dilakukan amandemen ketiga
UUD 1945.
Amandemen ketiga membahas tentang perubahan kewenangan MPR, kepresidenan,
kekuasaan kehakiman, dan bentuk serta kedaulatan negara. Hasil dari amandemen ketiga
berupa perubahan pada 3 Bab dan 22 Pasal. Karena adanya perubahan kewenangan MPR,
maka terjadi perubahan pada elemen negara, yaitu Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Amandemen keempat dilakukan pada Sidang Tahunan MPR pada tanggal 1-11 Agustus
2002. Amandemen keempat mengubah 2 Bab dan 13 Pasal yang membahas tentang mata
uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan nasional,
serta DPD dan pergantian presiden.
1 KOMPAS, Wacana Kembali ke UUD 1945 dan Mengingat Lagi Alasan Perlunya Amandemen.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/13/08015461/wacana- kembali-ke-uud-1945-dan-mengingat-lagi-alasan-perlunya-amandemen?page=all, 13
Agustus 2019. (diakses pada 11 Oktober 2019)
Inas Nasrullah Zubir, seorang anggota MPR dari fraksi Partai Hanura, menyoroti
bahaya kembalinya haluan negara atau dahulu dikenal sebagai Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN), yang melegitimasi MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Dengan MPR
menjadi lembaga tertinggi, akan berbahaya jika pimpinan MPR tidak amanah. Karena tentu
saja kewenangan yang luar biasa dapat berbahaya jika pemimpinnya tidak amanah.
Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera. Beliau
berpendapat bahwa amandemen UUD 1945 tidak baik apabila dilakukan pada saat kekuatan
oposisi dan pendukung pemerintah tidak setimpang. Hal ini disebabkan karena jumlah oposisi
yang terlalu sedikit, semenjak partai Gerindra, Demokrat, dan PAN bergabung menjadi partai
koalisi pemerintah. Menurut Mardani, komposisi partai pendukung pemerintah yang terlalu
kuat dapat menimbulkan penyimpangan dalam pelaksanaan amandemen. “Komposisi parpol
pemerintah dan oposisi tidak ideal. Kelompok yang punya kekuatan besar akan tergoda untuk
menggunakan voting, padahal Indonesia didasarkan pada prinsip musyawarah untuk mufakat,”
kata Mardani.2
Zainudin Amali, anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar memiliki pendapat yang
serupa. Amali menuturkan, ada perbedaan mendasar antara era ketika GBHN berlaku dan
kondisi saat ini. Perbedaan mendasar tersebut adalah pemilihan presiden yang dulu dilakukan
oleh MPR. Sehingga, lazim saja jika dulu MPR membekali presiden dengan GBHN untuk
menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan. Presiden pun harus menyampaikan
pertanggungjawaban kepada MPR. Adapun sekarang, kata Amali, presiden dipilih langsung
oleh rakyat. Presiden juga memiliki visi misinya sendiri yang telah dikampanyekan kepada
publik. Amali menilai perlu ada kajian mendalam terhadap wacana pengaktifan GBHN ini.
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menilai keberadaan GBHN untuk saat ini tak
lagi relevan. Refly juga mempertanyakan posisi hierarki GBHN dalam sistem hukum di
Indonesia. Secara hierarkis, UUD 1945 berada di posisi teratas diikuti Ketetapan MPR dan
undang-undang. Ketetapan MPR yang diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Peraturan Pembentukan Perundang-undangan pun hanya yang sudah ada sejak zaman dulu.
Selain itu, Refly juga berpendapat bahwa dengan menghidupkan kembali GBHN, fokus
kekuasaan hendak digeser kembali ke tangan MPR, dan membentuk oligarki politik. "Kita
memiliki sejarah yang buruk saat MPR menjadi lembaga tertinggi negara. Saat institusi MPR
2 Tirto.id, PKS Tolak Amandemen UUD 1945 Dilakukan saat Kekuatan Oposisi Kecil, https://tirto.id/pks-tolak-amandemen-uud-1945-dilakukan -saat-
kekuatan-oposisi-kecil-egiu. 14 Agustus 2019. (diakses pada 11 Oktober 2019)
disandera penguasa, maka MPR hanyalah alat legitimasi melanggengkan kekuasaan Presiden
secara terus-menerus tanpa pembatasan di zaman Soeharto," tutur Refly.3
Selain pendapat yang telah dituliskan diatas, masih banyak pendapat lain yang
ditujukan pada wacana amandemen kelima UUD 1945. Pendapat yang mendukung
amandemen memiliki fokus agar GBHN dihidupkan kembali sehingga pembangunan nasional
jangka panjang menjadi lebih terarah, dan tidak mengikuti tujuan pribadi penguasa. Selain itu,
tujuan amandemen dilakukan untuk memastikan kedudukan MPR sebagai lembaga negara,
serta ada juga keinginan untuk memulai pengkajian UUD dari awal sehingga amandemen
dilakukan secara menyeluruh kembali ke naskah asli UUD 1945.
Fokus dari pendapat yang menolak adanya amandemen UUD 1945 adalah karena MPR
menjadi mampu mengontrol presiden melalui pelaksanaan GBHN, sehingga kedudukan
presiden melemah dan mampu merusak sistem ketatanegaraan, karena presiden harus kembali
bertanggung jawab kepada MPR. Selain itu, peran Mahkamah Konstitusi akan melemah,
karena UUD kembali ditetapkan oleh MPR. Terdapat pula keresahan apabila amandemen
dilakukan, yaitu akan kembalinya sistem pemerintahan menjadi seperti jaman orde baru, yang
memiliki sejarah buruk di Indonesia.
Hal yang menarik dari pembahasan amandemen ini adalah partai PDIP yang semula
mengingatkan kembali akan rencana amandemen UUD menjadi menolak adanya amandemen
jika dilakukan secara menyeluruh. Partai PDIP menyetujui adanya amandemen UUD secara
terbatas berkaitan dengan GBHN, namun menolak apabila UUD dikembalikan sepenuhnya
menjadi naskah asli, dan kemudian dikaji lagi untuk diperbaiki. Dalam hal ini, PDIP seperti
melihat adanya permasalahan yang akan timbul apabila UUD dikembalikan ke naskah asli
UUD 1945, sehingga PDIP menolak adanya amandemen secara menyeluruh.
3 Detik, Panas! Ini Pro-Kontra Amandemen UUD 1945, https://news.detik.com/berita/d-3920907/panas-ini-pro-kontra-amendemen-uud-1945. 16 Maret 2018.
(diakses tanggal 13 Oktober 2019)
menjadi tujuan dari proses amandemen itu sendiri. Hal ini juga didukung akan pergeseran
partai yang awalnya oposisi menjadi partai koalisi pemerintah.
Pada awalnya, wacana amandemen UUD yang muncul bertujuan untuk melakukan
amandemen UUD secara terbatas yang hanya terkait dengan menghidupkan kembali GBHN
sebagai acuan pembangunan negara, namun seiring berjalannya waktu, terdapat beberapa
tokoh yang memilih untuk melakukan amandemen UUD secara menyeluruh. Amandemen
yang dilakukan secara menyeluruh tidak menutup kemungkinan akan terjadinya supremasi
MPR seperti pada jaman orde baru, dan bisa menimbulkan adanya penyalahgunaan kekuasaan
kembali. Jika hasil amandemen nantinya merubah kembali UUD 1945 menjadi naskah asli
sebelum diamandemen, maka posisi MPR akan menjadi lembaga tertinggi negara yang mampu
memilih dan menaikkan presiden, sehingga pemegang kekuasaan tertinggi bukanlah rakyat,
melainkan di tangan penguasa. Selain itu, terdapat juga pemikiran bahwa dengan
mengembalikan posisi MPR menjadi lembaga tertinggi negara, maka partai politik pengusung
ketua MPR bisa diuntungkan, karena dapat mengontrol pemerintahan sesuai dengan kehendak
partainya.
Amandemen UUD secara menyeluruh akan menyebabkan adanya celah politik yang
bisa dimanfaatkan oleh pemerintah. Pada saat proses pengkajian, undang-undang akan
dikembalikan lagi menjadi UUD 1945, yang sudah kurang relevan untuk digunakan pada masa
sekarang, sehingga menjadi rentan untuk disalah gunakan. Penyalahgunaan ini mampu
membawa permasalahan yang lebih serius pada konstitusi negara, karena proses amandemen
UUD bukanlah hal yang mudah dilakukan.
4.1. Kesimpulan
Kasus pro – kontra akibat amandemen UUD yang ke – 5 harus dapat dicermati lebih dalam.
Amandemen UUD pun harus dapat dilakukan dengan kajian penuh dan tidak hanya dilihat
dari 1 sudut pandang saja sehingga amandemen UUD tidak menimbulkan masalah di
kemudian hari.
Kembali hidupnya GBHN mengakibatkan sistem pembangunan negara mengacu pada
satu acuan jangka Panjang yang telah disepakati bersama, sehingga setiap pemimpin
nantinya harus mematuhi aturan tersebut. Akibatnya, pembangunan lebih terstruktur dan
tidak berubah – ubah seperti yang terjadi pada era – era pemerintahan sebelumnya.
Permasalahan GBHN dapat diselesaikan dengan memperbaiki UU no. 25 tahun 2004 yang
mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Resiko bila GBHN kembali adalah, MPR berfungsi seperti pada semula, yaitu
menetapkan GBHN tersebut. Maka, MPR menjadi Lembaga tertinggi negara dan presiden
harus bertanggun jawab pada MPR. Bila presiden tidak mempertanggung jawabkan hal
tersebut, maka MPR berhak memberhentikan presiden. Maka dari itu, kekuasaan tertinggi
bukan lagi di tangan rakyat melainkan pemerintah.
Amandemen terbatas hanya memiliki focus untuk mengembalikan GBHN tidak
memiliki dampak yang besar bila dibandingkan dengan amandemen menyeluruh. Bila
amandemen menyeluruh dilaksanakan, dampaknya akan sangat besar bagi sistem
ketetanegaraan Indonesia saat ini. Proses pengkajian ulang UUD tentu memiliki rentang
waktu, dalam rentang waktu tersebut bisa menghasilkan celah untuk menyalahgunakan
peraturan. Akibatnya, Indonesia memiliki kemungkinan besar kembali ke masa orde baru.
Proposisi antara partai pendungkung dan oposisi pada MPR, idealnya adalah 60 : 40,
namun PKS sebagai partai oposisi hanya berjumlah kurang dari 9% dari seluruh anggota
MPR, sehingga pemerintah akan sangat mudah menentukan suara karena tidak ada yang
menjadi oposisi. Akibatnya, demokrasi bisa hancur dan pemerintahan hanya berdasarkan 1
pendapat saja dan bisa menjadi otoriter.
Amandemen UUD 1945 harus dipikirkan secara matang, namun setiap keputusan pasti
ada tujuan baik. Bila yang dilakukan hanya amandemen terbatas, yang fokus pada GBHN
saja, pembangunan di Indonesia lebih terarah dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh
pemimpin – pemimpin selanjutnya.
4.2.Saran
Kasus pro-kontra yang terjadi akibat wacana amandemen UUD harus dicermati secara
mendalam agar dapat dijadikan acuan dalam proses amandemen UUD. Pro kontra yang terjadi
jangan sampai menimbulkan perpecahan yang berdampak terhadap kepentingan publik ,
Amandemen UUD harus dilakukan dengan penuh kajian, tidak bisa hanya melihat dari salah
satu sisi saja. Proses pembentukan amandemen harus dikawal dengan baik agar terhindar dari
politic of interest. Sosialisasi kebijakan atau peraturan yang akan ditetapkan alangkah lebih
baik bila disampaikan kepada setiap stakeholder atau golongan masyarakat karena UUD
berlaku untuk setiap warga negara tanpa terkecuali.
DAFTAR PUSTAKA
https://salamadian.com/pengertian-amandemen-uud-1945/
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/13/08015461/wacana-kembali-ke-uud-1945-dan-
mengingat-lagi-alasan-perlunya-amandemen?page=all
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/2971-hak-konstitusional-warga-negara.html
https://nasional.kompas.com/read/2016/11/03/17403881/amandemen.ke-
5.uud.1945.dari.usulan.wacana.ke.tindakan?page=all
https://tirto.id/rencana-amandemen-uud-1945-untuk-kepentingan-apa-dan-siapa-egm8
https://www.liputan6.com/news/read/2166795/10-usulan-dpd-ri-untuk-amandemen-ke-5-uud-
1945
https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11277
https://news.detik.com/berita/d-3920907/panas-ini-pro-kontra-amendemen-uud-1945
https://www.kompasiana.com/www.anisjasmerah.blogspot.com/552c954e6ea834d7758b456
f/fakta-sejarah-yang-ditutuptutupi-soekarno-uud-1945-merupakan-uud-kilat-bag-1
https://tirto.id/pro-kontra-rencana-amandemen-uud-1945-hidupkan-kembali-gbhn-efZm
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uud_am1_4.htm
https://www.voaindonesia.com/a/peta-koalisi-membuat-wacana-amendemen-
berbahaya/5044749.html
https://tirto.id/pks-tolak-amandemen-uud-1945-dilakukan-saat-kekuatan-oposisi-kecil-egiu
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/12/09120341/sikap-politik-pdi-p-amandemen-
terbatas-uud-1945-hingga-ambang-batas-parlemen?page=all
https://dosenppkn.com/gbhn/
Versi Asli UUD 1945 Dibandingan dengan Amandemen Keempat 2002 - Grafis Tempo.co
Surya Paloh: Kalau Tak Ada Lagi yang Oposisi, Demokrasi Selesai, Negara Jadi Otoriter
Amandemen Menyeluruh UUD 1945 Dituding Kepentingan Elite Khas Orba - Tirto.ID
Wacana Amandemen (Terbatas) Konstitusi
Panasnya Wacana Amendemen UUD 1945 dan Kembalinya GBHN | Katadata News