Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kedaulatan merupakan salah satu unsur eksistensi sebuah negara. Dari sudut ilmu bahasa
kedaulatan dapat diartikan sebagai sebuah kekuasaan tertinggi atas pemeritahan negara, daerah,
dan sebagainya. Dalam konteks ilmu tata negara, Parthiana menyatakan bahwa kedaulatan dapat
diartikan sebagai kekuasaan yang tertinggi yang mutlak, utuh, bulat dan tidak dapat dibagi-bagi
dan oleh karena itu tidak dapat ditempatkan di bawah kekuasaan lain..

Kedaulatan suatu negara tidak lagi bersifat mutlak atau absolut, akan tetapi pada batas-
batas tertentu harus menghormati kedaulatan negara lain, yang diatur melalui hukum
internasional. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kedaulatan negara bersifat
relatif (Relative Sovereignty of State). Dalam konteks hukum internasional, negara yang
berdaulat pada hakikatnya harus tunduk dan menghormati hukum internasional, maupun
kedaulatan dan integritas wilayah negara lain

Kedaulatan teritorial atau kedaulatan wilayah adalah kedaulatan yang dimiliki Negara
dalam melaksanakan yurisdiksi ekslusif di wilayahnya. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi
dan bersifat monopoli atau summa potestas atau superme Power yang hanya dimiliki Negara. Di
dalam wilayah mana berlaku hokum Negara tersebut terhadap wilayah ini otoritas tertinggi ada pada
Negara terkait. Kedaulatan dalam hubungan antara negara-negara menandakan kemerdekaan.
Kemerdekaan berkenaan dengan suatu bagian dari muka bumi ini adalah hak untuk
melaksanakan di dalamnya, tanpa campur tangan negara lain, fungsi-fungsi suatu negara".
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang termasuk kedaulatan territorial negra dan bagiman hak hak didalmnya?
2. Apa saja cara-cara untuk memperoleeh kekuasaan wilayah atau territorial?
3 Bagaimana kedaaulatan negra atas berbaagai wwilayah territorial negranya?
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas kuliah paruh pertama
pada mata kuliah Ilmu Internaasional. Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan telaah materi pada mata kuliah
Ilmu Hukum Internasional

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kedaulatan Teritorial Dan Hak-Hak Lain Yang Lebih Kecil


Unsur pokok status kenegaraan adalah penguasaan suatu wilayah territorial. Di dalam wilayah
mana berlaku hokum Negara tersebut terhadap wilayah ini otoritas tertinggi ada pada Negara terkait.
Kedaulatan territorial yang menandakan bahwa di dalam wilayah kekuasaan ini yuridiksi dilaksanankan
oleh Negara terhadap orang dn harta benda yang menyampingkan Negara-negara lain

Atas wilayah ini, wewenang tertinggi diberikan kepada negara itu. Dengan demikian
timbullah konsep "Kedaulatan Teritorial" yang berarti bahwa di daerah teritorial ini yuridiksi
dijalankan oleh negara itu atas orang-orang dan harta benda.
Kekuatan teritorial dilukiskan oleh Max Huber, arbitrator dalam Island of Palmas
Arbitation, dengan istilah-istilah berikut:
"Kedaulatan dalam hubungan antara negara-negara menandakan kemerdekaan. Kemerdekaan
berkenaan dengan suatu bagian dari muka bumi ini adalah hak untuk melaksanakan di dalamnya,
tanpa campur tangan negara lain, fungsi-fungsi suatu negara".

1. Hubungan Kedaulatan dengan Wilayah


Kedaulatan teritorial atau kedaulatan wilayah adalah kedaulatan yang dimiliki Negara
dalam melaksanakan yurisdiksi ekslusif di wilayahnya. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi
dan bersifat monopoli atau summa potestas atau superme Power yang hanya dimiliki Negara.
D.P OConnell , ia berpendapat kedaulatan dan wilayah berkaitan erat karena pelaksanaan
kedaulatan didasarkan pada wilayah.
S.T. Bernardez, berpendapat wilayah adalah prasyarat fisik untuk adanya kedaulatan territorial.
Arbiter Huber, berpendapat bahwa keaulatan memiliki 2 ciri, yaitu :
Kedaulatan merupakan prasyarat hukum untuk adanya suatu Negara.
Kedaulatan menunjukkan Negara tersebut merdeka dan merupakan fungsi Negara
2. Perkembangan Kedaulatan Teritorial
Perkembangan dan perubahan yang berpengaruh terhadap pengertian kedaulatan
territorial dapat di golongkan kedalam dua hal yaitu :
(1) Pengurangan Kedaulatan Teritorial
Pengurangan ini karena meningkatnya regionalism dan globalisasi ekonomi. Contoh, masuknya
RI ke dalam anggota WTO, banyak yang berpendapat bahwa dengan masuknya RI menjadi
anggota WTO maka kedaulatan RI di bidang perdagangan sudah tidak ada lagi.
(2) Perluasan Kedaulatan Terotorial
Perluasan ini terjadi karena :
Karena Negara memperoleh wilayah baru berdasarkan cara-cara yang dikenal dalam HI.

2
Karena terjadinya klaim-klaim atas wilayah, terutama laut.

2.2 PEMBATASAN KEDAULATAN TERITORIAL


Pembatasan pembatasan tersebut diataranya :
Negara tidak dapat melaksanakan yurisdiksi ekslusifnya keluar dari wilayahnya yang dapat
mengganggu kedaulatan wilayah Negara lain.
Negara yang memiliki kedaulatan territorial memiliki kewajiban untuk menghormati kedaulatan
teritorial Negara lain.

2.3 PRINSIP PENGUASAAN ATAS WILAYAHNYA


Yaitu prinsip yang digunakan untuk menentukan suatu wilayah menjadi milik suatu
Negara, diantaranya :
(1) Prinsip Efektifitas
Menurut prinsip ini bahwa kepemilikan Negara atas suatu wilayah ditentukan oleh berlakunya
secara efektif peraturan hukum nasional di wilayah tersebut.
Disamping prinsip ini, Martin Dixon memperkenalkan prinsip lain yaitu :
- Adanya control dari Negara terhadap suatu wilayah.
- Adanya pelaksanaan fungsi Negara di wilayah tersebut secara damai.
(2) Prinsip Uti Possidetis
Menurut prinsip ini, pada prinsipnya batas-batas wilayah Negara baru akan mengikuti batas-
batas wilayah dari Negara yang mendudukinya. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk mencegah
kemerdekaan dan stabilitas yang Negara baru yang baru lahir menjadi terganggu atau terancam
oleh adanya gugatan terhadap batas batas wilayahnya.
(3) Prinsip larangan Penggunaan Kekerasan
Prinsip ini melarang Negara memperoleh wilayah dengan menggunakan kekuatan senjata.
(4) Prinsip Penyelesaian sengketa secara Damai
(5) Prinsip Penentuan Nasib Sendiri
Prinsip ini menegaskan harus dihormatinya kehendak rakyat di dalam menentukan status
kepemilikan wilayahya.

2.4 CARA CARA MEMPEROLEH WILAYAH


Cara cara tradisional :
Pendudukan
Pendudukan (occupation) ialah penegakan kedaulatan atas wilayah yang bukan di bawah
wewenang negara lain. Entah yang baru ditemukan, atau (suatu hal yang tidak mungkin)
ditinggalkan oleh negara yang sebelumnya menguasainya. Secara klasik, pokok persoalan suatu
penduduk ialah "Terra Nullius" dan wilayah yang didiami oleh suku atau bangsa yang
mempunyai suatu organisasi sosial dan politik tidak dapat bersifat "Terra Nullius".

3
Mahkamah Internasional Permanen menetapkan bahwa agar berlaku suatu pendudukan di
pihak negara yang menduduki diperlukan dua unsur:
1. Suatu maksud atau keinginan untuk bertindak sebagai yang berkuasa;
2. Pelaksanaan atau penunjukkan kedaulatan secara memadai, yaitu mencakup:
a. Berlangsung secara damai;
b. Nyata dan langsung;
c. Berkesinambungan (terus menerus, tidak terputus-putus)
Teori Klaim Pendudukan
1. Teori Kontinuitas (continuity) di mana suatu tindakan pendudukan di suatu wilayah
memperpanjang kedaulatan negara yang menduduki itu sejauh diperlukan untuk keamanan
atau pengembangan alam wilayah yang diklaim itu.
2. Teori Hubungan (contiguity), di mana kedaulatan negara yang menduduki itu mencapai
wilayah-wilayah yang berdekatan yang secara geografis berhubungan dengan wilayah yang
diklaim itu.

Aneksasi (annexation)
Aneksasi adalah suatu metode memperoleh kedaulatan teritorial yang digunakan dalam
dua perangkat keadaan:
1. Di mana wilayah yang dianeksasi itu telah ditaklukan oleh negara yang menganeksasi.
Harus ada maksud menganeksasi yang dinyatakan secara resmi, yang biasanya diungkapkan
dalam suatu surat (nota) yang dikirimkan kepada semua negara lain yang berkepentingan.
2. Di mana wilayah yang dianeksasi itu benar-benar berada dalam posisi lebih rendah daripada
negara penganeksasi pada waktu pengumuman maksud negara penganeksasi.

Akresi (accretion)
Hak dengan akresi terjadi bila suatu negara bertambah wilayahnya, karena faktor-faktor
perubahan alam (melalui sebab-sebab alamiah), yang mungkin oleh pelebaran aliran sungai atau
faktor alam lain (misalnya endapan / sedimentasi, munculnya pulau setelah letusan gunung
berapi), ke wilayah yang telah berada di bawah kedaulatan negara yang memperoleh itu.

Sesi (cession)
Sesi (penyerahan) merupakan suatu metode yang penting untuk memperoleh kedaulatan
teritorial. Metode ini bersandar pada prinsip bahwa hak mengalihkan teritorialnya adalah sifat
fundamental dari kedaulatan suatu negara.

4
Preskripsi (prescription)
Hak clengan preskripsi (yaitu preskripsi akuistif) adalah hasil pelaksanaan kedaulatan de
facto secara damai untuk jangka waktu yang sangat lama atas wilayah yang tunduk pada
kedaulatan negara yang satu lagi.
Sejumlah yuris (termasuk Rivier dan cle Martens) telah menyangkal bahwa preskripsi
akuistif diakui oleh hukum internasional. Tidak ada keputusan suatu pengadilan internasional
yang secara meyakinkan mendukung doktrin preskripsi akuisitif.
lntegrasi
Integrasi adalah merupakan penggabungan sebuah kawasan atau wilayah ke dalam suatu
negara yang mana biasanya negara yang akan diajak bergabung atau berintegrasi tersebut tempat
atau letaknya berdekatan dengan wilayah yang akan berintegrasi tersebut. Hal ini di samping
untuk memudahkan hubungan antara wilayah yang akan berintegrasi tersebut dengan negara
yang akan diajak berintegrasi, suatu wilayah yang akan berintegrasi biasanya adalah merupakan
sebuah wilayah yang pernah dijajah dan diterlantarkan begitu saja oleh penjajahnya.
Revolusi (independen)
Sebuah negara independen adalah merupakan sebuah negara yang berdiri sendiri tanpa
ada bantuan dari negara lain maupun campur tangan dari pihak lain. Negara yang independen
biasanya mendapatkan kemerdekaan atau kebebasannya dari tangan penjajah dengan melalui
revolusi atau perjuangan untuk menggulingkan kekuasaan pemerintah penjajahannya dan untuk
mendirikan sebuah negara baru walaupun tidak diakui oleh negara penjajahnya.
Negara independen adalah merupakan negara yang mendapatkan kemerdekaannya
dengan melalui perjuangan baik fisik maupun diplomasi. Jadi negara independen tidak
mendapatkan kemerdekaannya berdasarkan hadiah ataupun pencaplokan atau pendudukan.
Keputusan Konvensi Negara-Negara
Hal ini biasanya terjadi di mana suatu konferensi negara-negara yang menang pada akhir
suatu perang, menyerahkan wilayah kepada suatu negara mengingat suatu penyelesaian
perdamaian umum. Misalnya pembagian wilayah Eropa dalam konferensi perdamaian Versailles,
1919.

Kehilangan Kedaulatan Teritorial


Metode-metode kehilangan kedaulatan teritorial persis sama seperti cara-cara
memperolehnya. Jadi kedaulatan teritorial dapat hilang dengan dereliksi (sesuai dengan
pendudukan di pihak yang memperoleh dan yang menuntut suatu maksud sebaliknya di pihak

5
negara yang meninggalkan untuk melepaskan penguasaan efektifnya), dengan penaklukan,
operasi alam (sesuai dengan akresi dipihak negara yang memperolehnya), dan dengan preskripsi.
Tetapi ada suatu cara kehilangan wilayah yang tidak sesuai dengan salah satu cara
memperolehnya, yaitu revolusi yang diikuti oleh pemisahan (secession) sebagian wilayah negara
yang bersangkutan
Dua cara berikutnya adalah:
1. Proses dekolonisasi
2. Keputusan konferensi internasional.

2.5 SERVITUT ( SERVITUDES )


Servitude muncul manakala di wilayah suatu Negara terdapat hak-hak Negara lain. Negara yang
menikmati servitude berhak untuk melakukan perbuatan di wilayah Negara lain. Sebaliknya,
Negara yang mempunyai beban untuk memberikan servitude berkewajiban untuk tidak
melakukan perbuatan yang menghalangi hak Negara lain.
Oppenheimen membagi servitut menjadi 4 yaitu :
1. Servitut positif
2. Servitut negative
3. Servitut Militer
4. Servitut ekonomi
5. Servitut untuk kepentingan internasional

2.6 KEDAULATAN NEGARA ATAS KEKAYAAN ALAMNYA


Kekayaan alam adalah salah satu faktor utama mengapa suatu Negara berupaya memiliki
atau menglaim kedaulatan atas suatu wilayah.
Prinsip kedaulatan Negara :
Prinsip penentuan nasib sendiri di bidang ekonomi setiap negara, Resolusi Majelis Umum PBB
No. 626 (VII) Tanggal 21 Desember 1952.
Prinsip kedaulatan permanen terhadap kekayaan alam di dasar laut dan bawah tanah dan
perairan laut yang masih berada dalam yurisdiksi nasional suatu Negara.
Prinsip hak Negara untuk memanfaatkan secara bebas kekayaan alamnya.
Prinsip kedaulatan Negara untuk mengawasi kekayaan alamnya.
Prinsip negara berhak memanfaatkan kekayaan alamnya sesuai dengan kebijaksanaan
pengamanan dan pemeliharaan lingkungannya.

2.7 KEDAULATAN NEGARA ATAS RUANG UDARA


Dalil Hukum Romawi :

6
Barang siapa memiliki sebidang tanah dengan demikian juga memiliki segala sesuatu yang
berada di atas permukaan tanah tersebut sampai ke langit dan segala apa yang berada di dalam
tanah.
Kebebasan Udara ( International Air Services Transit Agreement ) :
1. Terbang melintasi wilayah negara asing tanpa mendarat.
2. Mendarat untuk tujuan komersial.
3. Menurunkan penumpang di wilayah negara asing yang berasal dari negara asal pesawat udara.
4. Mengangkut penumpang pada lalu lintas negara asing yang bertujuan ke negara asal pesawat
udara.
5. Mengangkut angkutan antara dua negara asing.

2.8 KEKUASAAN TERITORIAL RUANG ANGKASA


Tahun 1965 ( the international geophysical year ) para ilmuwan dan ahli hukum mulai
dihadapkan dengan masalah batasan ruang udara dan memisahkannya dengan ruang angkasa.
Maka, Majelis Umum PBB mengembangkan bidang hukum angkasa ini dnegan dibentuknya
Komisi Pemanfaatan Damai Rung Angkasa. Hasil pentingnya adalah dikeluarkannya Resolusi
No. 1962 ( XVIII ) tanggal 13 Desember 1963 yang diterima negara-negara.
Prinsip-Prinsip tersebut , yaitu :
1. Eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa untuk semua umat manusia berdasarkan kesamaan.
2. Benda-benda ruang angkasa tidak dapat dimiliki oleh suatu negara.
3. Setiap kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa harus sesuai dengan HI dan piagam
PBB.
4. Negara bertanggungjawab atas kegiatan ruang angkasa, baik negara sponsor atau sebaliknya.
5. Kewajiban negara untuk menolong dan menyelematkan astronot yang berada dalam bahaya.

2.9 KEDAULATAN NEGARA ATAS DAERAH PERBATASAN


Perbatasan merupakan pemisah antara berlakunya kedaulatan negara dengan kedaulatan
negara lainnya. Masalah perbatasan ini tampak menonjol dan sulit karena beberapa negara
daerah perbatasannya belum ditetapkan dengan jelas berhubung jauhnya jarak batas dan pusat
keramaian.

2.10 KEDAULATAN NEGARA ATAS SUNGAI


Kedaulatan negara mencakup darat, laut dan udara. Pengertian darat mencakup sungai yang
memotong darat serta danau yang dikelilingi daratan. Yang menjadi masalah berkaitan dengan
kedaulatan negara atas sungai adalah hak negara tepi sungai dan negara lain untuk berlayar di

2. 11 KEDAULATAN NEGARA ATAS WILAYAH LAUT


PBB mengadakan Konferensi Hukum Laut di Jenewa 1958. Diikuti 86 negara
menghasilkan 4 konvensi, 1 protocol fakultatif, serta 9 resolusi.
4 konvensi tersebut yaitu :
1. Konvensi tentang Laut Teritorial dan Jalur Tambahan
7
2. Konvensi tentang Laut Lepas
3. Konvensi tentang Landas Kontinen
4. Konvensi tentang Perikanan dan Perlindungan Sumber Kekayaan Hayati Laut Lepas.
Rumusan kompromi yang ditawarkan konferensi waktu itu adalah 6 mil zona perikanan.
Dalam membahas kedaulatan negara atas wilayah laut ini akan mencakup :
1. Perairan Pedalaman
Perairan pedalaman adalah perairan yang berada pada sisi darat garis pangkal. Di perairan
pedalaman ini negara memiliki kedaulatan penuh atasnya.
2. Laut Teritorial
Laut teritorian adalah laut yang terletak di luar sisi luar garis pangkal yang tidak melebihi lebar
12 mil laut dari garis pangkal.
3. Jalur Tambahan
Jalur tambahan adalah suatu zona tambahan dan berda di luar laut territorial dimana suatu negara
mempunyai kekuasaan terbatas untuk mencegah pelanggaran terhadap peraturan bea cukai,
fiscal, imigrasi dan kesehatan.
4. Landas Kontinen
Landas kontinen meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya dari daerah di bawah permukaan laut
yang terletak diluar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga
pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga jarak 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
5. Zona Ekonomi Ekslusif ( ZEE )
ZEE adalah suatu zona selebar tidak lebih dari 200 mil dari garis pangkal.
Yurisdiksi yang diliki ZEE meliputi :
- Pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan.
- Riset ilmiah kelautan.
- Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
6. Laut Lepas
Pada dasarnya, laut lepas tiak berlaku kedaulatan, hak berdaulat, yurisdiksi negara. Laut lepas
merupakan ras communis, yaitu laut yang terbuka dan bebas bagi semua negara.
Beberapa kebebasan tersebut, yakni :
- Berlayar
- Penerbangan
- Memasang kabel dan pipa bawah laut
- Membangun Pulau buatan dan instalasi lainnya
- Menangkap ikan
- Riset ilmiah kelautan.
7. Kawasan
Kawasan adalah dasar laut dan dasar samudera serta tanah di bawahnya di luar batas yurisdiksi
nasional suatu negara. Di kawasan ini negara tidak mempunyai kedaulatan atau hak berdaulat.
Kawasan ini merupakan Warisan bersama umat manusia

8
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Unsur esensial dari negara ialah penguasaan suatu daerah teritorial, di mana hukum
negara itu beroperasi. Atas wilayah ini, wewenang tertinggi diberikan kepada negara itu. Dengan
demikian timbullah konsep "Kedaulatan Teritorial" yang berarti bahwa di daerah teritorial ini
yuridiksi dijalankan oleh negara itu atas orang-orang dan harta benda.

Ada tujuh cara yang diakui secara umum dan secara tradisional untuk mendapatkan
kedaulatan teritorial ialah:

1. Pendudukan (okupasi)
2. Penaklukan (aneksasi)
3. Akresi (accresion: perubahan karena faktor alam)
4. Preskripsi (prescription: pengalihan hak atau kadaluarsa)
5. Sesi (cession: penyerahan)
6. Integrasi atau sebaliknya disintegrasi.
7. Revolusi (independen).

3.2.SARAN

Oleh sebab pentingnya kedaultan territorial suatu negara maka keamanan harus dijaga
sebaik- baiknya dengan memberi upaya yang baik demi negra itu sendiri , karena nantinya akan
berpengaruh pada keamanan warga negara yang berada di territorial tersebut.Dan juga agar
wilayah suatu negara di diklaim oleh negara lain karena kurang perhatian negra yang
bersangkutan atau memang niat buruk dari negra lain tersebut, seperti yang pernah terjadi antara
Indonesia dan Malaysia

DAFTAR PUSTAKA

9
J.G Starke.Pengantar Hukum Internasional.Jakarta:Sinar Grafika,2000
Huala Adolf. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996.

10

Anda mungkin juga menyukai