Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH HUKUM ACARA PIDANA

NOTA TUNTUTAN (REQUISITOIR)

Dosen Pengampu : Rahmat Ramadhani, S.H., M.H.

Kelas : V-E1

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Harlina Nadya Azhari 2006200258

Gilbert Sastrya Widodo Damanik 2006200259

Siti Aisyah 2006200260

Syifa Ramadhani Dalimunthe 2006200509

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Nota Tuntutan” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah
semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Hukum Acara Pidana. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah wawasan, pengetahuan, serta pengalaman bagi pembaca.
Kami juga berharap makalah ini dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai penyusun makalah kami merasa bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Maka dari
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

A. Sistem Peradilan Di Indonesia ..................................................... 5


B. Penuntut Umum ............................................................................ 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 11

A. Sistematika Nota Tuntutan Dalam Hukum Acara Pidana ......11


B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nota
tuntutan ........................................................................................ 17
C. Hubungan Nota Tuntutan Dan Surat Dakwaan ...................... 18

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 20

A. KESIMPULAN............................................................................ 20
B. SARAN ......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia Pasal 1 butir 1 dan butir 2 disebutkan pengertian jaksa
dan penuntut umum. Bunyi Pasal 1 butir 1 adalah :

“Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh


undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang.”

Sedangkan Pasal 1 butir 2 berbunyi:

“Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-


Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan
hakim.”

Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) undang-undang di atas, tugas jaksa


adalah. melakukan penuntutan; melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat; melakukan penyelidikan
terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang; melengkapi
berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), jaksa tidak
bertugas untuk membuat surat dakwaan atau surat tuduhan melainkan hanya
membuat surat pelimpahan perkara ke pengadilan. Dengan berlakunya
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kejaksaan Republik Indonesia, jaksa bertugas membuat surat
tuduhan atau dakwaan sesuai dengan Pasal 12 ayat (1). Jaksa dalam

1
membuat surat dakwaan dengan catatan bahwa dalam hal surat dakwaan
kurang memenuhi syarat, maka jaksa wajib memperhatikan saran-saran
yang diberikan hakim sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12 ayat (2)
yang kemudian diperjelas dengan Surat Edaran Mahkamah Agung nomor
6/MA/1962/23/SE tertanggal 20 Oktober 1962.1
Dalam Het Herziene Inlands Reglement (HIR) surat tuduhan dibuat
oleh Ketua Pengadilan Negeri yang dirumuskan dalam “Acte Van
Verwijzing” yakni akte yang menyerahkan perkara ke persidangan dan
memuat perbuatan-perbuatan yang dituduhkan. Surat tuduhan atau acte van
verwijzing atau surat dakwaan adalah akte yang menjadi dasar bagi
pemeriksaan di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, maupun Mahkamah
Agung.2
Surat dakwaan sangat penting dalam proses penanganan perkara
pidana karena surat dakwaan merupakan pembatasan tuntutan. Terdakwa
tidak dapat dituntut atau dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman untuk
perbuatan-perbuatan yang tidak tercantum dalam surat dakwaan.
Untuk mencegah kekhilafan atau kekeliruan, maka sebelum
merumuskan surat dakwaan sebaiknya dibuat materi ringkasan (matrik)
yang memuat unsur-unsur delik atau tindak pidana yang didakwakan serta
alat bukti yang telah diperoleh atau yang ada.3
Peranan surat dakwaan salah satunya adalah sebagai dasar tuntutan
pidana (requisitoir). Requisitoir adalah kewenangan penuntut umum untuk
mengajukannya setelah pemeriksaan di sidang dinyatakan selasai oleh
hakim ketua sidang atau ketua majelis, dasar hukumnya Pasal 182 ayat (1)
huruf a KUHAP. Nota Tuntutan (Requisitoir) adalah surat yang dibuat oleh
Penuntut Umum setelah Pemeriksaan Selesai dan kemudian dibacakan dan
diserahkan kepada hakim dan Terdakwa atau penasihat hukum.

1
Prapto Soepardi. Surat Dakwaan. Surabaya: Usaha Nasional. 1991. halaman 11-12
2
Leden Marpaung. Proses Penanganan Perkara Pidana bagian ke-2. Jakarta: Sinar Grafika. 1992.
halaman 300
3
Leden Marpaung. Op. Cit. halaman 301

2
Penuntut umum akan berusaha membuktikan bahwa dakwaannya
telah terbukti melalui keterangan saksi dan saksi ahli, keterangan terdakwa,
surat, petunjuk, dan juga dengan bukti diam seperti jejak kaki atau tangan
dan benda-benda yang menjadi barang bukti.
Pada ujung tuntutan yang biasa disebut requisitoir penuntut umum
tersebut, diuraikan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa.
Hal-hal yang memberatkan dan meringankan tidak disebutkan dalam
undang-undang. Jadi, hanya berdasarkan kebiasaan misalnya terdakwa
tidak mempersulit pemeriksaan, sopan, mengaku bersalah dan sangat
menyesal, begitu pula keadaan belum cukup umur dipandang sebagai hal
yang meringankan terdakwa. Hal-hal tersebut tidak boleh dicampur adukan
dengan hal-hal yang memberatkan pidana seperti residivis, gabungan delik,
dilakukan dengan berencana. Hal ini dilakukan karena untuk mempermudah
hakim dalam membuat keputusan. 4
Surat tuntutan (requisitoir) yang baik adalah surat tuntutan yang
mengandung konstruksi hukum yang objektif, benar, dan jelas. Jelas dalam
arti penggambarannya dan hubungan antara keduanya. Dari kejelasan
bentukan peristiwa dan bentukan hukumnya, maka akan menjadi jelas pula
kesimpulan hukum yang ditarik tentang terbukti atau tidaknya tindak pidana
yang didakwakan, terdakwa dapat dipersalahkan atau tidak, serta apa
terdakwa dapat memikul beban pertanggungjawaban pidana atau tidak
dalam peristiwa yang terjadi. Kesimpulan yang benar dari sudut hukum
yang didukung oleh doktrin hukum maupun ilmu sosial lainnya dan
keadilan merupakan taruhan keprofesionalan dan kualitas seorang Jaksa
Penuntut Umum.
Jaksa penuntut umum mengajukan permintaan pada majelis hakim,
baik mengenai kedudukan perkara itu dalam hubungannya dengan tindak
pidana yang didakwakan maupun terhadap terdakwa sendiri mengenai
bentuk pertanggungjawaban pidana yang dimohonkan.5

4
Andi Hamzah. Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 1993. halaman 119
5
Ibid. halaman 153

3
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui surat tuntutan (requisitoir) dalam proses perkara pidana karena
seorang hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada terdakwa, dapat
berbeda dengan apa yang ada dalam surat tuntutan (requisitoir) jaksa
penuntut umum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistematika Nota Tuntutan dalam Hukum Acara Pidana ?
2. Jelaskan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
Nota Tuntutan ?
3. Bagaimana hubungan Nota Tuntutan dan Surat Dakwaan ?

C. Manfaat Penelitian
1) Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
perkembangan ilmu hukum acara pidana.
2) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu dan memberikan
masukan serta tambahan pengetahuan khususnya tentang fungsi dan
kedudukan surat tuntutan (requisitoir) dalam proses perkara pidana.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Peradilan di Indonesia
Istilah criminal justice system pertama kali dikemukakan di
Amerika Serikat oleh pakar hukum pidana dan para ahli dalam criminal
justice science. Criminal justice system muncul seiring dengan
ketidakpuasan terhadap mekanisme kerja aparatur penegak hukum dan
institusi penegakan hukum yang didasarkan pada pendekatan hukum dan
ketertiban yang sangat menggantungkan keberhasilan penanggulangan
kejahatan pada efektivitas dan efisiensi kerja hanya pada organisasi
kepolisian (law enforcement).6
Peradilan berasal dari kata adil, artinya segala sesuatu mengenai
perkara pengadilan dalam lingkup negara Indonesia. Indonesia merupakan
negara hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
Perubahan ke-4 disebutkan bahwa: “Negara Indonesia adalah negara
hukum” Ketentuan pasal tersebut merupakan landasan konstitusional bahwa
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, hukum ditempatkan
sebagai satu-satunya aturan main dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (supremacy of law). Penegakan hukum di
Indonesia tidak terlepas dari sistem peradilan.
Sistem peradilan pidana di Indonesia pada umunya dasar atau
landasan yang digunakan saat ini yakni Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (yang untuk
selanjutnya disebut KUHAP). Dalam KUHAP terdapat asasasas yang
mengatur perlindungan terhadap keluhuran harkat dan martabat manusia
yang ditegakkan, antara lain sebagai berikut:
1. Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
2. Asas persamaan di depan hukum (equality before the law).

6
Romli Atmasasmita, 1996. Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Perspektif
Eksistensialisme Dan Abolisionalisme. Jakarta. Bina Cipta. Hlm. 9

5
Dalam hukum acara pidana tidak mengenal forum priviligiatum
atau perlakuan yang bersifat khusus, karena negara Indonesia sebagai
negara hukum mengakui bahwa manusia sama di depan hukum (equality
before the law).7

Menurut Romli Atmasasmita yang dikutip dari sebuah jurnal yang


ditulis oleh Michael Barama mengemukakan bahwa sistem peradilan pidana
sebagai suatu penegakan hukum atau law enforcement, maka didalamnya
terkandung aspek hukum yang menitik beratkan kepada operasionalisasi
berjalannya suatu peraturan perundang-undangan dalam hal mengupayakan
penanggulangan kejahatan dan bertujuan untuk mencapai kepastian
hukum.8 Beberapa unsur pihak yang terlibat di dalam di antaranya:
1. Penyidik adalah pejabat polisi negara RI atau pejabat PNS
tertentu yg diberikan wewenang khusus oleh Undang Undang
untuk melaksanakan penyidikan (Pasal 1 angka 1 KUHAP).
Selain penyidik sebagai pihak yang yang terkait dalam sistem
peradilan di Indonesia, dalam hukum ada yang disebut
penyidikan, penyelidik, penyelidikan.
2. Penuntut umum, (jaksa).
3. Hakim.
4. Penasihat hukum.
5. Pencari keadilan.(Pengacara).

Sistem peradilan pidana merupakan salah satu sarana untuk


menanggulangi kejahatan dengan tujuan untuk :

a. Mencegah masyarakat menjadi korban;


b. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga
masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang
bersalah di pidana;

7
Lilik Mulyadi, 2012. Hukum Acara Pidana Indonesia Suatu Tinjauan Khusus Terhadap: Surat
Dakwaan, Eksepsi, Dan Putusan Peradilan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm. 17
8
Michael Barama. 2016. Model Sistem Peradilan Pidana dalam Perkembangan. Jurnal Ilmu
Hukum. Vol. 3. No. 8. Hal. 9

6
c. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan
tidak mengulangi lagi kejahatan.9

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari sistem


peradilan pidana disini adalah sebagai upaya pencegahan agar masyarakat
tidak menjadi korban kejahatan dengan cara menyelesaikan permasalahan
dan kasus-kasus yang terjadi sehingga masyarakat merasa aman dan
mengusahakan agar perbuatan kejahatan tersebut tidak diulangi kembali
baik dari pelaku sendiri maupun dari orang lain.

B. Penuntut Umum
KUHAP memberi uraian pengertian Jaksa dan Penuntut Umum
pada Pasal 1 butir 6a dan b serta Pasal 13. Di dalam KUHAP, dapat
ditemukan perincian tugas penuntutan yang dilakukan oleh para jaksa. Di
dalam Pasal 1 butir 6 ditegaskan sebagai berikut:
a) Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini
untuk bertindak sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
b) Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan
dan penetapan pengadilan.10
Melihat perumusan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian “Jaksa” adalah menyangkut jabatan, sedangkan “Penuntut
Umum” menyangkut fungsi.11
Menurut Martiman Prodjohamidjaya Penuntutan memiliki arti luas
yaitu sebagai tindakan yang dilakukan oleh jaksa selaku Penuntut umum
dalam menjalankan tugasnya sejak pelimpahan berkas oleh penyidik dan
akhirnya dilimpahkan kembali ke Pengadilan Negeri. Berkas yang telah

9
H.R Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007. Sistem Peradilan Pidana. Jakarta. Restu Agung. Hal.
3
10
Yahya Harahap, Op. Cit, Hal 385 15 Ibid, Hal 72.
11
Djoko Prakoso, Eksistensi Jaksa di Tengah-tengah Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985,
Hal 66.

7
dikumpulkan oleh penyidik dari hasil penyidikan akan diserahkan ke jaksa
untuk ditindaklanjuti ke pengadilan.
Penuntut Umum dapat disamakan sebagai monopoli yang artinya
penuntut umum adalah satu-satunya sebagai penuntut sehingga tidak ada
badan lain yang intervensi, dan hakim pun tidak dapat meminta agar
deliknya diajukan kepadanya dikarenakan hakim hanya bersifat
memutuskan dari hasil penuntutan oleh penuntut umum. Di Indonesia di
kenal dua asas penuntutan yaitu asas Legalitas dan asas Opportunitas, dalam
asas Opportunitas yang dapat melaksanakan “asas tersebut Jaksa Agung dan
tidak kepada setiap jaksa selaku Penuntut Umum dikarenkan kedudukan
jaksa agung merupakan penuntut umum tertinggi”3 Pengertian dari kedua
asas tersebut sebagai berikut: a. Asas legalitas yaitu Penutut Umum
diwajibkan melakukan penuntutan terhadap setiap orang yang melakukan
suatu tindak pidana dimana tindakan tersebut disengaja maupun tidak tetap
harus menjalankan hukuman. Asas ini adalah suatu perwujudan dari asas
Equality before the law.
Penuntut Umum dapat disamakan sebagai monopoli yang artinya
penuntut umum adalah satu-satunya sebagai penuntut sehingga tidak ada
badan lain yang intervensi, dan hakim pun tidak dapat meminta agar
deliknya diajukan kepadanya dikarenakan hakim hanya bersifat
memutuskan dari hasil penuntutan oleh penuntut umum.
Di Indonesia di kenal dua asas penuntutan yaitu asas Legalitas dan
asas Opportunitas, dalam asas Opportunitas yang dapat melaksanakan
“asas tersebut Jaksa Agung dan tidak kepada setiap jaksa selaku Penuntut
Umum dikarenkan kedudukan jaksa agung merupakan penuntut umum
tertinggi”. Pengertian dari kedua asas tersebut sebagai berikut:
a. Asas legalitas yaitu Penutut Umum diwajibkan melakukan
penuntutan terhadap setiap orang yang melakukan suatu tindak
pidana dimana tindakan tersebut disengaja maupun tidak tetap harus
menjalankan hukuman. Asas ini adalah suatu perwujudan dari asas
Equality before the law.

8
b. Asas oppurtunitas yaitu Jaksa selaku Penuntut Umum tidak
diwajibkan melakukan penuntutan terhadap seseorang meskipun
seseorang telah melakukan tindak pidana yang dapat di proses secara
hukum.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asas


pertama Penuntut Umum sebagai tugasnya sebagai penuntut memiliki
kewajiban untuk menuntut pelaku tindak pidana dengan hukum yang ada
berdasarkan peraturan perUU sedangkan asas yang kedua yaitu Penuntut
Umum tidak akan menuntut sesorang walaupun sesorang tersebut telah
melakukan tindak pidana yang dapat di proses secara hukum dengan
mempertimbangakan kepentingan Umum.

Jaksa Agung memiliki tugas dan weweng yang mengesampingkan


perkara demi kepentingan umum tercermin pada pasal 35 c UndangUndang
Nomor 16 Tahun 2004. Kepentingan Umum tersebut yang termasuk adalah
kepentingan Bangsa, Negara serta Masyarakat. Menurut Andi Hamzah,
dengan adanya UUD 1945 maka Jaksa Agung wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan suatu wewenang dengan asas
Opportunitas kepada presiden sesuai dengan kebijakan penuntut yaitu untuk
menuntut atau tidak menuntut oleh Penuntut Umum oleh karena itu dengan
adanya asas Opportunitas memberikan wewenang Jaksa Agung melakukan
suatu tindakan berdasarkan norma yang ada. Sehingga perkara yang
melibatkan kepentingan umum dapat dikesampingkan agar tindak muncul
keributan atau hal yang lebih besar lagi.

Proses pidana merupakan rangkaian tindakan pelaksanaan


penegakan hukum terpadu. Antara penyidikan dan penuntutan ada
hubungan erat, bahkan berhasil tidaknya penuntutan di sidang pengadilan
tidak terlepas dari hasil penyidikan.
Surat dakwaan adalah dasar bagi pemeriksaan perkara selanjutnya,
baik pemeriksaan di persidangan Pengadilan Negeri maupun pada
pemeriksaan tingkat banding dan pemeriksaan kasasi serta pemeriksaan
peninjauan kembali (PK), bahkan surat dakwaan merupakan pembatasan

9
tuntutan. Terdakwa tidak dapat dituntut atau dinyatakan bersalah dan
dihukum untuk perbuatan-perbuatan yang tidak tercantum dalam surat
dakwaan12. Jaksa dalam rangka mempersiapkan surat dakwaan, diberikan
kewenangan mengadakan prapenuntutan dalam arti melakukan penelitian
terhadap berkas perkara yang diterimanya dari penyidik serta memberi
petunjuk-peetunjuk kepada Penyidik .13
Hasil penyidikan adalah dasar pembuatan surat dakwaan.
Rumusan-rumusan dalam surat dakwaan pada hakikatnya tidak lain dari
pada hasil penyidikan. Keberhasilan penyidikan sangat menetukaan bagi
keberhasilan penuntutan. Peranan surat dakwaan adalah14:
a. Dasar pemeriksaan di sidang Pengadilan Negeri;
b. Dasar tuntutan pidana (requisitoir);
c. Dasar pembelaan terdakwa dan/atau pembela;
d. Dasar Bagi Hakim untuk menjatuhkan putusan;
e. Dasar pemeriksaan peradilan selanjutnya (banding, kasasi, PK,
bahkan kasasi demi kepentingan hukum).

Penuntutan memiliki tujuan yaitu untuk menemukan serta


mendapatkan kebenaran yang sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya
dari kebenaran materil dari suatu perkara pidana untuk menentukan suatu
hukum yang tepat secara jujur agar dapat menemukan pelaku kejahatan
yang telah melawan hukum dan dapat dilakukan pemeriksaan untuk
memperoleh suatu putusan oleh hakim di Pengadilan Negeri.

Untuk mencapai tujuan dari penuntutan berdasarkan di atas harus


memperhatikan asas “praduga tak bersalah” dimana pelaku kejahatan belum
di anggap bersalah sampai akhirnya terbukti bersalah / adanya putusan dari
hakim sehingga memiliki hak untuk dilakukan penyidikan, pemeriksaan
serta putusan dari pengadilan.

12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid, Hal 22.

10
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sistematika Nota Tuntutan dalam Hukum Acara Pidana

Secara yuridis pada Pasal 182 ayat (1) huruf a KUHAP dijelaskan
bahwa setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan
tuntutan pidana. Tuntutan tersebut dilakukan secara tertulis yang dituangkan
dalam surat tuntutan.

Surat tuntutan adalah surat yang memuat tuntutan


pidana berdasarkan alat-alat bukti di persidangan dan kesimpulan penuntut
umum. Mengenai isi dari surat tuntutan, dalam KUHAP tidak ada satu pasal
pun yang mengatur tentang bentuk dan susunan surat tuntutan. Sistematika
nota tuntutan (requisitoir) yaitu sebagai berikut :

SURAT TUNTUTAN

No.Reg.Perk : PDM-474/JBI/11/12

a. Identitas Terdakwa
Yaitu memuat nama terdakwa serta identitas lengkapnya. Seperti
berikut :

Nama Lengkap : ALGA JULIANTO Bin MU'IN

Tempat Lahir : Jambi

Umur/Tanggal Lahir :19 Tahun/06 Juni 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Komp.Valencia Kec.muaro Jambi. Jambi

Agama ; Islams

Pekerjaan : Eks Pelajar

11
Pendidikan :-

b. Isi Dakwaan
Yaitu memuat / merumuskan unsur – unsur delik dalam pasal
pidana yang didakwakan. Seperti berikut :

Berdasarkan Surat Perlimpahan Acara Pemeriksaan Biasa Nomor:


7610/N.11.15/Ep.1/11/2015 Tanggal 11 Oktober 2015 dan surat
Penetapan Hakim / Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri jambi
Tanggal 11 Oktober 2015 Nomor : 476/Pen.Pid/2015/PNJBI terdakwa
ALGA JULIANTO Bin MU'IN dihadapkan kedepan persidangan
dengan dakwaan melanggar Pasal 362 KUHP sebagaimana telah
dibacakan dan mohon untuk tidak dibacakan lagi.

c. Fakta-fakta yang terungkap dipersidangan


Untuk menemukan kebenaran Materil dalam perkara ini kami jaksa
Penuntut Umum akan Menguraikan Fakta-Fakta yang terlengkap dalam
Pemeriksaan dipersidangan yang diperoleh dari keterangan Saksi-
saksi,surat,keterangan terdakwa dan barang bukti sebagai berikut :
1. Keterangan Saksi :
Saksi Korban YULIA Binti RAZALI dibawah sumpah pada
pokoknya menerangkan sebagai berikut :
a. Saksi menerangkan Bahwa dirinya tidak ada hubungan dan tidak
mengenal terdakwa.
b. Saksi Menerangkan bahwa telah terjadi Pidana pencurian pada
hari sabtu tanggal 02 April 2015 sekitar pukul 13.00 .Bertempat
di depan SMA 1 Kota Jambi.
c. Bahwa benar saksi tidak tahu siapa yang melakukan pencurian
tersebut dan kemudian tahu setelah pihak Kepolisian melakukan
penyelidikan lalu mengungkap terdakwa .
d. Bahwa benar saksi menyandang tas sandangnya ketika sedang
menunggu angkutan umum.
e. Bahwa benar saksi sedang menunggu angkutan umum didepan
SMAN 1 Jambi yang saat itu keadaan sekitar sangat sepi.

12
f. Bahwa benar yg telah diambil terdakwa berupa 3 unit
handphone, uang tunai Rp, 150.000,00-,1 tas kulit berwarna
coklat.
g. Bahwa benar Barang bukti yang disebutkan diatas telah dijual
sebagian oleh terdakwa.
Atas pernyataan saksi terdakwa tidak keberatan.

Saksi REYN CHUSNEIN Bin ISKANDAR CHUSNEIN ,dibawah


sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a. Saksi menerangkan bahwa dirinya tidak mengenal dan tidak ada


hubungan dengan terdakwa.
b. Saksi menerangkan behwa telah terjadi tindak pidana pencurian
pada hari rabu, 02 April 2015 sekitar pukul 13.00 didepan
SMAN 1 Kota Jambi.
c. Bahwa benar saksi tidak mengetahuio siapa yg melakukan
pencurian tersebut dan kemudian tahu setelah pihak Kepolisian
melakukan Penyelidikan lalu menangkap Pelaku.
d. Bahwa benar saksi pada saat kejadian sedamg melintas diDepan
SMAN 1 Kota jambi.
e. Bahwa benar saksi tidak melihat langsumg wajah terdakwa yg
melakukan penjambretan terhadap saksi korban.
f. Bahwa benar setelah dikantor polisi saksi dipertemukan dengan
terdakwa dan tetap tidak mengenali terdakwa tetapi sesuai
demgan ciri-ciri yang disebutkan Polisi.
g. Bahwa benar yg telah diambil terdakwa berupa 3 unit
handphone, uang tunai Rp, 150.000,00-,1 tas kulit berwarna
coklat.
h. Bahwa benar Barang bukti yang disebutkan diatas telah dijual
sebagian oleh terdakwa.

Atas pernyataan saksi terdakwa tidak keberatan.

2. Keterangan Terdakwa

13
a. Bahwa Benar terdakwa menerangkan bahwa teklah melakukan
Tindak Pidana Pencurian pada hari Rabu, 2 April 2015
sekitar pukul 13.00 didepan SMAN 1 Kota Jambi.
b. Bahwa benar terdakwa mempunyai niat melakukan pencurian
tersebut
c. Bahwa benar terdakwa awalnya bermain domino dilorong
Slamet Riyadi Broni Jambi.
d. Bahwa benar terdakwa melakukan pencurian ketika kondisi
jalanan sedang sepi.
e. Bahwa benar terdakwa menarik tas sandang korban ketika
korban lengah.
f. Bahwa benar setelah mendapatkan tas korban terdakwa
langsung meninggalkan tempat kejadian dengan sepeda motor
RX-King.
g. Bahwa benar rencananya semua barang korban akan dijual untuk
bermain judi dan mabuk-mabukan
h. Bahwa benar yg telah diambil terdakwa berupa 3 unit
handphone, uang tunai Rp, 150.000,00-,1 tas kulit berwarna
coklat.
i. Bahwa benar Barang bukti yang disebutkan diatas telah dijual
sebagian oleh terdakwa.
j. Bahwa benar terdakwa menyesali perbuatannya.

BARANG BUKTI :

Barang bukti yg diajukan Dalam persidangan ini adalah :

1) 3 unit handphone
2) Uang tunai Rp, 150.000,00-
3) 1 tas kulit berwarna coklat

Barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dengan
ini dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian dan oleh

14
Hakim Majelis telah memperlihatkan barang bukti tersebut kepada
saksi-saksi dan terdakwa dan yang bersangkutan telah
membenarkannya.

d. Pembahasan Yuridis
Berdasarkan Fakta-fakta yang tertangkap dalam pemeriksaan dan
keterangan saksi-saksi ,surat dan keterangan terdakwa sebagaimana
telah diuraikan diatas, maka sampailah kami kepada pembuktian
Yuridis dari unsur-unsur tindak Pidana yg didakwakan yaitu : melanggar
Pasal 362 KUHP dengan unsur-unsur sebgai berikut :
- Barang siapa
- mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya
kepunyaan orang lain.
- Dengan Maksud untuk memiliki secara melawan Hukum

Unsur "Barang Siapa" :

Yang dimaksud dengan barang siapa adalah setiap orang selaku subjek
Hukum dari suatu tindak pidana yang mampu bertanggung jawab
menurut Hukum,dan berdasarkan hasil pemeriksaan dipersidangan
bahwa sebagai pelaku dalam perkara ini adalah terdakwa ALGA
JULIANTO Bin MU'IN yang identitasnya sesuai dengan identitas
yang tercantum dalam surat Dakwaan dan terdakwa memiliki
kemampuan bertanggung jawab menurut hukum,Dengan demikian
unsur "barang siapa" telah dipenuhi.

Unsur "Mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya


kepunyaan orang lain" :

Mengambil berarti memindahkan penguasaan nyata atas suatu barang


secara nyata kedalam kekuasaannya dengan penguasaan nyata ini,orang
yang mengambil dapat mempergunakan dan menikmati barang tersebut
seperti miliknya sendiri dan benar barang yang diambil terdakwa dari
tangan korban didepan SMAN 1 Kota Jambi berupa # unit
Handphone,uang dan tas cokelat yang seluruhnya milik saksi korban

15
bukan milik terdakwa hal ini dikuatkan oleh keterangan saksi-saksi dan
pengakuan terdakwa sendiri di persidangan ini.Dengan demikian unsur
"Mengambil suatu barang yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan
orang lain" telah terbukti dan dipenuhi.

Unsur "Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan Hukum" :

Bahwa terdakwa ALGA JULIANTO Bin MU'IN memiliki barang


tersebut tanpa izin pemiliknya ,dan benar terdakwa mengambil barang
berupa 3 unit Handphone,uang dan 1 tas coklatdidepan SMAN 1 Kota
JAMBI tanpa ada izin saksi korban dan terdakwa mengambil barang
tersebut untuk dijual. Dengan demikian Unsur"Dengan Maksud untuk
dimiliki secara melawan Hukum" telah terbukti dan terpenuhi.

KESIMPULAN :

Berdasarkan Fakta-fakta diatas, maka kami berpendapat bahwa


terdakwa ALGA JULIANTO Bin MU'IN telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum melakukan pencurian dengan pemberatan
melanggar Pasal 362 KUHP tersebut dalam dakwaan dan kepada
terdakwa dapat dipersalahkan serta dipertanggung jawabkan atas
perbuatannya.

Memperhatikan pula Bahwa ternyata selama pemeriksaan


persidangan berlangsung tidak terdapat suatu alasan apapun baik yang
memaafkan ataupun membenarkan terhadap sifat melawan Hukumnya
perbuatan terdakwa ALGA JULIANTO Bin MU'IN harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya.

e. Hal-hal yang meringankan dan memberatkan


Namun sebelum kami sampai pada tuntutan pidana atas diri
terdakwa,perkenankanlah kami mengemukakan hal-hal yg kami jadikan
pertimbangan dalam mengajukan tuntutan pidana ini, yaitu :
Hal-hal yang memberatkan :
- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat

16
Hal-hal yang meringankan :
- Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya dan tidak
mempersulit jalannya persidangan.
- Terdakwa diharapkan dapat merubah perilakunya
dikemudian hari.
- Terdakwa belum pernah melakukan Kejahatan

f. Tuntutan hukum
MENUNTUT
Supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri yg memeriksa dan mengatasi
perkara ini, memutuskan :
1. Menyatakan terdakwa ALGA JULIANTO Bin MU'IN telah
bersalah terbukti melakukan tindak Pidana "Pencurian dengan
Pemberatan" sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP
tersebut dalam dakwaan.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ALGA JULIANTO
Bin MU'IN dengan pidana penjara selama 3Tahun dikurangi
selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah
terdakwa tetap ditahan.
3. Menyatakan Barang bukti :
1) 3 Unit handphone
2) Uang tunai Rp, 150.000,00-
3) 1 Tas kulit berwarna coklat
4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara
sebesar Rp. 1000,- (seribu Rupiah).

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Nota Tuntutan


Hal-hal yang harus diperhatikan jaksa penuntut umum dalam
membuat nota tuntutan harus memperhatikan terkait dengan isi surat
tuntutan, ditinjau dari sisi materinya harus memuat hal-hal sebagai berikut:15

15
Adami Chazawi. Kemahiran Dan Keterampilan Praktik Hukum Pidana. Malang: Bayumedia.
2005. halaman 151

17
a) Hal tindak pidana yang didakwakan;
Mengenai hal tindak pidana yang didakwakan perlu disebut
kembali dalam dalam surat tuntutan (requisitoir).
b) Fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan;
Mengenai fakta-fakta yang didapat dalam persidangan dimuat
dengan sistematika berdasarkan tata urutan dalam
pemeriksaan, yaitu dimulai dari fakta-fakta keterangan, saksi-
saksi dan saksi ahli, keterangan terdakwa, dan alat-alat bukti.
Pencatatan mengenai fakta-fakta harus dilakukan secara benar
dan transparan.
c) Analisis hukum terhadap fakta-fakta untuk memberikan
konstruksi hukum atas peristiwa yang didakwakan;
d) Pendapat tentang hal terbukti tidaknya dakwaan;
e) Permintaan Jaksa Penuntut Umum pada majelis hakim.

C. Hubungan Nota Tuntutan dan Surat Dakwaan

Surat dakwaan adalah tuduhan dari Penuntut Umum kepada


Terdakwa atas perbuatan Terdakwa sesuai dengan pasal-pasal yang
ditentukan oleh undang-undang.

Urutannya dilakukan Penyelidikan lalu Penyidikan. Setelah itu


tugas Jaksa Penuntut Umum akan membuat Surat Dakwaan setelah ia
menerima berkas perkara dan hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik.
Jika Jaksa Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat
dilakukan penuntutan, maka penuntut umum dalam waktu secepatnya
membuat surat dakwaan (pasal 140 jo pasal 139 KUHAP). Inti surat
dakwaan ini isinya tuduhan atau ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan yang disangkakan kepada Terdakwa, bisa dengan dakwaan
tunggal atau jenis dakwaan yang lain. Jika sudah selesai dibuat Surat
dakwaan tersebut kemudian dilimpahkan kepada pengadilan, bersamaan
dengan perkaranya.

Surat dakwaan ini dibacakan pada saat permulaan sidang (pasal


155 ayat (2) KUHAP), atas permintaan dari hakim ketua sidang. Surat

18
dakwaan ini bisa saja dibantah oleh si Terdakwa, jika ia merasa tidak
melakukan seperti yang dituduhkan. Lanjut pemeriksaan saksi, lalu
pemeriksaan terdakwa. Setelah itu, baru Jaksa Penuntut Umum
membacakan Surat Tuntutan, dan terdakwa membacakan nota pembelaaan
(pledoi). Berdasarkan ketentuan Pasal 182 ayat (4) KUHAP, Majelis
Hakim akan bermusyawarah dalam menentukan suatu putusan, dengan
memperhatikan 2 (dua) hal berikut ini:

1. Surat Dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum.


2. Segala yang terbukti dalam pemeriksaan di persidangan (apabila
ada sekurang kurangnya dua alat bukti yang sah yang meyakinkan
hakim atas suatu tindak pidana dan pelaku tindak pidana tersebut
(Pasal 183 KUHAP).

Jadi, hubungan Surat Tuntutan (Nota Tuntutan) dengan Surat


Dakwaan harus sesuai karena surat tuntutan adalah sikap dari Jaksa
Penuntut Umum terhadap bukti-bukti yang terungkap di persidangan dan
telah sesuai dengan surat dakwaan.

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Surat tuntutan adalah surat yang memuat tuntutan
pidana berdasarkan alat-alat bukti di persidangan dan kesimpulan
penuntut umum. Mengenai isi dari surat tuntutan, dalam KUHAP
tidak ada satu pasal pun yang mengatur tentang bentuk dan susunan
surat tuntutan. Sistematika nota tuntutan (requisitoir) yaitu sebagai
berikut :
a. Identitas.
b. Isi dakwaan.
c. Fakta-fakta yang terungkap dipersidangan.
d. Pembahasan Yuridis.
e. Hal-hal yang meringankan dan memberatkan.
f. Tuntutan Hukum.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan jaksa penuntut umum dalam
membuat nota tuntutan harus memperhatikan terkait dengan isi surat
tuntutan, ditinjau dari sisi materinya harus memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Hal tindak pidana yang didakwakan;
b. Fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan;
c. Analisis hukum terhadap fakta-fakta untuk memberikan
konstruksi hukum atas peristiwa yang didakwakan;
d. Pendapat tentang hal terbukti tidaknya dakwaan;
e. Permintaan Jaksa Penuntut Umum pada majelis hakim.
3. Hubungan nota tuntutan dan surat dakwaan yaitu Surat dakwaan
dibacakan pada saat permulaan sidang (pasal 155 ayat (2) KUHAP),
atas permintaan dari hakim ketua sidang. Surat dakwaan ini bisa saja
dibantah oleh si Terdakwa, jika ia merasa tidak melakukan seperti
yang dituduhkan. Lanjut pemeriksaan saksi, lalu pemeriksaan
terdakwa. Setelah itu, baru Jaksa Penuntut Umum membacakan
Surat Tuntutan, dan terdakwa membacakan nota pembelaaan
(pledoi). Berdasarkan ketentuan Pasal 182 ayat (4) KUHAP. Jadi,
hubungan Surat Tuntutan (Nota Tuntutan) dengan Surat Dakwaan
harus sesuai karena surat tuntutan adalah sikap dari Jaksa Penuntut
Umum terhadap bukti-bukti yang terungkap di persidangan dan
telah sesuai dengan surat dakwaan.
B. Saran
Semoga dengan mempelajari Hukum Acara Pidana dapat
menambah wawasan penulis dan pembaca dalam memahami Nota Tuntutan
dalam Hukum Acara Pidana. Dalam menyusun makalah ini penulis
menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini belumlah sempurna oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Ghalia


Indonesia. 1983.

Marpaung, Leden. Proses Penanganan Perkara Pidana Bagian Pertama


Penyelidikan dan Penyidikan. Jakarta: Sinar grafika. 1992.

_________________. Proses Penanganan Perkara Pidana: Bagian Kedua Di


Kejaksaan dan Pengadilan Negeri Upaya Hukum dan Eksekusi. Jakarta:
Sinar Grafika. 1992.

Prakoso, Djoko. Eksistensi Jaksa di Tengah-tengah Masyarakat. Jakarta: Ghalia


Indonesia. 1985.

Prapto, Soepardi.. Surat Dakwaan. Surabaya: Usaha Nasional. 1991.

Chazawi,Adami. Kemahiran Dan Keterampilan Praktik Hukum Pidana. Malang:


Bayumedia. 2005.
Michael, Barama. Model Sistem Peradilan Pidana dalam Perkembangan. Jurnal
Ilmu Hukum. Vol. 3 No.8. 2016

H.R Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007. Sistem Peradilan Pidana. Jakarta.
Restu Agung.

Romli Atmasasmita, 1996. Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System)


Perspektif Eksistensialisme Dan Abolisionalisme. Jakarta. Bina Cipta.

Lilik Mulyadi, 2012. Hukum Acara Pidana Indonesia Suatu Tinjauan Khusus
Terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi, Dan Putusan Peradilan. PT. Citra
Aditya Bakti. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai