Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Penitensier E
Disusun Oleh:
1. Januar Rahadian Mahendra (E0019213)
2. Khansa Diva (E0019229)
3. Laela Muslihatul Bariyah (E0019232)
1. 1 Latar Belakang
Orientasi mengenai pemasyarakatan harusnya sejalan dengan perubahan konsep
tujuan pemasyarakatan dari konsep retribusi (pembalasan) kearah konsep rehabilitasi
(perbaikan). Konsep yang demikian itu tergambar dari munculnya gagasan perubahan
mengenai lembaga penjara (dalam sejarah disebut sebagai rumah penjara) menjadi
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).1 Namun pada kenyataannya pidana perampasan
kemerdekaan membawa pendidikan kejahatan oleh penjahat. Lapas tidak jarang
dijadikan sebagai tempat pembelajaran bagi para penjahat untuk membuat penjahat-
penjahat yang lebih professional lagi. Dengan munculnya para penjahat yang lebih
profesional ini pada akhirya menyebabkan bertambahnya beban di masyarakat karena
dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar. Sanksi yang diberikan kepada pelaku juga
memberikan efek negatif berupa dehumanisasi yaitu pengasingan dari masyarakat selama
terpidana kehilangan kemerdekaannya. 2
Draft Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU
KUHP) mulai bergerak tidak lagi memusatkan perhatiannya kepada upaya penjatuhan
sanksi untuk para pelanggar sebagai acuan atau ukuran dari keadilan, akan tetapi juga
mengembangkan alternatif sanksi yang memperhatikan dampak dari sebuah kejahatan
dengan menambahkan beberapa altrnatif sanksi pidana, salah satunya berupa pidana
kerja sosial. Kerja sosial diusulkan sebagai salah satu jenis pidana atau hukuman pokok
dan mempunyai kedudukan sebagai alternatif pidana penjara. Keberadaan ide kerja sosial
dalam RUU KUHP tersebut tidak terlepas dari faktor kepadatan penjara (overcrowding),
tidak efektifnya penjara sebagai lembaga rehabilitasi dan efek negatif yang dihasilkan
oleh pidana penjara (seperti prisonisasi dan stigmatisasi).3
1
Rully Novian, “Strategi Menangani Overcrowding di Indonesia: Penyebab, Dampak Dan
Penyelesaiannya”, (Jakarta : Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), 2018), hlm. 1.
2
Muhammad Fajar Septiano, “Pidana Kerja Sosial Sbagai Alternatif Pidana Penjara Jangka
Pendek”, (Malang : Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya,. 2014), hlm. 8.
3
Sani Siti Aisyah, “Pengembangan Ide KerjaSosial Sebagai Bentuk Pidana Alternatif di Indonesia”,
Jurnal Kriminologi Indonesia, Volume 14 Nomor 1, 2018, hlm. 25.
1. 2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa definisi dari pidana kerja sosial?
2. Apa keunggulan dari pidana kerja sosial?
3. Bagaimana pemberlakuan pidana kerja sosial dalam RUU KUHP?
4. Bagaimana pemberlakuan pidana kerja sosial di negara lain?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan tujuan yang hendak dicapai
dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari pidana kerja sosial
2. Untuk mengetahui keunggulan dari pidana kerja sosial
3. Untuk mengetahui pemberlakuan pidana kerja sosial dalam RUU KUHP
4. Untuk mengetahui pemeberlakuan pidana kerja sosial di negara lain
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tongat, Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta : Djambatan,
2002), hal.7
5
Tongat, loc.cit.
6
Taufan Purwadiyanto, “Analisis Pidana Lerja Sosial dalam Hukum Positif di Indonesia”, Jurnal
Lex Administratum, Volume 3 Nomor 8, Oktober 2015, hlm. 162.
hanya sekedar dianggap sebagai penjahat, lebih baik melakukan sekalian. Tidak
berhasilnya pembinaan narapidana karena efek negatif yang berupa stigmatisasi ini jelas
akan melahirkan penjahat kambuhan. Kegagalan ini pada gilirannya harus dibayar mahal
oleh masyarakat, karena meningkatkan ancaman menjadi korban kejahatan.
2.2.2 Pidana kerja sosial akan meniadakan efek negatif berupa “pendidikan
kejahatan oleh penjahat.”
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Lembaga Pemasyarakatan sering kali
berfungsi sebagai “tempat kuliahnya para penjahat” yang akan melahirkan penjahat yang
lebih profesional. Lahirnya para penjahat yang profesional ini pada gilirannya juga akan
menambah beban kepada masyarakat, karena munculnya ancaman yang lebih besar.
2.2.3 Dilihat dari perspektif ekonomi, pidana kerja sosial juga jauh lebih murah
dibanding dengan pidana perampasan kemerdekaan.
Dengan pidana kerja sosial , maka subsidi untuk biaya hidup narapidana di
lembaga dapat ditekan yang pada akhirnya juga tidak akan membebani masyarakat secara
keseluruhan. Semakin banyak narapidana yang berada dalam lembaga, semakin banyak
pula biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai kehidupan di dalam
lembaga.
7
Asiyah Jamilah dan Hari Sutra Disemadi, “Pidana Kerja Sosial : Kebijakan Overcrowding
Penjara”, Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan, Volume 8 Nomor 1, April 2020, hlm. 32.
8
Iskandar Wibawa, “Pidana Kerja Sosial dan Restitusi sebagai Alternatif Pidana Penjara dalam
Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia”, Jurnal Media Hukum, Volume 24 Nomor 2, Desember 2017,
hlm. 113.
3. Pidana Kerja Sosial di Denmark
Di Denmark apabila seseorang dijatuhi pidana kerja sosial, maka terpidana dimintai
laporan dari badan yang mengawasi pidana bersyarat. Laporan yang berisi keadaan
keluarga terpidana, pekerjaannya, serta pendidikan terpidana. Laporan tersebut
digunakan untuk menentukan dapat atau tidaknya terpidana dikenakan tindak pidana
sosial. Dalam praktiknya sebenarnya sanksi pidana kerja sosial ditujukan sebagai
pengganti sanksi pidana penjara jangka pendek dengan jangka waktu 15-18 bulan.
Tetapi dalam kenyataannya pidana kerja sosial dikenakan terhadap pidana penjara 6-
8 bulan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Simpulan Khusus
• Pidana kerja sosial merupakan pidana yang dijalani oleh terpidana di luar
lembaga kemasyarakatan dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial yang
telah ditentukan.
• Pidana kerja sosial memiliki beberapa keunggulan yaitu menisbikan proses
stigmatisasi, meniadakan efek negatif berupa pendidikan kejahatan oleh
penjahat, dan mampu menekan biaya hidup narapidana.
• Pidana kerja sosial di dalam RUU KUHP dapat dijatuhkan untuk terdakwa yang
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara kurang dari 5
tahun dan hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau
denda yang tidak melebihi kategori II atau Rp10.000.000,00.
3.1.2 Simpulan Umum
Pidana kerja sosial merupakan pidana yang dijalani oleh terpidana di luar lembaga
kemasyarakatan dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial yang telah
ditentukan. KUHP yang berlaku saat ini belum mengenal istilah pidana kerja
sosial, namun sudah dirumuskan dalam RUU KUHP. Narapidana yang dapat
dijatuhi pidana kerja sosial terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara kurang dari 5 tahun dan hakim menjatuhkan pidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan atau denda yang tidak melebihi kategori II atau
Rp10.000.000,00. Adapun pelaksanaan pidana tersebut dapat dilakukan di rumah
sakit, panti asuhan, atau lembaga-lembaga sosial lainnya. Pidana kerja sosial
merupakan suatu pekerjaan yang tidak dibayar karena fungsinya sebagai pidana
work is penalty oleh karena itu pidana kerja sosial tidak dapat dikomersialkan.
3.2 Saran
Pemerintah perlu melakukan pembahasan yang lebih lanjut terkait RUU KUHP untuk
melengkapi ketentuan tentang pelaksanaan sanksi pidana pokok berupa sanksi pidana
sosial agar terciptanya tujuan pemidanaan yang mengarah kepada pembinaan terhadap
pelaku serta agar terciptanya kepastian dan keadilan untuk masyarakat. Selain itu
pemerintah juga perlu melihat kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pidana kerja sosial
di negara-negara lain agar pelaksanaan pidana kerja sosial di Indonesia menjadi lebih
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Sani Siti. 2018. Pengembangan Ide Kerja Sosial Sebagai Bentuk Pidana Alternatif di
Indonesia. Jurnal Kriminologi Indonesia. Volume 14 Nomor 1: hlm. 25.
Jamilah, Asiyah dan Hari Sutra Disemadi. 2020. Pidana Kerja Sosial : Kebijakan
Overcrowding Penjara. Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan. Volume 8 Nomor 1:
hlm. 32.
Purwadiyanto, Taufan. 2015. Analisis Pidana Lerja Sosial dalam Hukum Positif di Indonesia.
Jurnal Lex Administratum. Volume 3 Nomor 8: hlm. 162.
Septiano, Muhammad Fajar. 2014. Pidana Kerja Sosial Sbagai Alternatif Pidana Penjara
Jangka Pendek.. Malang : Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.
Tongat. 2002. Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Jakarta :
Djambatan.
Wibawa, Iskandar . 2017. Pidana Kerja Sosial dan Restitusi sebagai Alternatif Pidana Penjara
dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Jurnal Media Hukum. Volume 24
Nomor 2: hlm. 113.