Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR ILMU HUKUM

OLEH:
Ryian Wardana Siregar
2203120035

Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan


Fakultas Hukum
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI…………………………………………..………........................................................... 2
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..... 4
A. Latar belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah………………………………………………………………………………... 4
C. Tujuan penulisan.…………………………………………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………. 5
A. Pengertian hukum………………………………………………………………………………... 5
B. Pertama kali hukum di Indonesia…..……….…………………………………………….. 6
C. Pemisahan PIH dan PHI……………………………………………………………………….. 6
D. Alasan hukum harus ditaati…………………………………………………………………. 7

E. Subjek dan objek hukum……………………………………………………………………… 7


F. Fungsi hukum sebagai ”a tool of social control”………………………................. 11
BAB III PENUTUP………………………………………………………………................................. 12
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………............ 12
B. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………... 13
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT,
karena atas ridho-Nya lah tugas ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
disediakan. Tidak lupa pula kepada Nabi besar kita Muhammad SAW serta para
umatnya yang sampai akhir zaman.
Tugas ini gunanya sebagai tiket untuk mengikuti evaluasi akhir “Traktat XIII”.
Dengan harapan dapat lulus dan sesuai dengan harapan.
Dalam penyusunan tugas ini, tentulah masih ada yang perlu diperbaiki. Maka
dari itu penulis tugas ini sangat mengharapkan saran yang mampu membangun
untuk kesempurnaan susunan tugas-tugas berikutnya.
Akhir kata, saya sampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
bersangkutan dalam penyusunan makalah atau tugas ini. Semoga sang pencipta
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita di dunia ini. Amin ya rabbal
alamin.

Padangsidimpuan, 29 Oktober 2022

Ryan Wardana Siregar


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di dalam masyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain.
Kehidupan bersama itu menyebabkan adanya interaksi, kontak maupun hubungan
satu sama lain. Kontak dapat berarti hubungan yang menyenangkan atau hubungan
yang menimbulkan menimbulkan konflik ataupun pertentangan.
Mengingat akan banyaknya kepentingan tidak mustahil terjadi konflik
sesama manusia, karena kepentingannya itu bertentangan. Konflik atau
pertentangan terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya
seorang merugikan orang lain. Di dalam kehidupan masyarakat hal itu tidak dapat
dihindarkan.
Maka dari itu pentingnya masyarakat untuk mengenal hukum sebagai kaidah
pengatur norma-norma sosial lebih dalam agar konflik tersebut dapat dihindarkan
sehingga fungsi hukum untuk menjamin rasa aman di masyarakat dapat terlaksana.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hukum?
2. Siapa yang pertama kali menggunakan hukum di Indonesia?
3. Dimana letak pemisahan antara PIH dan PHI?
4. Kapankah hukum itu harus ditaati?
5. Mengapa hukum itu punya subjek dan objek?
6. Bagaimana fungsi hukum sebagai “a tool of social control”?

C. Tujuan
1. Agar dapat memahami pengertian hukum
2. Agar dapat memahami asal usul dari penggunaan hukum
3. Agar dapat memahami perbedaan dan kesamaan PIH dan PHI
4. Agar dapat memahami sebagaimana hukum itu terlaksana
5. Agar dapat memahami subjek dan objek hokum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat
dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban,
keadilan, mencegah,terjadinya kekacauan.
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum
dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarakat berhak untuk
memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai
sebuah peraturan atau ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun tidak
tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi
untuk orang yang melanggarnya.
Hukum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 Hukum berdasarkan bentuknya: Hukum tertulis dan tidak tertulis
 Hukum berdasarkan wilayah berlakunya: Hukum local, hukum nasional,
dan hukum Internasional.
 Hukum berdasarkan fungsinya: Hukum materil dan hukum formal.
 Hukum berdasarkan waktunya: Ius constitutum, Ius constituendum, Lex
naturalis/hukum alam.
 Hukum berdasarkan isinya: Hukum publik, hukum antar waktu, dan
hukum private. Hukum public sendiri dibagi menjadi hukum tata Negara,
hukum administrasi Negara, Hukum pidana, dan hukum acara. Sedangkan
hukum privat dibagi menjadi hukum pribadi, hukum keluarga, hukum
kekayaan, dan hukum waris.
 Hukum berdasarkan pribadi: Hukum satu golongan, hukum semua
golongan, dan hukum antar golongan.
 Hukum berdasarkan wujudnya: Hukum obyektif, dan hukum subyektif.
 Hukum berdasarkan sifatnya: Hukum yang memaksa dan hukum yang
mengatur.
B. Pertama kali Hukum di Indonesia
Tata hukum di Indonesia ditetapkan oleh masyarakat Hukum Indonesia,
ditetapkan oleh Negara Indonesia. Lahirnya tata Hukum di Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, dibentuklah tata hukumnya itu dinyatakan dalam :
1. Proklamasi Kemerdekaan: “Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia”,
2. Pembukaan UUD-1945: “Atas berkat Rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.” Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Undang-
undang dasar Negara Indonesia…”
Pernyataan itu mengandung arti:
1. Menjadikan Indonesia suatu Negara yang merdeka dan berdaulat
2. Pada saat itu menetapkan tata hukum Indonesia, sekedar mengenai bagian
yang tertulis.
C. Pemisahan Pengantar Ilmu Hukum(PIH) dan Pengantar Hukum
Indonesia(PHI).
Perbedaan dan hubungan antara PIH dengan pengantar hukum Indonesia
(PHI) adalah sebagai berikut.
1. Keduanya memiliki objek kajian yang berbeda, yaitu objek kajian PIH
adalah pengertian-pengertian dasar dan teori-teori ilmu hukum serta
membahas hukum pada umumnya, dan tidak terbatas pada hukum yang
berlaku di tempat atau di Negara tertentu saja, tetapi juga hukum yang
berlaku di tempat atau Negara lain pada waktu kapan saja (ius constitutum
dan ius constituendum). Sedangkan objek kajian PHI adalah mempelajari
atau menyelidiki hukum yang sekarang sedang berlaku atau hukum positif
di Indonesia (ius constitutum).
2. PIH berfungsi sebagai dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari
hukum secara luas beserta berbagai hal yang melingkupinya, sedangkan
PHI berfungsi untuk mengantarkan setiap orang yang akan mempelajari
hukum yang sedang berlaku atau hukum positif Indonesia.
Akan tetapi, antara PIH dan PHI tetap merupakan dua mata kuliah yang
memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat itu, dapat mengantar bagi
yang mempelajarinya pada suatu kesimpulan, bahwa PIH menelaah hukum
secara luas dan komprehensif, tetapi dalam PHI secara khusu mempelajari
hukum yang sedang, atau akan diberlakukan pada waktu tertentu di Indonesia.
Adapun hubungan antara PIH dengan PHI dapat dilihat pada dua hal, sebagai
berikut.
1. Keduanya merupakan mata kuliah dasar keahlian yang mempelajari atau
menyelidiki hukum sebagai ilmu.
2. PIH merupakan dasar atau penunjang dalam mempelajari PHI, artinya PIH
harus dipelajari terlebih dahulu sebelum PHI.
D. Alasan hukum harus ditaati

E. Subjek dan objek hukum


 Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung(dapat memiliki) hak dan kewajiban. Subjek hukum ini, dalam
kamus ilmu hukum disebut juga “orang” atau “pendukung hak dan kewajiban”.
Dengan demikian, subjek hukum memilki kewenangan untuk bertindak
menurut tata cara yang ditentukan atau dibenarkan hukum.
Adapun subjek hukum (orang) yang dikenal dalam ilmu hukum adalah
manusia dan badan hukum.
1. Manusia (natuurlijk persoon) menurut hukum adalah setiap orang yang
mempunyai kedudukan yang sama, selaku pendukung hak dan kewajiban.
Pada prinsipnya, orang sebagai subjek hukum dimulai sejak ia lahir dan
berakhir setelah meninggal dunia. Namun ada pengecualian menurut pasal 2
KUHPerdata, bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya dianggap
telah lahir dan menjadi subjek hukum, apabila kepentingan menghendaki
(dalam hal menerima pembagian warisan). Apabila bayi tersebut lahir dalam
keadaan meninggal dunia, menurut hukum ia dianggap tidak pernah ada,
sehingga ia bukan subjek hukum (tidak menerima pembagian warisan).
Akan tetapi, ada golongan manusia yang dianggap tidak cakap bertindak atau
melakukan perbuatan hukum, golongan ini disebut personae miserabile,
sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat melaksanakan sendiri hak-hak
dan kewajibannya. Jadi, untuk menjalankan hak-hak dan kewajibannya,
harus diwakili oleh orang tertentu yang ditunjuk, yaitu walinya.
Golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum(personae
miserabile) tersebut, dalam arti tidak dapat melakukan perbuatan hukum di
bidang keperdataan atau harta benda, adalah sebagai berikut.
a. Anak yang masih di bawah umur atau belum dewasa (belum berusia 21
tahun), dan belum kawin/nikah.
b. Orang dewasa yang berada di bawah pengampuan (curatele), disebabkan
oleh sebagai berikut.
1) Sakit ingatan: gila, orang dungu, penyakit suka mencuri
(kleptomania), khususnya penyakitnya.
2) Pemabuk dan pemboros (ketidakcakapannya khusus dalam peralihan
hak di bidang harta kekayaan)
3) Isteri yang tunduk pada pasal 110 BW/KUH-Perdata. Namun
berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 tahun
1963, setiap isteri sudah dianggap cakap melakukan perbuatan
hukum. Isteri yang yang ditempatkan di bawah pengampuan
berdasarkan penetapan hakim yang disebut “kurandus”.
2. Badan hukum (rechts person), suatu perkumpulan atau lembaga yang dibuat
oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu. Badan hukum terbagi atas dua
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Badan hukum privat, seperti perseroan terbatas(PT), firma, CV, badan
koperasi, yayasan, dan sebagainya.
b. Badan hukum public, seperti Negara (mulai dari pemerintah pusat,
sampai pemerintah desa), dan instansi pemerintah.
Keberadaan suatu badan hukum, menurut teori ilmu hukum ditentukan oleh
empat teori yang menjadi syarat suatu badan hukum agar tergolong sebagai
subjek hukum, yaitu sebagai berikut.
a. Teori fictie, yaitu badan hukum dianggap sama dengan manusia (orang)
sebagai subjek hukumn dan hukum juga member hak dan kewajiban.
b. Teori kekayaan bertujuan, yaitu harta kekayaannya dari suatu badan
hukum mempunyai tujuan tertentu, dan harus terpisah dari harta
kekayaan para pengurusnya atau anggotanya.
c. Teori pemilikan bersama, yaitu semua harta kekayaan badan hukum
menjadi milik bersama para pengurusnya atau anggotanya.
d. Teori organ, yaitu badan hukum itu harus mempunyai organisasi atau alat
untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan,
yaitu para pengurus dan aset (modal) yang dimiliki.
 Objek Hukum
Objek hukum adalah “segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum,
dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum”. Menurut
terminology (istilah) ilmu hukum, objek hukum disebut pula “benda atau
barang”, sedangkan “benda atau barang” menurut hukum adalah “segala
barang dan hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis”, dan dibedakan
atas berikut ini.

1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud (pasal 503 KUH-Perdata).


a. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat dicapai atau
dilihat dan diraba oleh panca indera. Contohnya rumah, meja, kuda,
pohon kelapa, dan sebagainya.
b. Benda tidak berwujud, yaitu segala macam benda yang tidak
berwujud, berupa segala macam hak yang melekat pada suatu benda.
Contoh, hak cipta, hak atas merek, hak atas tanah, hak atas rumah, dan
sebagainya.
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak (Pasal 504 KUH-Perdata).
a. Benda bergerak, yaitu setiap benda yang bergerak, karena:
1) Sifatnya dapat bergerak sendiri, seperti hewan (ayam, kerbau,
kuda, ayam, kambing dan sebagainya);
2) Dapat dipindahkan, seperti kursi, meja, sepatu, buku, dan
sebagainya;
3) Benda bergerak karena penetapan atau ketentuan undang-
undang, yaitu hak pakai atas tanah dan rumah, hak sero, hak
bunga yang dijanjikan, dan sebagainya.
b. Benda tidak bergerak, yaitu setiap benda yang tidak dapat bergerak
sendiri atau tidak dapat dipindahkan, karena:
1) Sifatnya tidak bergerak, seperti gunung, kebun, dan apa yang
didirikan di atas tanah, termasuk apa yang terkandung dalamnya;
2) Menurut tujuannya, setiap benda yang dihubungkan dengan benda
yang karena sifatnya tidak bergerak, seperti wastafel di dalam
kamar mandi, tegel (ubin), alat percetakan yang ditempatkan di
gudang, dan sebagainya;
3) Penetapan undang-undang, yaitu hak atas benda tidak bergerak
dan kapal yang tonasenya/beratnya 20m3.
Urgensi pembedaan atas “benda bergerak” dan “benda tidak bergerak”
yang diberikan oleh hukum, adalah dalam kaitannya dengan pengalihan hak,
yaitu terhadap benda bergerak, cukup dilakukan dengan penyerahan
langsung saja. Sedangkan benda tidak bergerak, penyerahannya dilakukan
dengan surat atau akta balik nama.
F. Fungsi Hukum sebagai “a tool of social control”
Fungsi hukum sebagai sarana social control bertujuan untuk memberikan
suatu batasan tingkah laku masyarakat yang menyimpang dan akibat yang
harus diterima dari penyimpangan itu. Misalnya, membuat larangan-larangan,
tuntutan, pemberian ganti rugi, dan sebagainya. Penggunaan hukum sebagai
sarana social control dapat berarti hukum mengontrol tingkah laku
masyarakat. Maksudnya, hukum berfungsi memberikan suatu batasan tingkah
laku warga masyarakat yang dianggap menyimpang dari aturan hukum, serta
apa akibat (sanksi) dari penyimpangan itu. Misalnya, menentukan larangan-
larangan, tuntutan, pemberian ganti rugi, dan sebagainya, dengann maksud
agar warga masyarakat tidak tergoda untuk berperilaku yang dilarang oleh
hukum atau bagi yang terlanjur melakukannya akan dasar dengan adanya
penerapan sanksi hukum tadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari rangkaian dan analisa diatas, dimana telah dijelaskan awal mulanya
hukum di Indonesia, kemudian perbedaan dan hubungan antara PIH dan PHI,
yang dimana kedua-duanya adalah mata kuliah yang mempunyai hubungan
erat. Hubungan yang erat itu, dapat mengantar bagi yang mempelajarinya pada
suatu kesimpulan, bahwa PIH menelaah hukum secara luas, tetapi PHI secara
khusus mempelajari hukum yang sedang, atau akan diberlakukan pada waktu
tertentu di Indonesia.
Hakikat subjek dan objek hukum begitu penting bagi peninjauan fungsi
hukum sendiri. Hukum juga sangat penting di masyarakat karena tujuan
hukum sendirii tidak hanya melindungi kepentingan masyarakat namun
mewujudkan masyarakat yang terlindungi kepastian hukum sehingga
terwujud masyarakat yang aman, damai, dan sentosa.
B. DAFTAR PUSTAKA
 http://temukanpengertian.blogspot.com/pengertian-hukum.html
 http://gunawansriguntoro.wordpress.com/2011/12/19/tata-
hukum-di-indonesia
 Mas Marwan. 2014, Pengantar Ilmu Hukum. Edisi ketiga. Ghalia
Indonesia, Makassar

Anda mungkin juga menyukai