Anda di halaman 1dari 29

UNDANG UNDANG DASAR 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA

MAKALAH

Kelompok 7
Kelas D Farmasi

oleh:
Risma Putri Anggraeni (10060319146)
Nur Hamida (10060319149)
Muhammad Raja F.B (10060319162)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2020
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya, shalawat serta salam tak lupa tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW sehingga makalah yang berjudul “Undang Undang Dasar 1945

sebagai Konstitusi Negara” dapat dikerjakan dengan baik dan selesai tepat pada

waktunya.

Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas Kewarganegaraan yang

dibimbing oleh Bapak Hasyim Adnan, SH.,MH. Makalah ini membahas tentang

Konstitusi (hukum dasar) negara yaitu UUD 1945. Dalam penulisan makalah ini,

kami selaku penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu berjalannya kami dalam proses pembuatan dan penyusunan makalah ini

terutama kepada :

1. Bapak Hasyim Adnan, SH.,MH.. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia

yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.

2. Teman-teman Farmasi D yang senantiasa membantu dan mendukung kami agar

makalah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

3. Semua pihak yang terlibat dan telah membantu dari awal hingga akhir, yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

2
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi

para pembaca dan khususnya bagi kami pribadi. Kami menyadari bahwa makalah

yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa maupun

penulisannya. Oleh karenanya, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari para

pembaca agar kedepannya kami selaku penulis dapat memperbaiki kesalahan

tersebut, dan dapat menyusun makalah lebih baik lagi.

Bandung, 03 Maret 2020

Tim Penyusun

3
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................2

Daftar Isi.......................................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................5

B. Identifikasi Masalah.............................................................................................5

C. Pembahasan..........................................................................................................5

1. Pengertian dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia...............................5

2. UUD 1945.........................................................................................................15

3. Contoh kasus...................................................................................................20

D. Penutup...............................................................................................................27

Kesimpulan.................................................................................................................27

Daftar Pustaka...........................................................................................................29

4
A. Latar Belakang
Menurut K.C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari

suatu negara, berupa kumpulan peraturan-peraturan yang membentuk dan mengatur

atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara. Terbayang apabila Negara ini

tidak memiliki landasan hukum untuk mengatur segala hiruk pikuk pemerintahan dan

kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, semua akan chaos, tidak teratur dan

semua orang akan berlaku semena-mena, khususnya untuk para penguasa bisa terjadi

otoriter dalam system pemerintahan.

Dewasa ini, banyak masyarakat Indonesia yang mengabaikan hingga

melupakan hakekat dan arti penting UUD 1945. Padahal UUD 1945 merupakan

sumber hukum tertinggi di Indonesia, yang mana apabila kita menerapkan nilai-nilai

yang terkandung dalam UUD 1945 sebagai pedoman hidup dalam berrmasyarakat

dan bernegara niscaya akan menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara yang maju

dan aman.

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana perkembangan konstitusi yang terjadi di Indonesia?

2. Bagaimana Undang-Undang Dasar 1945 dapat menjadi dasar Negara Indonesia?

C. Pembahasan
1. Pengertian dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia
Konstitusi berasal dari perkataan bahasa latin, constitutio yang berkaitan dengan kata

jus atau ius yang berarti hukum atau prinsip. Untuk pengertian constitution dalam

5
bahasa Inggris, Bahasa Belanda membedakan constitutie dan grondwet, sedangkan

bahasa Jerman membedakan vervassung dan grundgesetz [ CITATION Jim \l 1033 ].

Konstitusi merupakan hukum dasar pada suatu negara terutama pada hal

pelaksanaan kekuasaan negara atau Pemerintahan. Berkaitan dengan hal tersebut K.

C. Wheare menyatakan “konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraan

dari suatu negara berupa kumpulan peraturan-peraturan yang membentuk, mengatur

dan memerintah dalam pemerintahan suatu negara. Peraturan disini merupakan

gabungan antara ketentuan-ketentuan yang dimiliki sifat hukum (legal) dan tudak

memiliki sifat hukum (non legal) [ CITATION LaO17 \l 1033 ].

Bertitik tolak dari tersebut di atas, konstitusi berisi tentang atur yang mengatur

berbagai aspek yang mendasar di suatu negara, baik itu dari aspek hukum maupun

dari aspek lainnya yang merupakan kesepakatan masyarakat untuk mengatur hal

tersebut. Terhadap hal tersebut Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih berpendapat

bahwa “Konstitusi berarti hukum dasar baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Hukum dasar yang tertulis biasanya disebut Undang Undang Dasar, sedangkan

hukum dasar yang tidak tertulis disebut konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau

aturan-aturan yang dasaryang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan

Negara [ CITATION Muh00 \l 1033 ].

Konstitusi memuat peraturan tertulis maupun peraturan tidak tertulis,

sedangkan Undang Undang Dasar merupakan bagian tertulis dari suatu konstitusi.

Sedangkan hal ini bertolak belakang dengan penjelasan UUD 1945 sebelum

6
diamandemen dengan tegas menyebutkan adanya perbedaan yang mendasar antara

Konstitusi dengan Undang Undang Dasar. Dalam penjelasan UUD 1945 tersebut

tertulis bahwa “Undang Undang Dasar ialah hanya sebagai dari hukum negara

Indonesia”. Undang Undang Dasar ialah hukum dasar tertulis, sedangkan disamping

Undang Undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah

aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan

negara, meskipun tidak tertulis [ CITATION AHi07 \l 1033 ].

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan

atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika

negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu

adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang

menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi, hal inilah yang disebut oleh para ahli

sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan

sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara

demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi

[ CITATION AMu01 \l 1033 ].

a) Fungsi konstitusi

Fungsi dasar konstitusi ialah mengatur pembatasan kekuasaan dalam negara.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Bagir Manan bahwa konstitusi ialah

sekelompok ketentuan yang mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan

suatu negara.17 Menurut Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang, fungsi

7
konstitusi merupakan sebagai akta pendirian negara (constitution as a birth

certificate). Konstitusi dijadikan bukti otentik tentang eksistensi dari suatu negara

sebagai badan hukum (rechstpersoon). Guna memenuhi fungsi ini, maka setiap

negara di dunia ini selalu berusaha mempunyai konstitusi. Menyangkut dengan fungsi

konstitusi dan hubungan.

b) Tujuan Konstitusi

C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk

membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang

diperintah, dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu

setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu:

a. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik,

b. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta

menetapkan batas-batas kekuasaan bagi penguasa. Konstitusi merupakan sarana dasar

untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk

mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya melalui aturan untuk

menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya

serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara. Jadi,

pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan

negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara

[ CITATION AHi07 \l 1033 ].

8
c) Kedudukan Konstitusi

Kedudukan, fungsi, dan tujuan konstitusi dalam negara berubah dari zaman ke

zaman. Pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki dengan

kekuasaan mutlak penguasa negara nasional demokrasi, konstitusi berkedudukan

sebagai benteng pemisah antara rakyat yang kemudian secara berangsur-angsur

[ CITATION Ast06 \l 1033 ].

d) Perubahan konstitusi

Konstitusi didalam suatu negara dianggap penting karena konstitusi tersebut

merupakan aturan dasar dari penyelenggaraan negara, oleh karena itu di

Indonesiasudah beberapakali melakukan perubahan pada kontitusinya. Adakalanya

keinginan rakyat untuk mengadakan amandemen dan/atau perubahan konstitusi

merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme

penyelenggaraan negara yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah

tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga

mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian

prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-

benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena dan bersifat

sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka. Penetapan dan

perubahan konstitusi atau undang-undang dasar dalam praktik ketatanegaraan

Indonesia merupakan salah satu masalah yang menarik untuk dikaji di lapangan

9
hukum konstitusi (the law of the constitution). Banyak hal berdasarkan pendekatan

hukum & sejarah ketatanegaraan (yuridis-historis) ternyata dapat digali dan

diidentifikasi sebagai permasalahan-permasalahan ketatanegaraan yang mendasar

mengenai penetapan dan perubahan konstitusi ini. Bagaimana norma-norma

konstitusi atau undang-undang dasar itu mendapatkan validitas atau keabsahan

berlakunya pada saat pertama kali terbentuk? Lembaga atau badan-badan mana saja

yang sebenarnya harus menetapkan dan mengubah konstitusi itu? Mengapa,

penetapan dan perubahan suatu konstitusi atau undang-undang dasar itu dilakukan

tidak menurut undang-undang dasar yang diberlakukan?

Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek

ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah

bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi

yang berlaku secara keseluruhan (penggantian konstitusi). Sistem ini dianut oleh

hampir semua negara di dunia. Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu

konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Perubahan terhadap

konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Dengan

perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau menjadi bagian dari

konstitusinya. Menurut C.F Strong ada empat macam prosedur perubahan

kosntitusi, yaitu:

10
a. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan

tetap yang dilaksanakan menurut pembatasan-pembatasan tertentu. Perubahan ini

terjadi melalui tiga macam kemungkinan, yaitu:

1) Pertama, untuk mengubah konstitusi, sidang pemegang kekuasaan legislatif

harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya sejumlah anggota tertentu (kuorum) yang

ditentukan secara pasti;

2) Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga perwakilan rakyat harus

dibubarkan terlebih dahulu dan kemudian diselenggarakan pemilihan umum.

Lembaga perwakilan rakyat harus diperbaharui inilah yang kemudian

melaksanakan wewenangnya untuk mengubah konstitusi;

3) Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem majelis dua kamar.

Untuk mengubah konstitusi, kedua kamar lembaga perwakilan rakyat harus

mengadakan sidang gabungan. Sidang gabungan inilah, dengan syarat-syarat

seperti dalam cara pertama, yang berwenang mengubah konstitusi.

b. Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu referendum. Apabila ada

kehendak untuk mengubah kosntitusi maka lembaga negara yang diberi wewenang

untuk itu mengajukan usul perubahan kepada rakyat melalui suatu referendum atau

plebisit. Usul perubahan konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih dulu oleh badan

yang diberi wewenang untuk itu. Dalam referendum atau plebisit ini rakyat

menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima atau menolak usul perubahan

11
yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan diterima atau ditolaknya suatu

usul perubahan diatur dalam konstitusi.

c. Perubahan konstitusi yang berlaku pada negara serikat yang dilakukan oleh

sejumlah negara bagian. Perubahan konstitusi pada negara serikat harus dilakukan

dengan persetujuan sebagian terbesar negara-negara tersebut. Hal ini dilakukan

karena konstitusi dalam negara serikat dianggap sebagai perjanjian antara negara-

negara bagian. Usul perubahan konstitusi mungkin diajukan oleh negara serikat,

dalam hal ini adalah lembaga perwakilannya, akan tetapi kata akhir berada pada

negara-negara bagian. Disamping itu, usul perubahan dapat pula berasal darinegara-

negara bagian.

d. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh

suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan. Cara

ini dapat dijalankan baik pada Negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada

kehendak untuk mengubah konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

dibentuklah suatu lembaga negara khusus yang tugas serta wewenangnya hanya

mengubah konstitusi. Usul perubahan dapat berasal dari pemegang kekuasaan

perundang-undangan dan dapat pula berasal dari pemegang kekuasaan perundang-

undangan dan dapat pula berasal dari lembaga negara khusus tersebut. Apabila

lembaga negara khusus dimaksud telah melaksanakan tugas serta wewenang sampai

selesai,dengan sendirinya lembaga itu bubar

12
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam

Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-Undang

Dasar 1945)

Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik

yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal

18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa proses.

2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi Republik

Indonesia Serikat)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak

Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya

Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur,

negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha

Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada

tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara

Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh

negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

13
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (Penetapan Undang-Undang Dasar

Sementara 1950)

Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949

merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17

Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat

tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal

ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi

berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu

adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia

bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian

disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan

oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14

Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus

1950.

4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang (Penetapan berlakunya kembali Undang-

Undang Dasar 1945)

Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945.

Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa

1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru.

Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde

14
Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945

secara murni dan konsekuen.

2. UUD 1945
Tata urutan peraturan perundang-undangan nasional berdasarkan UU Nomor 10

Tahun 2004, yaitu :

1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

UUD 1945 adalah bentuk peraturan perundangan yang tertingi sebagai hokum dasar

tertulis yang memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan Negara.

Dengan demikian, semua peraturan perundangan di bawahnya tidak boleh

bertentangan dengan UUD 1945.

UUD 1945 ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 ini merupakan konstitusi pertama yang

terdiri atas pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan resmi.

UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan atau amandemen yang

dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

2. Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

(Perpu)

Rencana penyusunan UU dilakukan dalam suatu Program Legislasi Nasional antara

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama dengan pemerintah. UU in sebegai

pelaksanaan dari UUD 1945.

15
Perpu dibuat oleh pemerintah dalam hal ini presiden jika ada kegentingan

yang memaksa. Untuk mengeluarkan Perpu, presiden harus mendapat persetujuan

dari DPR. Jika tidak mendapat persetujuan dari DPR, maka peraturan itu harus

dicabut.

3. Peraturan Pemerintah (PP)

PP adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini presiden. PP

memuat aturan-aturan umum dalam melaksanakan UU.

4. Peraturan Presiden (Perpres)

Perpres dibuat oleh presiden untuk mengatur masalah-masalah tertentu.

Perpres berisi materi yang bersifa khuus untuk melaksanakan ketentuan UU ata untuk

melaksanakan PP.

5. Peraturan Daerah (Perda)

Perda merupakan peraturan yang disusun dalam rangka penyelenggaraan

otonomi daerah. Perda dittapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan

bersama DPRD. Perda merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-

undangan yang levih tinggi dengan memerhatikan ciri khas masing-masing daerah.

Perda meliputi sebagai berikut :

a. Perda provinsi dibuat oleh DPRD provinsi bersama dengan gubernur.

b. Perda kabupaten/kota dibuat oleh DPRD kabupaten/kota bersama bupati/walikota.

16
c. Peraturan desa/peraturan yang setinngkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau

nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya [ CITATION

Bme16 \l 1033 ]

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dibuat pada 1 Juni sampai

18 Agustus 1945, dan disahkan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia). Pada 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amandemen atau

perubahan secara resmi, yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal,

194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Dalam Risalah

Sidang Tahunan MPR 2002, diterbitkan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, sebagai Naskah Perbantuan dan

Kompilasi tanpa ada opini11. [ CITATION Tas20 \l 1033 ].

Seperti telah dikemukakan bahwa dalam rangka pembentukan Negara

Republik Indonesia, para pendahulu di Negara RI telah terlebih dahulu menyiapkan

dasar Negara Pancasila. Bersamaan waktunya dengan itu Piagam Jakarta berubah

menjadi Pembukaan UUD 1945 dengan mengalami perubahan dan rancangan hokum

dasar menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia1945. Kesemuanya

itu telah disahlan secara resmi dan bersama pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu

sehari setelah proklamasi kemerdekaan RI oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia.

17
Undang-undang Dasar Negara Ri 1945 secara sistematika pada sebelum

perubahan/amandemen UUD 1945 terdiri atas tiga unsur, yaitu pembukaan, batang

tubuh dan penjelasan. Pembukaan berisi empat pokok pikiran yang secara yuridis

merupakan nila-nilai Pancasila sebagai dasar fundamental dalam pelaksanan dan

penyelenggaraannegara yang direalisasikan lebihlanjut pada pasal-pasal UUD 1945

sert paragraph-paragraf yang berisi segala hal tentang asas dasar proklamasi dan

pokok-pokok ketatanegaraan darii Negara hyang dibentuk, sedangkan batang tubuh

berisi pasal-pasal dari UUD yang terdiri dari 37 pasal, termasuk pasal tentang

perubahan, dan penjelasan memberikan pengertian secara rinci makna yang

tercantum pada pasal-pasal UUD 1945.

Namun, setelah asa reformasi dan terjadinya perubahan terhadap UUD 1945,

sistematika UUD 1945 hanya terdiri dari dua unsur, yaitu pembukaan dan pasal-pasal

saja [ CITATION Set10 \l 1033 ].

Keputusan rapat paripurna PPKI sejatinya sangat krusial lantaran Konvensi

Montevideo (1933) tandas menyebutkan syarat minimal eligibilitas untuk diakuinya

sebuah negara disandarkan pada dua unsur. Pertama, unsur deklaratif, yakni adanya

pengakuan dari negara lain, dan kedua, unsur konstitutif, sebagai anasir pokok yang

meliputi adanya rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.

Pada 17 Agustus 1945, menurut fakta (ipso facto) kita memang menyatakan

merdeka sebagai sebuah negara. Namun terkait pemerintahan yang berdaulat, dan

wilayah, secara yuridis (ipso jure) sesungguhnya baru sah ‘dimiliki’ dan ‘diakui’

18
pada 18 Agustus 1945 melalui rapat paripurna PPKI yang menetapkan Soekarno

sebagai presiden dan Mohammad Hatta selaku wakil presiden, juga menetapkan UUD

1945 sebagai konstitusi Republik Indonesia.

Transfigurasi konstitusi dalam hal ini (casu quo) dapat dianggap merupakan

piagam kelahiran bagi negara baru (a birth certificate of new state), sehingga relasi

(betrekking) konstitusi dengan negaranya amat erat berkelindan, begitu inheren, dan

menjadi sesuatu yang mutlak adanya (conditio sine qua non). Tidak ada satupun

negara di dunia ini yang tidak memiliki konstitusi. Bayangkan sebuah rumah tanpa

fondasi. Berdiri, namun tidaklah kokoh. Begitulah personifikasi fungsi konstitusi, ia

menopang dan menjamin tegak kokohnya rumah besar yang bernama negara.

Kemuliaan konstitusi itu pulalah yang menjadikannya sebagai basic

law dan the higher law. Dalam konstitusi terdapat pula cakupan pandangan hidup

(way of life, weltanschauung) dan inspirasi bangsa yang memilikinya. Dari dalil

tersebut konstitusi kemudian dijadikan sebagai sumber hukum (source of law,

rechtsbron) yang utama, sehingga tidak boleh ada satupun peraturan perundang-

undangan (wettelijk regeling) yang bertentangan dengannya (in strijd zijn met de

grondwet).

Kelahiran UUD 1945 pada puluhan tahun silam sesungguhnya merupakan

klimaks perjuangan bangsa Indonesia sekaligus sebagai karya agung dari para pendiri

bangsa (the founding fathers and mothers). Keistimewaan suatu konstitusi terdapat

dari sifatnya yang sangat luhur dengan mencakup konsensus-konsensus

19
(toestemming) tentang prinsip-prinsip (principles, beginselen) esensial dalam

bernegara. Dengan demikian, maka konstitusi dapat dikatakan sebagai sebuah

dokumen nasional (a national document) bersifat mulia yang notabene adalah

dokumen hukum dan politik (political and legal document) [ CITATION KPM18 \l

1033 ].

3. Contoh kasus
Contoh Pelanggaran Konstitusi merupakan salah satu bentuk pelanggaran

terhadap konstitusi yang merupakan dasar hukum tertinggi di negeri ini. Konstitusi

merupakan bentuk dasar negara yang menjadi dasar dalam setiap pengambilan

keputusan. Seyogyanya setiap pengambilan keputusan atau kebijakan yang

dirumuskan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Sebab

secara nyata bahwa konstitusi menjadi bagian penting dalam sejarah lahirnya bangsa

ini.

Jika anda masih ingat bahwa pada masa menjelang kemerdekaan hal pertama

yang dilakukan adalah membentuk konstitusi. Hal ini menunjukkan bahwa konstitusi

merupakan landasan dasar serta pondasi bagi bangsa Indonesia. Didalam konstitusi

berisi nilai nilai dasar yang teryuang dalam UUD 1945 serta juga dasar negara yakni

pancasila sebgaimana contoh konflik budaya di indonesia . Berikut 8 contoh

pelanggaran konstitusi dari masa ke masa.

1. Mencoret Coret Bendera Kebangsaan

20
Bendera merupakan simbol dari NKRI yang diberi warna merah dan putih. Ini

merupakan simbol kebanggaan terbesar bangsa indonesia setelah bahasa dan

juga kebudayaan yabg beragam. Sejarah dan nilai histori bendera merah putih

ini mengiringi perjalan kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga tidak heran

jika kemudian bendera memiliki nilai yang sakral dan amat dihormati. Maka

tindakan seperti mencoret bendera termasuk kedalam salah satau contoh

pelanggaran terhadap konstitusi. Sebab secara jelas telah ditetapkan bajwa

Bendera dan lambang negara serta bahasa diatur dalam pasal 36-36 UUD

1945. Maka segala bentuk perbuatan yang dikategorikan melecehkan

keberadaan bendera negara adalah merupakan bentuk pelanggaran konstitusi.

Sehingga tidak dipungkiri lagi perbuatan ini dapat dikategorikan dalam

pelanggaran hukum yang kemudain dapat berujung pada tindakan pidana yang

akan dikenai sanksi seperti pada  contoh kasus sengketa perdata internasional.

2. Penyimpangan Ideologis

Pelanggaran konstitusi yang berikutnya adalah berkenaan dengan

penyimpangan ideologi. Dalam hal ini telah tertuang secara jelas bahwa

ideologi yang bangsa Indonesia anut adalah ideologi pancasila. Sebab ideologi

pancasila merupakan ideoligi yang berasal dari nilai nilai leluhur bangsa serta

telah tertanam dan nilainya sesuai dengan akar kehiduoan bangsa Indonesia.

Maka jika terdapat tindakan atau upaya untuk mengganti ideologi ini. Maka

hal ini termasuk kedalam kategori contoh pelanggaran konstitusi.

21
Sebagaimana dalam sejarah bangsa adanya gerakan G30SPKI yang

merupakan upaya dalam mengganti ideologi pancasilan dengan ideologi

komunis. Tentunya hal ini bertentangan dengan konstitusi. Serta yang paling

terbaru adalah adanya gerakan gerakan radikal yang berupaya mengganti

ideologi negara. Maka tentu saja pemerintab harus berlaku dan bertindak tegas

dalam menindak oknum oknum ini. Sebab hal ini dapat menimbulkan

kegaduhan serta juga merupakan upaya yabg emlanggar hukum sebgaimana

contoh pelanggaran demokrasi.

3.  Penyimpangan Kekuasaan

Didalam konstitusi telah secara jelas terdapat pembagian kekuasaan antara

badan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Adanya pembangian kekuasaan ini

akan memberikan natasan kepada setiap kelompok sehingga tidak ada

tumpang tindak serta kekuasaan teramat besar kepada satu badan. Namun,

pada masa pemerintahan presiden Soekarno yang terjadi adalah presiden

memegang kekuasaan yang terlampau besar. Bahkan pada masa itu presiden

dapat membubarkan DPR. Tentu saja hal ini merupakan sebuah

penyimpangan dan bentuk pelanggaran konstitusi. Secara jelas bahwa

presiden dalam hal ini hanya memegang kekuasaan eksekutif. Dalam

tatananya juga bahwa DPR berada diatas presiden sebagai lembaga tertinggi

yang mewakili rakyat. oleh sebab itu maka tentu saja hal ini jelas melanggar

konstitusi .

22
4. Jabatan Rangkap

Contoh pelanggaran kosntitusi selanjutnya adalah adanya pejabat negara yang

memegang jabatan rangkap. Misalnya saja yang terjadi pada masa

pemerintahan presiden Soekarno dimana para menteri juga memegang jabatab

di posisi strategis lain. Hal ini tentu menyalahi aturan konstitusi yang berlaku.

Sebab dalam konstitusi secara tegas dikatakan bahwa pejabat negara yang

memiliki posisi strategis dilarang untuk merangkap jabatan

sebagaimana  sanksi pelanggaran hak paten dan contoh pelanggaran hak cipta

film.

5. Tidak Ada Jaminan Atas HAM

Dalam konstitusi diamanatkan bahwa terdapat tiga poin penting mengenai

HAM. Yakni hak untuk hidup, kebebadan beragama serta kekebasan

mengelearkan pendapat di muka umum. Namun, pada kenyataannya adalah

jaminan perlindungan terhadap HAM tidak dapat diberikan secara penuh. Hal

tersebuy terbukti dengan masih bannyaknya kasus oelanggaran HAM yang

bahkan tak dapat diselesaikan pemerintah. Sehingga muncuk kecenderungan

bahwa pemerintah dalam hal ini sedikit menngabaikann mengenai HAM.

6. Presiden Menjabat Semumur Hidup

23
Jika anda mengingat kembali, saat pemerintahan presiden Soekarno terdapat

kebijakan dimana presiden saat itu dapat memangku jabatan seunur hidup.

tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan UUD 1945. Dimana dalam UUD

telah secara jelas tertuang bahwa masa jabatan presiden hanyalah 5 tahun.

Setelah itupun, pada masa kepemimpinan presiden Soeharto beliau memangku

jabatan selama hampir 32 tahun. Tentu saja hal ini menyalahi konstitusi

seperti  contoh kasus pelanggaran ham di masyarakat. Meskipun demikian

rakyat yang saat itu awam mengenai hal yang berkaitan dengan konstitusi

tentu tidak mengetahui hal ini.  Terlebih lagi saat itu tidak ada media yang

berani mengkritik pemerintahan. Maka jika dikaji kembali kasus pelanggaran

terhadap konstitusi kerap dan banyak terjadi. kondisinya akan berbeda dengan

sekarang dimana masyarakat telah melek informasi. Sehingga kasus kasus

yang serupa hampir tidak pernah rerjadi lagi.

7. Dwifungsi ABRI

Pada Masa pemerintahan presiden Soeharto terdapat istilaj dwifungsi ABRI.

Istilah ini merujuk pada ABRI yang memegang peran selain sebagai bagian

dari TNI juga dapat turu campur dalam uruaan pemerintah. Tentu anda hisa

membayangkan bagaimana jika militerbterjun kedalam politik praktis. Maka

pastinya rakyat kecil akan merasa tidak lagi memeiliki perlindungan. Padahal

dalam konstitusi secara jelas menegaskan bahwa militer tidak boleh terlibat

24
dan ikut dalam politik. Sehingga Dwifungsi ABRI ini merupakan bentuk

pelanggaran konstitusi pada masa pemerintahan Soeharto.

8. Pembatasan Kebebasan Berpendapat

Pelanggaran konstitusi yang terakhir adalah adanya pembatasan dalam

kebebasan menyalurkan pendapat. Hal ini tentu secara jelas merupakan

bentuk pelanggaran konstitusi. Sebab telah melanggar pasal 28 dalam UUD

1945mengenai  Kebebasan dalam mengeluarkan pendapat di muka umum.

9. Contoh kasus yang terkini adalah diantaranya tentang RUU Kefarmasian,

RUU Kefarmasian adalah suatu landasan yang mengatur tentang pendidikan,

profesi apoteker, serta payung hukum yang mendasari praktik kefarmasian.

Selain itu, RUU Kefarmasian merupakan penjabaran serta jawaban dari hal

hal yang melatarbelakangi di bentuknya RUU serta regulasi yang

berhubungan dengan RUU Kefarmasian. Urgensi RUU Kefarmasian sangat

penting untuk memberikan landasan yang kuat serta payung hukum untuk

dunia kefarmasian serta ada banyak hal yang perlu diatur dalam RUU

tersebut. Maraknya masalah tentang kefarmasian disebabkan karena tidak

adanya Undang – Undang yang mengatur tentang hal tersebut sehingga terjadi

ketidak teraturan dalam pelaksanaannya. Komisi IX Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) berencana menyusun Rancangan Undang-Undang tentang

Praktik Kefarmasian. Meski belum menjadi prioritas yang akan dibahas pada

25
2017 ini, RUU Praktik Kefarmasian telah ditetapkan masuk ke dalam

Program Legislasi Nasional (Prolegnas) long list 2015 – 2019.Namun pada

kenyataannya, semua adalah rencana yang tidak memiliki titik akhir tanpa

penyelesaian yang pasti. Dengan tercapainya kepastian hukum, subjek hukum

akan memperoleh akibat hukum yang dikehendaki dalam suatu peristiwa

hukum tertentu dan terhindar dari tindakan sewenang‐wenang, dengan kata

lain suatu kepastian hukum akan memberikan perlindungan hukum kepada

subjek hukum. Kemudian, tercapainya kepastian hukum juga akan

memberikan keadilan dan ketertiban bagi subjek hukum. Sehingga, apabila

Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/MENKES/PER/III/2007 tentang

Apotek Rakyat tidak memberikan kepastian hukum bagi apoteker dalam

menjalankan tugas keprofesiannya atas pekerjaan kefarmasian, maka

Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/MENKES/PER/III/2007 tidak dapat

memberikan perlindungan hukum, keadilan dan ketertiban bagi subjek

hukum, yang dalam hal ini adalah masyarakat, baik masyarakat umum

maupun masyarakat Serta ada dampak positif dan negatif dari disahkannya

RUU Kefarmasian. Dampak positifnya adalah memberikan kejelasan ranah

kerja apoteker, meningkatnya eksistensi ranah keprofesian farmasi, dan

adanya payung hukum. . Solusi dari permasalahan ini adalah berdiskusi dan

membahas permasalahan RUU untuk mahasiswa, menyampaikan aspirasi

kepada petinggi negara, bekerja sama dengan berbagai lembaga, dan bahkan

turun ke jalan untuk memperjuangkan hak. Aksi berupa tulisan pun juga bisa

26
disampaikan kepada petinggi negara. Mengkaji melalui media sosial

mengenai masalah RUU Kefarmasian ini pun bisa dilakukan. Satukan suara

untuk tindak lanjut RUU Kefarmasian yang lebih nyata.

D. Penutup
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstitusi merupakan hukum dasar pada suatu negara terutama pada hal

pelaksanaan kekuasaan negara atau Pemerintahan. Konstitusi di Indonesia

sendiri adalah UUD 1945. Perkembangan UUD 1945 sendiri di Indonesia

ada empat macam Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan

Undang-Undang Dasar 1945)

2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan

konstitusi Republik Indonesia Serikat)

3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (Penetapan Undang-

Undang Dasar Sementara 1950)

4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang (Penetapan berlakunya kembali

Undang-Undang Dasar 1945)

2. UUD 1945 adalah bentuk peraturan perundangan yang tertingi sebagai

hokum dasar tertulis yang memuat dasar dan garis besar hukum dalam

penyelenggaraan Negara. Dengan demikian, semua peraturan

perundangan di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.

27
Saran

Untuk pembuatan makalah selanjutnya dengan tema UUD 1945 sebagai

konstitusi negara, penulis menyarankan untuk menambahkan kembali

materi-materi yang lebih banyak dan ada kaitannya dengan UUD 1945

ataupun konstitusi itu sendiri serta di lengkapi dengan kasus-kasus terkini

yang ada kaitannya dengan UUD 1945

28
Daftar Pustaka

Anon., n.d. s.l.:s.n.

Arto, A. M., 2001. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Asshidiqiie, J., 2010. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Awlia, T., 2020. detiknews. [Online]


Available at: https://news.detik.com/berita/d-4851156/undang-undang-dasar-1945-ri-
sejarah-hingga-periode-perubahan
[Accessed Selasa Maret 2020].

Bmedia, R., 2016. UUD 1945 dan Perubahannya. Depok: Penerbit Bmedia Imprint Kawan
Pustaka.

Husen, L. O., 2017. Hukum Konstitusi Indonesia. Makassar: SIGn.

KPMI.FH, 2018. HUKUM KENEGARAAN DAN ADMINISTRASI. [Online]


Available at: https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/sejarah-undang-undang-dasar-
negara-republik-indonesia-tahun-1945-sebagai-konstitusi-di-indonesia/
[Accessed Selasa Maret 2020].

Kusnardi, M., 2000. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media Pratama.

Riyanto, A., 2006. Teori Konstitusi. Bandung: Penerbit Yapemdo.

Setijo, P., 2010. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Grasindo.

Utomo, A. H., 2007. Konstitusi. Yogyakarta: Mata Kuliah Pengembangan.

29

Anda mungkin juga menyukai