Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRODUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK I

 NABILA. WH
 FITRA
 MULIANA
 AFRIANSYAH
 MUH.ILHAM HALIM
 SITI CHUMAIRAH
 LUTFI ARIF AHMAD

SMK NEGERI 2 MAJENE


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat,
rahmat, hidayah serta inayah-Nya. Sehingga makalah produk peraturan perundang-undangan ini
dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman kaya ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan suport dan dukungan,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk saya selaku penlis serta rekan-rekan yang nantinya
akan membaca.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i

KATA PEGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Ide Pendiri Bangsa Tentang Konstitusi...................................................................3


B. Makna Produk Peraturan Perundang-Undangan.....................................................4
C. Makna Hierarki Peraturan Perundang-Undangan....................................................5
D. Peranan Peraturan Perundang-Undangan................................................................6
E. Fungsi Peraturan-Perundang-Undangan..................................................................6
F. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia ....................... 7
G. Materi muatan peraturan perundang-undangan.......................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menyadari bahwa di dalam memahami, mengerti, menghayati dan mengamalkan
Undang-Undang Dasar 1945 kita perlu mengetahui maksud dantujuan yang terkandung di
dalamnya. Bahwa Undang-Undang Dasar 1945mengikat penyelenggara negara,
masyarakat, warga negara dan penduduk maka UUD 1945 dijadikan dasar untuk berulah
negara dan berulah masyarakat.
Untuk ini kami mencoba menguraikan sistematik dengan harapan dapat
membantu dalam mempelajari UUD 1945 ini. BahwaUndang-Undang Dasar 1945
merupakan hukum dasar, yang tertulis. Sebagai hukum mengikat Pemerintah, Lembaga
Negara, Lembaga Masyarakat, Warga Negara dan Penduduk.
Peraturan perundang-undangan adalah tulisan yang berisi aturan hukum yang
mengikat banyak orang dan dibuat oleh lembaga atau pejabat yang berwenang. Di
Indonesia, pembentukan peraturan perundang-undangan diatur oleh Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011. Undang-undang ini memiliki langkah-langkah seperti
perencanaan, penyusunan, dan pengesahan peraturan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah Produk Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai
berikut:
1) Apa itu peraturan perundang-undangan?
2) Bagaimana sejarah perumusan dan Penetapan dan Peraturan Perundang-
undangan?
3) Bagaimana Fungsi dan Kedudukan UUD 1945?
4) Mengapa partisipasi masyarakat penting dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan?
5) Apa jenis dan hirearki peraturan perundang-undangan?
6) Bagaimana makna peraturan perundang-undangan?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mengertahi sejarah serta arti penting peraturan perundang-undangan

2) Menggambarkan pentingnya peraturan perundang-undangan dalam menjalankan


sistem hukum di Indonesia.
3) Menyoroti peran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan.
4) Menerangkan langkah-langkah yang terlibat dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
5) Memahami tujuan utama dari diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 dalam sistem hukum Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ide Pendiri Bangsa Tentang Konstitusi


Konstitusi dalam artian luas terdiri atas konstitusi tertulis dan konstitusi tidak
tertulis. Konstitusi tertulis dapat berupa hukum yang tertulis, yaitu undang-undang dasar
(UUD). Adapun konstitusi tidak tertulis dapat berupa konvensi (kebiasaan ketatanegaraan
yang sering timbul dalam sebuah negara)

Proses perumusan UUD untuk negara Indonesia dilakukan sebelum Indonesia


merdeka oleh dokuritsu junbi coosakai atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan
kemerdekaan (BPUPK). Secara khusus, rancangan UUD dibahas oleh BPUPK pada
sidang keduanya tanggal 10 - 16 Juli 1945. Setelah penyelesaian tugasnya pada 7 Agustus
1945 BPUPK dibubarkan. Selanjutnya dibentuk dokuritsu junbi inkai atau panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ada beberapa tugas PPKI, yaitu meresmikan
pembukaan (Preambul) dan batang tubuh UUD NRI tahun 1945, mempersiapkan
pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang kepada bangsa
Indonesia, serta mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah
ketatanegaraan bagi Indonesia. Dengan demikianlah, pada dasarnya PPKI melanjutkan
pekerjaan yang telah dirintis oleh BPUPKI.

Pada 18 Agustus 1945, PPKI menggelar sidang pertamanya. Salah satu agendanya
adalah menetapkan dan mengesahkan rancangan UUD. Proses pengesahan UUD
berlangsung singkat, yaitu kurang lebih 2 jam. Singkatnya pengesahan UUD tersebut
terjadi karena rancangan UUD telah dirumuskan sebelumnya oleh BPUPKI

3
B. Makna Produk Peraturan Perundang-Undangan
Karena konstitusi secara klasik adalah alat pembatas kekuasaan, instrumen dasar
perlindungan hak asasi manusia, dan sebagai dasar penyelenggaraan negara. UUD NRI
tahun 1945, lantas menjadi pedoman penyusunan norma hukum atau produk peraturan
perundang-undangan yang berada di bawahnya.
Terkait produk peraturan perundang-undangan, terdapat pengertian dari beberapa tokoh
berikut:
a) Bagir manan (1987) menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan adalah
setiap putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh lembaga
dan/atau pejabat negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai
dengan tata cara yang berlaku.
b) Soehino (1981) menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan memiliki
makna sebagai berikut. Pertama, proses atau tata cara pembentukan peraturan
perundang-undangan negara dari jenis dan tingkat tertinggi, yaitu undang-undang
sampai yang terendah, yang dihasilkan secara atribusi atau delegasi dari kekuatan
perundang-undangan. Kedua, keseluruhan produk peraturan perundang-undangan
tersebut.
c) A.Hamid S. Attamimi (1990) menyebut peraturan perundang-undangan sebagai
semua aturan hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam bentuk
tertentu, dengan prosedur tertentu, biasanya disertai sanksi, dan berlaku umum
serta mengikat rakyat.

Selain ketiga pandangan tersebut, dalam UUD RI No. 12 tahun 2011Tentang


pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan UU RI
No 13 tahun 2022 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 12 tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan dijelaskan bahwa peraturan
perundang-undangan merupakan peraturan tertulis yang membuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh limbah negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Dapat disimpulkan bahwa perundang-undangan adalah dokumen tertulis yang dibuat
lembaga atau pejabat berwenang seperti DPR, DPRD, presiden, dan gubernur.

4
C. Makna Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
Menurut Kelsen, beda hukum merupakan suatu susunan berjenjang karena ada
norma yang bersifat interior dan ada yang bersifat superior. Menurutnya, tiap kaidah
hukum yang lebih rendah bersumber dari kaidah yang lebih tinggi, dan kesahihan kaidah
hukum yang lebih rendah dapat diuji terhadap kaidah hukum yang lebih tinggi.
Berdasarkan pandangan kelsen tersebut, Nawiasky kemudian menyatakan bahwa susunan
norma hukum dalam sistem hukum tersusun secara hierarkis berbentuk stupa (Sati,2019).
Oleh karena tersusun secara hierarkis, terdapat 4 asas dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai berikut (Anwar, dkk.,2022).
a) Lex superior derogat legi inferiori. Artinya, peraturan yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Asas ini berlaku pada dua
peraturan yang hierarkinya tidak sederajat dan tidak bertentangan.
b) Lex specialis derogat legi generali. Artinya, peraturan yang lebih khusus
mengesampingkan peraturan yang lebih umum. Asas ini berlaku pada dua
peraturan yang hierarkinya sederajat dengan materi yang sama.
c) Lex posterior derogat legi priori. Artinya, peraturan yang baru mengesampingkan
peraturan lama. Asas ini diberlakukan saat ada dua peraturan perundang-
undangan yang hierarkinya setara. Tujuannya untuk mencegah timbulnya
ketidakpastian hukum.
d) Dalam hal menghapus, mencabut, atau mengubah peraturan perundang-undangan,
sebuah peraturan perundang-undangan hanya bisa dihapus, dicabut, atau diubah
dengan peraturan yang hierarkinya sederajat atau lebih tinggi.

Susunan peraturan perundang-undangan yang hirarkis dengan berdasarkan pada asas-asas


tersebut sangat penting untuk mewujudkan kepastian hukum dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

5
D. Peranan Peraturan Perundang-Undangan
Pada dasarnya, peraturan perundang-undangan dipandang sebagai pedoman, dan
arahan bagi negara untuk melaksanakan suatu rencana yang telah dibuat. Bagir Manan
menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan memiliki peran yang sangat penting
bagi negara Indonesia karena beberapa alasan, itu sebagai berikut.
a) Peraturan perundang-undangan merupakan kaidah hukum yang mudah dikenali
(diidentifikasi), mudah ditemukan kembali, dan mudah ditelusuri. Hal ini karena
sebagai beda hukum tertulis, bentuk, jenis, dan tempat pembuatnya jelas.
b) Peraturan perundang-undangan memberikan kepastian hukum yang lebih nyata
karena kaidah-kaidahnya dalam peraturan perundang-undangan mudah
diidentifikasi dan ditemukan kembali.
c) Adanya struktur dan sistematika yang lebih jelas sehingga memungkinkan untuk
diperiksa dan diuji kembali, baik dari segi formal maupun segi materi muatannya.
d) Pembentukan dan pengembangan peraturan perundang-undangan dapat
direncanakan. Faktor ini sangat penting bagi negara-negara yang sedang
membangun, termasuk membangun sistem hukum yang baru yang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

E. Fungsi Peraturan-Perundang-Undangan
Menurut Bagir Manan, ada dua fungsi peraturan perundang-undangan, yaitu
fungsi internal dan eksternal.
a) Fungsi internal berkaitan dengan keberadaan peraturan perundang-undangan
dalam sistem hukum suatu negara. Secara internal, peraturan perundang-undangan
memiliki empat fungsi,yaitu:
1) fungsi penciptaan hukum;
2) fungsi pembaharuan hukum;
3) fungsi integrasi; dan
4) fungsi kepastian hukum.
b) Fungsi eksternal berkaitan dengan keberadaan peraturan perundang-undangan
dalam hubungan dengan lingkungan berlakunya. Fungsi ini disebut juga fungsi
sosial hukum, yaitu sebagai berikut:

6
1) fungsi perubahan;
2) fungsi stabilisasi; dan
3) fungsi kemudahan.

Selain itu, Ann sediman menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan berfungsi


sebagai sistem hukum dan peraturan pada pola perilaku. Untuk itu, menurutnya fungsi
peraturan perundang-undangan adalah sebagai:
a) Pernyataan efektif dari suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah; dan
b) Sebuah langkah penting suatu negara dalam upaya mengubah perilaku warga
negara.
Dengan demikian dengan peraturan perundang-undangan, termuat berbagai kebijakan
atau rencana pemerintah yang ingin dicapai.

F. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia


Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tertera dalam pasal 1 ayat (3)
UUD NRI tahun 1945, yaitu "negara Indonesia adalah negara hukum". Dengan demikian,
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia berdasarkan hukum. Artinya, ada pengakuan
hak asasi manusia, asas legalitas, serta peradilan yang bebas dan tidak memihak
(supremasi hukum).
Produk peraturan perundang-undangan dalam sistem hukum nasional harus
tersusun secara hierarkis. Di Indonesia, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
saat ini diatur dalam UU RI No. 12 tahun 2011 bagaimana telah diubah dengan UU RI
No 13 tahun 2022 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 12 tahun 2011
sebelum diatur oleh UU tersebut terdapat beberapa peraturan yang pernah mengatur jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia. Jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan Indonesia berdasarkan peraturan yang pernah berlaku dan yang
berlaku saat ini dapat diamati pada tabel berikut.

7
Ketetapan Ketetapan UU RI No. 10 Tahun UU RI No. 12
MPRS. No. MPR.No.III/MPR/2000 2004 Tahun 2011
XX/MPRS/1966
1. UUDNRI 1. UUD NRI Tahun 1. UUD NRI Tahun 1. UUD NRI
Tahun 1945 1945 1945 Tahun 1945
2. Ketetapan 2. Ketetapan MPR 2. UU/Perpu 2. Ketetapan
MPR 3. Undang-Undang 3. Peraturan MPR
3. UU/Perpu 4. Perpu Pemerintah 3. UU/Perpu
4. Peraturan 5. Peraturan 4. Peraturan Presiden 4. Peraturan
Pemerintah Pemerintah 5. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan 6. Keputusan Presiden Pemerintah Daerah 5. Peraturan
Pelaksana 7. Peraturan Daerah yang meliputi: Presiden
Menteri dan a) Peraturan 6. Peraturan
Instruksi Daerah daerah
Menteri provinsi provinsi
b) Peraturan 7. Peraturan
Daerah daerah
kabupaten kota kabupaten/kota
c) Peraturan
Desa/Peraturan
yang setingkat

Berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini, dalam hierarki peraturan perundang-
undangan di Indonesia, UUD NRI tahun 1945 menempati posisi tertinggi. Dengan
demikian, sebuah peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan UUD NRI tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.

Adapun jenis peraturan lain yang diatur oleh UU RI No 12 tahun 2011


sebagaimana telah diubah dengan UU RI No 13 tahun 2022 tentang perubahan kedua atas

8
undang-undang nomor 12 tahun 2011, jenis dan hierarki pada peraturan tersebut dapat
dilihat pada bagian berikut.

Peraturan Perundng-Undangan

Jenis dan Hirearki Jenis Peraturan

Ps. 7 UU No. 12/2011 Ps. 8 UU No. 12//2011

UUD
NRI
Tahun
1945 Peraturan yang ditetapkan oleh
Tap MPR
 Parlemen : MPR, DPR, DPD
 Lembaga Yusdil: Ma, MK
UU/Perpu
 Kmentrian/Lembaga: BPK,
Komisial atau komisi yang
PP
setingkat yang dibentuk dengan
UU
Perpes
 Pemerintah Daerah Otonom:
DPRD provinsi, gubernur dan
Perda provinsi
DPRD kabupaten kota, bupati
dan wali kota
Perda Kabupaten/Kota
 Kepala desa atau yang setingkat

9
G. Materi muatan peraturan perundang-undangan
a) UUD NRI tahun 1945
UUD NRI tahun 1945 telah mengalami satu kali perubahan yang
dilakukan dalam empat tahap. Perubahan tahap pertama dilakukan pada tahun
1999. Perubahan tahap kedua dilakukan pada tahun 2000. Perubahan tahap ketiga
dilakukan pada tahun 2001. Perubahan tahap 4 dilakukan pada tahun 2002.
Muatan materi yang terkandung dalam UUD NRI tahun 1945 adalah sebagai
berikut.
1) Ketentuan-ketentuan tentang susunan organisasi negara dan pemerintahan.
2) ketentuan-ketentuan tentang rakyat.
3) Ketentuan yang berkaitan dengan identitas negara, seperti bahasa,
lambang, dan bendera.
4) Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan hak serta kewajiban sebagai
warga negara
5) Susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental
6) pembagian dan pembatasan kekuasaan atau tugas ketatanegaraan yang
bersifat fundamental.

b) Ketetapan MPR
Istilah Tap. MPR (Ketetapan MPR) sesungguhnya tidak termuat dalam
UUD NRI tahun 1945. Istilah tersebut diambil dari MPRS pada sidang pertama
tahun 1960.
Ketetapan majelis permusyawaratan rakyat menurut penjelasan tentang
pasal 7 ayat (1) huruf b UU No. 12 tahun 2011 konser mana telah diubah dengan
uu RI No 13 tahun 2022 adalah ketetapan majelis permusyawaratan rakyat dan
ketetapan majelis permusyawaratan rakyat yang masih berlaku sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 4 ketetapan majelis permusyawaratan rakyat
republik Indonesia nomor 1/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap materi dan
status hukum ketetapan majelis permusyawaratan rakyat sementara dan ketetapan
majelis permusuhan rakyat tahun 1960 sampai dengan tahun 2002, yang
ditetapkan tanggal 7 Agustus 2003.

10
Sebagai keputusan musyawarah yang menjadi sumber hukum, isi
ketetapan MPR dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
1) Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang legislatif
dilaksanakan dengan undang-undang.
2) Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar haluan negara (GBHN)
dalam bidang eksekutif dilaksanakan dengan keputusan presiden.

Terdapat setidaknya tiga hal yang diatur dalam ketetapan MPR, yaitu supaya
berikut.
1) Merinci secara lebih lanjut aturan yang tercantum dalam pasal-pasal UUD
NRI tahun 1945
2) Menjadi wadah perwujudan norma hukum yang berasal dari hukum dasar
tidak tertulis dalam aturan dasar tertulis.
3) Menjadi pelengkap aturan dasar yang tercantum dalam pasal-pasal UUD
NRI tahun 1945 dan ketetapan MPR yang sudah ada.

c) Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang


Undang-undang ditetapkan dalam rangka mencabut, menambah, dan/atau
mengganti uu yang sebelumnya. Undang-undang ketentuan memuat mengenai
hak dasar atau hak asasi dan kepentingan atau kewajiban rakyat banyak.

Materi muatan yang diatur dengan undang-undang dapat berupa.


1) pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD NRI tahun 1945
2) perintah suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang
3) pengesahan perjanjian internasional tertentu
4) tindak lanjut atas putusan mahkamah konstitusi dan/atau
5) pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Adapun peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu) adalah peraturan


perundangan yang dikeluarkan oleh presiden karena keadaan genting dan

11
memaksa. Perpu diatur dalam pasal 22 ayat (1),(2), dan (3) UUD NRI tahun 1945
dan membuat ketentuan sebagai berikut.
1) Presiden berhak mengeluarkan Perpu dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa
2) Perpu harus mendapat persetujuan DPR dalam masa persidangan berikut
3) jika Perpu tidak mendapat persetujuan DPR, Perpu harus dicabut. Namun
jika Perpu mendapat persetujuan DPR, Perpu ditetapkan menjadi undang-
undang.

d) Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintah merupakan peraturan perundang-undangan yang
dibuat dan ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya. Contoh peraturan pemerintah adalah PP RI No. 17 tahun
2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
e) Peraturan presiden
Peraturan presiden adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh presiden untuk menjalankan pemerintah pengaturan perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintah. Contoh
peraturan presiden adalah peraturan presiden RI nomor 20 tahun 2015 tentang
badan pertahanan Nasional.

f) Peraturan daerah provinsi


Peraturan daerah provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi dengan persetujuan
bersama gubernur. Contoh peraturan daerah provinsi adalah peraturan provinsi
Jawa tengah nomor 1 tahun 2017 tentang penyelenggaraan administrasi
kependudukan di provinsi Jawa tengah.

g) Peraturan daerah kabupaten/kota


Peraturan daerah kabupaten/kota adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota dengan

12
persetujuan bersama bupati/wali kota. Adapun karun yang berlaku di
kabupaten/kota di provinsi Aceh termasuk dalam peraturan daerah
kabupaten/kota.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam peraturan perundang-undangan, norma hukum yang mengikat secara umum diatur
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan memberikan kerangka kerja
yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Partisipasi masyarakat dalam proses ini melalui berbagai
mekanisme seperti Rapat Dengar Pendapat Umum, Kunjungan Kerja, Sosialisasi, dan
forum-forum diskusi sangat penting.
Undang-undang ini penting karena:
 Menegaskan Indonesia sebagai negara hukum yang melaksanakan pembangunan
hukum nasional sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
 Memenuhi kebutuhan masyarakat akan peraturan perundang-undangan yang
berkualitas, dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan mengikat semua
lembaga berwenang:
Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia meliputi:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi; dan
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam pasal 8 UU No. 12 Tahun 2011, jenis peraturan perundang-undangan lain juga
diakui, termasuk yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga seperti Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan lain-lain.

14
B. Saran
Dalam rangka memastikan efektivitas dan keberlanjutan sistem peraturan perundang-
undangan di Indonesia, beberapa saran yang dapat diambil adalah:
 Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan untuk memastikan representasi yang lebih luas dan
beragam.
 Melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap proses perencanaan,
penyusunan, dan pembahasan peraturan perundang-undangan agar lebih efisien
dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
 Memperkuat pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan
guna mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan pelaksanaan yang
adil dan tepat.
 Mendorong transparansi dalam proses pembentukan peraturan perundang-
undangan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum
negara.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Indonesia dapat terus membangun sistem
peraturan perundang-undangan yang kuat dan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum dan
tata pemerintahan yang demokratis.

15

Anda mungkin juga menyukai