Disusun Oleh:
Kelompok 1
Aji Anella Amayaffa (2008016165)
Andi Besse Daratakku Matasae (2008016182)
Delma Putriani Fatara (2008016177)
Faza Al-Razzaq Kurniawan (2008016179)
Gella Arimby (1708015059)
Levis Yoal (2008016267)
Muhammad Pandhu Febricko (2008016192)
Napitupulu Antonius Adolf (2008016169)
Nur Indah Permata Sari (2008016186)
Padang Sirante Novryansya Ekaristo (2008016189)
Sefryan Jodi Gumilar (1708015078)
Tarigan, Ayub Febrianta (2008016171)
Wina Oshi Oktasya (2008016176)
Wiranthy Rara Rante Marampa (2008016181)
1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah untuk mata kuliah Hukum
Adminitrasi Negara yang dimana pada kali ini kelompok kami akan membahas mengenai
“Kedudukan Pemerintah Dalam Hukum Publik.”
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan
makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan terdapat kekurangan baik dalam segi penyusunan
bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami membutuhkan masukan berupa kritik dan saran
yang dapat menjadikan koreksi untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami sebagai
penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaat dan
besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca.
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, setiap
penyelenggaraan pemerintahan haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku. Dalam negara
hukum, hukum ditempatkan aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan, pemerintah, dan
kemasyarakatan. Sementara tujuan negara hukum itu sendiri adalah terciptanya kegiatan
kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan yang bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan
kemanfaatan. Eksistensi hukum public diharapkan dapat mengetahui batas-batas dan hakekat
kekuasaan, tujuan, dan sifat daripada kewajiban-kewajiban, juga bagaimana bentuk-bentuk
sanksinya bilamana terjadi pelanggaran di dalam pemerintahan.
Sebagai negara hukum sudah seharusnya negara tidak boleh melaksanakan aktivitasnya
atas dasar kekuasaan belaka, tetapi harus berdasar pada hukum di Indonesia. Pengaturan kepada
rakyat yang dilakukan oleh pemerintah mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Dalam
pergaulan hukum di masyarakat, pemerintah dapat menempatkan dirinya sebagai subjek hukum
yang melakukan hubungan hukum dengan warga negara baik di dalam hukum publik maupun
hukum privat. kedudukan hukum pemerintah berdasarkan hukum publik adalah sebagai wakil
(Vertegenwoordiger) dari jabatan pemerintahan. Ketika pemerintah melakukan tindakan hukum
dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum, maka tindakan tersebut diatur dan tunduk
pada ketentuan hukum keperdataan, sedangkan ketika pemerintah bertindak dalam kapasitasnya
sebagai pejabat, maka tindakan itu diatur dan tunduk pada Hukum Administrasi Negara.
Menurut Chidir Ali, ada tiga kriteria menentukan status badan hukum publik yaitu,
pertama dilihat dari pendiriannya. Badan hukum itu diadakan dengan konstruksi hukum publik
yang didirikan oleh penguasa dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya. Kedua,
lingkungan kerjanya yaitu melaksanakan perbuatan-perbuatan publik. Ketiga, badan hukum itu
diberi wewenang publik seperti membuat keputusan atau peraturan yang mengikat umum.
Termasuk dalam katergori badan hukum publik, yaitu negara, provinsi, kabupaten, kota praja,
5
dan lain-lain. Pada perbuatan publik seperti membuat peraturan (regeling) mengeluarkan
kebijakan (beleid), menetapkan rencana (het plan), dan keputusan (beschikking), kedudukannya
adalah sebagai jabatan atau organisasi jabatan (ambtenorganisafie). Sebagai jabatan, ia diserahi
kewenangan public (publiekbevoegdheid) yang diatur dan tunduk pada hukum publik. Indroharto
menyebutkan bahwa lembaga-lembaga hukum publik itu memiliki kedudukan yang mandiri
dalam statusnya sebagai badan hukum (perdata).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian penulis mengenai latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara hukum publik dengan tindakan publik?
2. Apa saja perbedaan kedudukan pemerintah dalam hukum publik dan privat?
3. Apa saja isi dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 mengenai kedudukan
pemerintah dalam hukum publik?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup dari kedudukan pemerintah dalam hukum
publik dan mengembangkan pengetahuan yang baru akan pentingnya kedudukan pemerintah
dalam hukum administrasi Negara bagi pembaca.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Komisi Van Poelje, tindakan hukum public adalah tindakan-tindakan hokum
yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan. Tindakan hukum publik
ini dilakukan berdasarkan kewenangan pemerintah yang bersifat hukum publik yang hanya dapat
lahir dari kewenangan yang bersifat hukum publik pula.
Tindakan hukum publik yang bersifat sepihak (bersegi satu) yang dilakukan oleh alat-alat
perlengkapan pemerintah ini disebut beschiking", yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan
istilah ketetapan atau keputusan", sedangkan tindakan hukum publik yang bersegi dua atau lebih,
misalnya perjanjian kontrak kerja dengan pemerintah, atau "kortverband contract” (perjanjian
kerja yang berlaku selama jangka pendek, yang dilakukan antara swasta dengan pemerintah).
Tindakan hukum publik yang bersegi satu maupun bersegi dua dapat dikatagorikan
menjadi tiga bagian, yakni:
1) Tindakan membuat keputusan (beschikking); Tindakan hukum publik yang bersifat
sepihak (bersegi satu) dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:
a) Sepihak - konkrit - individual;
7
b) Sepihak - konkret - umum; dan
c) Lebih dari satu jabatan tata usaha negara - konkrit -umum.
2) Tindakan membuat peraturan (regeling), dan Tindakan hukum pemerintah bidang hukum
publik ini yang juga bersifat sepihak (bersegi satu) dan peraturan yang dikeluarkan
bersifat umum-abstrak. Tindakan hukum dapat berbentuk peraturan pemerintah,
peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan gubernur dan lain- lain.
3) Tindakan materiil (materiele daad). Tindakan yang dilakukan dalam bentuk tindakan
materiil dilakukan untuk kepentingan umum yang melibatkan dua pihak atau lebih, yakni
pemerintah dan sipil (swasta) maupun pihak-pihak lain.
Tindakan hukum publik ini, misalnya membuat perjanjian kerja, membuat memorandum
of understanding (MOU), vortband contract, dan sebagainya. Tindakan pemerintah yang
berbentuk hukum privat merupakan tindakan pemerintah dalam kedudukannya bukan sebagai
pemerintah. Tindakan ini sebagai wakil dari badan hukum (lichaam) dan bukan tugas untuk
kepentingaan umum, sehingga tindakannya didasarkan pada ketentuan hukum privat
(keperdataan). Apabila pemerintah bertindak dalam kualitasnya sebagai pemerintah, maka
hukum publiklah yang berlaku dan apabila bertindak tidak dalam.
8
Tindakan hukum publik berarti tindakan hukum yang dilakukan tersebut didasarkan padahukum
publik atau yaitu tindakan hukum yang dilakukan berdasarkan hukum publik, sedangkan
tindakan hukum privat adalah tindakan hukum yang didasarkan pada ketentuan hukum
keperdataan.
Tindakan pemerintahan itu diatur oleh hukum privat atau hukum publik, maka secara
teoritis bisa dilihat dari kedudukan pemerintah saat menjalankan tindakan tersebut. Jika
pemerintah bertindak dalam kualitasnya sebagai pemerintah, maka hanya hukum publik yang
berlaku, jika pemerintah bertindak tidak dalam kualitas pemerintah, maka hukum privat yang
berlaku. Dengan kata lain, ketika pemerintah terlibat dalam pergaulan keperdataan dan bukan
dalamkedudukannya sebagai pihak yang memelihara kepentingan umum, ia tidak berbeda
dengan pihak swasta yaitu tunduk pada hukum privat. Cara lain adalah dengan melakukan
pembedaan antara overheid sebagai pemegang kewenangan pemerintahan dengan lichaam
sebagai badan hukum.
Contohnya bisa dilihat dalam pemerintahan daerah, yang kita pahami daerah
sebagai badan hukum public satu sisi sebagai overheid dan di sisi lain sebagai licham. Sebagai
overheid, daerah melaksanakan kewenangan atau tugas-tugas pemerintahan yang diberikan dan
diatur oleh ketentuan hukum publik. Sebagai licham, daerah adalah sebagaiwakil dari badan
hukum yang dapat bertindak dalam lapangan keperdataan dan tunduk pada ketentuan hukum
perdata. Contoh konkretnya adalah ketika misalnya sebuah Kabupaten membeli beberapa mobil
atau bus baru untuk kepentingan perusahaannya, Kabupaten melaksanakan perjanjian jual beli
9
yang didasarkan pada hukum perdata. Disebutkan juga bahwa sebagaimana badan hukum privat,
Kabupaten adalah pemikul hak dan kewajiban keperdataan, Kabupaten dapat melakukan
berbagai tindakan hukum berdasarkan hukum perdata, ia dapat terlibat dalam lalu lintas
pergaulan hukum “biasa”. Apabila Kabupaten melakukan tindakan tersebut, secara prinsip
kedudukannya sama dengan seseorang atau badan hukum. Dengan demikian, pemerintah
(pemerintah daerah) dapat melakukan perbuatan atau tindakan hukum publik dan tindakan
hukum keperdataan.
10
merupakan tugas yang sangat luas. Begitu luasnya cakupan tugas Administrasi Pemerintahan
sehingga diperlukan peraturan yang dapat mengarahkan penyelenggaraan Pemerintahan menjadi
lebih sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat (citizen friendly), guna memberikan
landasan dan pedoman bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menjalankan tugas
penyelenggaraan pemerintahan. Ketentuan penyelenggaraan Pemerintahan tersebut diatur dalam
sebuah Undang-Undang yang disebut Undang-Undang Administrasi Pemerintahan. Undang-
Undang Administrasi Pemerintahan menjamin hak- hak dasar dan memberikan pelindungan
kepada Warga Masyarakat serta menjamin penyelenggaraan tugas-tugas negara sebagaimana
dituntut oleh suatu negara hukum sesuai dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 D ayat (3), Pasal 28
F, dan Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11
sebuah negara tidak dengan sendirinya baik secara keseluruhan maupun sebagian dapat terwujud.
Pengaturan Administrasi Pemerintahan dalam Undang-Undang ini menjamin bahwa Keputusan
dan/atau Tindakan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan terhadap Warga Masyarakat tidak dapat
dilakukan dengan semena-mena. Dengan Undang-Undang ini, Warga Masyarakat tidak akan
mudah menjadi objek kekuasaan negara. Selain itu, Undang-Undang ini merupakan transformasi
AUPB yang telah dipraktikkan selama berpuluh-puluh tahun dalam penyelenggaraan
Pemerintahan, dan dikonkretkan ke dalam norma hukum yang mengikat. AUPB yang baik akan
terus berkembang, sesuai dengan perkembangan dan dinamika masyarakat dalam sebuah negara
hukum. Karena itu penormaan asas ke dalam Undang-Undang ini berpijak pada asas- asas yang
berkembang dan telah menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia selama
ini.
12
dengan individu atau individu dengan badan hukum dan sebaliknya. Menurut Wiryono
Rodjodikoro hukum publik terbagi kedalam 3 golongan hukum yaitu:
1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Tata Usaha Negara
3. Hukum Pidana
Secara historis hukum administrasi merupakan perpanjangan dari hukum tata negara, dan
melengkapi hukum tata negara. Hukum administrasi pada mulanya merupakan bagian dari
hukum tata negara. Oleh karena muncul kaidah hukum baru dalam studi hukum administrasi.
Ada pendapat lain, bahwa hukum administrasi terdiri dari apa yang tersisa dari hukum pulik
yang sudah dikurangi dengan hukum pidana dan hukum acara pidana. Masing-masing hukum
publik memilik hukum yang bersifat materiil maupun formil. Hukum materiil adalah kaidah-
kaidah atau norma yang berisi perintah, larangan, dispensasi atau pembebasan, ijin, serta sanksi
yang dibentuk dan bersifat memaksa untuk mengaturkehidupan masyarakat. Sedangkan hukum
formil adalah kaidah atau norma yang mengatur tentang bagaimana cara menerapkan dan
menegakkan hukum materiil atau sebagai hukum acara.
Pemerintah dalam melakukan tindakan memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu primer (pelayanan)
dan sekunder (pemberdayaan), sebagai penyelenggaraan pembangunan dan melakukan program
pemberdayaan. Dalam hukum publik dan hukum privat, pemerintah memiliki kedudukan yang
berbeda, tentunya fungsi juga berbeda. Dalam hukum publik, pemerintah melekat hak dan
kewajiban dengan wewenang dan kewenangan untuk melakukan putusan dan/atau tindakan
hukum. Sedangkan dalam hukum privat, kedudukan pemerintah sama seperti orang atau
13
perorangan. Ini menempatkan pemerintah sama secara keperdataan dalam sengketa keperdataan
dalam peradilan umum.
Dalam penyelenggaraan administrasi, melekat hak dan kewajiban bagi badan dan/atau
pejabat pemerintahan. Penggunaan asas hukum dinormakan, masih menimbulkan pro dan kontra.
Konstruksi hukum yang dibangun asas ialah prinsip-prinsip yang dianggap dasar atau
fundamental hukum. Di mana dalam asas hukum terkandung nilai-nilai yang menjadi titik tolak
bagi pembentukan dan interprestasi undang-undang. Asas hukum tidak dapat diabstrakan lagi
karena asas adalah norma dasar yang paling umum. Sebaliknya UU AP ini, asas-asas menjadi
titik tolak berpikir dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan.
Subyek hukum dari hukum administrasi Negara adalah badan dan/atau pejabat
pemerintah, yang melekat hak dan kewajiban pejabat pemerintahan dalam perspektip hukum
publik. Negara adalah organisasi jabatan. Jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang
diadakan dan dilakukan guna kepentingan Negara.
Menurut indroharto, ukuran untuk dapat disebut badan atau pejabat Tata Usaha Negara
(TUN) merupakan fungsi yang dilaksanakan, bukan nama sehari-hari, bukan kedudukan
strukturalnya dalam salah satu lingkungan kekuasaan dalam Negara. Lebih lanjut indroharto
mengelompokkan organ pemerintah atau TUN di antaranya:
a. Instansi-instansi resmi pemerintahan yang berada di bawah presides sebagai kepala
eksekutif;
b. Instansi-instansi dalam lingkungan Negara di luar lingkungan kekuasaan eksekutif yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan melaksanakan urusan pemerintahan;
c. Badan-badan hukum perdata yang didirikan oleh pemerintah yang di maksud untuk
melaksanakan tugass-tugas pemerintahan;
d. Instansi-instansi yang merupakan kerjasamaa antara pihak pemerintah dengan pihak
swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan;
e. Lembaga-lembaga hukum swasta yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan sistem perizinan melaksanakan tugas pemerintahan.
14
Pejabat pemerintahan melekat hak dan kewajiban dalam menyelenggarakan administrasi
pemerintahan. Hak pejabat pemerintahan antara lain:
a) Memiliki hak menggunakan kewenangan dalam mengambil keputusan dan/atau tindakan
dalam penyelenggaraaan administrasi. Ini berupa:
(1) Melaksanakan kewenangan yang dimiliki berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan AUPB. Maksudnya setiap pejabat pemerintah yang
melekat wewenang dan kewenangan dalam membuat keputusan dan/atau tindakan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Menyelenggarakan aktivitas pemerintahan berdasarkan kewenangan yang dimiliki.
Pejabat pemerintahan atas segala aktivitas dalam penyelenggaraan administrasi
pemerintahan berdasarkan kewenangan yang dimiliki.
(3) Menetapkan keputusan berbentuk tertulis atau elektronis dan/atau menetapkan
tindakan. Setiap pejabat pemerintah berhak membuat, dan menetapkan keputusan
dan/atau tindakan yang terkait penyelenggaraan pemerintahan, baik berbentuk
tertulis, dan elektronis(medos).
(4) Menerbitkan atau tidak menerbitkan, mengubah, mengganti, atau mencabut,
menunda, dan/atau membatalkan keputusan dan/atau tindakan.
(5) Menggunakan diskresi sesuai dengan tujuannya. Pejabat pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan dapat menggunakan deksresi sesuai dengan tujuan,
maksud, dan aturannya dalam membuat keputusan dan/atau tindakan.
(6) Mendelegasikan dan memberikan mandat kepada pejabat pemerintahan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturab perundang-undangan.
(7) Menunjuk pelaksana harian atau pelaksana tugas untuk melaksanakan tugas apabila
tugas apabila pejabat definitif berhalangan.
(8) Menerbitkan izin, dispensasi, dan/atau konsesi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(9) Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan
tugasnya.
(10) Memperoleh bantuan hukum dalam melaksanakan tugasnya.
(11) Menyelesaikan sengketa kewenangan di lingkungan atau wilayah kewenangannya.
15
(12) Menyelesaikan upaya administrasi yang diajukan masyarakat atas keputusan
dan/atau tindakan yang dibuatnya.
(13) Menjatuhkan sanksi administrasi kepada bawahan yang melakukan pelanggaran
sebagaimana diatur dalam undang-undang.
16
(12) Mematuhi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
Selain hak dan kewajiban badan dan/pejabat pemerintahan, ada fungsi pemerintahan
dalam administrasi pemerintahan yang terdiri:
a) Fungsi pelayanan, ini terkait dengan pelayanan publik dan pelayanan sipil.
b) Fungsi pengaturan, dalam hal pemerintah, melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan
c) Pembangunan, ini terkait pembangunan infrastruktur dan pembangunan mental
sumber daya manusia;
d) Pemberdayaan, ini mendukung mengelola sumber daya secara maksimal; dan
e) Perlindungan, ini kaitan upaya untuk memberi perlindungan pada warga masyarakat
baik preventif (pencegahan), dan represif.
17
1) Menciptakan tertib penyelenggaraan administrasi pemerintahan.
2) Menciptakan kepastian hukum.
3) Mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang.
4) Menjamin akuntabilitas badan dan/atau pejabat pemerintahan.
5) Memberikan perlindungan hukum kepada warga masyarakat dan aparatur pemerintah.
6) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menerapkan asas-asas yang
baik.
7) Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warga masyarakat.
Pada dasarnya hak dan kewajiban pejabat pemerintahan dalam UU AP, dirinci secara
detail mengenai hak dan wewenang apa yang melekat pada pejabat pemerintahan. Pada
prakteknya badan dan/atau pejabat pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak
tahu persis apa yang menjadi hak kewajibannya. Di sisi lain ada warga masyarakat yang
berinteraksi dengan badan dan/atau pejabat pemerintah yang terkait putusan dan/atau tindakan,
wajib memberikan kesempatan untuk didengar pendapat, saran dan kritik sesuai dengan
18
ketentuan peraturan perundang-undangan. Konstruksi hak dan kewajiban pejabat pemerintahan,
yaitu melekat kewenangan dalam mengambil putusan dan/atau tindakan. Bentuk putusan
dan/atau tindakan pejabat pemerintah ini adalah tertulis maupun elektronis.
Hal ini tidak koheren dengan konstruksi dalam UU PTUN, yang menyebutkan keputusan
Tata Usaha Negara (KTUN) adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan dan
atau pejabat tata usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagiseseorang atau badan hukum. Ketidaksinkronan ini pada
prakteknya akan bermasalah dalam UU PTUN dalam mengadili keputusan elekrtonis.
Keputusan itu bisa dalam bentuk tertulis dan bentuk elektronis, yaitu keputusan yang
dibuat dan disampaikan menggunakan atau memanfaatkan media, disini ada legalisasi, keputusan
elektronis dalam rangka mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, supaya memudahkan
dalam pelayanan publik antara pemerintah dengan warga masyarakat dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
19
2) Konsesi adalah keputusan pejabat pemerintahan yang berwenang sebagai persetujuan dari
kesepakatan badan dan/atau pejabat pemerintahan dalm pengelolaan fasilitas umum
dan/atau sumber daya alam dan pengelolaan lainnya sesuai praturan perundang-
undangan.
3) Dispensasi adalah keputusan pejabat pemerintahan yang berwenang sebagai wujud
persetujuan atas permohonan warga masyarakat yang merupakan pengecualian terhadap
suatu larangan atau perintah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Ini
perkecualian atas suatu persetujuan permohonan warga masyarakat.
Keputusan dan/atau tindakan harus ditetapkan dan/atau dilakukan oleh badan dan/atau
pejabat pemerintahan yang berwenang, dalam hal ini menggunakan wewenang wajib
berdasarkan per-UU. Intinya setiap keputusan yang dibuat oleh pejabat pemerintahan harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar kewenangan.
20
kemanfaatan umum sesuai dengan AUPB.
Hal ini dalam pertimbangan kemanfaatan umum atas 1 (satu) keputusan dan/atau
tindakan tidak boleh melanggar norma-norma agama, sosial, dan kesusilaan. Kemanfaatan umum
harus memberikan dampak kesejahteraan dan kepentingan warga masyarakat, kepentingan warga
masyarakat tidak boleh dijadikan obyek bagi pejabat pemerintahan.
21
2) Kewenangan delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari badan dan/atau pejabat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat pemerintahan yang lebih
rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima
delegasi. Cara pemberian delegasi apabila:
a) Diberikan oleh badan atau pejabat pemerintahan kepada badan atau pejabat
pemerintahan.
b) Ditetapkan dalam peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan daerah.
c) Wewenang itu merupakan pelimpahan atau sebelumnya yang telah ada.
Badan atau pejabat pemerintahan yang memperoleh wewenang melalui delegasi dapat
mensub delegasikan tindakan kepada badan atau pejabat pemerintahan lain dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Dituangkan dalam bentuk peraturan sebelum wewenang dilaksanakan.
b) Dilakukan dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri.
c) Paling banyak diberikan kepada badan atau pejabat pemerintahan satu tingkat
dibawahnya.
Yang dimaksud tugas rutin adalah dalam pelaksanaan tugas jabatan atas nama pemberi
mandat yang bersifat pelaksanaan tugas jabatan dan tugas sehari-hari, pelaksanaan tugas rutin ini
oleh pejabat pemerintahan terdiri atas:
a) Pelaksanaan harian yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang
berhalangan sementara.
b) Pelaksanaan tugas yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan
tetap.
22
Pada intinya badan atau pejabat pemerintahan dapat memberikan mandat badan atau
pejabat pemerintahan lain yang menjadi bawahannya, kecuali ditemtukan lain dalam ketemtuan
perundangan dan pejabat pemerintahan yang menerima mandat harus menyebutkan atas nama
badan atau pejabat pemerintahan yang memberikan mandat. Contoh menyebut atas nama (a.n),
untuk beliau (u.b), melaksanakan mandat (m.m), dan melaksanakan tugas (m.t). Disisi lain badan
atau pejabat pemerintahan yang memberikan mandat dapat menggunakan sendiri wewenang
yang telah diberikan melalui mandat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sehubungan dengan kewenangan, ada hal yang perlu dipahami oleh seorang pejabat
pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan yaitu pembatasan kewenangan dalam UU
AP dalam rangka membatasi gerak pejabat, agar tidak merugikan warga masyarakat. Batasan
wewenang badan atau pejabat pemerintahan yaitu:
a) Masa atau tenggang waktu wewenang.
b) Wilayah atau daerah berlakunya wewenang.
c) Cakupan bidang atau materi wewenang.
23
Penyelesaian sengketa kewenangan berada antara atasan pejabat pemerintah yang
bersengketa melalui koordinasi untuk menghasilkan kesepakatan, kecuali ditentukan lain dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kesepakatan ini mengikat para pihak yang
bersengketa sepanjang tidak merugikan keuangan negara, aset negara, dan lingkungan hidup.
Penyelesaian kewenangan di lingkungan pemerintahan pada tingkat akhir diputuskan oleh
Presiden, penyelesaian kewenangan yang melibatkan lembaga negara diselesaikan di Mahkamah
Konstitusi (MA), dan sengketa yang menimbulkan kerugian keuangan negara, aset negara, dan
lingkungan hidup diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, bisa
korupsi, penggelapan, tindak pidana, dan lain sebagainya.
Adapaun larangan penyalahgunaan wewenang yang tidak boleh dilakukan oleh badan
atau pejabat pemerintahan, yaitu:
a) Larangan melampaui wewenang.
b) Larangan mencampur adukkan wewenang.
c) Larangan bertindak sewenang-wenangnya.
24
a) Tidak tersapat kesalahan.
b) Terdapat kesalahan administrasi.
c) Terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara. (untuk
kesalahan administrasi akan ditindak lanjuti dalam bentuk penyempurnaan administrasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jadi disini badan atau pejabat pemerintahan dapat mengajukan permohonan kepada
pengadilan untuk menilai ada atau tidak adanya unsur penyalahgunaan wewenang dalam
keputusan atau tindakan. Kemudian pengadilan wajib untuk memutus permohonan paling lama
21 hari kerja sejak permohonan diajukan, dan apabila tidak sesuai badan atau pejabat
pemerintahan dapat mengajukan banding ke PTUN. PTUN wajib memutus permohonan banding
paling lama 21 hari sejak permohonan banding, dimana putusan bersifat final dan mengikat.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum publik merupakan sederet aturan yang mengatur bagaimana hubungan warga
negara dengan negaranya yang menyangkut kepentingan umum. Hukum publik juga dapat
dikatakan sebagai suatu aturan yang mengatur masayarakat, sehingga hukum publik juga dapat
disebut dengan hukum negara. Hukum publik negara adalah organisasi jabatan dan diantara
jabatan-jabatan ini ada jabatan pemerintah. Didalam hukum mengenai badan hukum, kita
mengenal perbedaan antara badan hukum dan organ-organnya. Badan hukum adalah pendukung
hak-hak kebendaan (harta kekayaan).
26
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ridwan HR, “Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi”, Ctk, keenam, Rajawali
Pers,Depok,2018
Lailam, Tanto “Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara”, Prudent Media, Prenggan,
Kotagede, Yogyakarta, 2011
https://media.neliti.com/media/publications/240361-eksitensi-perlindungan-hukum-
warga-negar-968cc64c.pdf
https://www.researchgate.net/publication/336879057_Kedudukan_Pemerintah_dalam_H
ukum_Publik
https://amulyadik.wordpress.com/2015/03/18/kedudukan-pemerintah-dalam-hukum-
publik-dan-privat/
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-30-2014-administrasi-pemerintahan
https://studylibid.com/doc/121397/kedudukan--kewenangan--dan-tindakan-pemerintah
https://www.kasn.go.id/regulasi/undang-undang?download=27:undang-undang
https://www.google.co.id/amp/s/www.jogloabang.com/pustaka/uu-30-2014-administrasi-
pemerintahan%3famp
27