HTP
DISUSUN OLEH:
MARJUNI (191502674)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehairat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmadnya
sehingga kami dapat menyelasaikan makalah yang berjudul”Komunikasi Politik”
pembelajaran ini tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari dosen pengampuh mata kuliah ”Hukun Tata
Pemerintahan”.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menembah wawasan tentang
pembelajaran dan strategi ilmu Pemerintahan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang membanggun
kesempurnaan makalah ini.
Tim penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia tidak saja tipe negara kesejahteraan modern yang menjadi pilihan
akan tetapi pendiri negara menetapkan juga pilihannya pada negara
berdasarkan atas hukum dan bukan pada negara atas rule of law. Pilihan
demikian melahirkan sejumlah realitas perlakuan hukum tata pemerintahan
yang cenderung diam di tempat ketika menghadapi tuntutan reformasi dalam
berbagai bidang apalagi dengan semakin menguatnya dorongan demokrasi
substansial yang mendesak berakhirnya keberlakuan demokrasi procedural.
Hal ini yang membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai hukum
pemerintahan heteronom, mulai dari pegertian, bentuk, asas – asas yang
1
berlaku dan akibat hukum yang ditimbulkan dalam pemberlakuan hukum tata
pemerintahan heteronom. Dalam pergaulan hukum di masyarakat, pemerintah
dapat menempatkan dirinya sebagai subjek hukum yang melakukan hubungan
hukum dengan warga negara baik di dalam hukum publik maupun hukum
privat. Kedudukan
pemerintah dalam hukum privat adalah sebagai wakil dari badan hukum
publik, sedangkan kedudukan hukum pemerintah berdasarkan hukum publik
adalah sebagai wakil (vertegenwoordiger) dari jabatan pemerintahan. Negara
Indonesia adalah negara hukum yang bertujuan mewujudkan tata kehidupan
negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tentram, serta tertib. Dalam usaha
mewujudkan tujuan tersebut di atas, sesuai dengan sistem pemerintahan
negara yang dianut dalam UUD 1945, melalui aparaturnya, pemerintah harus
berperan aktif dan positif. Negara merupakan organisasi tertinggi di antara
satu atau beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai cita untuk bersatu
hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan berdaulat
Ketiga, negara menjadi wasit yang tidak memihak antara pihakpihak yang
berkonflik dalam masyarakat serta menyediakan suatu sistem yudisial
yang menjamin keadilan dasar dalam hubungan kemasyarakatan.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
BAB II
3
PEMBAHASAN
Peraturan yang ada dalam hukum administrasi heteronom wajib ditaati oleh
seluruh pihak yang bersangkutan. Ini merupakan pedoman paling mendasar bagi
buruh dan pengusaha ketika menjalankan sebuah bisnis. Hukum administrasi
heteronom yang dibuat oleh pemerintah tersebut berfungsi sebagai alat ukur untuk
menentukan standard ideal dalam sebuah hubungan kerja. Saat ini, ada beberapa
aturan tentang perburuhan dan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia.
Bentuknya pun berbeda-beda berdasarkan hierarki perundang-undangan yang ada.
Hierarki yang dimaksud adalah Undang-Undang Dasar 1945, TAP MPR, Undang-
Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. Contoh dari Hukum Administrasi Negara Heteronom di bidang
pendidikan yaitu PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
4
Penyelenggaraan Pendidikan kemudian, hukum administrasi negara heteronom
yang berlaku dalam hubungan kerja antara buruh dan pengusaha antara lain adalah
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Aturan hukum tata pemerintahan heteronom dalam arti sempit yaitu dilihat
dari bentuk terjadinya maka hukum tata pemerintahan heteronom dalam lokus
pemerintahan NKRI dapat dibagi atas Peraturan Pusat dan Peraturan Daerah.
Bentuk Hukum Tata Pemerintahan Heteronom mulai dari peraturan dasar negara
hingga peraturan daerah secara berturut – turut dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Undang – Undang Dasar sebagai aturan dasar yang tertinggi, sebagai norma
pokok yang mendasar karena isi dan terjadinya. Karena isinya memuat asas
kerohanian negara sedangkan terjadinya dikehendaki dan dibentuk oleh
pembentuk negara untuk mengatur hubungan hukum antar kelembagaan negara
dan hubungannya dengan warga negara serta peraturan dasar lainnya berkenaan
dengan hukum peralihan dan tambahan sebagai penyempurna suatu konstitusi atau
konstitusi dalam kerangka pendekataan secara holistik.
5
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang sebagai aturan karena
terjadinya dikehendaki oleh Pemerintah namun dalam kekuatan berlakunya sama
dengan Undang – Undang dan dari segi isi memuat aturan yang pada prinsipnya
harus diberlakukan melalui Undang – Undang dan karena sifatnya sangat
mendesak dan ada karena alasan secara yuridis membenarkan dan hanya berlaku
dalam waktu tertentu seperti Perpu tentang APBN yang tidak disetujui oleh DPR
sehingga Undang – Undang tentang APBN tahun lalu yang diberlakukan.
6
2) Asas Leg Posteriore Lex Priori
Asas yang kedua dimaksudkan bahwa Undang – Undang yang berlaku belakangan
membatalkan Undang – Undang yang berlaku terdahulu dimana hal yang diatur
oleh kedua Undang – Undang tersebut mengenai hal yang tertentu walau dalam
makna dan tujuan berbeda atau sekalipun bertentangan. Asas ini biasanya
digunakan baik dalam hukum nasional maupun internasional.
Asas yang keempat tidak berlaku universal artinya tidak semua negara yang
menganutnya seperti AS. Di Indonesia pernah berlaku pada saat berlakunya
UUDS 1950. Bisa dilihat pada pasal 95 ayat 2. Maksud dari asas ini adalah bahwa
Undang – Undang tidak dapat diuji oleh Undang – Undang Dasar walaupun
ternyata Undang – Undang itu bertentangan dengan Undang – Undang Dasar.
Hakim sekalipun tidak memiliki kewenangan untuk mengujinya. Ini dimaksud
untuk melindungi hak dan kewenangan pembuat Undang – Undang tersebut.
5) Asas Welvaastaat
7
2.4 AKIBAT HUKUM DALAM PEMBERLAKUAN HUKUM TATA
PEMERINTAHAN HETERONOM
Sebagai akibat hukum yang terjadi secara negatif adalah dapat berupa
hilangnya hak dan kewajiban dari yang melakukan perbuatan hukum, dapat
dibatalkannya perlakuan sesuatu aturan hukum atau beberapa pasal dalam aturan
perundangan yang diberlakukan (Faried, 2012:95).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Undang – Undang Dasar sebagai aturan dasar yang tertinggi, Undang – Undang
sebagai aturan yang karena terjadinya dikehendaki oleh lembaga pembuat Undang
– Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang –
Undang, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota.
Asas – asas dalam hukum tata pemerintahan heteronom sebagai berikut: Asas Leg
Special Derogate Leg Generalis, Asas Leg Posteriore Lex Priori, Asas Undang –
Undang Tidak Berlaku Surut, Asas Undang – Undang Tidak Dapat Diganggu
Gugat dan Asas Welvaastaat.
9
Akibat hukum dalam perlakuan hukum tata pemerintahan heteronom
berlangsung secara positif dan negatif. Secara positif, akibat hukum dari
perlakuan aturan hukum adalah terciptanya suasana tertib dan aman. Akibat
hukum yang terjadi secara positif lainnya adalah terwujudnya keseimbangan
dalam hubungan kekuasaan dan hubungan hak dan kewajiban. Sebagai akibat
hukum yang terjadi secara negatif adalah dapat berupa hilangnya hak dan
kewajiban dari yang melakukan perbuatan hukum, dapat dibatalkannya perlakuan
sesuatu aturan hukum atau beberapa pasal dalam aturan perundangan yang
diberlakukan (Faried, 2012:95). Akibat hukum lainnya secara negatif akan
terjadinya ketidaktertiban dalam pemerintah dan hal ini dapat terjadi ketika
pemegang kekuasaan melahirkan pemikiran dalam bentuk kebijakan yang akan
digulirkan tanpa kesepakatan dari pihak yang diperintah yaitu rakyat melalui
perwakilannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
11