Oleh:
Kelompok
:3
Nama Anggota
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Imunitas
Kedaulatan Negara ini meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum internasional khusunya mengenai
imunitas kedaulatan negara. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penulis
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
A.
Latar Belakang............................................................................
B.
C. Tujuan Penulisan.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
11
13
18
A.
Kesimpulan................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara merupakan sebuah lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengatur
setiap orang benda ataupun peristiwa yang terjadi di wilayahnya serta berhak untuk
mengadakan hubungan dengan pihak lain di luar wilayahnya, baik dengan sesama
negara maupun subjek hukum lainnya. Kewenangan negara untuk mengatur setiap
orang, benda dan peristiwa di wilayahnya diwujudkan dengan pemberlakuan hukum
secara khusus di wilayahnya atau yurisdiksi.
Berkaitan dengan hubungan suatu negara dengan negara lain, dalam hukum
internasional seorang kepala negara, perwakilan diplomatik ataupun pejabat tinggi
Negara, memiliki imunitas yang membuatnya kebal dari yurisdiksi hukum negara
lain. Imunitas atau hak kekebalan tersebut dikenal dengan imunitas diplomatik,
imunitas negara dan imunitas kepala negara yang merupakan perpanjangan dari
kedua imunitas tersebut.
Pemberian hak kekebalan atau hak imunitas pada prinsipnya didasarkan pada asas
resiprositas/resiprokal atau asas timbal balik antar negara (the principle of
reciprocity). Tujuan diberikannya hak imunitas ini adalah agar tercipta hubungan
persahabatan yang baik antara negara pengirim maupun negara penerima serta
merupakan perwujudan penghargaan atas kepercayaan negara pengirim terhadap
negara penerima. Pemberian imunitas ini juga mutlak diperlukan untuk menjamin
terlaksananya tugas dari para perwakilan diplomatik secara efisien, terutama dalam
tugas dari negara yang diwakilinya.
Kajian mengenai imunitas kedaulatan negara ini juga berkembang karena adanya
permasalahan proses peradilan terhadap persengketaan niaga yang tidak dapat
dilaksanakan, sehingga diterapkan perbedaan mengenai perbuatan publik atau
pemerintahan dari Negara.
4
Berdasarkan pemaparan di atas, maka makalah ini akan membahas lebih rinci
mengenai imunitas kedaulatan Negara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana definisi dan perkembangan imunitas kedaulatan negara?
2. Apa perbedaan Iure Emperit dan Iure Gestiones?
3. Apa saja persamaan dan perbedaan antara tindakan negara dan imunitas
kedaulatan negara?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dan perkembangan imunitas kedaulatan negara.
2. Untuk mengetahui perbedaan Iure Emperit dan Iure Gestiones.
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara tindakan negara dan
imunitas kedaulatan negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Perkembangan Imunitas Kedaulatan Negara
Pengertian Imunitas
Secara umum imunitas merupakan tejemahan dari kata immunity yang berarti
kekebalan. Kekebalan berasal dari kata kebal yang dalam bidang hukum artinya tidak
dapat dituntut.
Sementara itu dalam hukum internasional istilah imunitas atau immunity dikenal
sebagai aturan-aturan dan prinsip-prinsip hukum mengenai hak-hak yang dimiliki
oleh kategori orang-orang atau badan-badan tertentu, yang berdasarkan hukum
internasional memperoleh kekebalan atau dikecualikan dari yurisdiksi negara lain.
Menurut James R. Fox dalam buku Dictionary of International and Comparative
Law, imunitas adalah kebebasan dari kontrol luar hak yang telah ada dan dimiliki
oleh setiap negara berdaulat dari proses hukum atau aspek-aspek lainnya dari
yurisdikai teritorial negara lain.
Pengertian Kedaulatan Negara
Menurut sejarah, asal kata kedaulatan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah souvereignity berasal dari kata Latin superanus berarti yang teratas. Negara
dikatakan berdaulat atau souvereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri
hakiki Negara. Bila dikatakan bahwa Negara itu berdaulat, dimaksudkan bahwa
Negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi.
Menurut asal katanya, kedaulatan memang berarti kekuasaan tertinggi. Negara
berdaulat memang berarti bahwa Negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang
lebih tinggi dari pada kekuasaannya sendiri. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini
dibatasi oleh batas wilayah Negara itu, artinya suatu Negara hanya memiliki
kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya.
Pengertian Imunitas Kedaulatan Negara
6
Imunitas negara (State Immunity) atau dapat pula disebut juga dengan Imunitas
kedaulatan negara (Sovereign State Immunity) merupakan salah satu bentuk
perlindungan bagi sebuah negara terhadap segala tuntutan hukum di pengadilan
negara lain. Ketentuan hukum dari bidang ini berkitan dengan proses hukum yang
terjadi di negara lain dan bukan di pengadilan nasional sebuah negara. Hal ini
dikarenakan bahwa suatu Negara tidak dapat diadili di negaranya sendiri dan di
negara lain. Imunitas ini muncul berdasarkan hukum kebiasaan internasional sebagai
penghormatan kedaulatan negara yang satu dengan negara lainnya dan mutlak
dimiliki oleh setiap negara.
Selain itu, bidang ini juga merupakan perkembangan dari pandangan atau
pendapat yang menyatakan bahwa peradilan terhadap suatu negara atau utusannya
merupakan sebuah bentuk pelanggaran terhadap kedaulatan negara tersebut.
Pandangan ini berkaitan dengan adanya prinsip bahwa setiap negara kedudukannya
sama sebagai Negara Berdaulat (Equality as a Sovereign State) dan prinsip Par In
Parem Non Habet Imperium yaitu bahwa suatu Negara tidak dapat memberlakukan
hukum nasionalnya terhadap negara lain.
Selain dari kedua prinsip tersebut, terdapat pula prinsip lain yang menyatakan
bahwa para pihak yaitu Negara-Negara yang bersengketa kedudukannya sama dan
tidak dapat menyelesaikan sengketanya di pengadilan salah satu pihak yang
bersengketa (Par In Parem Non Habet Jurisdiction Em).
Beberapa ahli hukum memberikan gambaran atau pandangan mengenai Imunitas
negara. Menurut pendapat Shaw, sebuah negara semenjak merdeka dan memiliki
kedaulatannya secara hakiki maupun secara praktis tidak dapat diadili sehingga
pengadilan di negara lain tidak dapat melaksanakan kekuasaannya tanpa persetujuan
dari negara tersebut.
Pandangan lainnya mengenai Imunitas Negara adalah yang menyatakan a State
was immune for all purpose and in all proceedings from (suatu Negara adalah kebal
terhadap setiap penuntutan dan peradilan). Dengan perkataan lain the national court
terhadap negara lain, termasuk pula terhadap hasil negosiasi diplomatik, putusan
badan arbiterase bahkan putusan penyelesaian sengketa pada tingkat internasional.
Pada tahap perkembangan tahap selanjutnya timbul permasalahan mengenai
pelaksanaan Imunitas Negara. Permasalahan tersebut adalah ketika negara terlibat
dalam kegiatan perniagaan. Pada abad ke-19, banyak negara mulai terlibat dalam
kegiatan perusahaan. Pada abad tersebut, negara bertindak layaknya pengusaha,
bertindak dalam hal memonopili bidang perdagangan, pengoperasian jaln kereta api
(operating railway) pelayaran hingga jasa pengiriman surat. Bahkan pada abad ke19, negara terlibat secara langsung dalam hal pertumbuhan ekonomi yang dilakukan
oleh negara secara langsung, melalui pemerintahan Negara bagian (subdivisions),
pejabat negara, hingga badan-badan hukum milik negara (instrumentalities).
Pada abad ke-19 tersebut, terutama pada masa Perang Dunia Pertama Negaranegara Sosialis dan Komunis berkuasa penuh dalam perekonomian nasionalnya.
Negara-negara tersebut tidak memberikan upaya hukum berdasarkan hukum
nasionalnya (remedy) jika terjadi sengketa dengan negara lain atau organisasi
perdagangan negara lain yang menyebabkan proses peradilan terhadap persengketaan
niaga yang yang muncul tidak dapat dilaksanakan karena adanya Imunitas Negara
dan pengadilan tidak berwenang untuk mengadili persengketaan tersebut.
Akibat dari permasalahan tersebut, timbul tekanan untuk membuat suatu
pembedaan secara realistis dan pragmatis mengenai perbuatan publik atau
pemerintahan dari negara, karena negara dapat saja menolak untuk dimintai
pertanggungjawaban atas setiap sengketa yang muncul dalam bidang perniagaan.
Pembedaan tersebut adalah pembedaan berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh
negara yaitu perbuatan yang merupakan tindakan pemerintahan (jure imperii) dengan
tindakan yang merupakan perbuatan keperdataan atau perniagaan (jure gestiones) di
mana pembedaan yang kedua merupakan penolakan terhadap penerapan kekebalan
terhadap kewenangan (jurisdiksi) pengadilan negara lain.
Pembedaan tersebut
dibentuk pada abad kesembilanbelas. Pada abad ini dibedakan pula mengenai
tindakan penguasa dan negara, antara kewenangan publik atau pemerintahan
9
(majestas) dan perbuatan keperdataan dan Imunitas negara hanya diberikan kepada
negara.
Perkembangan daripada Imunitas Negara yang ditandai dengan pembedaan
mengenai tindakan tersebut, muncul berbagai perjanjian internasional mengenai
pelaksanaan Imunitas Negara. Negara yang pertama kali berhasil mengembangkan
mengenai pembedaan tindakan negara antara tindakan negara yang merupakan
pelaksanaan tugas kenegaraan atau pemerintahan dengan tindakan negara yang
merupakan perbuatan keperdataan adalah Italia dan Belgia.
Akibat daripada pembedaan anatara tindakan kenegaraan dan tindakan atau
perbuatan keperdataan tersebut, semenjak abad ke-19, banyak negara menjadi pihak
yang dimintai pertanggungjawaban di muka pengadilan.
Dengan demikian,
Tindakan Negara yang bersifat publik atau disebut pula jure imperii merupakan
tindakan negara dalam menjalankan tugas kenegaraan atau pemerintahan yaitu
menjalankan kekuasaan negara dan kewenangan pemerintahan. Tindakan negara
yang termasuk dalam jure imperii adalah :
1. Menjalankan fungsi legislatif dan yudikatif (judicional functions) dalam hal
membentuk dan menegakkan (preserve) hukum dan ketertiban (order),
2. Menjalankan hukum dan pemerintahan (administrative) dalam kerangka
hubungan
internasional
dan
mengadakanhubungan
diplomatik
serta
pertahanan.
Dalam kasus Victory Transport Inc v. Comisaria General De Abastecimientos Y
Transportes (1964) menetapkan bahwa tindakan Negara yang merupakan jure imperii
adalah tindakan dalam hal menjalankan kedaulatan Negara yaitu tindakan
administratif seperti pengusiran (expulsion) orang asing tindakan di bidang legislatif
termasuk adalah nasionalisasi, tindakan dalambidang angkatan bersenjata, tindakan
dalam bidang diplomatik dan pinjaman Negara (public loans).
Jure Gestionis
Tindakan Negara yang bersifat privat (keperdataan) atau disebut dengan jure
gestionis merupakan tindakan negara dalam bidang keperdataan.
Jure gestionis
11
peralatan
bagi
angkatan
bersenjata,
pembangunan
kubu
pertahanan
apabila negara nasional tersebut berada dalam status iure gestionis yaitu sebagai
suatu pedagang yang melakukan suatu commercial act.
Terhadap
konsep
kekebalan
negara
sebagian
ahli memandang
adanya
perdagangan asing dan berbagai bentuk perdagangan yang dilakukan oleh negara,
menyebabkan perubahan-perubahan penting dalam hukum kekebalan negara.
Namun yang terpenting adalah bahwa kekebalan negara hanya berlaku dalam
kasus-kasus di mana kekebalan negara dapat berfungsi menjamin kepentingan negara
atau kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan, bukan untuk
hubungan ekonomi biasa.
internasional terdapat dua bentuk: (1) Suatu negara dapat menjalin hubungan
langsung dengan negara-negara lain sebagai pemerintah; (2) hubungan melalui
perusahaan-perusahaan negara yang tidak bertindak atas nama negara.
Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa kedudukan
perusahaan milik negara harus ditentukan berdasarkan lex personalis yaitu atas dasar
hukum negara pemilik, kecuali perusahaan-perusahaan yang didirikan di luar negeri
harus tunduk pada peraturan-peraturan negara bersangkutan. Pengadilan negara Barat
berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan milik negara tidak berhak atas kekebalan
di bawah hukum internasional, karena perusahaan negara bukan merupakan kekayaan
umum negara. Oleh karena itu, bagi masalah-masalah lainnya diatur oleh hukum
perdata internasional bukan oleh hukum internasional publik.
Doktrin Tindakan Negara (Act of State)
Doktrin ini merupakan aturan sebagai langkah kedua yang dapat dijadikan
pedoman oleh pengadilan dalam memberikan putusan. Apakah peraturan hukum
negara
asing
dapat
yurisdiksinya. Doktrin ini tidak jauh berbeda dengan doktrin kedaulatan, karena
kedua
doktrin
tersebut
pertimbangannya
atas
dasar
yang
sama
yaitu
kekuasaan
eksekutif
atau
kasus Luther lawan Sagor di Pengadilan Inggris pada tahun 1921, dari kasus tersebut
dapat disimpulkan bahwa doktrin tindakan negara
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasn materi di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik yaitu:
1. Imunitas kedaulatan negara (Sovereign State Immunity)
merupakan salah satu bentuk perlindungan bagi sebuah negara terhadap
segala tuntutan hukum di pengadilan negara lain.
Pertama kali konsep Imunitas Negara diperkenalkan pada abad 18 (delapan
belas). Pada abad ke-18 (kedelapan belas) padangan mengenai Imunitas bermula
dari pemikiran bahwa Kepala Negara, perwakilan diplomatik, atau kapal milik
Negara memiliki kekebalan (imunity) terhadap kewenangan pengadilan, baik
terhadap proses peradilan atau mengenai kepemilikan atas harta benda yang
dimiliki oleh Negara.
Perkembangan selanjutnya mengenai Imunitas Negara yang dimulai pada
abad ke-19 adalah pembedaan antara Imunitas Negara dengan hak kekebalan
atau hak imunitas yang dimiliki oleh utusan perwakilan diplomatik negara
dikarenakan tugas daripada utusan tersebut sebagai utusan negara.
2. Perbedaan Jure Imperii dan Jure Gestionis, yaitu :
Negara sebagai Jure Imperii yaitu, status negara sebagai negara yang
melakukan tindakan-tindakan dibidang public, negara memiliki imunitasi
sehingga tindakannya dibidang publik tidak akan dapat diuji atau di adili di
depan forum pengadilan nasional asing atau arbitrase komersial, kedudukan
negara sebagai pihak regulator dalam kapasitasnya sebagai negara yang
berdaulat.
Negara sebagai Jure Gestionis yaitu: status negara sebagai pihak yang
melakukan tindakan-tindakan dibidang keperdataan atau dagang, negara
dianggap telah menanggalkan imunitas (waiver of immunity) sehingga
17
18
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/465/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-23213-14babxiv-%29.pdf
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63340/potongan/S2-2013-321745chapter1.pdf
http://lanlanrisdiana.blogspot.co.id/2013/03/makalah-netralitas-yurisdiksi-dan.html
http://mahendraputra.net/wp-content/uploads/2012/02/BAHAN-KULIAH-HUKUMPERNIAGAAN-INTERNASIONAL-12.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24644/3/Chapter%20II.pdf
http://sulipno.blogspot.co.id/2013/04/makalah-imunitas-terhadap-yurisdiksi.html
http://www.academia.edu/5047144/Immunitas_Negara
http://www.duhaime.org/LegalDictionary/J/JureImperii.aspx
https://materikuliahfhunibraw.files.wordpress.com/2012/09/contoh-kasus-negarasebagai-jure-imperii-sekaligus-jure-gestionis.pdf
https://mochamadbasarah.wordpress.com/arsip/
19