Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“ Konstitusi dan Tata Perundangan


Indonesia”

DISUSUN OLEH :

JOIS MARDIAN

D4-TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK CALTEX RIAU
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang membahas tentang Konstitusi dan Tata
Perundangan Indonesia dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku dan diskusi yang
berkaitan dengan Pancasila, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan
dengan Pancasila.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Pekanbaru, 17 Oktober 2023

Jois Mardian

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….


…………………………………………………i

DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………………………………
……..ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….


………………………………… 1

 A. Latar Belakang
……………………………………………………………………………………………
1
 B. Rumusan
Masalah …………………………………………………………………………………
…….2
 C. Tujuan
……………………………………………………………………………………………
…………..2
 D. Manfaat
……………………………………………………………………………………………
……….. 2

BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………………………………………………3

 A. Pengertian
Konstitusi…………………………………………………………………………………
..3
 B. Lahirnya UUD
1945…………………………………………………………………………………......5
 C. UUD Dan Otoriterisme
…………………………………………………………………………………6
 D. Kedudukan dan Tujuan UUD 1945………………………………………………..
………………7
 E. Keabsahan UUD 1945 Hasil Amandemen……………………………..
……………………….9

iii
BAB III PENUTUP ……………………………………………………….
……………………………………….11

 A. Simpulan
……………………………………………………………………………………………
…… 11
 B. Saran …………………………………………………………………………….
………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………………………………….…….12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam kehidupan bernegara


yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dan negara. Konstitusi biasa
disebut dengan Undang-Undang Dasar 7UUDS. Keberadaan konstitusi disuatu
negara diharapkan dapat melahirkan sebuah negara yang demokratis. Namun hal itu
tidak akan terwujud bila terjadi penyelewengan atas konstitusi oleh penguasa yang
otoriter.
Dalam suatu negara terdapat peraturan-peraturan yang mengatur masalah-
masalah yang terjadi didalam maupun diluar, baik itu hubungan eksternal maupun
internal secara universal. Sehingga ada istilah yang sekarang sudah tak asing lagi
didengar oleh banyak kalangan masyarakat khususnya pemerintah yaitu, Konstitusi.
Kontitusi atau yang disebut Undang-undang ini merupakan salah satu untuk
menertibkan masyarkat dalam berkehidupan bernegara. Sekalipun banyak
hambatan-hambatan yang terjadi pada masyarakat untuk menjalankan itu semua,
udang-undang atau konstitusi itu merupakan suatu dasar hukum multak yang ada di
suatu negara. Undang-undang atau peraturan itu bukan hanya dibuat tetapi harus
dijalankan oleh semua pihak elemen yang terkait. Undang-undang itu akan bisa
berjalan jika semua berperan dengan akti) bukan pasi). Undang-undang merupakan
dasar hukum tertulis negara Republik Indonesia, yang memuat dasar dan garis besar
hukum dalam penyelenggaraan negara sehingga menjadi pedoman dalam
pembuatan aturan-aturan hukum.

1
1.2 Rumusan Masalah

Pada pembahasan ini akan diuraikan unsur-unsur dalam konstitusi meliputi:

1. Pengertian Konstitusi
2. Lahirnya UUD 1945
3. Sejarah Perkembangan Konstitusi
4. Perubahan Konstitusi di Indonesia
5. Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen
6. Tata Urutan Berundang-Undangan di Indonesia

1.3 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca sekalian
mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan konstitusi dan perundang-undangan
yang setiap negara memilikinya termasuk juga negara kita perundang-undangan ini kita
sebagi generasi penerus bangsa akan mempunyai arah dan pedoman yang jelas dalam
melanjutkan pembangunan ini di masa yang akan datang.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami arti
tentang Konstitusi dan Tata Perundangan Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Konstitusi

Terdapat dua istilah terkait dengan Norma atau ketentuan dasar dalam
kehidupan kenegaraan dan kebangsaan. Kedua istilah ini adalah konstitusi dan
Undang-Undang Dasar. Konstitusi berasal dari bahasa Perancis, constituer, yang
berarti membentuk. Maksud dari istilah ini ialah pembentukan, penyusunan, atau
pernyataan akan suatu Negara. Dalam bahasa Latin, kata Konstitusi merupakan
gabungan dua kata, yakni cume, berarti “ bersama dengan”, dan statuere, berarti “
membuat sesuatu agar berdiri “ atau “ Mendirikan, menetapkan sesuatu “. Adapun
undang-undang dasar merupakan terjemahan dari istilah Belanda, Grondwet. Kata
Grond berarti tanah atau dasar, dan Wet berarti undang-undang. Istilah konstitusi
(constitution) dalam bahasa inggris memiliki makna yang lebih luas dari UUD, yakni
keseluruhan dari peraturanperaturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat. Konstitusi menurut Miriam Budiardjo, adalah suatu piagam
yang menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu
bangsa.1 Sedangkan menurut Sir Jhon Laws, konstitusi adalah sebuah bagian dari
aturan hukum yang mengatur mengenai hubungan dalam sebuah Negara antara yang
mengatur dan yang diatur. Sedangkan menurut Bogdanor V. Finer dan B. Rudder,
Konstitusi adalah aturan norma-norma yang mengatur Alokasi kekuasaan, fungsi, dan
tugas dari berbagai lembaga dan petugas pemerintahan serta mengatur mengenai
hubungan antara lembaga dan petugas tersebut dengan masyarakat. Dapat
disimpulkan bahwa Undang-udang dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dari
hukum dasar Negara itu, undang-undang dasar ialah hukum dasar yang tertulis,
sedangkan disampingnya UUD itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah
aturanaturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan
Negara, meskipun tidak tertulis.

Konstitusi berasal dari kata constitution 7ths. Inggris constitutie 7+hs.


Belandaconstituer 7+hs. Perancis, yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan.

3
Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan
UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik
yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan
badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi. Dalam konsep
dasar konstitusi, pengertian konstitusi:

1. Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.

2. Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu ume berarti
bersama dengan dan Statuere berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu, sehingga menjadi constitution.

1. Dalam istilah bahasa inggris constution konstitusi memiliki makna yang lebih luas
dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

2. Dalam terminilogi hukum islam fiqh Siyasah konstitusi dikenal dengan sebutan
DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesama anggota masyarakat dalam sebuah Negara.

3. Menurut pendapat James ryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka


masyarakat politik Negara yang diorganisir dengan dan melalui hukum. Dengan kata
lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:

1. Dalam pengertian luas dikemukakan oleh olingbroke, konstitusi berarti keseluruhan


dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada
umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis
atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang tertulis
atau undang-undang Dasar dan hukum dasar tidak tertulis Konvensi. Konvensi
sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bernegara yang mempunyai sifat :
4
a. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dalam praktek penyelenggaraan Negara.
b. Tidak bertentangan dengan hukum dasar tertulis / Undang-undang Dasar dan
berjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai
aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagai
hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan
bernegara, yang masih bersijat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan
lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
D. Dalam arti sempit dikemukakan oleh Lord ryce, konstitusi berarti piagam dasar
atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.
contohnya adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar,


hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.A. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut
Apeldom, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah
sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar
yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis. Adapun menurut
Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:

1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang


mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.
2. Die verselbständigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum Die
geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah sebagai
peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.
2. LAHIRNYA UUD 1945

Sebagai Negara yang berdasarkan atas hukum, tentu saja Indonesia memiliki
suatu konstitusi. Konstitusi yang dikenal di Indonesia dikenal dengan UUD 1945.
Eksistensi UUD 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang sangat
panjang hingga akhirnya diterima oleh seluruh rakyat sebagai landasan Hukum bagi
pelaksanaan kenegaraan di Indonesia.3 Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak
29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

5
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang beranggotakan 62 orang, diketahui Mr. Radjiman
Widyodiningrat. Tugas pokok badan ini ialah menyusun rancangan UUD.
Namun dalam praktik persidangan nya berjalan berkepanjangan, khususnya
pada saat membhas masalah dasar Negara. Di akhir siding I, BPUPKI berhasil
membentuk panitia kecil yang disebut dengan panitia Sembilan. Panitia ini pada 22
Juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukadimah
UUD. Hasil panitia 9 ini kemudian diterima dalam sidang II BPUPKI tanggal 11 Juli
1945. Setelah itu Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 Juli 1945 yang
diketuai Oleh Soepomo dengan tugas meyusun rancangan UUD dan membentuk
panitia untuk mempersiapkan Kemerdekaan, yaitu panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Keanggotaan PPKI berjumlah 21 orang dengan ketua Ir. Soekarno
dan Moh. Hatta sebagai Wakilnya.
Para anggota PPKI antara lain Mr. Radjiman Wedyodiningrat, Ki Bagus
Hadikoesoemo, Otto Iskandardinata, Pangeran Purbowo, Pangeran Soerjohamidjojo,
Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing,
Dr. Mohammad Amir ( Sumatera), Mr. AbdulAbbas (Sumatera), Dr. Ratu Langi,
Andi Pangerang ( keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhari, Mr. Pudja (Bali), AH.
Hamidan ( Kalimantan), R. P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim, dan Mr. Mohammad
Hassan (sumatera). UUD 1945 sering disebut dengan “UUD Proklamasi”. Dikatakan
demikiankarena kemunculannya bersamaan dengan lahirnya Negara Indonesia
melalui Proklamasi Kemerdekaan RI, 17Agustus 1945. Fakta sejarah menunjukkan
bahwa pergulatan pemikiran, khususnya 3 pengaturan HAM dalam konstitusi begitu
intens terjadi dalam persidangan BPUPKI dan PPKI. Satu hal menarik bahwa
meskipun UUD 1945 adalah hokum dasar tertulis yang didalamnya memuat hak-hak
dasar manusia Indonesia serta kewajiban-kewajiban yang bersifat dasar pula, namun
istilah perkataan HAM itu sendiri sebenarnya tidak dijumpai dalam UUD 1945, baik
dalam pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasannya. Yang ditemukan bukanlah
HAM tetapi hanyalah hak dan kewajiban warga Negara.

C. UUD 1945 dan OTORITERISME

Adalah kenyataan bahwa UUD 1945 sebelum diamandemen selali

6
menimbulkan otoriterisme kekuasaan. Ini dapat dilihat dari periodisasi berlakunya
UUD 1945 yang berlaku dalam tiga periode sejarah politik dan ketatanegaraan di
Indonesia, yaitu pertama, peridode 1945 -1949; kedua, periode 1959 -1966; ketiga,
periode 1966 – 1998. Dalam sejarah politik dan ketatanegaraan Indonesia
perkembangan demokrasi dan otoriterisme tercatat sebagai berikut.
1. Periode 1945 – 1959 demokrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik dibawah sistem parlementer. Pada periode ini sempat berlaku 3 konstitusi atau
UUD, yakni UUD 1945(1945 – 1949), Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950. Dari
ukuran-ukuran umum tentang bekerja demokrasi (misalnya diukur dari peran
parlemen, kebebasan pers, peran parpol dan netralitas pemerintah pada periode ini)
demokrasi tumbuh subur meski berlaku tiga UUD yang berbeda.
2. Periode 1959 – 1966 demokrasi dapat dikatakan mati sebab dengan
demokrasi terpimpin pemerintah tampil secara sangat otoriter yang ditandai dengan
pembuatan pempres dibidang hukum, pembubaran lembaga perwakilan rakyat,
pembredelan pers secara besar-besaran, penangkapan tokoh-tokoh politik tanpa
prosedur hukum, dan sebagainya. Pada periode ini berlaku UUD 1945 berdasarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dituangkan didalam Kepres No. 150 dan
ditempatkan di dalam Lembaran Negara No. 75 Tahun 1959.
3. Periode 1966 – 1998 demokrasi juga tidak dapat hidup dengan wajar karena
yang dikembangkan adalah demokrasi prosedural semata-mata, yakni demokrasi yang
dibatasi dan diatur dengan UU, tetapi isi UU itu melanggar substansi demokrasi.
Akibatnya tidak ada control yang kuat terhadap pemerintah, pemeran utama politik
nasional adalah militer dengan sutradara utamanya Presiden Soeharto, dan KKN
merajalela sampai menjerumuskan Indonesia kedalam krisis multidimensi yang sulit
diatasi.

D. KEDUDUKAN DAN TUJUAN UUD 1945

memiliki kedudukan yang tetap dan melekat bagi negara Republik Indonesia.
Oleh sebab itu, pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk
DPR dan MPR sesuai dengan sifat konstitutifnya pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945.
Mengubah UUD 1945 berarti meniadakan negara Republik Indonesia. Hal ini
disebabkan pembukaan UUD 1945 merupakan: 1. Sumber dari motivasi dan inspirasi
perjuangan dan tekad bangsa Indonesia. 2. Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita

7
moral yang ingin ditegakkan dalam lingkungan Internasional dan Nasional. Pada
tahun 1999 – 2002 UUD mengalami perubahan yang keempat, perubahan dalam
bentuk amandemen, yaitu penambahan dan pengurangan dalam beberapa hal yang
selama ini belum dimuat dalam UUD 1945, perubahan difokuskan pada batang tubuh
UUD 1945 dan bukan pada pembukaan UUD 1945. Maka dari itu UUD 1945 sudah
tidak bias lagi dirubah, jikalau ada suatu permasalahan yang berkembang sesuai
perkembangan zaman, jalan satu-satunya ialah revisi UUD 1945. Latar belakang
tuntutan perubahan UUD 1945, yakni:
1. Pada masa Orde Baru kekuasan tertinggi ditangan MPR dan bukan terletak
pada rakyat.
2. Kekuasan yang sangat besar pada Presiden
3. Adanya pasal-pasal yang terlalu luas (dapat menimbulkan multitafsir ).
Tujuan perubahan UUD 1945 sebagai penyempurnaan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, Hak Asasi Manusia, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Pada saat UUD 1945 diamandemen
dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah pembukaan UUD 1945, akan tetapi
mempertahankan sususan kenegaraan kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas system
pemerintahan Presidensil. Berikut amandemen UUD 1945 yang diterapkan dalam
Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
1. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → amandemen
pertama UUD 1945.
2. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → amandemen
kedua UUD 1945.
3. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → amandemen
ketiga UUD 1945.
4. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → amandemen
keempat UUD 1945.
Selain itu ada beberapa yang menjadi tujuan bangsa Indonesia merubah
Amandemen UUD 1945, yakni:
1. Untuk mengembalikan UUD 1945 berderajat tinggi dan menjiwai
konstitusionalisme serta negara berdasarkan atas hukum dan keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia.

8
2. Menyempurnakan UUD 1945.
3. Menciptakan era baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang lebih baik dalam arti demoratis, lebih berkeadilan sosial dan
lebih berkemanusiaan sesuai dengan komitmen bangsa Indonesia.

E. KEABSAHAN UUD 1945 HASIL AMANDEMEN

Mantan Ketua MA Bagir Manan menegaskan bahwa tak ada keharusan hukum
untuk menempatkan UUD di dalam LN karena penempatan peraturan petundang-
undangan di dalam LN itu diatur oleh UU sedangkan UU tak boleh memuat ketentuan
yang mengikat UUD karana UUD adalah induk UU. Sedangkan mantan Menkum –
HAM Hamid Awaluddin menjelaskan bahwa menurut Pasal 3 ayat (2) dan (3) UU
No. 10 Tahun 2004 penempatan UUD di dalam LN hanya bersifat informatif
(publication) dan tidak menjadi syarat berlaku dan mengikatnya (promulgation) UUD.
Penulis sendiri berpendapat sama dengan ketiga petinggi negara dalam bidang
hukum itu bahwa perubahan UUD 1945 sudah sah baik dilihat dari sudut historis dan
filsofis maupun dari sudut yuridisnya.
1. Fakta Historis UUD 1945 disahkan oleh PPKI pada hari yang sama dengan
pengangkatan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden, yakni 18 Agustus
1945, tetapi UUD tersebut tak pernah dimasukkan di dalam LN. UUD 1945 baru
dimasukkan di dalam BERITA Negara (BN) pada 15 Februari 1946, yakni dengan
menempatkannya di dalam BN No. 7 Tahun II, 1946. Konstitusi Negara Republik
Indonesia Serikat (KRIS) 1949 yang tetap mempertahankan Soekarno-Hatta sebagai
Presiden dan Wapres juga berlaku tanpa pernah dimasukkan di dalam LN tetapi toh
keabsahan mereka secara konstitusional tak pernah dipersoalkan.
2. Ketentuan Yuridis Secara yuridis tak ada satu pun peraturan perundang-
undangan yang mengharuskan dimasukkannya UUD di dalam LN. Peraturan No. 1
Tahun 1945 yang dikeluarkan 16 Oktober 1945 hanya menyebut UU dan Perpres
yang dimasukkan di dalam Berita Negara (BN). Dengan demikian, penempatan UUD
1945 di dalam BN itu pun bukan kewajiban hukum, bukan pemberlakuan
(promulgation), melainkan kreasi pemerintah untuk sekadar publikasi (publication).

9
3. Landasan Filsofis Dari sudut filosofis pun tak ada logika untuk
mengharuskan UUD ditempatkan di dalam LN. Perintah penempatan di dalam LN ini
adalah tradisi hukum Eropa Kontinental yang berpatokan pada legisme. Di dalam
pandangan ini peraturan perundang-undangan yang bersifat “normatif”, yakni yang
memuat perintah dan larangan yang disertai ancaman “sanksi hukum” harus
ditempatkan di dalam LN sesuai dengan asas “fictie”. Asas ini mengasumsikan, setiap
orang dianggap tahu hukum dan diancam sanksi hukum jika sebuah peraturan sudah
ditempatkan di dalam LN. Karena masih merupakan hukum dasar dan himpunan
asasasas maka UUD tak perlu dimasukkan di dalam LN sebab ia belum diturunkan
dalam bentuk norma yang disertai ancaman sanksi hukum. Pelanggaran atas konstitusi
hanya dapat dihukum dengan sanksi politik, sedangkan pelanggaran atas isi konstitusi
hanya dapat dihukum jika isi konstitusi itu sudah diturunkan ke dalam bentuk norma
yang disertai ancaman sanksi hukum.
4. Belum Sempurna Perbandingan UUD 1945 sebelum dan sesudah
amandemen diatas menegaskan pandangan atau penilaian penulis bahwa UUD 1945
hasil amandemen sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan UUD 1945 yang asli,
baik dalam konsep dasarnya maupun dalam kenyataan praktisnya. Krisis-krisis yang
sekarang muncul, apalagi berbagai bencana yang muncul secara beruntun, tidaklah
ada kaitannya dengan perubahan konstitusi. Ini perlu ditegaskan karena masih sering
kita mendengar pernyataanpernyataan yang manipulatif bahwa bangsa ini dilanda
krisis dan berbagai bencana karana kita mengkhianati para pendiri negara dengan
mengamandemen UUD 1945.
5. Masalah Pilihan Politik Apa pun wujudnya, yang disepakati dan ditetapkan
sebagai konstitusi oleh lembaga yang berwenang itulah yang berlaku mengikat tanpa
dikait-kaitkan dengan teori atau pembanding di negara lain. Namun, pernyataan ini
tak dapat diartikan bahwa kita tak boleh mengikuti teori atau konstitusi yang berlaku
di negara lain. Prinsipnya, boleh ikut dan boleh juga tidak.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan seperangkat aturan kehidupan yang mengatur hak dan
kewajiban warga negara dan negara. Konstitusi negara biasa disebut dengan Undang-
Undang Dasar UUDS
Tujuan konstitusi adalah membatasi Tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjamin hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
bertahap. Fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan untuk membentuk
sistem politik dan sistem hukum Negara.

B. Kritik dan Saran


Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, /hairul. Konstitusi dan kelembagaan Negara, @akarta: /G Novindo pustaka Mandiri,
1444
Daud, abu +usro dan Abubakar +usro, Asas-asas Hukum Tata Negara, jakarta: Ghalia
Indonesia, 1461
Huda, Nillmatul, Hukum Tata Negara: Kajian Teoritis dan Yuridis Terhadap Konstitusi
Indonesia, qgyakarta: Gama Media, 1444
Kansil, S.T.,et.al., Konstitusi-Konstitusi Indonesia Tahun 10-+000, gakarta: Sinar Harapan,
ODDI

PPKN%20Kelompok%204%20UUD%201945

12

Anda mungkin juga menyukai