Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUKUM TATA PEMERINTAHAN

OLEH:

NAMA: RISNAWATI

NIM: 1821051

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya untuk Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya
kepada umat manusia, khususnya kepada penulis dalam bentuk yang mengagumkan.
Karena kuasa-Nya pula penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum
Tata Pemerintahan”

Sebagai manusia, penulis juga tentunya tidak lepas dari salah dan khilaf. Begitu
juga penjelasan yang ditulis pada buku ini, penulis meminta maaf apabila di dalamnya
terdapat kesalahan yang tidak disengaja. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap saran
dan kritik yang membangun dari siapapun, yang akan menjadi catatan untuk memperbaiki
makalah ini agar mendekati kesempurnaan. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan para pembaca.

Sinjai,27 maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Pengertian hukum tata ilmu pemerintahan ................................ 3


B. Sumber hukum tata ilmu pemerintahan ..................................... 4
C. Susunan pemerintahan indonesia ............................................ ...8
D. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara ................................. 11
E. Perbuatan pemerintah................................................................. 12
F. Tantangan dan masa depan hukum tata pemerintahan ............... 12

BAB III PENUTUP ............................................................................... 14

A. Kesimpulan ................................................................................ 14
B. Saran .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia adalah negara hukum. Dalam pegaulan hukum dimasyarakat,
pemerintah dapat menempatkan dirinya sebagai subjek hukum yang mlakukan
hubungan hukun dengan warga negara yang baik didalam hukum publik maupun
hukum privat. Kedudukan pemerintah dalam hukm privat adalah sebagai wakil
dari badan hukum publik sedangkan kedudukan hukum pemerintah berdasarkan
hukum publik adalah sebagai wakil dari jabatan pemerintahan.
Negara indonesia adalah negara hukum yang bertujuan mewujudkan tata
kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera,aman,tentram,serta tertib. Dalam
usaha mewujudkan tujuan diatas sesuai dengan sistem pemerintahan negara yang
dianut dalam UUD 1945, melalui aparatnya, pemerintah harus berperan aktif dan
positif.
Negara merupakan organisasi tertinggi diantara satu atau beberapa
kelompok masyarakat yang mempunyai cita untuk bersatu hidup dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemrintahan yang berdaulat. Hukum yang mengatur
antara pemerintah dengan negara adalah hukum administrasi negara dan hukum
perdata,tergantung sifat dan kedudukan pemerintah dalam melakukan tindakan
hukum. Dalam pemerintah yang baik diharapkantercapai perbaikan disegala,
bidang terutama dalam bidang pemrintahan. Pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya harus bertindak secara tepat dan cermat.pemerintah juga harus
berhati-hati dalam mengeluarkan keputusan atau dalam membuat peraturan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hukum tata ilmu pemerintahan?
2. Apa saja sumber hukum tata ilmu pemerintahan?
3. Bagaimana susunan pemerintahan indonesia?
4. Apa pengertian Keputusan Tata Usaha Negara?
5. Bagaimana perbuatan pemerintah?
6. Apa saja tantangan dan masa depan hukum tata pemerintahan?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengahui pengertian hukum tata ilmu pemerintahan
2. Untuk mengetahui sumber hukum tata ilmu pemerintahan
3. Untuk mengetahui susunan pemerintahan indonesia
4. Untuk mengetahui pengertian Keputusan Tata Usaha Negara
5. Untuk mengetahui perbuatan pemerintah
6. Untuk mengetahui tantangan dan masa depan hukum tata pemerintan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM TATA ILMU PEMERINTAHAN

Hukum Tata Pemerintahan merupakan terjemahan dari Administratiefrecht


yang memiliki banyak peristilahan, namun pada dasarnya tidak memberikan
pengaruh baik pada isi maupun ruang lingkupnya. Para ilmuwan Indonesia
beranggapan bahwa penamaan HAN lebih tepat digunakan karena :

1. HAN mempunyai pengertian yang luas, sehingga sebagai salah satu cabang dari
ilmu hukum yang memungkinkan untuk dikembangkan untuk dikembangkan
lagi.
2. Memudahkan dan mempercepat pengenalan dan atau penerimaan umum terhadap
keberadaan disiplin ilmu.

Hukum Tata Pemerintahan berisi aturan-aturan yang mengatur dan


sekaligus mengikat aparatur pemerintah dalam menjalankan aparatur pemerintah
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. HAN atau HTP memberikan
pedoman/petunjuk bagaimana cara kekuasaan negara itu dilaksanakan, tetapi juga
memberikan batasan terhadap jangkauan kekuasaannya. Hukum administrasi
negara atau hukum tata pemerintahan pada dasarnya dapat dibedakan berdarkan
tujuannya dari hukum tata negara memuat peraturan- perturan hukum yang
menentukan (tugas- tugas yang dipercayakan) kepada organ organ pemerintahan
itu, menentukan tempatnya dalam negara, menentukan kedudukan terhadap
warga negara, dan peraturan- peraturan hukum yang mengatur tindakan-tindakan
organ pemerintahan itu.

Menurut Van Vallenhoven, HTP adalah hasil pengurangan dari semua


norma hukum(hukum nasional) dengan hukum tata negara materiil, hukum
perdata materiil, dan hukum pidana materiil. Teori tersebut disebut teori
sisa/residu. HTP juga dikatakan sebagai hukum tentang negara dalam keadaan
bergerak karena hukum ini berisi aturan-aturan yang mengikatalat perlengkapan

3
negara saat menjalankan kekuasaannya (bergerak). Hukum tata pemerintahan
adalah hukum yang mengatur fungsi dan aktivitas- aktivitas dari para
pemerintahan. Dalam suatu negara untuk menegakkan pemerintahan negara
secara nyata.

Hukum tata pemerintahan adalah hukum yang mengatur segala tindakan


atau perbuatan pemerintah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan guna
meningkatkan kesejahteraan masyaraakat dan kepentingan negara. Pendapat lain
dikemukakan oleh Orenburg dan Van der Pat yang menyatakan bahwa HTP dan
HTN tidak terdapat perbedaan prinsip Objek dan Subjek Hukum Tata
Pemerintahan

Faried Ali, SH membagi 2 macam pengertian HTP, yakni :

1. HTP Heterogen, yang mengartikan HTP/HAN bagian dari HTN


2. HTP Otonom, yakni keseluruhan aturan-aturan hukum yang dibuat oleh
pejabat pemerintahan negara yang berwenang, yang dilakukan oleh mereka
yang digolongkansebagai subjek atau pelaku HTP melalui syarat-syarat
yuridis yang diperlakukan.

B. SUMBER HUKUM TATA ILMU PEMERINTAHAN

Sumber hukum adalah Tempat darimana asal-muasal suatu nilai atau norma
tertentu berasal, sebagai asas hukum/sebagai sesuatu yang merupakan
permualaan hukum, menunjukan hukum terdahulu yang memberikan bahan-
bahan kepada hukum yang sekarang berlaku, sebagai sumber terjadinya hukum,
sebagai sumber darimana kita mengenal hukum.

Dalam pasal I Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 ditentukan bahwa: 6(1)


sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang- undangan; (2) sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan
sumber hukum tidaak tertulis; (3) sumber hukum dasar nasional adalah: (i)
pancasila sebagaimana yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

4
permusyawaratan dan perwakilan, serta dengan Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia dan (ii) batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Sumber-sumber hukum dalam lapangan HTP adalah sumber-sumber hukum


dalam pengertian dari mana isi dan bentuk aturan hukum itu berlaku dan ditaati
secara umum. Sumber hukum dapat dibagi menjadi 2, yakni :

1. Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor- faktor masyarakat yang mempengaruhi


pembentukan hukum( pengaruh terhadap pembuatan undaang- undang, pengaruh
terhadap keputusan hakim, dan sebagainya), atau faktor- faktor yang mempengaruhi
materi dari aturan- aturan hukum, atau tempat dari mana materi hukum itu diambil.
Sumber- sumber hukum materiil terdiri dari tiga jenis yaitu:

 Sumber Hukum Historis :


 UU dan system hukum tertulis yang berlaku pada masa lampau di suatu
tempat;
 Dokumen-dokumen; surat-surat serta keterangan lain dari masa lampau. UU
dan system hukum tertulis yang berlaku pada masa lampau lebih penting bila
dibandingkan dengan dokumen serta surat-surat dan keterangan lain pada
masa lampau sebab UU dan system hukum tertulis itulah yang merupakan
hukum yang betul-betul. Sedangkan dokumen, suratsurat dan keterangan lain
hanya bersifat mengenalkan hukum yang berlaku pada masa lampau.
2. Sumber Hukum Sosiologis

Menyoroti lembaga-lembaga sosial sehingga dapat diketahui apa yang


dirasakan sebagai hukum oleh lembaga-lembaga itu. Berdasarkan pengetahuan
dari lembaga- lembaga sosial itu dapat dibuat materi hukum yang sesuai dengan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain secara
sosiologis, sumber hukum adalah faktor-faktor dalam masyarakat yang ikut
menentukan materi hukum positif. Antara lain : pandangan ekonomis, agamis dan
psikologis.

3. Sumber Hukum Filosofis

5
Ada 2 faktor penting yang dapat menjadi sumber hukum secara filosofis :

 Karena hukum itu dimaksudkan antara lain untuk menciptakan keadilan


maka hal-hal yang secara filosofis dianggap adil dijadikan pula sebagai
sumber hukum materiil;
 Faktor-faktor yang mendorong orang tunduk pada hukum. Oleh karena
hukum diciptakan untuk ditaati maka seluruh faktor yang dapat mendukung
seseorang taat pada hukum harus diperhatikan dalam pembuatan aturan
hukum positif, di antaranya adalah faktor kekuasaan penguasa dan kesadaran
hukum masyarakat.
4. Sumber hukum formiil

Sumber hukum formiil, yaitu berbagai bentuk aturan hukum yang ada atau
yang sudah dibentuk melalui proses-proses tertentu, sehingga sumber hukum tadi
menjadi berlaku umum dan ditaati berlakunya oleh umum. Ada beberapa sumber
hukum formil Hukum Tata Pemerintahan:

a. Undang-undang (dalam arti luas)


Undang-undang yang dimaksudkan sebagai sumber hukum formil HAN
adalah Undang-undang dalam arti materiil atau UU dalam arti yang luas. UU
dalam arti materiil adalah semua peraturan perundang-undangan dari tingkat yang
tinggi sampai tingkat yang rendah yang isinya mengikat setiap penduduk. Di
Indonesia yang dimaksudkan dengan UU dalam arti materiil atau UU dalam arti
yang luas meliputi semua peraturan perundang- undangan yang tertuang dalam
TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 sebagaimana telah disempurnakan dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, yaitu : 9
 UUD 1945;
 Ketetapan MPR;
 UU/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPPU);
 Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah Provinsi
 Peraturan Daerah Kab/Kota
b. Kebiasaan/praktek Alat Tata Usaha Negara

6
Di dalam rangka melaksanakan tugasnya alat Administrasi Negara
menghasilkan atau mengeluarkan keputusan-keputusan/ketetapan-ketetapan guna
menyelesaikan suatu masalah konkrit yang terjadi berdasarkan peraturan hukum
(Undang-undang dalam arti yang luas atau Undang-undang dalam arti materiil)
yang abstrak sifatnya. Keputusan- keputusan alat Administrasi Negara ini sering
dikenal dengan istilah beschikking atau UU Peradilan Tata Usaha Negara
menyebutnya dengan istilah Keputusan Tata Usaha Negara. Di dalam
mengeluarkan keputusan-keputusan/ketetapan-ketetapan inilah timbul praktek
administrasi negara yang melahirkan Hukum Administrasi Negara kebiasaan atau
HAN yang tidak tertulis.

Alat Administrasi Negara melaksanakan tugas dan fungsinya


berlandaskan pada praktek administrasi negara atau sering dikenal dengan hukum
kebiasaan yang telah dilakukan dalam praktek administrasi negara tanpa
berdasarkan peraturan perundang- undangan yang telah ada, karena mungkin juga
peraturanperaturan itu sudah ketinggalan 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan zaman sehingga tidak
cocok lagi dengan keadaan, situasi dan kondisi pada saat pengambilan keputusan.
Oleh karena itu dasar dari pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah
konkrit yang harus dilakukan oleh alat Administrasi Negara yang terdahulu, yang
tugas dan fungsinya sama. Dengan demikian akhirnya tindakan atau praktek alat
Administrasi Negara terdahulu itu dijadikan sumber hukum bagi tindakan alat
Administrasi Negara yang lain. Namun perlu diketahui bahwa keputusan alat
Administrasi terdahulu (praktek administrasi negara) yang dapat dijadikan
sumber hukum formil HAN adalah keputusan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap.

c. Yurisprudensi (Putusan Hakim)

Dimaksudkan dengan yurisprudensi ini adalah suatu keputusan hakim atau


keputusan suatu badan peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap. Yurisprudensi sebagai sumber hukum ini berkaitan dengan prinsip bahwa
hakim tidak boleh menolak mengadili perkara yang diajukan kepadanya dengan
alas an belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur perkara
tersebut, sehingga seorang hakim harus melihat juga nilai-nilai yang ada dalam

7
masyarakat dan keputusan hakim yang terdahulu, apabila ia bertugas
menyelesaikan permasalahan yang belum da peraturan perundangundangannya.

d. Doktrin/pendapat para ahli

Doktrin dapat dipakai sebagai sumber hukum formil HAN, adalah karena
doktrin/pendapat para ahli tersebut dapat melahirkan teoriteori baru dalam
lapangan HAN, yang kemudian dapat mendorong atau menimbulkan kaidah-
kaidah HAN. Doktrin sebagai sumber hukum formil HAN, berlainan dengan
sumber-sumber hukum yang lain karena doktrin ini diakui sebagai sumber hukum
formil HAN memerlukan waktu yang lama dan proses yang panjang. Doktrin
atau pendapat para ahli HAN, baru dapat dipakai sebagai sumber hukum HAN
apabila doktrin tersebut sudah diakui oleh umum.

e. Traktat

Traktat sebagai sumber hukum formal dari sumber hukum administrasi


negara ini berasal dari perjanjian internasional yang kemudian diratifikasi oleh
pemerintah untuk dilaksanakan di negara yang telah meratifikasi perjanjian
internasional tersebut. Namun demikian perjanjian internasional yang dapat
dijadikan sumber hukum formal hanyalah perjanjian internasional yang penting,
lazimnya berbentuk traktat atau traty. Kalau tidak dibatasi demukian menurut
Sudikno Mertokusumo pemerintah tidak mempunyai cukup keleluasaan bergerak
untuk menjalankan hubungan internasional dengan sewajarnya. Apalagi untuk
berlakunya traktat di suatu negara ini diharuskan mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari wakil-wakil rakyat.Sistem Ketatanegaraan Indonesia sesudah
Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan sebagai berikut : Undang – undang
Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD.

C. SUSUNAN PEMERINTAHAN INDONESIA

1. Badan Eksekutif

Kekuasan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Di negara-


negara demokratis badan eksekutif biasanyaa terdiri atas kepala negara seperti
raja atau presiden, berserta menteri- menterinya. Badan eksekutif merupakan

8
sebuah lembaga kenegaraan Indonesia yang bertugas sebagai eksekutor atau
pelaksana undang-undang yang dibuat legislatif. Eksekutif terdiri dari kepala
pemerintah yaitu Presiden dan Wakil Presiden. Presiden memiliki kekuasaan
untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan sebagai
kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara . Presiden berhak
mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR dan menetapkan
peraturan pemerintah. Di daerah kota/kabupaten lembaga eksekutif ialah
Gubernur dan Wagub,Bupati dan Wabup yang memiliki tugas yang sama.

a. Pemerintah Pusat

Dalam pemerintah pusat ada kepala pemerintah yaitu presiden dan wakil
presiden: Wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD


 Menetapkan peraturan pemerintah
 Mengangkat memberhentikan menteri-menteri; dll

b. Pemerintahan Daerah Provinsi

Dalam pemerintahan provinsi terdapat dua lembaga pemerintahan, yaitu


kepala daerah (gubernur) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD).

c. Pemerintahan Daerah Kota


 Bupati/ Walikota

Berbeda dengan struktur organisasi pemerintahan kecamatan, Di wilayah


Kabupaten/ kota, Jabatan Kepala Daerah dipegang oleh seorang Bupati/
Walikota, dimana dalam melaksanakan tugas-tugasnya mereka dibantu oleh
seorang wakil Bupati / wakil walikota.

Bupati / walikota memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan


pemerintahan daerah sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
bersama dengan DPRD tingkat Kabupaten. Menurut Undang-undang nomor 32
tahun 2004 menjelaskan tentang tugas, wewenang, dan kewajiban dari Kepala
Daerah, khususnya Bupati / walikota adalah sebagai berikut :

9
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan kebijakan yang
telah ditetapkan bersama dengan DPRD Kabupaten
b. Mengajukan rancangan Peraturan Daerah (perda)
c. Menetapkan perda yang telah mendapatkan persetujuan dari DPRD Kabupaten
d. Menyusun serta mengajukan rancangan perda terkait dengan APBD kepada
DPRD guna dilakukan pembahasan dan ditetapkan
e. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah

 DPRD Kabupaten (DPRD Tingkat II)

Ini merupakan lembaga perwakilan rakyat di tingkat Kabupaten yang


anggotanya berasal dari anggota parpol peserta pemilu yang dipilih berdasarkan
hasil pemilu.

2. Badan legislatif

Badan legilatif memiliki fungsi membuat undang- undang., mengontrol


badan eksekutif sesuai dengan kebijakan- kebijakan yang telah diterapkan.13
Badan legislatif merupakan suatu lembaga kenegaraan Indonesia yang
mempunyai tugas untuk membuat, menciptakan undang-undang, lembaga
legislatif berhak menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
lembaga yang mengawasi pemerintahan yang menjalankan undang-undang.
Legislatif ini berasal dari politikus yang berasal dari partai politik. Lembaga ini
terdiri dari MPR, DPR dan DPD.14

 MPR ( Majelis Permusyawaratan Rakyat)

MPR merupakan lembaga negara(bukan lagi lemabag tertinggi setelah


amandemen UUD 1945) yang beranggotakan semua anggota DPR dan anggota
DPD yang terpilih dalam pemilu legislatif. Masa jabatan MPR adalah lima tahun
sama seperti masa jabatan DPR dan DPD dan MPR paling sedikit harus
bersidang sekali dalam masa jabatan di ibu kota negara.

 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasca Perubahanan Keempat, fungsi


legislatif berpusat di tangan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini jelas terlihat

10
dalam rumusan pasal 20 ayat (1) yang baru yang menyatakan: “Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang”.
Selanjutnya dinyatakan: “setiap rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR
dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Rancangan Undang- Undang
itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu”. Kemudian
dinyatakan pula” Presiden mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah
mendapat disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang” (ayat 4), dan
“dalam hal rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu 30 hari semenjak rancangan Undang-
Undang tersebut disetujui, rancangan Undang- Undang tersebut sah menjadi
Undang-Undang dan wajib diundangkan”.

 DPD (Dewan Perwakilaan Daerah)

Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga negara yang terdiri dari


perwakilan dari tiap provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah
anggota DPD maksimal adalah 1/3 jumlah anggota DPR dan banyaknya anggota
tiap provinsi tidak sama, maksimal 4 orang. Masa jabatan sama seperti DPR, lima
tahun.

3. Badan Yudikatif

Badan yudikatif adalah wewenang menguji apakah suatu undang- undang


sesuai dengan Undang- Undang Dasar atau tidak, dan menolak melaksanakan
undang-undang serta peraturan- peraturan lainnya yang dianggap bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar 1945. 15 Badan yudikatif ialah sebuah lembaga
kenegaraan Indonesia sebagai lembaga pengawal serta pemantau jalannya roda
pemerintahan dengan menjadikan hukum sebagai acuan. Yudikatif mencakup
Mahkamah Agung, dan Mahkamah Konstitusi.

D. PENGERTIAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA

Keputusan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana
jerman, Otto Meyer, dengan istilah verwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di
negeri Belanda dengan nama beshikking oleh van Vollenhoven dan C.W. van
Wijk/ Willem Konijnenbelt, dan lain-lain, dianggap sebagai “ de vader van het
moderne beschikkingsbegrip” (bapak dari konsep beshikking yang modern).17

11
Di Indonesia istilah beschikking diperkenalkaan pertama kali oleh WF. Prins.
Istilah beschikking ini ada yang menerjemahkannya dengan ketetapan, seperti E.
Utrecht, Bagir Manan, Sjachran basah, dan lain-lain, dan dengan keputusan
deperti WF. Prins, Philipus M. Hadjon, SF. Marbun, dan lain-lain. Djenal Hoesen
dan Muchsan mengatakan bahwa penggunaan istilah keputusan baarang kali akan
lebih tepat untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dengan istilah
ketetapan. Menurutnya, di Indonesia istilah ketetapan sudah memiliki pengertian
teknis yuridis, yaitu sebagai ketatapan MPR yang berlaku ke luar dan kedalam.
Seiring dengan UU No. 12 Tahun 20111 tentang Pembentukan Perundang-
undangan, istilah beschikking itu diterjemahkan dengan keputusan.

Keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat


permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang
dinyatakan. Atau keputusan itu adalah suatu tindaakan hukum public sepihak dari
organ pemerintah yang ditunjukan padaa peristiwa konkret.

E. PERBUATAN PEMERINTAH

Menurut Wirjono Prodjodikoro, pemerintah dapat dibagi dalam arti luas dan
dalam arti sempit:

 Pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh fungsi kegiatan kenegaraan yaitu
lembaga-lembaga kenegaraan yang diatur secara langsung oleh UUD 1945
maupun lembaga-lembaga yang diatur oleh Undang-Undang. Dengan kata lain,
segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam rangka penyelenggaraan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan Negara,
 Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah Presiden/eksekutif dan
pemerinth arti sempit adalah menjalankan tugas eksekutif saja

F. TANTANGAN DAN MASA DEPAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN

Indonesia ditengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini


menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian yang serius semua
pihak.. Perkembangan situasi nasional dewasa ini, dicirikan dengan 3 fenomena
yang dihadapi antara lain :

12
 Permasalahan yang semakin komplek (multi dimensi)
 Perubahan yang semakin cepat (regulasi, kebijakan dan aksi reaksi
masyarakat.
 Ketidakpastian yang relatif tinggi (bencana alam yang silih berganti, situasi
ekonomi yang tak mudah diprediksi dan perkembangan politik yang “up and
down”
1. Alasan Perlunya Pemerintahan Daerah Di Indonesia
 Alasan Sejarah

Secara historis eksistensi pemerintahan daerah telah dikenal


sejak masa pemerintahan kerajaan nenek moyang dahulu, sampai dengan
sistem pemerintahanya ng diberlakukan pada masa penjajahan.

 Alasan Situasi Dan Kondisi Wilayah

Secara geografis, wilayah Indonesia merupakan gugusan pulau dan


memilikikeanekaragaman kebudayaan. Hal ini harus dikelola sebaik mungkin
sehingga menjadiaset bangsa yang berharga untuk mendatangkan devisa.

 Alasan Keterbatasan Pemerintah

Perangkat pemerintah di daerah diperlukan karena tidak semua urusan


pemerintah dapat dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia adalah negara hukum mengatur subjek hukum untuk
melakukan atau tidak. Hal ini berarti hukum adalah pedoman perilaku bagi
subjek hukum. Pemerintah,pemerintah daerah,dan masyarakat sebagai subjek
hukum harus terintegrasi dengan baik. Pluralisme peraturan menjadi salah satu
faktor terjadinya tumpang tindih antar peraturan, yaitu suatu hal yang sama tidak
saling mendukung atau bertentangan.
Pertentangan antar peraturan ini dapat mengakibatkan terjadinya
ketidakpastian hukum, sedangkan untuk dapat mewujudkan perlindungan
terhadap hak atas pendidikan diperlukan hukum yang pasti. Sehingga peraturan
yang mengatur suatu hal yang sama harus selaras dan serasi atau harmonis
hukum. Harmonisasi hukum nasional diperlukan dalam rangka mengintegrasikan
bebagai peraturan yang mengatur suatu hal yang sama demi terciptanya kepastian
hukum.

B. Saran
Diharapkan pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya melakukan harmonisasi hukum nasional khususnya pada
tahap perencanaan atau perancangan suatu peraturan guna menghindari
ketidakharmonisan peraturan UU agar hak atas pendidikan mendapatkan
perlindungan melalui hukum yang pasti.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adriaan W. Bedner, Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia, (Jakarta: HuMa-Jakarta,

2010), hlm. 69

Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudijo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2014), Hlm. 73-74.

Prof. Dr. Aminuddin Ilmar, S.H., M.H, Hukum Tata Pemerintahan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), Hlm. 27

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), hlm. 121-122

Prof. Miriam Budiarjdo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama:
2008), Hlm. 295

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 139.

15

Anda mungkin juga menyukai