Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Syariah dan HAM
Oleh :
Millatul Bariyah
18220021
FAKULTAS SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
tugas makalah Syariah dan HAM yang berjudul Normativitas dan Interpretasi
Maqashid syariah. Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dengan
menggunakan berbagai referensi yang dapat membantu dan bantuan beberapa pihak yang
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini baik berupa materi maupun waktunya.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam pembuatan makalah ini. Adapun harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca. Para
pembaca pun diharapkan dapat memberikan masukan dan saran terhadap makalah ini agar
dapat diperbaiki ke depannya dan menjadi semakin baik.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat serta
memberikan inspirasi terhadap para pembaca.
Millatul Bariyah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari hukum Islam, tentu kita tidak akan pernah lepas dari
pembahasan dan kajian mengenai maqashid syariah. Maqashid syariah secara
Bahasa terdiri dari dua kata, yakni maqashid dan syariah. Maqashid merupakan
jama’ dari maqshud yang artinya adalah kesengajaan atau tujuan. Sedangkan
syariah memiliki arti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai
syari’ untuk dijadikan pedoman manusia baik dalam hubungannya dengan Allah
SWT, dengan manusia baik muslim maupun non muslim, alam, dan seluruh aspek
kehidupan.
Pembahasan maqashid syariah ini merupakan pembahasan yang sangat
menarik untuk terus dikaji. Para cendekiawan muslim pun memiliki metodenya
masing-masing dalam menentukan maqashid syariah baik ulama salaf /klasik
sampai dengan ulama kontemporer masa kini. Ulama salaf banyak yang
menggunakan nash –Al Qur’an dan Hadis- sebagai rujukan utama dalam
menentukan maqashid syariah. Namun, tak pelak kita sadari bahwa zaman terus
maju dan mengalami perkembangan. Masayarakat pun juga berubah. Sehingga
diperlukan adanya kajian-kajian baru serta pemahaman maqashid syariah yang
dapat diterapkan di berbagai tempat dan masa. Karena, sebagaimana kita ketahui
bahwa ajaran Islam itu shalih li kulli zaman wa makan (red: up to date).
Maka dari itu, penulis akan mengkaji pemahaman mengenai maqashid
syariah ini baik dari segi normatif (berpatokan pada teks nash) dan juga
interpretasi dari maqashid syariah yang belum dijelaskan dalam nash. Sehingga
nantinya dapat menjadi acuan dalam memahami maqashid syariah dan dapat
digunakan sesuai dengan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut dengan normativitas dan interpretasi ?
2. Bagaimana maqashid syariah jika ditinjau dari sisi normatif ?
3. Bagaimana interpretasi dari nash mengenai maqashid syariah?
PEMBAHASAN
Dalam metodologi studi hukum Islam, dikenal adanya dua macam pendekatan.
Pendekatan tersebut adalah pendekatan normatifitas dan historisitas. Normatifitas sendiri
berarti mengandalkan makna tekstual sebuah hukum (law in the text). Sedangkan
historisitas ialah sebuah pendekatan berdasarkan keadaan yang terjadi pada masyarakat
baik sosiologis, psikologis, dan antropologis. Di sisi lain, untuk memahami sebuah teks
keagamaan –dalam bahasan ini adalah Al Qur’an- diperlukan adanya pemikiran lebih
lanjut agar ajaran di dalamnya dapat diimplementasikan sesuai dengan perkembangan
zaman. Dengan demikian, diperlukan adanya interpretasi dalam teks tersebut, yang mana
dalam Islam dikenal dengan “tafsir” dan juga “takwil” utamanya dalam memahami
maksud atau tujuan dari pensyariatan sebuah hukum di dalamnya.
1
Achmad Slamet, Buku Ajar Metodologi Studi Islam (Kajian Metode dalam Ilmu Keislaman) ,
(Yogyakarta: Deepublish, 2016), 21.
2
Aksin Wijaya, Teori Interpretasi Ibnu Rusyd: Kritik Ideologis-Hermeneutris (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2009), 150.
3
Wijaya, Teori Interpretasi Ibnu Rusyd: Kritik Ideologis-Hermeneutris, 149.
4
Jasser ‘Auda, Maqashid al-Syari’ah: Dalil li al-Mubtadi’in (tt: Al-Ma’had al-‘Alamy li al-Fikr
al-Islamy, tt), 45.
5
Mutawali, “Maqashid syariah: Logika Hukum Transformatif”, Schemata, VI (Desember, 2017),
120.
6
Maulidi, “Maqashis Syariah sebagai Filsafat Hukum Islam: Sebuah Pendekatan Menurut Sistem
Jasser ‘Auda”, Al Madzahib, III (Juni, 2015), 12.
7
Ali al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Cet.III (Damaskus:
Maktabah al Ghazali, 1980), 87-88.
8
al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, 187.
9
al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, 238.
10
al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, 258.
11
Mujaid Kumkelo dkk, Fiqh HAM: Ortodoksi dan Liberalisme Hak Asasi Manusia dalam Islam,
(Malang: Setara Press, 2015), 48.
12
al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, 185.
13
Al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, 166.
14
Al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, 281.
15
Muhammad bin Umar al-Nawawi, Tanqih al-Qaul al-Hatsits fii Syarh Lubab al-Hadits, Juz 1,
Maktabah Syamilah, 125.
16
Abdul Muhsin al-Ibad, Syarh Sunan Abi Daud, Juz 1, Maktabah Syamilah (tt: Syabakah
Islamiyah, tt), 2.
17
Aplikasi kamus al Ma’ani (arab-arab).
18
Ibnu Hajar al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, terj: H.M.Ali (Surabaya: Mutiara Ilmu,
2011), 442.
19
Mutawali, “Maqashid syariah: Logika Hukum Transformatif”, Schemata, 129.
20
Mutawali, “Maqashid syariah: Logika Hukum Transformatif”, Schemata, 121.
21
Jasser ‘Auda, Maqashid al-Syari’ah: Dalil li al-Mubtadi’in, 45.
22
Azmi Sirajuddin, “Model Penemuan Hukum dengan Metode Maqashid syariah sebagai Jiwa
Fleksibi(e)litas Hukum Islam”, Istinbath, XIII (Mei, 2016), 117.
23
Azmi Sirajuddin, “Model Penemuan Hukum dengan Metode Maqashid syariah sebagai Jiwa
Fleksibi(e)litas Hukum Islam”, Istinbath, 117.
24
Andriyaldi, “Ijtihad Maqashidy: Kontekstualisai Maqashid syariah di Era Modern”, Al
Hurriyyah, XIV (Januari, 2013), 24.
25
Andriyaldi, “Ijtihad Maqashidy: Kontekstualisai Maqashid syariah di Era Modern”, Al
Hurriyyah, 26.
26
Andriyaldi, “Ijtihad Maqashidy: Kontekstualisai Maqashid syariah di Era Modern”, Al
Hurriyyah, 27.
27
Andriyaldi, “Ijtihad Maqashidy: Kontekstualisai Maqashid syariah di Era Modern”, Al
Hurriyyah, 27.
28
Azmi Sirajuddin, “Model Penemuan Hukum dengan Metode Maqashid syariah sebagai Jiwa
Fleksibi(e)litas Hukum Islam”, Istinbath, 122.
29
Andriyaldi, “Ijtihad Maqashidy: Kontekstualisai Maqashid syariah di Era Modern”, Al
Hurriyyah, 28.
30
Kumkelo dkk, Fiqh HAM: Ortodoksi dan Liberalisme Hak Asasi Manusia dalam Islam, 48
31
Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, 315.
32
Andriyaldi, “Ijtihad Maqashidy: Kontekstualisai Maqashid syariah di Era Modern”, Al
Hurriyyah, 31.
33
Kumkelo dkk, Fiqh HAM: Ortodoksi dan Liberalisme Hak Asasi Manusia dalam Islam, 55.
34
al-Shobuni, Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, 333.
35
Mutawali, “Maqashid syariah: Logika Hukum Transformatif”, Schemata, 130.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Normativitas adalah sebuah pendekatan atau metode untuk memahami
maqashid syariah melalui sumber-sumber hukum berupa nash (Al Qur’an dan
Hadis), sedangkan interpretasi adalah sebuah metode yang sifatnya lebih
umun daripada “tafsir” dan juga “takwil” yang mana metode ini mengkaji
maqashid syariah tidak hanya berdasarkan nash, namun juga melihat aspek-
aspek lain seperti sosiologis, geografis, dan antropologis. Hemat penulis,
metode interpretasi ini sama dengan metode historisitas.
2. Normativitas maqashid syariah, utamanya dalam dharuriyah al-khamsah
dapat kita temukan dalam teks-teks nash seperti pelarangan sihir untuk
menjaga akidah umat Islam, pensyariatan qishas, pelarangan khamr,
pelarangan zina, diperbolehkannya mu’amalah, dan pelarangan mencuri.
3. Interpretasi maqashid syariah dalam ranah ijtihad disebut ijtihad tathbiqy
yang mana kemudian konsep tersebut dibuat khusus dengan nama ijtihad
maqashidy dengan menggunakan tiga perangkat utama, yaitu pemahaman
nash, pemahaman realita, dan pemahaman objek yang dikenai beban hukum.
Contoh bentuk interpretasi maqashid syariah ialah kebebasan berkeyakinan,
pembebasan perbudakan, pengembangan ilmu pengetahuan, larangan
menyetubuhi istri saat haid, dan penghilangan hukuman potong tangan bagi
pencuri.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Terjemah Bulughul Maram. terj: H.M.Ali. Surabaya: Mutiara
Ilmu. 2011.
Al-Ibad, Abdul Muhsin. Syarh Sunan Abi Daud. Juz 1. Maktabah Syamilah. tt: Syabakah
Islamiyah. Tt.
Al-Nawawi, Muhammad bin Umar. Tanqih al-Qaul al-Hatsits fii Syarh Lubab al-Hadits.
Juz 1. Maktabah Syamilah.
Al-Shobuni, Ali. Rowai’ul Bayan min Tafsiri Ayat al-Ahkam min al-Qur’an. Cet.III.
Damaskus: Maktabah al Ghazali. 1980.
Kumkelo, Mujaid dkk. Fiqh HAM: Ortodoksi dan Liberalisme Hak Asasi Manusia dalam
Islam. Malang: Setara Press. 2015.
Maulidi. “Maqashis Syariah sebagai Filsafat Hukum Islam: Sebuah Pendekatan Menurut
Sistem Jasser ‘Auda”. Al Madzahib. III. Juni. 2015.
Sirajuddin, Azmi. “Model Penemuan Hukum dengan Metode Maqashid syariah sebagai
Jiwa Fleksibi(e)litas Hukum Islam”. Istinbath. XIII. Mei. 2016.
Slamet, Achmad. Buku Ajar Metodologi Studi Islam (Kajian Metode dalam Ilmu
Keislaman). Yogyakarta: Deepublish. 2016.