Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan karunia Nya makalah ini bisa dapat diselesaikan dengan tepat waktu,dan juga kami
berterimakasih kepada Ibu Dr. RR. Cahyowati, SH.,MH yang telah membimbing kami dalam
mata kuliah Ilmu Perundang Undangan C1.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua,mohon maaf bila ada kekurangan dalam makalah ini, Saran dan kritik sangat penulis
butuhkan untuk memperbaiki makalah ini nantinya.terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN................................................................................................................. 4
BAB III................................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................ 11
KESIMPULAN .......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditegaskan, bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hal tersebut bermakna bahwa
Negara Indonesia bukan Negara yang berdasar atas kekuasaan (machstaat). Dengan
demikian dalam Negara hukum, pengembangan hukum berupa ilmu di bidang perundang-
undangan dapat mendorong fungsi pembentukan peraturan perundang-undangan yang
sangat diperlukan kehadirannya.
1
Dalam arti lain Peraturan Perundang-undangan merupakan istilah yang dipergunakan
untuk menggambarkan berbagai jenis (bentuk) peraturan (produk hukum tertulis) yang
mempunyai kekuatan mengikat secara umum yang dibuat oleh Pejabat atau Lembaga
yang berwenang.
a. bersifat tertulis,
b. mengikat umum, dan
c. dikeluarkan oleh Pejabat atau Lembaga yang berwenang
Bersdasarkan kriteria ini, maka tidak setiap aturan tertulis yang dikeluarkan Pejabat
merupakan Peraturan perundang-undangan, sebab dapat saja bentuknya tertulis tapi tidak
mengikat umum, namun hanya untuk perorangan berupa Keputusan (Beschikking)
misalnya.
2
mencerminkan rasa keadilan serta memberikan kemanfaatan akan menciptakan tertib
hukum dimasyarakat. Tertib hukum tidak dapat dibentuk begitu saja karena harus adanya
rasa percaya dari masyarakat terhadap hukum yang berlaku. .Bentuk penguatan terhadap
substansi hukum yang ada di Indonesia salah satunya berupa penguatan substansi Peraturan
Perundang-Undangan sebagai upaya awal mewujudkan negara hukum yang berkeadilan
dan berkemanfaatan.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
atas hukum dimanifestasikan melalui Peraturan Perundang-Undangan dengan
pengharapan dapat terwujudnya tertib hukum.
Penegakan hukum merupakan tugas yang dilaksanakan oleh aparatur hukum.
Pelaksanaannya memang sangat mungkin terjadinya banyak penyelewenangan dari
aturan hukum yang berlaku karena terdapat kepentingan pihak-pihak yang berusaha
memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi. Perbaikan substansi hukum secara
menyeluruh melalui penataan Peraturan Perundang-Undangan menjadi sangat penting
untuk dilaksanaan karena masyarakat selalu melihat hukum sebagai subjek yang
dipersalahkan jika timbul rasa ketidakadilan atas penegakan hukum.
Dapat dikatakan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat diperlukan
pengintegrasian secara menyeluruh setiap aturan yang ada dan dalam pembentukan
hukum yang baru kedepannya diperlukan pengawasan dari lembaga negara tertentu
demi terjaminnya pembentukan hukum yang berkemanfaatan. Diharapkan dengan
penataan Peraturan Perundang-Undangan ini dapat memperkuat sistem hukum
Indonesia.
• Penataan Peraturan Perundang-Undangan
Penataan peraturan perundang-undangan merupakan upaya awal dalam
mewujudkan penguatan substansi hukum di Indonesia. Hal ini meliputi penyempurnaan
pengaturan, pemantauan, dan peninjauan terhadap undang-undang, serta
pengharmonisasian, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan.
• Kehadiran Analis Hukum
Keterlibatan pejabat fungsional Analis Hukum dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan menjadi langkah strategis dalam mendukung agenda penguatan
kualitas peraturan perundang-undangan di Indonesia. Analis Hukum diharapkan dapat
berdampingan dengan Perancang Peraturan Perundang-Undangan untuk menguatkan
pembangunan substansi hukum.
• Penggunaan teknik yang tepat
Dalam proses perancangan peraturan perundang-undangan, diperlukan
penggunaan teknik yang tepat, seperti teknik penyusunan naskah, teknik harmonisasi
dengan peraturan yang ada, dan teknik penyusunan penjelasan
• Peningkatan kualitas sumber daya manusia
5
Penguatan substansi peraturan perundang-undangan juga melibatkan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pembentukan dan
evaluasi peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi. Asas ini berlaku pada dua peraturan yang hierarkinya tidak sederajat dan saling
bertentangan.
Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang lebih umum. Asas ini
berlaku pada dua peraturan yang hierarkinya sederajat dengan materi yang sama.
6
Peraturan yang baru mengesampingkan peraturan lama. Asas ini berlaku saat ada dua
peraturan yang hierarkinya sederajat dengan tujuan mencegah ketidakpastian
hukum.Peraturan hanya bisa dihapus dengan peraturan yang kedudukannya sederajat atau
lebih tinggi.
UUD 1945 merupakan hukum dasar dalarn Peraturan Perundang-undangan. Hal ini
menjadikan UUD 1945 merupakan norma dasar bagi Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang merupakan sumber hukum bagi Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan di bawah UUD 1945, sebagalmana dlmaksud dalam ketentuan Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 .
Terkait dengan materi muatan atau substansi yang terkandung dalam suatu konstitusi,
dapat dijelaskan bahwa umumnya setiap konstitusi mengandung 3 (tiga) hal pokok, yaitu:
a) organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan
yudikatif, termasuk prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah
satu badan pemerintah dan sebagainya;
b) hak-hak asasi manusia;
c) prosedur perubahan Undang-Undang Dasar itu sendiri;
d) ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang
Dasar.
7
Dari sejumlah pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
konstitusi tertulis atau hukum dasar tertulis atau Undang-Undang Dasar adalah merupakan
suatau dokumen tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan pokok serta mendasar dan
sangat prinsipil tentang sistem ketatanegaraan suatu negara yang proses penyusunan
maupun perubahannya dilakukan dengan syarat maupun mekanisme tertentu. Oleh karena
proses penyusunan maupun perubahannya dilakukan dengan syarat maupun mekanisme
tertentu, maka setiap Undang-Undang Dasar umumnya mencantumkan mekanisme
tersebut dalam Undang-Undang Dasar itu sendiri.
Kedudukan Ketetapan MPR tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan kewenangan
MPR dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Pasal 1 Ayat (2)UUD 1945 sebelum
perubahan menyatakan “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Ketentuan tersebutberubah menjadi “Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Selanjutnya dalam Pasal 3 UUD 1945, MPR diberikan kewenangan untuk menetapkan
Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara (GBHN). Konsekuensi dari kedudukan dan
kewenangan MPR untuk menetapkan Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara (GBHN),
mengakibatkan keberadaan Ketetapan MPR(Sementara) manjadi salah satu salah satu
sumber hukum. Fungsi Ketetapan MPR dengan demikian adalah sebagai landasan hukum
bagi produk hukum yang ada di bawahnya, selama ketetapanMPR itu masih dinyatakan
berlaku.
Namun karena sampai saat ini masih terdapat Ketetapan MPR Sementara dan Ketetapan
MPR yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.
Maka, Ketetapan MPR masih tetap dijadikan sumber hukum nasional. Itulah sebabnya
dalam hierarki Peraturan Perundang-undangan sesuai pasal 7 UU No 12 Tahun 2011,
Ketetapan MPR masuk dalam urutan kedua Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan di bawah UUD 1945. Berikut ini Ketetapan- Ketetapan MPR yang masih tetap
berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti dengan undang-undang adalah:
8
1. Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia
2. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi
Ekonomi
Berdasarkan Uraian di atas, makna Ketetapan MPR adalah ketetapan yang dikeluarkan
MPR sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR sesuai UUD 1945.
Adapun Kedudukan Ketetapan MPR dalam sistem hukum nasional adalah sebagai salah
satu sumber hukum nasional.
a) pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UUD 1945 yang tegas-tegas menyebutnya.
b) pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar dalam Pasal-Pasal (batang tubuh)
UUD 1945.
c) pengaturan di bidang: hubungan antar lembaga Negara dan hubungan antar warga
Negara/penduduk.
Materi muatan peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-
undang atau materi untuk melaksanakan paraturan pemerintah
9
b) pengaturan lebih lanjut perintah undang-undang baik secara tegas maupun tidak tegas
diperintahkan pembentukannya.
c) pengaturan lebih lanjut perintah Peraturan Pemerintah baik secara tegas maupun tidak
tegas diperintahkan pembentukannya.
Materi muatan peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampungkondisi khsuus
daerah, serta penjabaran labih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditegaskan, bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hal tersebut bermakna bahwa
Negara Indonesia bukan Negara yang berdasar atas kekuasaan (machstaat). Dengan demikian
dalam Negara hukum, pengembangan hukum berupa ilmu di bidang perundang-undangan
dapat mendorong fungsi pembentukan peraturan perundang-undangan yang sangat diperlukan
kehadirannya.
11
kedepannya diperlukan pengawasan dari lembaga negara tertentu demi terjaminnya
pembentukan hukum yang berkemanfaatan.
Negara hukum dimaknai sebagai sebuah konsep bernegara yang dalam pembentukan
hukumnya ditentukan oleh masyarakat dan mengatur hubungan diantara sesama masyarakat.
Pembentuka hukum dalam ketatanegaraan Indonesia tidak dilakukan secara langsung oleh
masyarakat tetapi melalui lembaga perwakilan. Hukum yang dibentuk merupakan representasi
keinginan Masyarakat sebagai pemilik kedaulatan dan sebagai upaya perlindungan hak
masyarakat. Penataan Peraturan Perundang-Undangan memiliki dimensi manfaat yang sangat
besar untuk mewujudkan cita-cita pembentukan hukum yang berkemanfaatan. Penegasan
utamanya adalah dengan memastikan adanya jaminan kepastian hukum bagi masyarakat.
Jaminan kepastian hukum dalam negara hukum dapat dilihat dari substansi hukum maupun
format peraturan yang dibentuk. Pelaksanaan negara yang dilandasi atas hukum
dimanifestasikan melalui Peraturan Perundang-Undangan dengan pengharapan dapat
terwujudnya tertib hukum.
12
DAFTAR PUSTAKA
Didi Najmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum, Angkasa Raya, Padang, 1992
Dasril Rajab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005
Maria Farida Indrati S.Ilmu Perundang-undangan 1 : Jenis, Fungsi Dan Materi Muatan /
Maria Farida Indrati S .2007, 2021
Hans Kelsen. 2018. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul Muttaqien
dari General Theory of Law and State (1971). Bandung: Nusa Media.
Thaib, H. Dahlan, et.al., 2005. Teori dan Hukum Konstitusi, Cetakan Kelima, Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
13