Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Hukum Adat Sebagai Alas Pembaharuan Hukum Indonesia

Dosen pengampu:Santy Fitnawati WN,SH.,M.Kn

Disusun Oleh: Kelompok

Hafidin

Linda Rohdianti

Ikrimatul falah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PRIMAGRAHA

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat serta karuniaNya sehingga makalah yang
berjudul ” hukum adat sebagai alas pembaharuan hukum Indonesia"dapat kami selesaikan.

Makalah ini di buat dengan tujuan memenuhi tugas dari mata kuliah hukum adat. Kami
sampaikan terima kasih kepada Ibu Santy Fitnawati WN,SH.,M.Kn selaku Dosen mata kuliah
hukum adat .Berkat tugas yang di berikan ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan
topik yang di berikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca
temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca
apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Serang, 19 February 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………….………………………….....………………………...i

DAFTAR ISI ……………….…….…...……………………………………………........….ii

BAB I PENDAHULUAN……………..………………………………………............1

Latar Belakang……………..…….…………………………………...........…………..1

Rumusan Masalah…………..……………………………………......…………......1

Tujuan Penulisan………………………………………………….........…………......1

B A B I I
PEMBAHASAN…………..………..………………………………………...............2

P en g er t i an h uku m a dat …… …… …… … ….. .. ... .. .. .. ... .. .. ... .. ... .… ….. …… ..2

pembaharuan hukum adat sebagai hukum pidana di Indonesia…………………….……3

Hubungan hukum adat dengan hukum negara.………........... ..................……..4

pemikiran pluralisme hukum di Indonesia................................................4

C a r a u n i f i k a s i n i l a i - n i l a i h u k u m a d a t
Indonesia…………..…………....…….…………….......5

B A B I I I
PENUTUP………………...……………………………….......................…………………..7

Kesimpulan…………………...………………………………………….............................…
. . . . . . . . . 7

Saran……………………………………………………………………...................................
… … . . . . . . 7

3
D A F T A R
PUSTAKA………………………………………………………………...........................…..
. 8

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kemajuan di bidang hukum ditandai dengan usaha untuk memperbaharui hukum itu sendiri,
karena hukum sebagai salah satu penunjang utama dalam menjamin ketertiban masyarakat,
diharapkan mampu mengantisipasi dan mengatasi segala tantangan, kebutuhan serta kendala
yang menyangkut sarana dan prasarana, di samping itu juga harus lebih beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Meskipun seringkali secara faktual,
hukum berjalan lebih lamban daripada perkembangan dan perubahan berbagai hal di
masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah hukum pidana sebagai bagian dari hukum.
Perubahan dan pembaharuan di bidang hukum pidana khususnya mengenai hukum pidana
materiil (substantif) merupakan hal yang penting dan mendasar, karena hukum yang sekarang
berlaku khususnya hukum pidana material peninggalan kolonial sudah tidak lagi dapat
memenuhi kebutuhan hukum masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai dengan realita hukum bahwa
hukum pidana atau KUHP yang sekarang berlaku bukan berasal, berakar atau bersumber dari
pandangan/konsep nilai-nilai dasar dan kenyataan sosio-politik, sosio-ekonomi dan sosio-
budaya yang hidup dalam masyarakat Indonesia sendiri. Pembaharuan hukum pidana nasional
merupakan salah satu masalah besar yag dihadapi bangsa Indonesia,khususnya dalam rangka
mengubah dan mengganti KUHP (WvS) warisan kolonial Belanda yang sekarang berlaku
karena dianggap tidak sesuai lagidengan tuntutan dan nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat, menjadi KUHP Baru yang bersifat nasional sesuai dengan pandangan hidup bangsa
yang berakar pada nilai-nilai sosial, budaya dan struktur masyarakat Indonesia.

5
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pembaharuan hukum pidana di Indonesia
khususnya hukum pidana material, sudah dilakukan sejak tahun 1946 dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946. Pasal 5 Undang-undang tersebut
menentukan bahwa “peraturan hukum pidana, yang seluruhnya atau sebagian sekarang
tidak dapat dijalankan atau bertentangan dengan kedudukan Republik Indonesia sebagai
negara merdeka atau tidak memunyai arti lagi, harus dianggap seluruhnya atau sebagian
sementara tidak berlaku lagi”. Sedangkan dalam pasal 8 merupakan perubahan kata-kata
dan penghapusan berbagai pasal dalam KUHP. Namun perubahan yang demikian masih
bersifat tambal sulam atau parsial, sehingga perlu dilakukan upaya pembaharuan secara
menyeluruh atau pembaharuan secara total. Sehubungan dengan hal tersebut, Barda
Nawawi Arief menyatakan bahwa usaha melakukan pembaharuan hukum (pidana) pada
dasarnya merupakan kegiatan yang berlanjut dan terus menerus (kontinu) tak kenal
henti. Jerome Hall menyebutkan dengan istilah “a permanent on going enterprise”.
Khususnya di bidang pembaharuan hukum pidana, Jerome Hall menyatakan
“improvement of the criminal law should be a permanent on going enterprise and
detailed records should be kept”. Dengan demikian menurut Jerome Hall
“perbaikan/pembaharuan atau pengembangan hukum pidana harus merupakan suatu
usaha permanen yang terus menerus dan berbagai catatan/dokumen rinci mengenai hal
itu seharusnya disimpan dan dipelihara”Dalam rangka melakukan pembaharuan hukum
pidana di Indonesia, tentu tidak terlepas dari tugas politik hukum untuk meneliti
perubahanperubahan yang perlu diadakan terhadap hukum yang ada sehingga dapat
memenuhi tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan baru dalam masyarakat. Politik
hukum berusaha meneruskan arah perkembangan tertib hukum, dari Ius Constitutum
yang bertumpu pada kerangka landasan hukum yang terdahulu menuju pada penyusunan
hukum di masa datang atau Ius Constituendum. Barda Nawawi Arief secara jelas
merumuskan latar belakang dan urgensi pembaharuan hukum pidana dapat ditinjau dari
aspek sosio-politik,
sosio-filosofis, sosio-kultural. Dengan demikian, pembaharuan hukum pidana pada
hakikatnya mengandung makna, suatu upaya untuk melakukan reorientasi dan
reformulasi hukum pidana yang sesuai dengan nilai-nilai sentral sosio-politik, sosio-
filosofis, dan sosio-kultural masyarakat Indonesia yang melandasi kebijakan sosial,

6
kebijakan kriminal, dan kebijakan penegakan hukum di Indonesia. Secara singkat
dapatlah dikatakan, bahwa pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya harus ditempuh
dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan (policy oriented approach) dan
sekaligus pendekatan yang berorentasi pada nilai (value oriented approach).2Menurut
Prof. Sudarto, paling sedikit ada tiga alasan untuk mengadakan pembaharuan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana tersebut, yaitu politis, sosiologis, dan praktis.3
Dipandang dari segi politis, Negara.

B. Rumusan Masalah
1) bagaimana hubungan hukum adat dengan hukum negara?
2) bagaimana pemikiran pluralisme hukum di Indonesia?
3) bagaimana cara unifikasi nilai-nilai hukum adat di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1)untuk mengetahui hubungan adat dengan hukum negara.
2) untuk mengetahui pemikiran pluralisme hukum di Indonesia.
3) untuk mengetahui cara unifikasi nilai-nilai hukum adat di Indonesia.

BAB II

7
PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum adat

Hukum adat adalah keseluruhan kaidah-kaidah atau norma baik tertulis maupun tidak tertulis
yang berasal dari adat istiadat atau kebiasaan masyarakat. Tujuan diberlakukannya hukum adat
adalah untuk mengatur tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. Siapapun yang melanggar
akan dikenakan sanksi.

Hukum adat diakui oleh negara sebagai hukum yang sah. Setelah Indonesia merdeka, dibuatlah
beberapa aturan yang dimuat dalam Undang-undang Dasar atau UUD 1945 mengenai hukum
adat. Salah satunya adalah pasal 18B ayat 2 UUD 1945.

Hukum adat atau hukum kebiasaan adalah hukum umum merujuk pada serangkaian aturan yang
mengikat pada suatu masyarakat yang tidak tertulis dan bersumber dari kebiasaan yang tumbuh
dan berkembang pada suatu masyarakat adat tertentu[1]. Hukum adat Indonesia yang berlaku
sekarang ialah hukum adat yang berlaku sebelum tahun 1808 Masehi masa Thomas Stamford
Raffles mengadakan perubahan-berubahan yaitu "aturan yang tidak tertulis dan merupakan
pedoman untuk seluruh masyarakat Indonesia dan dipertahankan oleh masyarakat asli Indonesia
dalam pergaulan hidup seharihari baik di kota maupun di desa.

Hukum Adat merupakan suatu istilah dari masa silam terkait pemberian ilmu pengetahuan
hukum kepada kelompok hingga beberapa pedoman serta kenyataan yang mengatur dan
menerbitkan kehidupan masyarakat indonesia.

B. Pembaharuan hukum adat sebagai hukum pidana di Indonesia.

Pembaharuan hukum pidana pada pokoknya merupakan suatu usaha untuk melakukan
peninjauan dan pembentukan kembali (reorientasi dan reformasi) hukum sesuai dengan nilai-
nilai umum sosio-politik, sosio- filosofik, dan nilai-nilai kultural masyarakat Indonesia.
Pembaharuan hukum termasuk hukum pidana adalah keniscayaan, karena kebutuhan akan
keadilan masyarakat yang terus berubah harus bisa diakomodasi. Namun dalam Rancangan
Kitab Hukum Pidana (RKUHP) yang saat ini dalam proses pembahasan di DPR, masih terdapat
Pasal-Pasal yang dipersoalkan kalangan masyarakat sipil, karena dikhawatirkan menimbulkan

8
dampak krimininalisasi berlebihan. Beberapa lembaga hukum melakukan kajian terhadap
Pasal-Pasal penting RKUHP dan menyuarakannya.

Hukum adat bukanlah hukum yang membeku, tetapi mengalami pertemuan dengan hukum-
hukum lain, bertransformasi melahirkan hukum “hibrida” yang selalu baru. Hukum adat bahkan
menyebar jauh seiring dengan berpindahnya warga adat bagaimana pemikiran pluralisme
hukum di Indonesiapendukungnya ke wilayah tanpa batas dan membentuk komunitas baru.
Mereka mengkonstruksi identitas “bikulturalisme” di tempat baru. Di satu sisi tetap
mengaktifkan nilai dan hukum adat lama terutama terkait peristiwa daur hidup: kelahiran,
perkawinan, kematian, pewarisan, bahkan hubungan kepemilikan sumberdaya alam di kampung
asal. Namun di sisi lain mereka juga mengadopsi beragam nilai, hukum, gaya hidup tempat
tinggal baru.

C . Hubungan hukum adat dengan hukum negara.

Hukum Adat mulai diakui secara resmi oleh pemerintah Kolonial Belanda dan sejajar
kedudukannya dengan Hukum Eropa atau Hukum Barat melalui Pasal 131 ayat (6) Indische
Staatsregeling (IS). Melalui pasal ini pula, Hukum Adat dinyatakan sebagai sumber hukum
positif bagi bangsa Indonesia.

Hubungan antara hukum adat dengan hukum nasional /negara adalah dalam rangka
pembangunan hukum nasional adalah hubungan yang bersifat fungsional, artinya hukum adat
sebagai sumber utama dalam mengambil bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka
pembangunan hukum nasional. Hukum adat yang diperlukan dalam era globalisasi atau zaman
modem adalah hukum adat yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan zaman,
sehingga hukum adat menunjukkan sifat yang dinamis sehingga dengan mudah dapat
berkembang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman karena mempunyai nilai-nilai
yang universal maupun lembaga-lembaga hukum yang dalam bentuk pernyataan modern.
Dengan penyesuaian ini maka tidak menutup kemungkinan kemumian penerapan kaidahkaidah
hukum adat menjadi hukum nasional akan mengalami pergeseran, sepanjang untuk
memperkaya dan mengembangkan hukum nasional, asal tidak bertentangan dengan Pancasila

9
dan UUD 1945.
D. Pemikiran pluralisme hukum di Indonesia

Pluralisme berasal dari bahasa Inggris pluralism, terdiri dari duakata plural (beragam) dan isme
(paham) yang berarti beragam pemahaman, ataubermacam-macam paham Untuk itu kata ini
termasuk kata yang ambigu (bermakna lebih dari satu).Sedangkan pengertian hukum adalah
peraturan atau adat yg secara resmidianggap mengikat, yg dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah.
Jadi Pengertian Pluralisme Hukum adalah Pluralisme hukum (legalpluralism) diartikan sebagai
keragaman hukum. Pluralisme hukum adalah hadirnya lebih daisatu aturan hukum dalam
sebuah lingkungan sosial.

Pluralisme hukum adalah munculnya suatu ketentuan atau sebuah aturanhukum yang lebih dari
satu di dalam kehidupan sosial. Kemunculan dan lahirnya pluralisme hukum di indonesia di
sebabkan karena faktor historis bangsaindonesia yang mempunyai perbedaan suku, bahasa,
budaya, agama dan ras.Tetapi secara etimologis bahwa pluralisme memiliki banyak arti, namun
padadasarnya memiliki persamaan yang sama yaitu mengakui semua perbedaanperbedaan
sebagai kenyataan. Dan di dalam tujuan pluralisme hukum yangterdapat di indonesia memiliki
satu cita-cita yang sama yaitu keadilan dankemaslahatan bangsa.
Indonesia menganut tiga sistem hukum yakni sistem hukum Adat, sistemhukum Islam dan
hukum Barat, ketiga hukum tersebut saling berkesinambunganantara satu dengan yang lain
mereka saling beriringan menggapai tujuan yang sama, namun di dalam perjalananya mereka
mengikuti aturan yang terdapat didalam hukum tersebut. Tetapi bila di kaji secara logika
masing-masing hukum tersebut, memiliki kesamaan di dalamnya. Mau tidak mau bahwa sistem
pluralisme hukum di indonesia telah melekat dan menjadi darah daging bagi masyarakat kita.
Dan kitatidak bisa mengelak bahwa hukum pluralisme tersebut berkembang di indonesia.
Konsep pluralisme hukum bangsa Indonesia menegaskan bahwa masyarakat memiliki cara
berhukumnya sendiri yang sesuai dengan rasa keadilan dankebutuhan mereka dalam mengatur
relasi-relasi sosialnya, pluralnya hukum yangberada pada indonesia, hukum akan terpakai
sendiri dengan keinginan ataukebutuhan masyarakat tersebut.

E. Cara unifikasi nilai-nilai hukum adat di Indonesia.

10
Unifikasi Hukum Umar Said yang dikutip oleh Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari dalam
artikelnya Perkembangan Hukum Indonesia dalam Menciptakan Unifikasi dan Kodifikasi
Hukum (hal. 118), menyebutkan bahwa unifikasi hukum adalah penyatuan hukum yang berlaku
secara nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional. Penyatuan hukum secara
nasional untuk hukum yang bersifat sensitif yaitu hukum-hukum yang mengarah kepada
pelaksanaan hukum kebiasaan sangat sulit untuk diunifikasi karena masing-masing daerah
memiliki adat istiadat yang berbeda. Misalnya UU Pornografi yang banyak mendapat penolakan
dari masyarakat di daerah yang menganggap jika dilaksanakan akan mempengaruhi esensi
pelaksanaan kegiatan adat di daerah mereka.

Contoh unifikasi hukum lainnya yang kami temukan adalah UU Perkawinan, dimana di setiap
wilayah Indonesia memiliki adat tersendiri dalam hal perkawinan. Oleh karena itu, dibentuklah
UU Perkawinan sebagai penyatuan dan penyeragaman hukum untuk diberlakukan di negara
Indonesia sebagai hukum nasional.Jika disimpulkan, unifikasi hukum adalah penyatuan hukum
yang berlaku secara nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional. Kemudian,
kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu kumpulan undang-undang dalam
materi yang sama.

BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

1.)Hukum adat adalah keseluruhan kaidah-kaidah atau norma baik tertulis maupun tidak tertulis
yang berasal dari adat istiadat atau kebiasaan masyarakat.Hukum Adat mulai diakui secara
resmi oleh pemerintah Kolonial Belanda dan sejajar kedudukannya dengan Hukum Eropa atau
Hukum Barat melalui Pasal 131 ayat (6) Indische Staatsregeling (IS).

2).Pluralisme hukum adalah munculnya suatu ketentuan atau sebuah aturanhukum yang lebih
dari satu di dalam kehidupan sosial. Kemunculan dan lahirnya pluralisme hukum di indonesia
di sebabkan karena faktor historis bangsaindonesia yang mempunyai perbedaan suku, bahasa,

11
budaya, agama dan ras.Pluralisme Hukum adalah Pluralisme hukum (legalpluralism) diartikan
sebagai keragaman hukum. Pluralisme hukum adalah hadirnya lebih daisatu aturan hukum
dalam sebuah lingkungan sosial.

3).unifikasi hukum adalah penyatuan hukum yang berlaku secara nasional atau penyatuan
pemberlakuan hukum secara nasional. Penyatuan hukum secara nasional .

B.saran

Sebagimana yang telah disebutkan terkait hukum adat, maka yang sangat perlu diperhatikan
adalah unifikasi nilai-nilai hukum adat di Indonesia. Karena faktanya, Indonesia memiliki
banyak hukum adat dengan norma yang berbeda-beda dan untuk menyelaraskan hal tersebut
tentu tidak mudah Kate setiap kebiasaan antar daerah memiliki aturan yang wajib dijalankan.
Maka untuk itu, sebagai pemimpin negara dengan beranekaragam suku budaya dll harus benar-
benar teliti dalam mengambil keputusan agar tidak terjadi perpecahan antar daerah karena
perbedaan pendapat atau permikiran.

DAFTAR PUSTAKA

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, MandarMaju, Bandung,


1992L.J.

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta,1990Ratno Lukito, Hukum
Sakral dan Hukum Sekuler, Pustaka Alpabet,Jakarta, 2008-,Tradisi Hukum Indonesia, IMR
Press, Cianjur, 2013

R.Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta,1977

https://nasional.kompas.com/read/2022/06/09/03000081/hukum-adat--pengertian-sumber-
dan-unsur

Daniel S. Lev, 1990 hukum kolonial dan asal usul pembentukan negara Indonesia dalam hukum
dan politik di Indonesia, kesinambungan dan perubahan.

Romli atmasosmita ,1996 Sistem Peradilan Pidana, perspektif

12

Anda mungkin juga menyukai