Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HTP

HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM

DISUSUN OLEH:

EDO ABDULLAH (191502665)

KLARA RIKA SORO (191502670)

MARJUNI (191502674)

SESILIA HERNA (191502679)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


PERSADA KHATULISTIWA SINTANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN (PPKn)

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehairat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmadnya
sehingga kami dapat menyelasaikan makalah yang berjudul”Komunikasi Politik”
pembelajaran ini tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari dosen pengampuh mata kuliah ”Hukun Tata
Pemerintahan”.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menembah wawasan tentang
pembelajaran dan strategi ilmu Pemerintahan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang membanggun
kesempurnaan makalah ini.

Sintang, April 2021

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

2.1 PENGERTIAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONO.............................4


2.2 BENTUK HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM.................................5
2.3 ASAS DALAM HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM HETERONOM.......6
2.4 AKIBAT HUKUM DALAM PEMBERLAKUAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN
HETERONOM..................................................................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................9
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia adalah negara hukum, hal ini telah dijelaskan di dalam Pasal 1
ayat (3) Undang Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyebutkan : Negara
Indonesia adalah negara hukum. hal ini mendasarkan pada penjelasan UUD
1945 bahwa negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtstaat) dan tidak
berdasar atas kekuasaan semata (machstaat). Negara tidak boleh
melaksanakan aktivitasnya atas dasar kekuasaan belaka, tetapi harus berdasar
pada hukum,1 di Indonesia pengaturan kepada rakyat yang dilakukan oleh
pemerintah mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara.

Hukum tata pemerintahan merupakan hukum yang mengatur hubungan


yang menyangkut hak dan kewajiban pemerintah dengan pihak yang
diperintah. Sebagai suatu kajian ilmiah, hukum tata pemerintahan yang
fokusnya adalah hukum bukan sesuatu yang dipelajari sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri sesuatu yang memiliki objek formal dan
material dan bukan pula dalam keerangka hukum sebagai hal yang rasional
saja secara normative, sesuatu yang bersumber dari nilai atau sesuatu yang
diinginkan oleh setiap orang dan dapat diterima kebenarannya secara rasional
akan tetapi hukum sebagai aturan yang mengatur hubungan hak dan
kewajiban dari dua pihak atau lebih serta hukum sebagai aturan yang
mengatur yang dapat dilakukan oleh pemegang otoritas tertentu.

Hukum tata pemerintahan disetiap negara berkembang sejalan dengan tipe


negara yang menjadi pilihan pendiri masing – masing negara dan hal secara
tegas dirumuskan secara konstitusional. Ketika pilihan pendiri jatuh pada tipe
kesejahteraan modern maka persoalan – persoalan yang masuk dalam ranah
hukum tata pemerintahan berbeda dengan pilihan pada tipe negara hukum
formal.

Indonesia tidak saja tipe negara kesejahteraan modern yang menjadi pilihan
akan tetapi pendiri negara menetapkan juga pilihannya pada negara
berdasarkan atas hukum dan bukan pada negara atas rule of law. Pilihan
demikian melahirkan sejumlah realitas perlakuan hukum tata pemerintahan
yang cenderung diam di tempat ketika menghadapi tuntutan reformasi dalam
berbagai bidang apalagi dengan semakin menguatnya dorongan demokrasi
substansial yang mendesak berakhirnya keberlakuan demokrasi procedural.
Hal ini yang membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai hukum
pemerintahan heteronom, mulai dari pegertian, bentuk, asas – asas yang

1
berlaku dan akibat hukum yang ditimbulkan dalam pemberlakuan hukum tata
pemerintahan heteronom. Dalam pergaulan hukum di masyarakat, pemerintah
dapat menempatkan dirinya sebagai subjek hukum yang melakukan hubungan
hukum dengan warga negara baik di dalam hukum publik maupun hukum
privat. Kedudukan

pemerintah dalam hukum privat adalah sebagai wakil dari badan hukum
publik, sedangkan kedudukan hukum pemerintah berdasarkan hukum publik
adalah sebagai wakil (vertegenwoordiger) dari jabatan pemerintahan. Negara
Indonesia adalah negara hukum yang bertujuan mewujudkan tata kehidupan
negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tentram, serta tertib. Dalam usaha
mewujudkan tujuan tersebut di atas, sesuai dengan sistem pemerintahan
negara yang dianut dalam UUD 1945, melalui aparaturnya, pemerintah harus
berperan aktif dan positif. Negara merupakan organisasi tertinggi di antara
satu atau beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai cita untuk bersatu
hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan berdaulat

Mengenai tugas negara dibagi menjadi tiga kelompok, yakni :

 Pertama, negara harus memberikan perlindungan kepada penduduk dalam


wilayah tertentu.

 Kedua, negara mendukung atau langsung menyediakan berbagai


pelayanan kehidupan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, dan
kebudayaan.

 Ketiga, negara menjadi wasit yang tidak memihak antara pihakpihak yang
berkonflik dalam masyarakat serta menyediakan suatu sistem yudisial
yang menjamin keadilan dasar dalam hubungan kemasyarakatan.

Tugas negara social service state, adalah menyelenggarakan kepentingan


umum untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang sebesar-
besarnya berdasarkan keadilan dalam suatu negara hukum. Dalam
mencapai tujuan dari negara dan menjalankan negara, dilaksanakan oleh
pemerintah.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan


masalah antara lain:

1. Apa Pengertian Hukum Tata Pemerintahan Heteronom?

2. Bagaimana Bentuk Hukum Tata Pemerintahan Heteronom?

3. Apa Saja Asas dalam Hukum Tata Pemerintahan Heteronom?

4. Bagaimana Akibat Hukum dalam Pemberlakuan Hukum Tata Pemerintahan


Heteronom

1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka adapun beberapa tujuannya


antara lain:

1. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Tata Pemerintahan Heteronom.

2. Untuk mengetahui Bentuk Hukum Tata Pemerintahan Heteronom.

3. Untuk mengetahui Asas dalam Hukum Tata Pemerintahan Heteronom.

4. Untuk Mengetahui Akibat Hukum dalam Pemberlakuan Hukum Tata


Pemerintahan Heteronom.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM

Hukum tata pemerintahan dapat didefinisikan sebagai hukum yang mengatur


hubungan yang menyangkut hak dan kewajiban pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan dengan pihak yang diperintah dalam hal ini rakyat, warga negara,
penduduk dan publik, baik dalam terselenggaranya kekuasaan pemerintahan
maupun terselenggarannya kerja sama di dalam pencapaian tujuan negara
sebagaimana yang diisyaratkan oleh konstitusi negara. Dengan demikian ruang
lingkup kajian Hukum Tata Pemerintahan adalah menyangkut hubungan hukum
dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahaan oleh pemerintah
sebagai pemegang kekuasaan (Faried, 2012:17).

Hukum Tata Pemerintahan Heteronom adalah semua aturan hukum yang


mengatur tentang organisasi pemerintahan negara. Hukum Tata Pemerintahaan
Heteronom bersumber pada UUD, TAP MPR dan UU. Hukum ini mengatur seluk
beluk organisasi dan fungsi administrasi negara (alat tata usaha negara) dan tidak
boleh dilawan, dilanggar serta tidak boleh diubah oleh administrasi negara. HAN
heteronom ini mencakup aturan tentang :

1. Dasar-dasar dan prinsip umum administrasi negara

2. Oraginasasi administrasi negara, termasuk juga pengertian dekonsentrasi


dan desentralisasi

3. Berbagai aktifitas dari administrasi negara

4. Seluruh sarana administrasi negara

5. Badan peradilan administrasi

Peraturan yang ada dalam hukum administrasi heteronom wajib ditaati oleh
seluruh pihak yang bersangkutan. Ini merupakan pedoman paling mendasar bagi
buruh dan pengusaha ketika menjalankan sebuah bisnis. Hukum administrasi
heteronom yang dibuat oleh pemerintah tersebut berfungsi sebagai alat ukur untuk
menentukan standard ideal dalam sebuah hubungan kerja. Saat ini, ada beberapa
aturan tentang perburuhan dan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia.
Bentuknya pun berbeda-beda berdasarkan hierarki perundang-undangan yang ada.
Hierarki yang dimaksud adalah Undang-Undang Dasar 1945, TAP MPR, Undang-
Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. Contoh dari Hukum Administrasi Negara Heteronom di bidang
pendidikan yaitu PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

4
Penyelenggaraan Pendidikan kemudian, hukum administrasi negara heteronom
yang berlaku dalam hubungan kerja antara buruh dan pengusaha antara lain adalah
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2.2 BENTUK HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM

Semua aturan hukum berkenaan dengan hukum tata pemerintahan


heteronom, disebut peraturan dasar dari pemerintahan negara yang dalam
bentuknya disebut Undang – Undang Dasar atau Konstitusi. Di Indonesia
peraturan dasar negara dimuat dalam Undang – Undang Dasar 1945 ( selain itu
yang pernah berlaku adalah Konstitusi Negara Republik Indonesia Serikat dan
Undang – Undang Dasar Sementara 1950) yang terdiri dari pembukaan yang
memuat 4 alinea dan Batang Tubuh yang memuat sejumlah pasal yang mengatur
kelembagaan negara dan hak – hak warga serta ditambah dengan aturan peralihan
dan aturan tambahan. (Faried, 2012:73).

Aturan hukum tata pemerintahan heteronom dalam arti sempit yaitu dilihat
dari bentuk terjadinya maka hukum tata pemerintahan heteronom dalam lokus
pemerintahan NKRI dapat dibagi atas Peraturan Pusat dan Peraturan Daerah.

Bentuk Hukum Tata Pemerintahan Heteronom mulai dari peraturan dasar negara
hingga peraturan daerah secara berturut – turut dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Undang – Undang Dasar sebagai aturan dasar yang tertinggi, sebagai norma
pokok yang mendasar karena isi dan terjadinya. Karena isinya memuat asas
kerohanian negara sedangkan terjadinya dikehendaki dan dibentuk oleh
pembentuk negara untuk mengatur hubungan hukum antar kelembagaan negara
dan hubungannya dengan warga negara serta peraturan dasar lainnya berkenaan
dengan hukum peralihan dan tambahan sebagai penyempurna suatu konstitusi atau
konstitusi dalam kerangka pendekataan secara holistik.

2) Undang – Undang sebagai aturan yang karena terjadinya dikehendaki oleh


lembaga pembuat Undang – Undang yaitu lembaga legislatif dan karena isinya
memuat aturan – aturan yang mengatur aspek – aspek tertentu dalam
penyelenggaraan negara dan pengaturan atas warga negara dan hal itu sebagai
penyabaran dari tuntutan pasal – pasal dalam Undang – Undang Dasar.

3) Peraturan Pemerintah sebagai aturan yang karena terjadinya dikehendaki


dan dibentuk oleh pemerintah dalam artian yang sempit yaitu dalam artian sebagai
lembaga eksekutif dan dari segi isinya sebagai penjabaran atas isi yang
diperintahkan oleh Undang – Undang.

5
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang sebagai aturan karena
terjadinya dikehendaki oleh Pemerintah namun dalam kekuatan berlakunya sama
dengan Undang – Undang dan dari segi isi memuat aturan yang pada prinsipnya
harus diberlakukan melalui Undang – Undang dan karena sifatnya sangat
mendesak dan ada karena alasan secara yuridis membenarkan dan hanya berlaku
dalam waktu tertentu seperti Perpu tentang APBN yang tidak disetujui oleh DPR
sehingga Undang – Undang tentang APBN tahun lalu yang diberlakukan.

5) Peraturan Menteri sebagai aturan yang karena terjadinya dibentuk oleh


Menteri sesuai bidang yang diatur dan dari segi isinya mengatur hal –hal yang
bersifat teknis atas perlakuan sesuatu peraturan pemerintah.

6) Peraturan Daerah sebagai aturan yang karena terjadinya dibentuk oleh


pemerintah daerah dan dari segi isinya mengatur penyelenggaraaan pemerintahan
daerah dari suatu daerah hingga pada bentuk peraturan desa.

7) Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota sebagai aturan yang terjadinya


dibentuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebagai kepala eksekutif ditingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, hingga pada bentuk peraturan kepala desa.

2.3 ASAS DALAM HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM


HETERONOM

Banyaknya peraturan yang diberlakukan dalam rangka mengatur hububungan


hukum antara pemerintah dengan rakyat, memungkinkan terjadinya benturan
hukum yang berakibat memungkinkan munculnya konflik antar rakyat. Untuk
mencegah kemungkinan tersebut, diberlakukanlah asas hukum. Asas dapat
diartikan sebagai aksioma yang memberikan jalan pemecahan jika suatu aturan
diberlakukan atau aturan yang mana yang harus diberlakukan bila terjadi
bentrokan beberapa aturan dalam pelaksanaannya.

Asas – asas dalam hukum tata pemerintahan heteronom sebagai berikut:

1) Asas Leg Special Derogate Leg Generalis

Asas pertama dimaksudkan bahwa Undang – Undang yang bersifat khusus


menyampingkan Undang – Undang yang bersifat umum, dimana pembuat Undang
– Undang tersebut sama. Asas ini memberlakukan suatu Undang – Undang yang
menyebut dengan tegas peristiwa yang diselesaikan. Seperti Undang – Undang
tentang Perkawinan dengan Undang – Undang Perikatan dalam KUH Perdata.
Undang – Undang tentang Perkawinan adalah Leg Special sedangkan Undang –
Undang tentang Perikatan adalah Leg Generalis.

6
2) Asas Leg Posteriore Lex Priori

Asas yang kedua dimaksudkan bahwa Undang – Undang yang berlaku belakangan
membatalkan Undang – Undang yang berlaku terdahulu dimana hal yang diatur
oleh kedua Undang – Undang tersebut mengenai hal yang tertentu walau dalam
makna dan tujuan berbeda atau sekalipun bertentangan. Asas ini biasanya
digunakan baik dalam hukum nasional maupun internasional.

3) Asas Undang – Undang Tidak Berlaku Surut

Asas ketiga dimaksudkan bahwa Undang – Undang hanya boleh dipergunakan


pada peristiwa yang disebutkan pada Undang – Undang tersebut dan peristiwa itu
terjadi setelah Undang – Undang tersebut dinyatakan berlaku. Seperti Undang –
Undang tentang Narkotika yang hanya berlaku bagi peristiwa yang ada sangkut
pautnya dengan narkotik dan peristiwa narkotik yang terjadi setelah Undang –
Undang diberlakukan.

4) Asas Undang – Undang Tidak Dapat Diganggu Gugat

Asas yang keempat tidak berlaku universal artinya tidak semua negara yang
menganutnya seperti AS. Di Indonesia pernah berlaku pada saat berlakunya
UUDS 1950. Bisa dilihat pada pasal 95 ayat 2. Maksud dari asas ini adalah bahwa
Undang – Undang tidak dapat diuji oleh Undang – Undang Dasar walaupun
ternyata Undang – Undang itu bertentangan dengan Undang – Undang Dasar.
Hakim sekalipun tidak memiliki kewenangan untuk mengujinya. Ini dimaksud
untuk melindungi hak dan kewenangan pembuat Undang – Undang tersebut.

5) Asas Welvaastaat

Asas kelima dimaksudkan bahwa Undang – Undang sebagai sarana untuk


semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan material
masyarakat maupun individu melalui pembaharuan atau pelestarian. Asas ini
mencegah kesewenang – wenangan yang dilakukan oleh pembuat Undang –
Undang.

7
2.4 AKIBAT HUKUM DALAM PEMBERLAKUAN HUKUM TATA
PEMERINTAHAN HETERONOM

Akibat hukum dalam perlakuan hukum tata pemerintahan heteronom


berlangsung secara positif dan negatif. Secara positif, akibat hukum dari
perlakuan aturan hukum adalah terciptanya suasana tertib dan aman. Akibat
hukum yang terjadi secara positif lainnya adalah terwujudnya keseimbangan
dalam hubungan kekuasaan dan hubungan hak dan kewajiban. Dalam hubungan
kekuasaan, akibat hukum positif terjadi ketika terjadi hubungan pemerintah dalam
status kelembagaan negara, terjadinya check and balance antara tiga kekuasaan
utama dalam organisasi negara yang dikembangkan oleh tiga kelembagaan negara
yaitu legislative, eksekutif dan yudikatif.

Sebagai akibat hukum yang terjadi secara negatif adalah dapat berupa
hilangnya hak dan kewajiban dari yang melakukan perbuatan hukum, dapat
dibatalkannya perlakuan sesuatu aturan hukum atau beberapa pasal dalam aturan
perundangan yang diberlakukan (Faried, 2012:95).

Akibat hukum lainnya secara negatif akan terjadinya ketidaktertiban dalam


pemerintah dan hal ini dapat terjadi ketika pemegang kekuasaan melahirkan
pemikiran dalam bentuk kebijakan yang akan digulirkan tanpa kesepakatan dari
pihak yang diperintah yaitu rakyat melalui perwakilannya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hukum tata pemerintahan dapat didefinisikan sebagai hukum yang mengatur


hubungan yang menyangkut hak dan kewajiban pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan dengan pihak yang diperintah dalam hal ini rakyat, warga negara,
penduduk dan publik, baik dalam terselenggaranya kekuasaan pemerintahan
maupun terselenggarannya kerja sama di dalam pencapaian tujuan negara
sebagaimana yang diisyaratkan oleh konstitusi negara. Dengan demikian ruang
lingkup kajian Hukum Tata Pemerintahan adalah menyangkut hubungan hukum
dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahaan oleh pemerintah
sebagai pemegang kekuasaan (Faried, 2012:17).

Hukum Tata Pemerintahan Heteronom adalah semua aturan hukum yang


mengatur tentang organisasi pemerintahan negara. Hukum Tata Pemerintahaan
Heteronom bersumber pada UUD, TAP MPR dan UU. Hukum ini mengatur seluk
beluk organisasi dan fungsi administrasi negara (alat tata usaha negara) dan tidak
boleh dilawan, dilanggar serta tidak boleh diubah oleh administrasi negara. HAN
heteronom ini mencakup aturan tentang :

1. Dasar-dasar dan prinsip umum administrasi negara

2. Oraginasasi administrasi negara, termasuk juga pengertian dekonsentrasi dan


desentralisasi

3. Berbagai aktifitas dari administrasi negara

4. Seluruh sarana administrasi negara

5. Badan peradilan administrasi

Undang – Undang Dasar sebagai aturan dasar yang tertinggi, Undang – Undang
sebagai aturan yang karena terjadinya dikehendaki oleh lembaga pembuat Undang
– Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang –
Undang, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota.

Asas – asas dalam hukum tata pemerintahan heteronom sebagai berikut: Asas Leg
Special Derogate Leg Generalis, Asas Leg Posteriore Lex Priori, Asas Undang –
Undang Tidak Berlaku Surut, Asas Undang – Undang Tidak Dapat Diganggu
Gugat dan Asas Welvaastaat.

9
Akibat hukum dalam perlakuan hukum tata pemerintahan heteronom
berlangsung secara positif dan negatif. Secara positif, akibat hukum dari
perlakuan aturan hukum adalah terciptanya suasana tertib dan aman. Akibat
hukum yang terjadi secara positif lainnya adalah terwujudnya keseimbangan
dalam hubungan kekuasaan dan hubungan hak dan kewajiban. Sebagai akibat
hukum yang terjadi secara negatif adalah dapat berupa hilangnya hak dan
kewajiban dari yang melakukan perbuatan hukum, dapat dibatalkannya perlakuan
sesuatu aturan hukum atau beberapa pasal dalam aturan perundangan yang
diberlakukan (Faried, 2012:95). Akibat hukum lainnya secara negatif akan
terjadinya ketidaktertiban dalam pemerintah dan hal ini dapat terjadi ketika
pemegang kekuasaan melahirkan pemikiran dalam bentuk kebijakan yang akan
digulirkan tanpa kesepakatan dari pihak yang diperintah yaitu rakyat melalui
perwakilannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Faried Ali,1997. Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia,


Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Indroharto, 1993. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradian Tata


Usaha Neghara; Buku II, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Murtir Jeddawi, 2012. Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : Total Media.

Sjahran Basah, 1992. Perlindungan Hukum atas Tindak Pidana Admnistrasi


Negara, Bandung : Alumni.

11

Anda mungkin juga menyukai