Kelas : V-E1
Disusun Oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS HUKUM
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Nota Tuntutan” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah
semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Hukum Acara Pidana. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah wawasan, pengetahuan, serta pengalaman bagi pembaca.
Kami juga berharap makalah ini dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai penyusun makalah kami merasa bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Maka dari
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN............................................................................ 20
B. SARAN ......................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia Pasal 1 butir 1 dan butir 2 disebutkan pengertian jaksa
dan penuntut umum. Bunyi Pasal 1 butir 1 adalah :
1
membuat surat dakwaan dengan catatan bahwa dalam hal surat dakwaan
kurang memenuhi syarat, maka jaksa wajib memperhatikan saran-saran
yang diberikan hakim sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12 ayat (2)
yang kemudian diperjelas dengan Surat Edaran Mahkamah Agung nomor
6/MA/1962/23/SE tertanggal 20 Oktober 1962.1
Dalam Het Herziene Inlands Reglement (HIR) surat tuduhan dibuat
oleh Ketua Pengadilan Negeri yang dirumuskan dalam “Acte Van
Verwijzing” yakni akte yang menyerahkan perkara ke persidangan dan
memuat perbuatan-perbuatan yang dituduhkan. Surat tuduhan atau acte van
verwijzing atau surat dakwaan adalah akte yang menjadi dasar bagi
pemeriksaan di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, maupun Mahkamah
Agung.2
Surat dakwaan sangat penting dalam proses penanganan perkara
pidana karena surat dakwaan merupakan pembatasan tuntutan. Terdakwa
tidak dapat dituntut atau dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman untuk
perbuatan-perbuatan yang tidak tercantum dalam surat dakwaan.
Untuk mencegah kekhilafan atau kekeliruan, maka sebelum
merumuskan surat dakwaan sebaiknya dibuat materi ringkasan (matrik)
yang memuat unsur-unsur delik atau tindak pidana yang didakwakan serta
alat bukti yang telah diperoleh atau yang ada.3
Peranan surat dakwaan salah satunya adalah sebagai dasar tuntutan
pidana (requisitoir). Requisitoir adalah kewenangan penuntut umum untuk
mengajukannya setelah pemeriksaan di sidang dinyatakan selasai oleh
hakim ketua sidang atau ketua majelis, dasar hukumnya Pasal 182 ayat (1)
huruf a KUHAP. Nota Tuntutan (Requisitoir) adalah surat yang dibuat oleh
Penuntut Umum setelah Pemeriksaan Selesai dan kemudian dibacakan dan
diserahkan kepada hakim dan Terdakwa atau penasihat hukum.
1
Prapto Soepardi. Surat Dakwaan. Surabaya: Usaha Nasional. 1991. halaman 11-12
2
Leden Marpaung. Proses Penanganan Perkara Pidana bagian ke-2. Jakarta: Sinar Grafika. 1992.
halaman 300
3
Leden Marpaung. Op. Cit. halaman 301
2
Penuntut umum akan berusaha membuktikan bahwa dakwaannya
telah terbukti melalui keterangan saksi dan saksi ahli, keterangan terdakwa,
surat, petunjuk, dan juga dengan bukti diam seperti jejak kaki atau tangan
dan benda-benda yang menjadi barang bukti.
Pada ujung tuntutan yang biasa disebut requisitoir penuntut umum
tersebut, diuraikan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa.
Hal-hal yang memberatkan dan meringankan tidak disebutkan dalam
undang-undang. Jadi, hanya berdasarkan kebiasaan misalnya terdakwa
tidak mempersulit pemeriksaan, sopan, mengaku bersalah dan sangat
menyesal, begitu pula keadaan belum cukup umur dipandang sebagai hal
yang meringankan terdakwa. Hal-hal tersebut tidak boleh dicampur adukan
dengan hal-hal yang memberatkan pidana seperti residivis, gabungan delik,
dilakukan dengan berencana. Hal ini dilakukan karena untuk mempermudah
hakim dalam membuat keputusan. 4
Surat tuntutan (requisitoir) yang baik adalah surat tuntutan yang
mengandung konstruksi hukum yang objektif, benar, dan jelas. Jelas dalam
arti penggambarannya dan hubungan antara keduanya. Dari kejelasan
bentukan peristiwa dan bentukan hukumnya, maka akan menjadi jelas pula
kesimpulan hukum yang ditarik tentang terbukti atau tidaknya tindak pidana
yang didakwakan, terdakwa dapat dipersalahkan atau tidak, serta apa
terdakwa dapat memikul beban pertanggungjawaban pidana atau tidak
dalam peristiwa yang terjadi. Kesimpulan yang benar dari sudut hukum
yang didukung oleh doktrin hukum maupun ilmu sosial lainnya dan
keadilan merupakan taruhan keprofesionalan dan kualitas seorang Jaksa
Penuntut Umum.
Jaksa penuntut umum mengajukan permintaan pada majelis hakim,
baik mengenai kedudukan perkara itu dalam hubungannya dengan tindak
pidana yang didakwakan maupun terhadap terdakwa sendiri mengenai
bentuk pertanggungjawaban pidana yang dimohonkan.5
4
Andi Hamzah. Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 1993. halaman 119
5
Ibid. halaman 153
3
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui surat tuntutan (requisitoir) dalam proses perkara pidana karena
seorang hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada terdakwa, dapat
berbeda dengan apa yang ada dalam surat tuntutan (requisitoir) jaksa
penuntut umum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistematika Nota Tuntutan dalam Hukum Acara Pidana ?
2. Jelaskan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
Nota Tuntutan ?
3. Bagaimana hubungan Nota Tuntutan dan Surat Dakwaan ?
C. Manfaat Penelitian
1) Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
perkembangan ilmu hukum acara pidana.
2) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu dan memberikan
masukan serta tambahan pengetahuan khususnya tentang fungsi dan
kedudukan surat tuntutan (requisitoir) dalam proses perkara pidana.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Peradilan di Indonesia
Istilah criminal justice system pertama kali dikemukakan di
Amerika Serikat oleh pakar hukum pidana dan para ahli dalam criminal
justice science. Criminal justice system muncul seiring dengan
ketidakpuasan terhadap mekanisme kerja aparatur penegak hukum dan
institusi penegakan hukum yang didasarkan pada pendekatan hukum dan
ketertiban yang sangat menggantungkan keberhasilan penanggulangan
kejahatan pada efektivitas dan efisiensi kerja hanya pada organisasi
kepolisian (law enforcement).6
Peradilan berasal dari kata adil, artinya segala sesuatu mengenai
perkara pengadilan dalam lingkup negara Indonesia. Indonesia merupakan
negara hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
Perubahan ke-4 disebutkan bahwa: “Negara Indonesia adalah negara
hukum” Ketentuan pasal tersebut merupakan landasan konstitusional bahwa
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, hukum ditempatkan
sebagai satu-satunya aturan main dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (supremacy of law). Penegakan hukum di
Indonesia tidak terlepas dari sistem peradilan.
Sistem peradilan pidana di Indonesia pada umunya dasar atau
landasan yang digunakan saat ini yakni Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (yang untuk
selanjutnya disebut KUHAP). Dalam KUHAP terdapat asasasas yang
mengatur perlindungan terhadap keluhuran harkat dan martabat manusia
yang ditegakkan, antara lain sebagai berikut:
1. Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
2. Asas persamaan di depan hukum (equality before the law).
6
Romli Atmasasmita, 1996. Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Perspektif
Eksistensialisme Dan Abolisionalisme. Jakarta. Bina Cipta. Hlm. 9
5
Dalam hukum acara pidana tidak mengenal forum priviligiatum
atau perlakuan yang bersifat khusus, karena negara Indonesia sebagai
negara hukum mengakui bahwa manusia sama di depan hukum (equality
before the law).7
7
Lilik Mulyadi, 2012. Hukum Acara Pidana Indonesia Suatu Tinjauan Khusus Terhadap: Surat
Dakwaan, Eksepsi, Dan Putusan Peradilan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm. 17
8
Michael Barama. 2016. Model Sistem Peradilan Pidana dalam Perkembangan. Jurnal Ilmu
Hukum. Vol. 3. No. 8. Hal. 9
6
c. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan
tidak mengulangi lagi kejahatan.9
B. Penuntut Umum
KUHAP memberi uraian pengertian Jaksa dan Penuntut Umum
pada Pasal 1 butir 6a dan b serta Pasal 13. Di dalam KUHAP, dapat
ditemukan perincian tugas penuntutan yang dilakukan oleh para jaksa. Di
dalam Pasal 1 butir 6 ditegaskan sebagai berikut:
a) Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini
untuk bertindak sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
b) Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan
dan penetapan pengadilan.10
Melihat perumusan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian “Jaksa” adalah menyangkut jabatan, sedangkan “Penuntut
Umum” menyangkut fungsi.11
Menurut Martiman Prodjohamidjaya Penuntutan memiliki arti luas
yaitu sebagai tindakan yang dilakukan oleh jaksa selaku Penuntut umum
dalam menjalankan tugasnya sejak pelimpahan berkas oleh penyidik dan
akhirnya dilimpahkan kembali ke Pengadilan Negeri. Berkas yang telah
9
H.R Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007. Sistem Peradilan Pidana. Jakarta. Restu Agung. Hal.
3
10
Yahya Harahap, Op. Cit, Hal 385 15 Ibid, Hal 72.
11
Djoko Prakoso, Eksistensi Jaksa di Tengah-tengah Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985,
Hal 66.
7
dikumpulkan oleh penyidik dari hasil penyidikan akan diserahkan ke jaksa
untuk ditindaklanjuti ke pengadilan.
Penuntut Umum dapat disamakan sebagai monopoli yang artinya
penuntut umum adalah satu-satunya sebagai penuntut sehingga tidak ada
badan lain yang intervensi, dan hakim pun tidak dapat meminta agar
deliknya diajukan kepadanya dikarenakan hakim hanya bersifat
memutuskan dari hasil penuntutan oleh penuntut umum. Di Indonesia di
kenal dua asas penuntutan yaitu asas Legalitas dan asas Opportunitas, dalam
asas Opportunitas yang dapat melaksanakan “asas tersebut Jaksa Agung dan
tidak kepada setiap jaksa selaku Penuntut Umum dikarenkan kedudukan
jaksa agung merupakan penuntut umum tertinggi”3 Pengertian dari kedua
asas tersebut sebagai berikut: a. Asas legalitas yaitu Penutut Umum
diwajibkan melakukan penuntutan terhadap setiap orang yang melakukan
suatu tindak pidana dimana tindakan tersebut disengaja maupun tidak tetap
harus menjalankan hukuman. Asas ini adalah suatu perwujudan dari asas
Equality before the law.
Penuntut Umum dapat disamakan sebagai monopoli yang artinya
penuntut umum adalah satu-satunya sebagai penuntut sehingga tidak ada
badan lain yang intervensi, dan hakim pun tidak dapat meminta agar
deliknya diajukan kepadanya dikarenakan hakim hanya bersifat
memutuskan dari hasil penuntutan oleh penuntut umum.
Di Indonesia di kenal dua asas penuntutan yaitu asas Legalitas dan
asas Opportunitas, dalam asas Opportunitas yang dapat melaksanakan
“asas tersebut Jaksa Agung dan tidak kepada setiap jaksa selaku Penuntut
Umum dikarenkan kedudukan jaksa agung merupakan penuntut umum
tertinggi”. Pengertian dari kedua asas tersebut sebagai berikut:
a. Asas legalitas yaitu Penutut Umum diwajibkan melakukan
penuntutan terhadap setiap orang yang melakukan suatu tindak
pidana dimana tindakan tersebut disengaja maupun tidak tetap harus
menjalankan hukuman. Asas ini adalah suatu perwujudan dari asas
Equality before the law.
8
b. Asas oppurtunitas yaitu Jaksa selaku Penuntut Umum tidak
diwajibkan melakukan penuntutan terhadap seseorang meskipun
seseorang telah melakukan tindak pidana yang dapat di proses secara
hukum.
9
tuntutan. Terdakwa tidak dapat dituntut atau dinyatakan bersalah dan
dihukum untuk perbuatan-perbuatan yang tidak tercantum dalam surat
dakwaan12. Jaksa dalam rangka mempersiapkan surat dakwaan, diberikan
kewenangan mengadakan prapenuntutan dalam arti melakukan penelitian
terhadap berkas perkara yang diterimanya dari penyidik serta memberi
petunjuk-peetunjuk kepada Penyidik .13
Hasil penyidikan adalah dasar pembuatan surat dakwaan.
Rumusan-rumusan dalam surat dakwaan pada hakikatnya tidak lain dari
pada hasil penyidikan. Keberhasilan penyidikan sangat menetukaan bagi
keberhasilan penuntutan. Peranan surat dakwaan adalah14:
a. Dasar pemeriksaan di sidang Pengadilan Negeri;
b. Dasar tuntutan pidana (requisitoir);
c. Dasar pembelaan terdakwa dan/atau pembela;
d. Dasar Bagi Hakim untuk menjatuhkan putusan;
e. Dasar pemeriksaan peradilan selanjutnya (banding, kasasi, PK,
bahkan kasasi demi kepentingan hukum).
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid, Hal 22.
10
BAB III
Secara yuridis pada Pasal 182 ayat (1) huruf a KUHAP dijelaskan
bahwa setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan
tuntutan pidana. Tuntutan tersebut dilakukan secara tertulis yang dituangkan
dalam surat tuntutan.
SURAT TUNTUTAN
No.Reg.Perk : PDM-474/JBI/11/12
a. Identitas Terdakwa
Yaitu memuat nama terdakwa serta identitas lengkapnya. Seperti
berikut :
Kebangsaan : Indonesia
Agama ; Islams
11
Pendidikan :-
b. Isi Dakwaan
Yaitu memuat / merumuskan unsur – unsur delik dalam pasal
pidana yang didakwakan. Seperti berikut :
12
f. Bahwa benar yg telah diambil terdakwa berupa 3 unit
handphone, uang tunai Rp, 150.000,00-,1 tas kulit berwarna
coklat.
g. Bahwa benar Barang bukti yang disebutkan diatas telah dijual
sebagian oleh terdakwa.
Atas pernyataan saksi terdakwa tidak keberatan.
2. Keterangan Terdakwa
13
a. Bahwa Benar terdakwa menerangkan bahwa teklah melakukan
Tindak Pidana Pencurian pada hari Rabu, 2 April 2015
sekitar pukul 13.00 didepan SMAN 1 Kota Jambi.
b. Bahwa benar terdakwa mempunyai niat melakukan pencurian
tersebut
c. Bahwa benar terdakwa awalnya bermain domino dilorong
Slamet Riyadi Broni Jambi.
d. Bahwa benar terdakwa melakukan pencurian ketika kondisi
jalanan sedang sepi.
e. Bahwa benar terdakwa menarik tas sandang korban ketika
korban lengah.
f. Bahwa benar setelah mendapatkan tas korban terdakwa
langsung meninggalkan tempat kejadian dengan sepeda motor
RX-King.
g. Bahwa benar rencananya semua barang korban akan dijual untuk
bermain judi dan mabuk-mabukan
h. Bahwa benar yg telah diambil terdakwa berupa 3 unit
handphone, uang tunai Rp, 150.000,00-,1 tas kulit berwarna
coklat.
i. Bahwa benar Barang bukti yang disebutkan diatas telah dijual
sebagian oleh terdakwa.
j. Bahwa benar terdakwa menyesali perbuatannya.
BARANG BUKTI :
1) 3 unit handphone
2) Uang tunai Rp, 150.000,00-
3) 1 tas kulit berwarna coklat
Barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dengan
ini dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian dan oleh
14
Hakim Majelis telah memperlihatkan barang bukti tersebut kepada
saksi-saksi dan terdakwa dan yang bersangkutan telah
membenarkannya.
d. Pembahasan Yuridis
Berdasarkan Fakta-fakta yang tertangkap dalam pemeriksaan dan
keterangan saksi-saksi ,surat dan keterangan terdakwa sebagaimana
telah diuraikan diatas, maka sampailah kami kepada pembuktian
Yuridis dari unsur-unsur tindak Pidana yg didakwakan yaitu : melanggar
Pasal 362 KUHP dengan unsur-unsur sebgai berikut :
- Barang siapa
- mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya
kepunyaan orang lain.
- Dengan Maksud untuk memiliki secara melawan Hukum
Yang dimaksud dengan barang siapa adalah setiap orang selaku subjek
Hukum dari suatu tindak pidana yang mampu bertanggung jawab
menurut Hukum,dan berdasarkan hasil pemeriksaan dipersidangan
bahwa sebagai pelaku dalam perkara ini adalah terdakwa ALGA
JULIANTO Bin MU'IN yang identitasnya sesuai dengan identitas
yang tercantum dalam surat Dakwaan dan terdakwa memiliki
kemampuan bertanggung jawab menurut hukum,Dengan demikian
unsur "barang siapa" telah dipenuhi.
15
bukan milik terdakwa hal ini dikuatkan oleh keterangan saksi-saksi dan
pengakuan terdakwa sendiri di persidangan ini.Dengan demikian unsur
"Mengambil suatu barang yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan
orang lain" telah terbukti dan dipenuhi.
KESIMPULAN :
16
Hal-hal yang meringankan :
- Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya dan tidak
mempersulit jalannya persidangan.
- Terdakwa diharapkan dapat merubah perilakunya
dikemudian hari.
- Terdakwa belum pernah melakukan Kejahatan
f. Tuntutan hukum
MENUNTUT
Supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri yg memeriksa dan mengatasi
perkara ini, memutuskan :
1. Menyatakan terdakwa ALGA JULIANTO Bin MU'IN telah
bersalah terbukti melakukan tindak Pidana "Pencurian dengan
Pemberatan" sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP
tersebut dalam dakwaan.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ALGA JULIANTO
Bin MU'IN dengan pidana penjara selama 3Tahun dikurangi
selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah
terdakwa tetap ditahan.
3. Menyatakan Barang bukti :
1) 3 Unit handphone
2) Uang tunai Rp, 150.000,00-
3) 1 Tas kulit berwarna coklat
4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara
sebesar Rp. 1000,- (seribu Rupiah).
15
Adami Chazawi. Kemahiran Dan Keterampilan Praktik Hukum Pidana. Malang: Bayumedia.
2005. halaman 151
17
a) Hal tindak pidana yang didakwakan;
Mengenai hal tindak pidana yang didakwakan perlu disebut
kembali dalam dalam surat tuntutan (requisitoir).
b) Fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan;
Mengenai fakta-fakta yang didapat dalam persidangan dimuat
dengan sistematika berdasarkan tata urutan dalam
pemeriksaan, yaitu dimulai dari fakta-fakta keterangan, saksi-
saksi dan saksi ahli, keterangan terdakwa, dan alat-alat bukti.
Pencatatan mengenai fakta-fakta harus dilakukan secara benar
dan transparan.
c) Analisis hukum terhadap fakta-fakta untuk memberikan
konstruksi hukum atas peristiwa yang didakwakan;
d) Pendapat tentang hal terbukti tidaknya dakwaan;
e) Permintaan Jaksa Penuntut Umum pada majelis hakim.
18
dakwaan ini bisa saja dibantah oleh si Terdakwa, jika ia merasa tidak
melakukan seperti yang dituduhkan. Lanjut pemeriksaan saksi, lalu
pemeriksaan terdakwa. Setelah itu, baru Jaksa Penuntut Umum
membacakan Surat Tuntutan, dan terdakwa membacakan nota pembelaaan
(pledoi). Berdasarkan ketentuan Pasal 182 ayat (4) KUHAP, Majelis
Hakim akan bermusyawarah dalam menentukan suatu putusan, dengan
memperhatikan 2 (dua) hal berikut ini:
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Surat tuntutan adalah surat yang memuat tuntutan
pidana berdasarkan alat-alat bukti di persidangan dan kesimpulan
penuntut umum. Mengenai isi dari surat tuntutan, dalam KUHAP
tidak ada satu pasal pun yang mengatur tentang bentuk dan susunan
surat tuntutan. Sistematika nota tuntutan (requisitoir) yaitu sebagai
berikut :
a. Identitas.
b. Isi dakwaan.
c. Fakta-fakta yang terungkap dipersidangan.
d. Pembahasan Yuridis.
e. Hal-hal yang meringankan dan memberatkan.
f. Tuntutan Hukum.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan jaksa penuntut umum dalam
membuat nota tuntutan harus memperhatikan terkait dengan isi surat
tuntutan, ditinjau dari sisi materinya harus memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Hal tindak pidana yang didakwakan;
b. Fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan;
c. Analisis hukum terhadap fakta-fakta untuk memberikan
konstruksi hukum atas peristiwa yang didakwakan;
d. Pendapat tentang hal terbukti tidaknya dakwaan;
e. Permintaan Jaksa Penuntut Umum pada majelis hakim.
3. Hubungan nota tuntutan dan surat dakwaan yaitu Surat dakwaan
dibacakan pada saat permulaan sidang (pasal 155 ayat (2) KUHAP),
atas permintaan dari hakim ketua sidang. Surat dakwaan ini bisa saja
dibantah oleh si Terdakwa, jika ia merasa tidak melakukan seperti
yang dituduhkan. Lanjut pemeriksaan saksi, lalu pemeriksaan
terdakwa. Setelah itu, baru Jaksa Penuntut Umum membacakan
Surat Tuntutan, dan terdakwa membacakan nota pembelaaan
(pledoi). Berdasarkan ketentuan Pasal 182 ayat (4) KUHAP. Jadi,
hubungan Surat Tuntutan (Nota Tuntutan) dengan Surat Dakwaan
harus sesuai karena surat tuntutan adalah sikap dari Jaksa Penuntut
Umum terhadap bukti-bukti yang terungkap di persidangan dan
telah sesuai dengan surat dakwaan.
B. Saran
Semoga dengan mempelajari Hukum Acara Pidana dapat
menambah wawasan penulis dan pembaca dalam memahami Nota Tuntutan
dalam Hukum Acara Pidana. Dalam menyusun makalah ini penulis
menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini belumlah sempurna oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
H.R Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007. Sistem Peradilan Pidana. Jakarta.
Restu Agung.
Lilik Mulyadi, 2012. Hukum Acara Pidana Indonesia Suatu Tinjauan Khusus
Terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi, Dan Putusan Peradilan. PT. Citra
Aditya Bakti. Bandung.