Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Afri Yuni Febrianti 22006055
Karnila 22002026
i
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konstitusi dan UUD 1945.”
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-
Nya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
A. Kesimpulan……………………………………………………………………16
B. Saran ………………………………………………………………………….16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh
diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap
UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan
ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain
sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan
negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah
peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula
adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah
sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan
demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa
diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang
telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat
untuk mengamandemen UUD 1945.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?
2. Apa alasan perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Konstitusi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia?
4. Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam
kehidupan berbangsan dan bernegara di Indonesia?
5. Apasaja esensi dan urgansi Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?
6. Apa simpulan tentang Konstitusi?
iv
7. Bagaimana praktik kewarganegaraan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
2. Memaparkan alasan perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
3. Menjelaskan sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Konstitusi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
4. Memaparkan argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam
kehidupan berbangsan dan bernegara di Indonesia
5. Menjelaskan esensi dan urgansi Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
6. Menjelaskan simpulan tentang Konstitusi
7. Menjelaskan praktik kewarganegaraan
v
BAB II
PEMBAHASAN
6
Pendek kata bahwa konstitusi itu menurut pandangannya merupakan
kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang
menetapkan lembaga-lembaga yang tetap (permanen), dan yang menetapkan
fungsi-fungsi dan hakhak dari lembaga-lembaga permanen tersebut.
Sehubungan dengan itu C.F. Strong yang menganut paham modern secara
tegas menyamakan pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar.
Rumusan yang dikemukakannya adalah konstitusi itu merupakan satu
kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang
diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah
dalam konteks hak-hak asasi manusia). Konstitusi semacam ini dapat
diwujudkan dalam sebuah dokumen yang dapat diubah sesuai dengan
perkembangan zaman, tetapi dapat pula berupa a bundle of separate laws yang
diberi otoritas sebagai hukum tata negara. Rumusan C.F. Strong ini pada
dasarnya sama dengan definisi Bolingbroke (Astim Riyanto, 2009).
7
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikianrupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenangberikutny
3. Konstitusi berfungsi: (a) Membatasi atau mengendalikan kekuasaan
penguasa agar dalammenjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya; (b) Memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan
masyarakat yangdicitacitakan tahap berikutnya; (c) Dijadikan landasan
penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang
dijunjung tinggi oleh semua warga berikutnya (d) Menjamin hak-hak asasi
warga Negara
8
Harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam demokrasi
yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah untuk mufakat,
mencakup materi konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan
warga negara, diperlukan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga
negara indonesia, sumber historis, sosiologis, politik tentang harmoni.
kewajiban dan hak negara dan warga negara indonesia, dinamika dan
tantangan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara.
9
Didalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa
bingung dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang
malah menyepelekan keduanya. Negara adalah organisasi kekuasaan dari
persekutuan hidup manusia, sedangkan bangsa lebih menunjuk pada
persekutuan hidup manusia. Suatu negara pasti mempunyai identitas nasional
sendiri-sendiri yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain,
karena identitas nasional suatu bangsa menunjukkan kepribadian suatu bangsa
tersebut. Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD NRI 1945 pada
Sidang
10
Setiap negara di dunia tentu memiliki konstitusi guna untuk menjadi
suatu acuan dan batasan dalam melaksanakan praktik penyelenggaraan
Negara. Seperti halnya negara Indonesia dengan menggunakan konstitusi baik
yang tertulis (UUD), maupun yang tidak tertulis (convensi). Konstitusi lahir
merupakan usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat
norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal UUD
(Konstitusi), di mana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara
Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
negara.
11
Strong (2008:1) menyatakan bahwa tujuan konstitusi adalah suatu usaha
untuk membatasi perbuatan yang dilakukan pemerintah agar tidak
sewenangwenang, mengakui dan menjamin hak-hak yang dimiliki oleh rakyat
dan menerapkan pelaksanaannya secara berdaulat.
1. Hubungan secara formal Pancasila dicantumkan secara formal dalam
Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai
norma dasar hukum positif. Artinya, kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik tetapi juga perpaduan
asas-asas kultural, religius dan kenegaraan yang terdapat dalam Pancasila.
Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
b. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang
fundamental, yang mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai dasar
negara dan tertib hukum tertinggi.
c. Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi sebagai
Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dan berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi
sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-
pasalnya.
d. Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental, sebagai dasar kelangsungan
hidup negara.
e. Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan
yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan
hidup negara RI.
2. Hubungan secara material Secara kronologis, proses perumusan Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945 oleh BPUPKI, pertama-tama materi yang
dibahas adalah dasar filsafat Pancasila, baru kemudian Pembukaan UUD
1945.
12
Setelah sidang pertama Pembukaan UUD 1945, BPUPKI membicarakan
dasar filsafat negara Pancasila serta tersusunlah Piagam Jakarta yang
disusun oleh Panitia 9 sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD
1945. Berdasarkan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum tertinggi. Adapun tertib hukum Indonesia bersumber
pada Pancasila atau dengan kata lain, Pancasila sebagai tertib hukum
Indonesia. Berarti, secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
13
Awal proses perubahan UUD NRI 1945 adalah pencabutan Ketetapan
MPR RI Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, pembatasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI, dan Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi
Manusia mengawali perubahan UUD NRI 1945. Dari proses perubahan UUD
NRI 1945, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: (a) Perubahan UUD NRI
1945 dilakukan oleh MPR dalam satu kesatuan perubahan yang dilaksanakan
dalam empat tahapan, yakni pada Sidang Umum MPR 1999, Sidang Tahunan
MPR 2000, 2001, dan 2002; (b) Hal itu terjadi karena materi perubahan UUD
NRI 1945 yang telah disusun secara sistematis dan lengkap pada masa sidang
MPR tahun 1999-2000 tidak seluruhnya dapat dibahas dan diambil putusan.
(c) Hal itu berarti bahwa perubahan UUD NRI 1945 dilaksanakan secara
sistematis berkelanjutan karena senantiasa mengacu dan berpedoman pada
materi rancangan yang telah disepakati sebelumnya. UUD NRI 1945
menempati urutan tertinggi dalam jenjang norma hukum di Indonesia.
Berdasar ketentuan ini, secara normatif, undang-undang isinya tidak boleh
bertentangan dengan UUD. Jika suatu undang- undang isinya dianggap
bertentangan dengan UUD maka dapat melahirkan masalah konstitusionalitas
undang-undang tersebut.
G. Praktik Kewarganegaraan
Materi muatan UUD NRI 1945 dijabarkan lebih lanjut dalam suatu
undang- undang. Hal ini karena norma yang ada dalam UUD NRI 1945 berisi
aturan yang bersifat pokok dan garis-garis besar saja. Misalnya aturan tentang
HAM dalam Pasal 28 ayat 5 berbunyi "Untuk menegakkan dan melindungi
hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis,
maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan". Untuk menjabarkan norma tersebut
disusunlah undang-undang pelaksanaannya. Misal dengan Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Ada juga undang-undang lain yang
dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan mengenai HAM yang ada di
UUD NRI 1945.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstitusi mengatur maksud dan tujuan bentuknya suatu negara dengan
sistem administrasinya melalui adanya kepastian hukum yang terkandung
dalam pasal-pasalnya, unifikasi hukum nasional, social control, memberikan
legitimasi atas berdirinya lembagalembaga negara termasuk pengaturan tentang
pembagian dan pemisahan kekuasaan antara organ legislatif, eksekutif, dan
yudisial. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambang persatuan.
Konstitusi menjadi suatu saran untuk memperhatikan berbagai nilai dan norma
suatu bangsa negara, misalnya simbol demokrasi, keadilan, kemerdekaan,
negara hukum, yang dijadikan sandaran umtuk mencapai kemajuan dan
keberhasilan tujuan negara, konstitusi suatu negara diharapkan dapat
menyatakan persepsi masyarakat dan pemerintah, sehingga memperlihatkan
adanya nilai identitas kebangsaan, persatuan dan kesatuan, perasaan bangga
dan kehormatan sebagai bangsa yang bermartabat.
Sri Soemantri menyalin pendapat A.A.H Struycken bahwa UUD (grondwet)
sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi:
1. Hasil perjuangan bangsa diwaktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik waktu
sekarang maupun untuk masa yang akan dating
4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan
bangsa hendak dipimpin.
B. Saran
Diharapkan makalah ini membuat pembaca mengetahui dan menerapkan materi
yang diperoleh yaitu Konstitusi dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari
dan juga dalam kegiatan pendidikan dan pendidikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Juarsa, O.J. (2021). Pengembangan dan Penyusunan Bahan Ajar Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Sesuai Kebutuhan Mahasiswa dan Masyarakat Pada
Program PGSD FKIP Unib. Jurnal Pembelajaran dan Pengajaran Pendidikan
Dasar
16