Anda di halaman 1dari 11

PIDANA KERJA SOSIAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Penitensier E

Dosen Pengampu : Dr. Rehnalemken Ginting, S.H.,M.H.

Disusun Oleh:
1. Januar Rahadian Mahendra (E0019213)
2. Khansa Diva (E0019229)
3. Laela Muslihatul Bariyah (E0019232)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Orientasi mengenai pemasyarakatan harusnya sejalan dengan perubahan konsep
tujuan pemasyarakatan dari konsep retribusi (pembalasan) kearah konsep rehabilitasi
(perbaikan). Konsep yang demikian itu tergambar dari munculnya gagasan perubahan
mengenai lembaga penjara (dalam sejarah disebut sebagai rumah penjara) menjadi
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).1 Namun pada kenyataannya pidana perampasan
kemerdekaan membawa pendidikan kejahatan oleh penjahat. Lapas tidak jarang
dijadikan sebagai tempat pembelajaran bagi para penjahat untuk membuat penjahat-
penjahat yang lebih professional lagi. Dengan munculnya para penjahat yang lebih
profesional ini pada akhirya menyebabkan bertambahnya beban di masyarakat karena
dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar. Sanksi yang diberikan kepada pelaku juga
memberikan efek negatif berupa dehumanisasi yaitu pengasingan dari masyarakat selama
terpidana kehilangan kemerdekaannya. 2
Draft Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU
KUHP) mulai bergerak tidak lagi memusatkan perhatiannya kepada upaya penjatuhan
sanksi untuk para pelanggar sebagai acuan atau ukuran dari keadilan, akan tetapi juga
mengembangkan alternatif sanksi yang memperhatikan dampak dari sebuah kejahatan
dengan menambahkan beberapa altrnatif sanksi pidana, salah satunya berupa pidana
kerja sosial. Kerja sosial diusulkan sebagai salah satu jenis pidana atau hukuman pokok
dan mempunyai kedudukan sebagai alternatif pidana penjara. Keberadaan ide kerja sosial
dalam RUU KUHP tersebut tidak terlepas dari faktor kepadatan penjara (overcrowding),
tidak efektifnya penjara sebagai lembaga rehabilitasi dan efek negatif yang dihasilkan
oleh pidana penjara (seperti prisonisasi dan stigmatisasi).3

1
Rully Novian, “Strategi Menangani Overcrowding di Indonesia: Penyebab, Dampak Dan
Penyelesaiannya”, (Jakarta : Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), 2018), hlm. 1.
2
Muhammad Fajar Septiano, “Pidana Kerja Sosial Sbagai Alternatif Pidana Penjara Jangka
Pendek”, (Malang : Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya,. 2014), hlm. 8.
3
Sani Siti Aisyah, “Pengembangan Ide KerjaSosial Sebagai Bentuk Pidana Alternatif di Indonesia”,
Jurnal Kriminologi Indonesia, Volume 14 Nomor 1, 2018, hlm. 25.
1. 2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa definisi dari pidana kerja sosial?
2. Apa keunggulan dari pidana kerja sosial?
3. Bagaimana pemberlakuan pidana kerja sosial dalam RUU KUHP?
4. Bagaimana pemberlakuan pidana kerja sosial di negara lain?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan tujuan yang hendak dicapai
dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari pidana kerja sosial
2. Untuk mengetahui keunggulan dari pidana kerja sosial
3. Untuk mengetahui pemberlakuan pidana kerja sosial dalam RUU KUHP
4. Untuk mengetahui pemeberlakuan pidana kerja sosial di negara lain
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pidana Kerja Sosial


Upaya dalam mencari alternatif pidana perampasan kemerdekaan selalu
dilakukan bertolak dari suatu kenyataan, bahwa di dalam perkembangannya pidana
perampasan kemerdekaan semakin tidak disukai baik atas pertimbangan kemanusiaan,
pertimbangan filosofis pemidanaan maupun atas pertimbangan ekonomis. Wacana
tentang pidana kerja sosial sebagai salah satu jenis pidana sebenarnya sudah sejak lama
dibicarakan, hal ini dapat ditemukan dalam beberapa kali proses Rancangan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disebut RUU KUHP.
Secara etimologis istilah pidana kerja sosial berasal dari dua kata yaitu pidana dan
kerja sosial. Secara sederhananya pidana kerja sosial diartikan sebagai pidana yang
berupa kerja sosial. Pidana kerja sosial merupakan bentuk pidana dimana pidana tersebut
dijalani oleh terpidana dengan melakukan pekerjaan sosial yang ditentukan.4
Istilah pidana kerja sosial lazim diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan
5
istilah Community Service Order. Pidana kerja sosial merupakan jenis pidana yang
harus dijalani oleh terpidana di luar lembaga pemasyarakatan dengan melakukan
pekerjaan-pekerjaan sosial.

2.2 Keunggulan Pidana Kerja Sosial


Sebagai alternatif pidana jangka pendek, pidana kerja sosial mempunyai berbagai
keunggulan antara lain 6:
2.2.1 Pidana kerja sosial sedikit banyak menisbikan proses stigmatisasi yang
selalu menjadi efek pidana perampasan kemerdekaan.
Proses stigmatisasi dalam banyak hal telah menempatkan seorang terpidana
sebagai seorang yang berlabel sebagai penjahat meskipun orang tersebut tidak lagi
melakukan kejahatan. Stigmatisasi ini pada gilirannya akan menghambat pembinaan
narapidana. Secara psikologis orang yang sudah (terlanjur) dicap sebagai penjahat akan
cepat mudah frustasi untuk melakukan kejahatan. Logikanya sangat sederhana, daripada

4
Tongat, Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta : Djambatan,
2002), hal.7
5
Tongat, loc.cit.
6
Taufan Purwadiyanto, “Analisis Pidana Lerja Sosial dalam Hukum Positif di Indonesia”, Jurnal
Lex Administratum, Volume 3 Nomor 8, Oktober 2015, hlm. 162.
hanya sekedar dianggap sebagai penjahat, lebih baik melakukan sekalian. Tidak
berhasilnya pembinaan narapidana karena efek negatif yang berupa stigmatisasi ini jelas
akan melahirkan penjahat kambuhan. Kegagalan ini pada gilirannya harus dibayar mahal
oleh masyarakat, karena meningkatkan ancaman menjadi korban kejahatan.
2.2.2 Pidana kerja sosial akan meniadakan efek negatif berupa “pendidikan
kejahatan oleh penjahat.”
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Lembaga Pemasyarakatan sering kali
berfungsi sebagai “tempat kuliahnya para penjahat” yang akan melahirkan penjahat yang
lebih profesional. Lahirnya para penjahat yang profesional ini pada gilirannya juga akan
menambah beban kepada masyarakat, karena munculnya ancaman yang lebih besar.
2.2.3 Dilihat dari perspektif ekonomi, pidana kerja sosial juga jauh lebih murah
dibanding dengan pidana perampasan kemerdekaan.
Dengan pidana kerja sosial , maka subsidi untuk biaya hidup narapidana di
lembaga dapat ditekan yang pada akhirnya juga tidak akan membebani masyarakat secara
keseluruhan. Semakin banyak narapidana yang berada dalam lembaga, semakin banyak
pula biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai kehidupan di dalam
lembaga.

2.3 Pelaksanaan Pidana Kerja Sosial dalam RUU KUHP


KUHP yang berlaku sekarang belum mengenal istilah pidana kerja sosial. Namun
sudah dirumuskan dalam RUU KUHP. Rancangan KUHP kemudian mengatur
pengkategorian jenis pidana dalam 3 (tiga) kategori besar, yaitu pidana pokok, pidana
tambahan dan pidana yang memiliki sifat khusus. Kemudian dalam jenis-jenis pidananya
terdapat beberapa perubahan. Secara signifikan, perubahan tersebut dapat mempengaruhi
kondisi dan kebijakan pemasyarakatan. Terkait dengan pidana pokok, Pasal 65 ayat (1)
RUU KUHP menyatakan bahwa bentuk pidana pokok adalah: a).pidana penjara;
b).pidana tutupan; c).pidana pengawasan; d).pidana denda; dan e).pidana kerja sosial.
RUU KUHP tahun 2019, dalam Pasal 85 sudah memasukkan alternatif dari pidana
penjara di bawah 6 bulan. Dalam RUU KUHP tersebut, hakim dapat memilih pidana
kerja sosial menjadi sanksi pidana manakala hakim akan menjatuhkan pidana penjara di
bawah 6 bulan atau denda yang tidak melebihi kategori II (dua) atau Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).
Pasal 85 RUU KUHP
(1) Pidana kerja sosial dapat dijatuhkan kepada terdakwa yang melakukan Tindak Pidana
yang diancam dengan pidana penjara kurang dari 5 (lima) tahun dan hakim
menjatuhkan pidana penjara paling lama 6 (enam) Bulan atau pidana denda paling
banyak kategori II.
(2) Dalam menjatuhkan pidana kerja sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim
wajib mempertimbangkan:
a. pengakuan terdakwa terhadap Tindak Pidana yang dilakukan;
b. kemampuan kerja terdakwa;
c. persetujuan terdakwa sesudah dijelaskan mengenai tujuan dan segala hal yang
berhubungan dengan pidana kerja sosial;
d. riwayat sosial terdakwa;
e. pelindungan keselamatan kerja terdakwa;
f. keyakinan agama dan politik terdakwa; dan
g. kemampuan terdakwa membayar pidana denda.
(3) Pelaksanaan pidana kerja sosial tidak boleh dikomersialkan.
(4) Pidana kerja sosial dijatuhkan paling singkat 8 (delapan) jam dan paling lama 240
(dua ratus empat puluh) jam.
(5) Pidana kerja sosial dilaksanakan paling lama 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) Hari dan
dapat diangsur dalam waktu paling lama 6 bulan dengan memperhatikan kegiatan
terpidana dalam menjalankan mata pencahariannya dan/atau kegiatan lain yang
bermanfaat.
(6) Pelaksanaan pidana kerja sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dimuat dalam
putusan pengadilan.
(7) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) juga memuat perintah jika
terpidana tanpa alasan yang sah tidak melaksanakan seluruh atau sebagian pidana
kerja sosial, terpidana wajib:
a. mengulangi seluruh atau sebagian pidana kerja sosial tersebut;
b. menjalani seluruh atau sebagian pidana penjara yang diganti dengan pidana kerja
sosial tersebut; atau
c. membayar seluruh atau sebagian pidana denda yang diganti dengan pidana kerja
sosial atau menjalani pidana penjara sebagai pengganti pidana denda yang tidak
dibayar
(8) Pengawasan terhadap pelaksanaan pidana kerja sosial dilakukan oleh jaksa dan
pembimbingan dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.
(9) Putusan pengadilan mengenai pidana kerja sosial juga harus memuat:
a. lama pidana penjara atau besarnya denda yang sesungguhnya dijatuhkan oleh
hakim;
b. lama pidana kerja sosial harus dijalani, dengan mencantumkan jumlah jam per
Hari dan jangka waktu penyelesaian pidana kerja sosial; dan
c. sanksi jika terpidana tidak menjalani pidana kerja sosial yang dijatuhkan.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, pidana kerja sosial atau community service order
merupakan salah satu jenis pidana pokok yang juga berfungsi menjadi alternatif dari
pidana penjara jangka pendek, yakni maksimal 6(enam) bulan, juga sebagai pengganti
pidana denda yang tidak melebihi kategori II, yang menurut ketentuan Pasal 79 RUU
KUHP maksimal denda sebanyak Rp. 10.000.000,00- (sepuluh juta rupiah). Pidana
denda menurut pasal tersebut terdiri atas 8 kategori, yakni katagori I sampai VIII, dengan
pidana denda maksimal sebesar Rp. 50.000.000.000,00- (lima puluh miliar rupiah). 7
Pidana kerja sosial merupakan suatu pekerjaan yang tidak dibayar karena fungsinya
sebagai pidana “work is penalty”, oleh karena itu dalam pelaksanaannya tidak boleh
mengandung hal yang bersifat komersial. Pelaksanan pidana kerja sosial dapat
dilaksanaakan antara lain di rumah sakit, panti jompo, panti asuhan, lembaga pendidikan,
lembaga sosial/publik lainnya, sesuai dengan kompetensi terpidana.8

2.4 Pemberlakuan Pidana Kerja Sosial di Negara Lain


1. Pidana Kerja Sosial di Belanda
Di Belanda pidana kerja sosial hanya dapat dijatuhkan sebagai pidana pokok.
Pekerjaan yang dilakukan saat menjalani pidana kerja sosial yaitu pekerjaan yang
dilakukan demi kepentingan masyarakat umum. Pelaksanaan pidana ini berdasarkan
persetujuan terdakwa.
2. Pidana Kerja Sosial di Portugal
Pidana kerja sosial di Portugal dilakukan dengan bekerja untuk kepentingan umum
tanpa dibayar sebagai alternatif jika denda tidak dibayar.

7
Asiyah Jamilah dan Hari Sutra Disemadi, “Pidana Kerja Sosial : Kebijakan Overcrowding
Penjara”, Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan, Volume 8 Nomor 1, April 2020, hlm. 32.
8
Iskandar Wibawa, “Pidana Kerja Sosial dan Restitusi sebagai Alternatif Pidana Penjara dalam
Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia”, Jurnal Media Hukum, Volume 24 Nomor 2, Desember 2017,
hlm. 113.
3. Pidana Kerja Sosial di Denmark
Di Denmark apabila seseorang dijatuhi pidana kerja sosial, maka terpidana dimintai
laporan dari badan yang mengawasi pidana bersyarat. Laporan yang berisi keadaan
keluarga terpidana, pekerjaannya, serta pendidikan terpidana. Laporan tersebut
digunakan untuk menentukan dapat atau tidaknya terpidana dikenakan tindak pidana
sosial. Dalam praktiknya sebenarnya sanksi pidana kerja sosial ditujukan sebagai
pengganti sanksi pidana penjara jangka pendek dengan jangka waktu 15-18 bulan.
Tetapi dalam kenyataannya pidana kerja sosial dikenakan terhadap pidana penjara 6-
8 bulan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.1 Simpulan Khusus
• Pidana kerja sosial merupakan pidana yang dijalani oleh terpidana di luar
lembaga kemasyarakatan dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial yang
telah ditentukan.
• Pidana kerja sosial memiliki beberapa keunggulan yaitu menisbikan proses
stigmatisasi, meniadakan efek negatif berupa pendidikan kejahatan oleh
penjahat, dan mampu menekan biaya hidup narapidana.
• Pidana kerja sosial di dalam RUU KUHP dapat dijatuhkan untuk terdakwa yang
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara kurang dari 5
tahun dan hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau
denda yang tidak melebihi kategori II atau Rp10.000.000,00.
3.1.2 Simpulan Umum
Pidana kerja sosial merupakan pidana yang dijalani oleh terpidana di luar lembaga
kemasyarakatan dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial yang telah
ditentukan. KUHP yang berlaku saat ini belum mengenal istilah pidana kerja
sosial, namun sudah dirumuskan dalam RUU KUHP. Narapidana yang dapat
dijatuhi pidana kerja sosial terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara kurang dari 5 tahun dan hakim menjatuhkan pidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan atau denda yang tidak melebihi kategori II atau
Rp10.000.000,00. Adapun pelaksanaan pidana tersebut dapat dilakukan di rumah
sakit, panti asuhan, atau lembaga-lembaga sosial lainnya. Pidana kerja sosial
merupakan suatu pekerjaan yang tidak dibayar karena fungsinya sebagai pidana
work is penalty oleh karena itu pidana kerja sosial tidak dapat dikomersialkan.

3.2 Saran
Pemerintah perlu melakukan pembahasan yang lebih lanjut terkait RUU KUHP untuk
melengkapi ketentuan tentang pelaksanaan sanksi pidana pokok berupa sanksi pidana
sosial agar terciptanya tujuan pemidanaan yang mengarah kepada pembinaan terhadap
pelaku serta agar terciptanya kepastian dan keadilan untuk masyarakat. Selain itu
pemerintah juga perlu melihat kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pidana kerja sosial
di negara-negara lain agar pelaksanaan pidana kerja sosial di Indonesia menjadi lebih
efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Sani Siti. 2018. Pengembangan Ide Kerja Sosial Sebagai Bentuk Pidana Alternatif di
Indonesia. Jurnal Kriminologi Indonesia. Volume 14 Nomor 1: hlm. 25.

Jamilah, Asiyah dan Hari Sutra Disemadi. 2020. Pidana Kerja Sosial : Kebijakan
Overcrowding Penjara. Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan. Volume 8 Nomor 1:
hlm. 32.

Novian, Rully. 2018. Strategi Menangani Overcrowding di Indonesia: Penyebab, Dampak


Dan Penyelesaianny. Jakarta : Institute for Criminal Justice Reform (ICJR).

Purwadiyanto, Taufan. 2015. Analisis Pidana Lerja Sosial dalam Hukum Positif di Indonesia.
Jurnal Lex Administratum. Volume 3 Nomor 8: hlm. 162.

Septiano, Muhammad Fajar. 2014. Pidana Kerja Sosial Sbagai Alternatif Pidana Penjara
Jangka Pendek.. Malang : Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.

Tongat. 2002. Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Jakarta :
Djambatan.

Wibawa, Iskandar . 2017. Pidana Kerja Sosial dan Restitusi sebagai Alternatif Pidana Penjara
dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Jurnal Media Hukum. Volume 24
Nomor 2: hlm. 113.

Anda mungkin juga menyukai