Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

HUKUM DAN KEKUASAAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : MEISSY RICCE DWINA PUTRI SITUMORANG

NIM : 1974201311

SEMESTER: 4 (C)

DOSEN PEMBIMBING :

- CISILIA MAIYORI, S.H, M.H


- RIANTIKA PRATIWI, S.H, M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Tugas ini dibuat sebagai hasil pengidentifikasian berdasarkan referensi
dari situs internet. Tugas ini juga disusun dalam rangka pemenuhan tugas yang
diberikan oleh dosen pembimbing Sosiologi Hukum. Penulis sangatlah menyadari
bahwa di dalam penyusunan tugas “ Hukum dan Kekuasaan” ini, masih banyak
terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Seperti halnya
pepatah yang mengatakan “ Tak ada gading yang tak retak ”.

Untuk itu, kami tetap menerima saran ataupun kritikan yang membangun
demi penyempurnaan pada pembuatan tugas berikutnya. Ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh pihak yang
telah turut membantu dalam penyusunan intisari ini. Akhir kata, semoga inti sari
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin!

Duri, 13 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................

BAB IIPEMBAHASAN  ...............................................................................


2.1 Hukum .......................................................................................................

2.2 Kekuasaan ..................................................................................................

2.3 Hubungan Hukum dengan Kekuasaan .......................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................


3.1 Kesimpulan ....................................................................................
3.2 Saran ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Law is a system of standardized norms regulating human conduct,


deliberalely established for the purpose of social control. Law are interpreted
and enforced by formal public (political)authority, rather than by custom. (see
also: cicil law, class law, criminal law).

Jika kita terjun ke dalam kenyataan kehidupan sehari-hari maka kita akan
dapat benar-benar menyaksikan hal-hal yang diuraikan pada bagian
terdahulu,yaitu yang membicarakan tentang hukum sebagai suatu institusi
sosial. Di situ kita melihat, bahwa bekerjanya hukum itu memang tidak dapat
dilepaskan dari pelayanan yang di berikanya kepada masyarakat (di
sekelilingnya).Singkat kata, hukum itu tidak bekerja menurut ukuran dan
pertimbanganya sendiri, melainkandengan memikirkan dan
mempertimbangkan apa yang baik untuk di lakukannya bagi masyarakat.

Untuk menjalankan pekerjaan seperti itu, hukum membutuhkan suatu


kekuatan pendorong. Ia membutuhkan kekuatan pendorong. Ia membutuhkan
kekuatan kepadanya untuk menjalankan fungsi hukum, seperti misalnya
sebagai kekuatan pengintegrasi atau pengkoordinasi proses-proses dalam
masyarakat. Kita bisa mengatakan,bahwa hukum tanpa kekuasaan akantinggal
sebagai keinginan-keinginan atau ide-ide belaka.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa “ Hukum tanpa kekuasaan adalah


angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman”. Kekuasaan itu tidak
tidak selalu menyertai kekuatan dan sebaliknya. Ini disebabkan karena
kekuasaan tidak selalu, bahkan sering tidak bersumber pada kekuatan fisik.
kekuasaan merupakan suatu unsur yang mutlak dalam suatu masyarakat
hukum dalam arti masyarakat yang diatur oleh dan berdasarkan hukum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasrakan rumusan masalah di atas, adapun masalah yang akan dibahas dalam
makalah iniantara lain sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan hukum?


2. Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan?
3. Bagaimanakah hubungan antara hukum dengan kekuasaan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang hukum


2. Untuk mengetahui tentang kekuasaan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara hukum dengan kekuasaan.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Hukum

Hukum merupakan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang


menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yand dibuat
oleh badan-badan resmi pemerintah,dan pelanggaran terhadap peraturan tadi
berakibat diambilnya tindakan, berdasarkan penafsiran dari JCT. Simorangkir,
S.H.

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian


kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan social antar masyarakat terhadap kriminalisasi
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.

Pandangan tentang hukum memiliki perbedaan di antara para ahli.


Meskipun ada perbedaan pandangan, namun pengertian itu dapat diklasifikasikan
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Hukum diartikan sebagai nilai-nilai. Misalnya Viktor Hugo yang
mengartikan hukum sebagai kebenaran dan keadilan. Grotius
mengemukakan bahwa hukum adalah suatu aturan moral tindakan yang
wajib yang merupakan sesuatu yang benar. Pembahasan hukum dalam
konteks nilai-nilai berarti memahami hukum secara filosofi karena nilai
-nilai merupakan abstraksi tertinggi dari kaidah-kaidah hukum.
2. Hukum diartikan sebagai asas-asas fundamental dalam kehidupan
masyarakat definisi hukum dalam perspektif ini terlihat dalam pandangan
Salmond yang mengatakan “hukum merupakan kumpulan asas-asas yang
diakui dan diterapkan oleh negara di dalam peradilan”
3. Hukum diartikan sebagai kaidah atau aturan tingkah laku dalam kehidupan
masyarakat. Vinogradoff mengartikan hukum sebagai seperangkat aturan
yang diadakan dan dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan
menghormati kebijakan dan pelaksanaan kekuasaan atas setiap manusia
dan barang.

Pengertian yang sama dikemukakan oleh Kantorowich, yang berpendapat bahwa


hukum adalah suatu kumpulan aturan sosial yang mengatur perilaku lahir dan
berdasarkan pertimbangan. Menurut Prof. Subekti, SH, hukum itu mengabdi pada
tujuan negara yaitu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan
cara menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan
yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.Unsur-unsur hukum
meliputi :

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam bermasyarakat.


b. Peraturan tersebut dibuat oleh badan yang berwenang.
c. Peraturan itu secara umum bersifat memaksa.
d. Sanksi dapat dikenakan bila melanggarnya sesuai dengan ketentuan atau
perundang undangan yang berlaku.

Adapun ciri-ciri hukum antara lain :

a. Terdapat perintah ataupun larangan


b. Perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh setiap orang

Hukum secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Hukum kebiasaan
Hukum kebiasaan disebut dengan adat, norma dan nilai yang ada di
masyarakat. Atauhukum yang hidup di dalam masyarakat. Yang mengatur
tingkah laku masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita dalam masyrakat,
merupakan hasil karya masyarakat, dan merupakan bentuk awal dari
hukum tentang praktek.
b. Hukum positif
Hukum formal yang dibuat dan diberlakukan pemerintah yang
merupakan peraturan bakuyang mengatur kehidupan rakyat, yang
mencakup nilai, norma kebaikan yang diterima dan diberlakukan pada
masyarakat.

2.2 Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang


lain, artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau
kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu,
kelompok, keputusan, atau kejadian.Kekuasaan tidak sama dengan wewenang,
wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan
konflik dalam organisasi.

Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:

a. Kekuasaan pribadi
Kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan
padaseberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada
pemimpin.
b. Kekuasaan posisi
Kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi.
Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh (influence) yaitu tindakan atau
contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku
orang lain atau kelompok. Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu,
ada 5 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
1. Kekuasaan menghargai (reward power )
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi
pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi
untuk melaksanakan perintah.
2. Kekuasaan memaksa (coercive power )
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum
orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan.
(teguran sampai hukuman).
3. Kekuasaan sah ( legitimate power )
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan
yang timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi
pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.
4. Kekuasaan keahlian (expert power )
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa
pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus
yang tidak dimiliki oleh orang yangdipengaruhi. (professional atau tenaga
ahli).

5. Kekuasaan rujukan (referent power )


Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang
didasarkan pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau
panutan bagi yang dipengaruhi.(karisma, keberanian, simpatik dan lain-
lain).

Arti Kunci Kekuasaan (Rosabeth Moss Kanter) :

- Aktivitas luar biasa


Membuat perubahan, menempati suatu posisi atau berhasil
mengambil resiko yang besar akan mendorong kepemilikan kekuasaan.
- Visibilitas
Menjadi dikenal atau memperoleh kesempatan diperkenalkan
dengan pemegang kekuasaan akan mendorong kesuksesan menggunakan
kekuasaan yang dimiliki.
- Relevansi
Memiliki kekuasaan yang berhasil berarti mampu meyelesaikan
masalahorganisasi yang otentik atau akurat.
- Sponsor
Mempunyai sponsor atau mentor seseorang memberi nasehat
kepada anda mengenai cara agar behasil dalam organisasi- dapat menjadi
sumber kekuasan informal, terutama bila sponsor menikmati kekuasaan
yang cukup besar. Kekuasaan adalah fakta penting dari kehidupan
organisasi.

2.2 Hubungan Hukum dengan Kekuasaan


Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling
mempengaruhi satusama lain. Hukum adalah suatu sistem aturan-aturan
tentang perilaku manusia. Sehingga hukum tidak merujuk pada satu aturan
tunggal, tapi bisa disebut sebagai kesatuan aturan yang membentuk sebuah
sistem. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai
dengan keinginan perilaku. Bisa dibayangkan dampak apabila hukum dan
kekuasaan saling berpengaruh. Di satusisi kekuasaan tanpa ada sistem aturan
maka akan terjadi kompetisi seperti halnya yang terjadi dialam.
Siapa yang kuat, maka dialah yang menang dan berhak melakukan apapun
kepada siapa saja. Sedangkan hukum tanpa ada kekuasaan di belakangnya,
maka hukum tersebut akan “mandul” dan tidak bisa diterima dengan baik oleh
masyarakat. Hal ini karena masyarakat tidak memiliki ikatan kewajiban
dengan si pengeluar kebijakan. Sehingga masyarakat berhak melakukan hal-
hal yang di luar hukum yang telah dibuat dan di sisi lain pihak
yangmengeluarkan hukum tidak bisa melakukan paksaan ke masyarakat untuk
mematuhi hukum.
Jadi, dapat dikatakan bahwa, kekuasaan perlu sebuah “kemasan” yang bisa
memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan yaitu politik. Yang menjadi
permasalahan adalah mana yang menjadi hal yang mempengaruhi atau yang
dipengaruhi. Seperti yang telah dijelaskansebelumnya, bahwa tidak bisa satu
hal saja yang mempengaruhi hal yang dipengaruhi. Antarahukum dan
kekuasaan saling berpengaruh satu sama lain atau bisa disebut saling
melengkapi.Sehingga di satu sisi hukum yang dipengaruhi oleh kekuasaan
begitu sebaliknya.
Namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa proporsi dari kekuasaan dalam
mempengaruhi hukum lebih berperan atau menyentuh keranah substansial
dalam artian hukum dijadikan “kendaraan” untuk melegalkan kebijakan-
kebiajakn dari yang berkuasa. Sedangkan hukum dalam mempengaruhi
kekuasaan hanya menyentuh ke ranah-ranah formil yang berarti
hanyamengatur bagaimana cara membagai dan menyelenggarakan kekuasaan
seperti yang ada dalam konstitusi.
1. Hukum dalam Mempengaruhi Kekuasaan
Kekuasaan tanpa suatu aturan maka akan mengkondisikan keadaan seperti
hal nya hutan rimba yang hanya berpihak kepada yang kuat dalam dimensi
sosial. Disnilah hukum berperan dalam membentuk rambu-rambu cara
bermain pihak-pihak yang berada di lingkaran kekuasan. Hal tersebut bisa
ditemui di konstitusi dimana konstitusi secara garis besar berisi tentang
bagaimana mengatur, membatasi dan menyelenggarakan kekuasaan dan
mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Peran hukum dalam mengatur
kekuasaan berada dalam lingkup formil.Kekuasaan yang diatur hukum
merupakan untuk kepentingan masyarakat luas agar masyarakat yang
merupakan objek dari kekuasaan tidak menjadi korban dari kekuasaan.Selain
sebagai kepentingan masyarakat, hukum dalam mempengaruhi kekuasaan juga
berguna sebagai aturan bermain pihak-pihak yang ingin berkuasa atau merebut
kekuasaan. Aturan tersebut berguna sebagai cara main yang fair yang bisa
mngkoordinir semua pihak yang terlibat dalam kekuasaan.
Hukum dalam hal ini tidak hanya mengatur masyarakat tetapi juga mengatur
pihak-pihak yang memiliki kekuasaan.
2. Kekuasaan dalam Mempengaruhi Hukum
Eksistensi hukum tanpa ada kekuasaan yang melatar belakanginya
membuat hukum menjadi mandul. Oleh karena itu perlunya suatu kekuasaan
yang melatar belakangi hukum. Muncul pertanyaan bagaimana kekuasaan
yang hanya dipegang oleh segelintir orang bisa dipercaya untuk
mempengaruhi hukum yang bertujuan untuk mengatur masyarakat. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut maka bisa didekati dengan metode konseptual
bukan empiris karena secara empiris kebanyakan hukum hanya digunakan
untuk melegalkan kepentingan penguasa saja.
Kekuasaan diperlukan oleh karena hukum bersifat memaksa. Tanpa
adanya kekuasaan, pelaksanaan hukum di masyarakat akan mengalami
hambatan-hambatan. Semakin tertib dan teratur suatu masyarakat, makin
berkurang diperlukan dukungan kekuasaan. Hukum itu sendiri sebenarnya
juga adalah kekuasaan. Hukum merupakan salah satu sumber kekuasaan.
Selain itu hukum pun merupakan pembatas bagi kekuasaan, oleh karena
kekuasaan itu mempunyai sifat yang buruk, yaitu selalu merangsang
pemegangnya untuk ingin memiliki kekuasaan yang di miliki oleh
kelebihannya.

Pola hubungan hukum dan kekuasaan ada dua macam:

1. Hukum adalah kekuasaan itu sendiri. Menurut Lessalle dari sudut


kekuasaan, aturan-aturan hukum yang tertuang dalam konstitusi suatu
negara merupakan deskripsi struktur kekuasaan yang terdapat dalam
negara dan hubungan-hubungan kekuasaan diantara lembaga-lembaga
negara. Hakekat hukum dalam konteks kekuasaan menurut Karl
Olivercona antara lain daripada“kekuatan yang terorganisasi”, dimana
hukum adalah “seperangkat aturan mengenai penggunaan kekuatan”.
2. Bentuk kekuasaan itu memiliki esensi dan ciri-ciri yang berbeda satu sama
laindan bersifat hirarkis, kekuasaan tertinggi adalah kedaulatan, yaitu
kekuasaan Negara secara definitif untuk memastikan aturan-aturan
kelakuan dalam wilayahnya, dan tidak ada pihak, baik di dalam maupun di
luar negeri, yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau melakukan
sesuatu. Kedaulatan adalah hak kekuasaan mutlak, tertinggi,tak terbatas,
tak tergantung, dan tak terkecuali.
Hak dapat pula diartikan sebagai kekuasaan yang dipunyai seseorang
untuk menuntut pemenuhan kepentingannya yang dilindungi oleh hukum
dari orang lain, baik dengan sukarela maupun dengan paksaan.Hukum ada
karena kuasa yang sah dan sebaliknya perbuatan penguasa diatur oleh
hukum yang dibuatnya. Namun apabila terjadi pertentangan maka energi
hukum sering kalah kuat dengan energi kekuasaan. Akibatnya model
hukum akan melahirkan hukum yang bersifat konservatif dan ortodok.
Sebaliknya dalam kekuasaan yang demokratif akan melahirkan hukum
yang bersifat responsif dan populis.

Adapun yang dapat dijadikan catatan, yaitu:

- Hukum yang bersifat imperatif tetapi realitasnya tidak semua taat


sehinggamembutuhkan dukungan kekuasaan, besarya kekuasaan
tergantung pada tingkatkesadaran hukum masyarakat.
- Dalam praktek, kekuasaan sering bersifat negatif yaitu berbaur melampaui
batas- batas kekuasaaan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum dan kekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan suatu
unsur yang mutlak dalamsuatu masyarakat hukum dalam arti masyarakat
yang diatur oleh dan berdasarkan hukum.
Kekuasaan adalah fenomena yang beraneka ragam bentuknya dan
banyak macam sumbernya.
Hubungan hukum dan kekuasan dalam masyarakat dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa hukum memerlukan kekuasaan bagi
pelaksanaannya, sebaliknya kekuasaan itu sendiri ditentukan batas-
batasnya oleh hukum. Secara teoritis hubungan antara hukum dan
kekuasaan memang sangat erat kaitannya, di mana hubungan antara
hukum dan kekuasaan yaitu sebagaidas sollen hukum determinan atas
kekuasaan karena setiap kekuasaan harus tunduk pada aturan-aturan
hukum.
Hukum merupakan produk kekuasaan, karena hukum merupakan
resultante-resulatante penguasa yang dibentuk tidak lain sebagai
kristalisasi dari kehendak penguasa
Hukum dan kekuasaan dalam konteks penegakan hukum di mana
jelas bahwa hukum dankekuasaan berhubungan secara interdeterminan,
karena kekuasaan tanpa hukum merupakan kezaliman sedangkan hukum
tanpa kekuasaan akan lumpuh.
Kekuasaan sering bersumber pada wewenang formal yang
memberikan wewenang atau kekuasaan kepada seseorang atau suatu pihak
dalam suatu bidang tertentu. Kekuasaan itu juga bersumber pada hukum
yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur pemberian wewenang
tadi.

3.2 Saran
Adapun saran kami, antara lain sebagai berikut:
1. Semoga semakin banyak literatur yang membahas tentang hukum serta
kekuasaan demi kelancaran penyusunan tugas berikutnya.
2. Semoga masyarakat dapat menggunakan kekuasaan yang mereka
miliki dengan tepat serta menaati hukum yang berlaku di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
http://blogperadilan.blogspot.com/2011/05/filsafat-hukum-hukum-dan-
kekuasaan.html

http://indriindriyanii.blogspot.com/2012/11/hukum-dan-kekuasaan.html

http://samardi.wordpress.com/2011/11/01/hubungan-hukum-dan-
kekuasaan/

http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/02/makalah-hubungan-hukum-
dan-kekuasaan.html

Anda mungkin juga menyukai