Anda di halaman 1dari 16

SUBSTANSI PENGUATAN UNDANG-UNDANG

Dosen Pengampu: Dr. RR. Cahyowati, SH.,MH

Disusun Oleh :

1. Heryca Wulandari (D1A022154)


2. Raden Muhammad Zumar Zarafi (D1A021548)
3. Gatam Ibnu Adam (D1A022149)
4.Rendy Januarta(D1A021271)
5. I Gusti Ngurah Ade Sanjaya (D1A022155)
6. Ricky Pahlevi Loupatty (D1A021555)
7. Baiq Nesya Yuniar Azzahra (D1A021111)
8. Dinita Juwita Razak (D1A021127)

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan karunia Nya makalah ini bisa dapat diselesaikan dengan tepat waktu,dan juga kami
berterimakasih kepada Ibu Dr. RR. Cahyowati, SH.,MH yang telah membimbing kami dalam
mata kuliah Ilmu Perundang Undangan C1.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua,mohon maaf bila ada kekurangan dalam makalah ini, Saran dan kritik sangat penulis
butuhkan untuk memperbaiki makalah ini nantinya.terimakasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I ..................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

B.Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C.Tujuan dan Manfaat..................................................................................................... 1

BAB II .................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN................................................................................................................. 4

Peraturan Perundang-Undangan ..................................................................................... 3

Penguatan Substansi Peraturan Perundang Undangan .................................................... 4

Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia ................................................. 7

Prinsip-Prinsip Dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan .................................. 6

Materi Muatan Atau Substansi Dari Peraturan Perundang Undangan ............................ 8

BAB III................................................................................................................................. 11

PENUTUP ........................................................................................................................ 11

KESIMPULAN .......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditegaskan, bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hal tersebut bermakna bahwa
Negara Indonesia bukan Negara yang berdasar atas kekuasaan (machstaat). Dengan
demikian dalam Negara hukum, pengembangan hukum berupa ilmu di bidang perundang-
undangan dapat mendorong fungsi pembentukan peraturan perundang-undangan yang
sangat diperlukan kehadirannya.

Demikian pula bahwa pengembangan hukum berupa ilmu di bidang perundang-


undangan dilakukan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Negara hukum, dan dalam
hubungan ini negara berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yang
dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional
yang menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu
pengembangan hukum berupa ilmu di bidang perundang-undangan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik, perlu
dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang
dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua
lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan.

Secara harfiah perundang-undangan berasal dari istilah “undang- undang”, dengan


awalan “per” dan akhiran “an”. Imbuhan Per-an menunjukkan arti dari segala hal yang
berhubungan dengan undang- undang. Sedangkan secara maknawi, pengertian
perundang-undangan belum ada kesepakatan dikalangan para ahli hukum.
Ketidaksepakatan para ahli hukum sebagian besar ketika sampai pada persoalan apakah
perundang-undangan mengandung arti proses pembuatan atau mengandung arti hasil
(produk) dari pembuatan perundang-undangan.

Istilah perundang-undangan untuk menggambarkan proses dan teknik penyusunan


atau pembuatan keseluruhan Peraturan Negara, sedangkan istilah peraturan perundang-
undangan untuk menggambarkan keseluruhan jenis-jenis atau macam Peraturan Negara.

1
Dalam arti lain Peraturan Perundang-undangan merupakan istilah yang dipergunakan
untuk menggambarkan berbagai jenis (bentuk) peraturan (produk hukum tertulis) yang
mempunyai kekuatan mengikat secara umum yang dibuat oleh Pejabat atau Lembaga
yang berwenang.

Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, kiranya dapat ditegaskan bahwa


“hukum” adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang berwenang, sedang
“perundang-undangan” adalah proses dan teknik penyusunan dari himpunan peraturan
hukum. Dengan demikian dapat menarik sebuah garis besar bahwa suatu hukum harus
diproduksi sebagai produk hukum dengan sebuah proses dan teknik yang kemudian
disebut sebagai Peraturan Perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. bersifat tertulis,
b. mengikat umum, dan
c. dikeluarkan oleh Pejabat atau Lembaga yang berwenang

Bersdasarkan kriteria ini, maka tidak setiap aturan tertulis yang dikeluarkan Pejabat
merupakan Peraturan perundang-undangan, sebab dapat saja bentuknya tertulis tapi tidak
mengikat umum, namun hanya untuk perorangan berupa Keputusan (Beschikking)
misalnya.

Konsep negara hukum Indonesia tercantum didalam Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NRI 1945). Konsekuensi sebagai negara hukum
adalah segala kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang ada di Indonesia diatur oleh
hukum. Baik itu dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, politik, dan lain-
lain. Hans Kelsen berpandangan bahwa hukum itu bertingkat-tingkat dan hukum yang lebih
tinggi menjadi dasar pembentukan hukum yang berada dibawahnya. Dalam tata urutan
hierarki, dirinya menyatakan Konstitusi berada pada urutan tertinggi yaitu Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.

Indonesia pun menerapkan tata hierarki dalam Pembentukan Perundang-Undangannya


yang dimana diatur dalam Undang Undang nomor 12 tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan . Selain hukum yang terhierarkis juga diakui setiap aturan
yang ada selama tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi dan dibentuk oleh
suatu lembaga berdasarkan kewenangannya. Pembentukan hukum yang baik dan

2
mencerminkan rasa keadilan serta memberikan kemanfaatan akan menciptakan tertib
hukum dimasyarakat. Tertib hukum tidak dapat dibentuk begitu saja karena harus adanya
rasa percaya dari masyarakat terhadap hukum yang berlaku. .Bentuk penguatan terhadap
substansi hukum yang ada di Indonesia salah satunya berupa penguatan substansi Peraturan
Perundang-Undangan sebagai upaya awal mewujudkan negara hukum yang berkeadilan
dan berkemanfaatan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penguatan Substansi Peraturan Perundang Undangan?

2. Bagaimana Hierarki Peraturan Perundang Undangan Berdasarkan Undang Undang No


12 Tahun 2011?
3. Bagaimana Substansi atau Materi Muatan Dalam Peraturan Perundang Undangan?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Penguatan Substansi Peraturan


Perundang Undangan

2. Untuk mengetahui dan memahami Hierarki Peraturan Perundang Undangan


Berdasarkan Undang Undang No 12 Tahun 2011
3. Untuk mengetahui dan memahami Substansi atau Materi Muatan Dalam Peraturan
Perundang Undangan

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Penguatan Substansi Peraturan Perundang Undangan

• Penyempurnaan Sistem Hukum di Indonesia


Indonesia sedang berupaya membangun sistem hukum yang berkebudayaan
masyarakat. Saat ini masih banyak produk hukum yang belum berpihak kepada
masyarakat. Sejatinya hukum merupakan perlindungan terhadap kepentingan manusia.
Terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum sebagaimana
yang dijabarkan oleh Gustav Radbruch, yaitu kepastian hukum, keadilan, dan
kemanfaatan.
Kepastian hukum untuk melindungi dari tindakan sewenangwenang
pemerintah. Keadilan memiliki tujuan agar tidak adanya diskriminasi, aparat yang
menjalankan tugas sebagaimana seharusnya, serta terwujudnya persamaan hak tanpa
membedakan suku, ras, maupun gender ditengah masyarakat. Esensi yang paling
penting yaitu kemanfaatan yang harus diberikan serta dirasakan oleh setiap individu.
Berbagai perbaikan terus dilakukan demi mewujudkan sistem hukum yang
berkemanfaatan.

• Menciptakan Tertib Hukum Masyarakat Dengan Mempertegas Kepastian Hukum Yang


Berkemanfaatan
Negara hukum dimaknai sebagai sebuah konsep bernegara yang dalam
pembentukan hukumnya ditentukan oleh masyarakat dan mengatur hubungan diantara
sesama masyarakat. Pembentuka hukum dalam ketatanegaraan Indonesia tidak
dilakukan secara langsung oleh masyarakat tetapi melalui lembaga perwakilan. Hukum
yang dibentuk merupakan representasi keinginan Masyarakat sebagai pemilik
kedaulatan dan sebagai upaya perlindungan hak masyarakat.
Penataan Peraturan Perundang-Undangan memiliki dimensi manfaat yang
sangat besar untuk mewujudkan cita-cita pembentukan hukum yang berkemanfaatan.
Penegasan utamanya adalah dengan memastikan adanya jaminan kepastian hukum bagi
masyarakat. Jaminan kepastian hukum dalam negara hukum dapat dilihat dari substansi
hukum maupun format peraturan yang dibentuk. Pelaksanaan negara yang dilandasi

4
atas hukum dimanifestasikan melalui Peraturan Perundang-Undangan dengan
pengharapan dapat terwujudnya tertib hukum.
Penegakan hukum merupakan tugas yang dilaksanakan oleh aparatur hukum.
Pelaksanaannya memang sangat mungkin terjadinya banyak penyelewenangan dari
aturan hukum yang berlaku karena terdapat kepentingan pihak-pihak yang berusaha
memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi. Perbaikan substansi hukum secara
menyeluruh melalui penataan Peraturan Perundang-Undangan menjadi sangat penting
untuk dilaksanaan karena masyarakat selalu melihat hukum sebagai subjek yang
dipersalahkan jika timbul rasa ketidakadilan atas penegakan hukum.
Dapat dikatakan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat diperlukan
pengintegrasian secara menyeluruh setiap aturan yang ada dan dalam pembentukan
hukum yang baru kedepannya diperlukan pengawasan dari lembaga negara tertentu
demi terjaminnya pembentukan hukum yang berkemanfaatan. Diharapkan dengan
penataan Peraturan Perundang-Undangan ini dapat memperkuat sistem hukum
Indonesia.
• Penataan Peraturan Perundang-Undangan
Penataan peraturan perundang-undangan merupakan upaya awal dalam
mewujudkan penguatan substansi hukum di Indonesia. Hal ini meliputi penyempurnaan
pengaturan, pemantauan, dan peninjauan terhadap undang-undang, serta
pengharmonisasian, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan.
• Kehadiran Analis Hukum
Keterlibatan pejabat fungsional Analis Hukum dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan menjadi langkah strategis dalam mendukung agenda penguatan
kualitas peraturan perundang-undangan di Indonesia. Analis Hukum diharapkan dapat
berdampingan dengan Perancang Peraturan Perundang-Undangan untuk menguatkan
pembangunan substansi hukum.
• Penggunaan teknik yang tepat
Dalam proses perancangan peraturan perundang-undangan, diperlukan
penggunaan teknik yang tepat, seperti teknik penyusunan naskah, teknik harmonisasi
dengan peraturan yang ada, dan teknik penyusunan penjelasan
• Peningkatan kualitas sumber daya manusia

5
Penguatan substansi peraturan perundang-undangan juga melibatkan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pembentukan dan
evaluasi peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah.

2. Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011 , Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2) Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat;
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah pengganti UndangUndang;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi; dan
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Prinsip-prinsip dalam Hierarki Peraturan Perundang-undangan, ada empat prinsip
dalam hierarki peraturan perundang-undangan, yakni sebagai berikut.
• Lex superiori derogat legi inferiori:

Peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi. Asas ini berlaku pada dua peraturan yang hierarkinya tidak sederajat dan saling
bertentangan.

Jenjangnya tidak dapat mengubah atau mengenyampingkan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang leblh tinggi (lex superior derogat legi infertori). Akibat
pelanggaran terhadap hat ini adalah apabila ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah jenjangnya bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi maka ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tersebut tldak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat.

• Lex specialis derogat legi generali:

Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang lebih umum. Asas ini
berlaku pada dua peraturan yang hierarkinya sederajat dengan materi yang sama.

• Lex posteriori derogat legi priori:

6
Peraturan yang baru mengesampingkan peraturan lama. Asas ini berlaku saat ada dua
peraturan yang hierarkinya sederajat dengan tujuan mencegah ketidakpastian
hukum.Peraturan hanya bisa dihapus dengan peraturan yang kedudukannya sederajat atau
lebih tinggi.

3. Materi Muatan Dalam Peraturan Perundang Undangan

Hierarki yang tersusun berjenjang berdasarkan jenls peraturan perundang-undangannya


dengan materi muatan yang terkandung Pada Pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011 di
dalamnya sebagai berlkut:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945

UUD 1945 merupakan hukum dasar dalarn Peraturan Perundang-undangan. Hal ini
menjadikan UUD 1945 merupakan norma dasar bagi Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang merupakan sumber hukum bagi Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan di bawah UUD 1945, sebagalmana dlmaksud dalam ketentuan Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 .

Terkait dengan materi muatan atau substansi yang terkandung dalam suatu konstitusi,
dapat dijelaskan bahwa umumnya setiap konstitusi mengandung 3 (tiga) hal pokok, yaitu:

a) adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya;


b) ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental;dan
c) adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental

Adapun Miriam Budiardjo, mengemukakan bahwa setiap Undang-Undang Dasar


memuat sejumlah ketentuan yang pada umumnya mengatur masalah:

a) organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan
yudikatif, termasuk prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah
satu badan pemerintah dan sebagainya;
b) hak-hak asasi manusia;
c) prosedur perubahan Undang-Undang Dasar itu sendiri;
d) ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang
Dasar.

7
Dari sejumlah pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
konstitusi tertulis atau hukum dasar tertulis atau Undang-Undang Dasar adalah merupakan
suatau dokumen tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan pokok serta mendasar dan
sangat prinsipil tentang sistem ketatanegaraan suatu negara yang proses penyusunan
maupun perubahannya dilakukan dengan syarat maupun mekanisme tertentu. Oleh karena
proses penyusunan maupun perubahannya dilakukan dengan syarat maupun mekanisme
tertentu, maka setiap Undang-Undang Dasar umumnya mencantumkan mekanisme
tersebut dalam Undang-Undang Dasar itu sendiri.

2) Ketetapan Majelis Permusyawaran Rakyat (TAP MPR)

Kedudukan Ketetapan MPR tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan kewenangan
MPR dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Pasal 1 Ayat (2)UUD 1945 sebelum
perubahan menyatakan “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Ketentuan tersebutberubah menjadi “Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.

Selanjutnya dalam Pasal 3 UUD 1945, MPR diberikan kewenangan untuk menetapkan
Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara (GBHN). Konsekuensi dari kedudukan dan
kewenangan MPR untuk menetapkan Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara (GBHN),
mengakibatkan keberadaan Ketetapan MPR(Sementara) manjadi salah satu salah satu
sumber hukum. Fungsi Ketetapan MPR dengan demikian adalah sebagai landasan hukum
bagi produk hukum yang ada di bawahnya, selama ketetapanMPR itu masih dinyatakan
berlaku.

Namun karena sampai saat ini masih terdapat Ketetapan MPR Sementara dan Ketetapan
MPR yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.

Maka, Ketetapan MPR masih tetap dijadikan sumber hukum nasional. Itulah sebabnya
dalam hierarki Peraturan Perundang-undangan sesuai pasal 7 UU No 12 Tahun 2011,
Ketetapan MPR masuk dalam urutan kedua Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan di bawah UUD 1945. Berikut ini Ketetapan- Ketetapan MPR yang masih tetap
berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti dengan undang-undang adalah:

8
1. Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia
2. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi
Ekonomi

Berdasarkan Uraian di atas, makna Ketetapan MPR adalah ketetapan yang dikeluarkan
MPR sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR sesuai UUD 1945.
Adapun Kedudukan Ketetapan MPR dalam sistem hukum nasional adalah sebagai salah
satu sumber hukum nasional.

3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah pengganti UndangUndang

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


menyelenggarakan:

a) pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UUD 1945 yang tegas-tegas menyebutnya.
b) pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar dalam Pasal-Pasal (batang tubuh)
UUD 1945.
c) pengaturan di bidang: hubungan antar lembaga Negara dan hubungan antar warga
Negara/penduduk.

4) Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan Pemerintah menyelenggarakan:

a) pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas


menyebutnya.
b) pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang mengatur meskipun
tidak tegas-tegas menyebutnya.

5) Peraturan Presiden (Perpres)

Materi muatan peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-
undang atau materi untuk melaksanakan paraturan pemerintah

Peraturan Presiden menyelenggarakan:


a) pengaturan dalam rangka penyelenggaraan kekuasaan pemerintah Negara sebagai
atribusi Pasal 4 ayat (1) UUD 1945.

9
b) pengaturan lebih lanjut perintah undang-undang baik secara tegas maupun tidak tegas
diperintahkan pembentukannya.
c) pengaturan lebih lanjut perintah Peraturan Pemerintah baik secara tegas maupun tidak
tegas diperintahkan pembentukannya.

6) Peraturan Daerah (Perda)

Materi muatan peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampungkondisi khsuus
daerah, serta penjabaran labih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan Daerah menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang berkenaan:

a) otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan.


b) penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan ciri khas masingmasing daerah.
c) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
d) belum diatur oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditegaskan, bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hal tersebut bermakna bahwa
Negara Indonesia bukan Negara yang berdasar atas kekuasaan (machstaat). Dengan demikian
dalam Negara hukum, pengembangan hukum berupa ilmu di bidang perundang-undangan
dapat mendorong fungsi pembentukan peraturan perundang-undangan yang sangat diperlukan
kehadirannya.

Peraturan Perundang-undangan: Perundang-undangan merujuk pada proses dan teknik


penyusunan peraturan negara, sementara peraturan perundang-undangan mengacu pada jenis-
jenis atau macam-macam peraturan negara. Peraturan perundang-undangan harus bersifat
tertulis, mengikat umum, dan dikeluarkan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang.

Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia: hierarki dalam peraturan


perundang-undangan di Indonesia, dengan tingkat tertinggi adalah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hierarki ini memastikan peraturan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.jenis dan hierarki peraturan
perundang undangan diatur dalam pasal 7 UU no.12 tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang Undangan.

Indonesia sedang berupaya membangun sistem hukum yang berkebudayaan


masyarakat. Saat ini masih banyak produk hukum yang belum berpihak kepada masyarakat.
Terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum sebagaimana yang
dijabarkan oleh Gustav Radbruch, yaitu kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan.

Penataan Peraturan Perundang-Undangan memiliki dimensi manfaat yang sangat besar


untuk mewujudkan cita-cita pembentukan hukum yang berkemanfaatan. Penegasan utamanya
adalah dengan memastikan adanya jaminan kepastian hukum bagi masyarakat. Penegakan
hukum merupakan tugas yang dilaksanakan oleh aparatur hukum. Pelaksanaannya memang
sangat mungkin terjadinya banyak penyelewengan dari aturan hukum yang berlaku karena
terdapat kepentingan pihak-pihak yang berusaha memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi.
Dapat dikatakan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat diperlukan pengintegrasian
secara menyeluruh setiap aturan yang ada dan dalam pembentukan hukum yang baru

11
kedepannya diperlukan pengawasan dari lembaga negara tertentu demi terjaminnya
pembentukan hukum yang berkemanfaatan.

Penataan peraturan perundang-undangan merupakan upaya awal dalam mewujudkan


penguatan substansi hukum di Indonesia. Hal ini meliputi penyempurnaan pengaturan,
pemantauan, dan peninjauan terhadap undang-undang, serta pengharmonisasian, dan
pemantapan konsepsi rancangan peraturan. Keterlibatan pejabat fungsional Analis Hukum
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan menjadi langkah strategis dalam
mendukung agenda penguatan kualitas peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam
proses perancangan peraturan perundang-undangan, diperlukan penggunaan teknik yang tepat,
seperti teknik penyusunan naskah, teknik harmonisasi dengan peraturan yang ada, dan teknik
penyusunan penjelasan. Penguatan substansi peraturan perundang-undangan juga melibatkan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pembentukan dan evaluasi
peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah.

Negara hukum dimaknai sebagai sebuah konsep bernegara yang dalam pembentukan
hukumnya ditentukan oleh masyarakat dan mengatur hubungan diantara sesama masyarakat.
Pembentuka hukum dalam ketatanegaraan Indonesia tidak dilakukan secara langsung oleh
masyarakat tetapi melalui lembaga perwakilan. Hukum yang dibentuk merupakan representasi
keinginan Masyarakat sebagai pemilik kedaulatan dan sebagai upaya perlindungan hak
masyarakat. Penataan Peraturan Perundang-Undangan memiliki dimensi manfaat yang sangat
besar untuk mewujudkan cita-cita pembentukan hukum yang berkemanfaatan. Penegasan
utamanya adalah dengan memastikan adanya jaminan kepastian hukum bagi masyarakat.
Jaminan kepastian hukum dalam negara hukum dapat dilihat dari substansi hukum maupun
format peraturan yang dibentuk. Pelaksanaan negara yang dilandasi atas hukum
dimanifestasikan melalui Peraturan Perundang-Undangan dengan pengharapan dapat
terwujudnya tertib hukum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang Undang Nomor.12 tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang


Undangan

Didi Najmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum, Angkasa Raya, Padang, 1992

Dasril Rajab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Maria Farida Indrati S.Ilmu Perundang-undangan 1 : Jenis, Fungsi Dan Materi Muatan /
Maria Farida Indrati S .2007, 2021

Hans Kelsen. 2018. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul Muttaqien
dari General Theory of Law and State (1971). Bandung: Nusa Media.

Thaib, H. Dahlan, et.al., 2005. Teori dan Hukum Konstitusi, Cetakan Kelima, Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Moonti,Roy Marthen. Ilmu Perundang-Undangan. Perpustakaan Nasional Ri Katalog Dalam


Terbitan .Keretakupa, Makassar, 2017

13

Anda mungkin juga menyukai