Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KELOMPOK 5

Pendidikan Kewarganegaraan

“Konstitusi dan UUD 1945”

Dosen Pengampu:

Rita Ahma Julda, M.Pd

Disusun Oleh:
Afri Yuni Febrianti 22006055

Rahma Ramadhona Putri 22043019

Vivi Dea Ananda 22006116

Wincy Dwi Syafriyanti 22006117

Ismi Hakim z 22019055

Karnila 22002026

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

i
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konstitusi dan UUD 1945.”
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-
Nya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah


Psikologi Kepribadian, yaitu ibu Rita Ahma Julda, M.Pd. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Ilmu kewrganegaran
dan sebagai kajian untuk memperdalam pemahaman tentang Konstitusi dan UUD
1945. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritik yang
bersifat membangun.

Padang, 17 maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................iv

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................iv

B. Rumusan Masalah .............................................................................................iv

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................6

A. Konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa bernegara ............6

B. Alasan perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa bernegara ..................7

C. Sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Konstitusi dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara di Indonesia ...............................................................8

D. Argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan


berbangsan dan bernegara di Indonesia ..............................................................9

E. Esensi dan urgansi Konstitusi dalam kehidupan berbangsa bernegara ..…….10

F. Simpulan tentang Konstitusi …………………………………………………13

G. Praktik Kewarganegaran ……………………………………………………..14

BAB III PENUTUP …………………………………………………………….16

A. Kesimpulan……………………………………………………………………16

B. Saran ………………………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh
diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap
UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan
ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain
sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan
negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah
peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula
adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah
sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan
demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa
diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang
telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat
untuk mengamandemen UUD 1945.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?
2. Apa alasan perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Konstitusi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia?
4. Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam
kehidupan berbangsan dan bernegara di Indonesia?
5. Apasaja esensi dan urgansi Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?
6. Apa simpulan tentang Konstitusi?

iv
7. Bagaimana praktik kewarganegaraan?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
2. Memaparkan alasan perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
3. Menjelaskan sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Konstitusi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
4. Memaparkan argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam
kehidupan berbangsan dan bernegara di Indonesia
5. Menjelaskan esensi dan urgansi Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
6. Menjelaskan simpulan tentang Konstitusi
7. Menjelaskan praktik kewarganegaraan

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa Bernegara.


Kata warga negara berasal dari Bahasa inggris yaitu citizen, yang
memiliki arti warga negara. Pengertian warga negara secara umum merupakan
bagian dari penduduk suatu negara yang tinggal di wilayah hukum tertentu
yang memiliki hak dan kewajiban penuh sebagai bagaian warga negara di
negara tersebut. Secara hukum menurut undang-undang 1945 pasal 26 ayat 1,
pengertian warga negara Indonesia dibedakan menjadi 2 golongan, yakni :
1. Warga Negara Asli (pribumi) : penduduk asli suatu negara
2. Warga negara Keturunan (vreemdeling) : penduduk negara keturunan yang
bukan asli Indonesia
Kewarganegaraan dalam Bahasa inggris disebut civic yang berarti
kewarganegaraan. Kewarganegaraan adalah semua hal yang berhubungan
dengan warga negara. Sedangkan pengertian Pendidikan kewarganegaraan
menurut M. Nu’man Somantri (2021) yaitu program pendidikan yang
memiliki inti demokrasi politik yang diperlengkap dengan sumber
pengetahuan yang lain. Pada dasarnya urgensi adanya Pendidikan
kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa adalah membentuk
warga negara yang baik (good citizen), mewujudkan kesadaran bela negara
berdasarkan pemahaman politik kebangsaan, dan mengembangkan jati diri dan
moral bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan juga berisi mengenai pluralism yaitu sifat
menghargai keagamaan, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Maka,
Pendidikan kewarganegaraan penting diajarkan kepada anak didik bangsa kita
sendiri. Merujuk pandangan Lord James Bryce yang dimaksud dengan
konstitusi adalah suatu kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan
dengan hukum, yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap dengan
mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya.

6
Pendek kata bahwa konstitusi itu menurut pandangannya merupakan
kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang
menetapkan lembaga-lembaga yang tetap (permanen), dan yang menetapkan
fungsi-fungsi dan hakhak dari lembaga-lembaga permanen tersebut.
Sehubungan dengan itu C.F. Strong yang menganut paham modern secara
tegas menyamakan pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar.
Rumusan yang dikemukakannya adalah konstitusi itu merupakan satu
kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang
diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah
dalam konteks hak-hak asasi manusia). Konstitusi semacam ini dapat
diwujudkan dalam sebuah dokumen yang dapat diubah sesuai dengan
perkembangan zaman, tetapi dapat pula berupa a bundle of separate laws yang
diberi otoritas sebagai hukum tata negara. Rumusan C.F. Strong ini pada
dasarnya sama dengan definisi Bolingbroke (Astim Riyanto, 2009).

B. Alasan Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa Bernegara


Syarat terbentuknya suatu negara yaitu setiap negara harus memiliki
konstitusi, tanpa adanya konstitusi negara tersebut tidak mungkin terbentuk.
Dalam suatu ketatanegaraan konstitusi merupakan hal pokok yang harus
terpenuhi dan tidak dapat terpisahkan. Beberapa unsur berdrinya suatu negara
yakni:
1. Adanya pemerintahan yang berdaulat.
2. Memiliki wilayah.
3. Rakyat
4. Pengakuan dari negara lain.
Namun keempat unsur tersebut belum menjamin bahwa suatu negara
apakah dapat menjalankan fungsi kenegaraannya dengan baik apabila negara
tersebut belum memiliki konstitusi. Beberapa fungsi Konstitusi yaitu:
1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme.

7
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikianrupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenangberikutny
3. Konstitusi berfungsi: (a) Membatasi atau mengendalikan kekuasaan
penguasa agar dalammenjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya; (b) Memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan
masyarakat yangdicitacitakan tahap berikutnya; (c) Dijadikan landasan
penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang
dijunjung tinggi oleh semua warga berikutnya (d) Menjamin hak-hak asasi
warga Negara

C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Konstitusi dalam


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan
kemampuan utuh sarjana, mencakup konsep dan urgensi pendidikan
kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa, diperlukannya
pendidikan kewarganegaraan, sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
pendidikan kewarganegaraan di indonesia, dinamika dan tantangan pendidikan
kewarganegaraan, esensi dan urgensi pendidikankewarganegaraan untuk masa
depan.

Nilai dan norma konstitusional UUD NRI 1945 dan konstitusionalitas


ketentuan perundang-undangan di bawah UUD mencakup materi konsep dan
urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa- negara, perlunya konstitusi
dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia, sumber historis, sosiologis, dan
politik tentang konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia,
dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa -negara
indonesia, esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsanegara.

8
Harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam demokrasi
yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah untuk mufakat,
mencakup materi konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan
warga negara, diperlukan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga
negara indonesia, sumber historis, sosiologis, politik tentang harmoni.
kewajiban dan hak negara dan warga negara indonesia, dinamika dan
tantangan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara.

Hakikat, instrumentasi, dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan


Pancasila dan UUD NRI 1945, mencakup materi konsep dan urgensi
demokrasi yang bersumber dari Pancasila, diperlukannya demokrasi yang
bersumber dari Pancasila, sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
demokrasi yang bersumber dari Pancasila, dinamika dan tantangan demokrasi
yang bersumber dari Pancasila. Dinamika historis konstitusional, sosial-
politik, kultural, serta konteks kontemporer penegakan hukum yang
berkeadilan, mencakup materi, konsep dan urgensi penegakan hukum yang
berkeadilan, diperlukannya penegakan hukum yang berkeadilan, sumber
historis, sosiologis, politis tentang penegakan hukum yang berkeadilan di
Indonesia, dinamika dan tantangan penegakan hukum yang berkeadilan
indonesia, esensi dan urgensi penegakan hukum yang berkeadilan Indonesia.

Dinamika historis, dan urgensi Wawasan Nusantara sebagai konsepsi dan


pandangan kolektif kebangsaan Indonesia dalam konteks pergaulan dunia,
mencakup materi konsep dan urgensi Wawawan Nusantara, diperlukannya
Wawawan Nusantara, sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
Wawasan Nusantara, dinamika dan tantangan Wawasan Nusantara, esensi dan
urgensi Wawasan Nusantara.

D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam


Kehidupan Berbangsan dan Bernegara di Indonesia

9
Didalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa
bingung dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang
malah menyepelekan keduanya. Negara adalah organisasi kekuasaan dari
persekutuan hidup manusia, sedangkan bangsa lebih menunjuk pada
persekutuan hidup manusia. Suatu negara pasti mempunyai identitas nasional
sendiri-sendiri yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain,
karena identitas nasional suatu bangsa menunjukkan kepribadian suatu bangsa
tersebut. Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD NRI 1945 pada
Sidang

Tahunan MPR 2002, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun


waktu sekarang ini dipandang telah tuntas. Perubahan UUD NRI 1945 yang
berhasil dilakukan mencakup 21 bab, 72 pasal, 170 ayat, 3 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Ada enam pasal yang tidak
mengalami perubahan, yaitu Pasal 4, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 25, Pasal 29,
dan Pasal 35. Coba Anda cermati pasal-pasal dimaksud dalam Naskah UUD
NRI 1945. UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki
kedudukan sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum
tertinggi negara, UUD NRI 1945 menduduki posisi paling tinggi dalam
jenjang norma hukum di Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945
merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-undangan

E. Esensi dan Urgansi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan
pembangunan bangsa dan karakter mencakup materi konsep dan urgensi
identitas nasional, diperlukannya identitas nasional, sumber historis,
sosiologis, politik tentang identitas nasional indonesia. Urgensi integrasi
nasional sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa,
mencakup materi ,konsep dan urgensi integrasi nasional, diperlukannya
integrasi nasional, sumber historis, sosiologis, politik tentang integrasi
nasional, dinamika dan tantangan integrasi nasional.

10
Setiap negara di dunia tentu memiliki konstitusi guna untuk menjadi
suatu acuan dan batasan dalam melaksanakan praktik penyelenggaraan
Negara. Seperti halnya negara Indonesia dengan menggunakan konstitusi baik
yang tertulis (UUD), maupun yang tidak tertulis (convensi). Konstitusi lahir
merupakan usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat
norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal UUD
(Konstitusi), di mana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara
Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
negara.

Dilihat dalam Pembukaan UUD di alinea 4 yang berbunyi “Maka


disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia.” Dalam kalimat ini menunjukkan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum yang bersifat konstitusional,
dimana mengharuskan bagi negara Indonesia untuk diadakannya Negara dan
ketentuan inilah yang merupakan sumber hukum bagi adanya Undang-Undang
Dasar 1945. Ketentuan yang terdapat dalam alinea keempat inilah yang
merupakan dasar yuridis bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan sumber
bagi adanya 15 UUD 1945.

Hubungan antara dasar negara dengan konstitusi tampak pada gagasan


dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD suatu
negara. Dari dasar negara inilah kehidupan negara yang dituangkan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan diukur dan diwujudkan. Salah satu
perwujudan dalam mengatur dan menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah dalam bentuk konstitusi atau undang-undang dasar.
Dikarenakan negara Indonesia adalah negara hukum, maka hubungan antara
negara dan konstiusi saling berkaitan dimana negara adalah objek dari
konstitusi dan konstitusi adalah kiblat dari setiap praktik dalam
penyelenggaraan negara. CF.

11
Strong (2008:1) menyatakan bahwa tujuan konstitusi adalah suatu usaha
untuk membatasi perbuatan yang dilakukan pemerintah agar tidak
sewenangwenang, mengakui dan menjamin hak-hak yang dimiliki oleh rakyat
dan menerapkan pelaksanaannya secara berdaulat.
1. Hubungan secara formal Pancasila dicantumkan secara formal dalam
Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai
norma dasar hukum positif. Artinya, kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik tetapi juga perpaduan
asas-asas kultural, religius dan kenegaraan yang terdapat dalam Pancasila.
Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
b. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang
fundamental, yang mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai dasar
negara dan tertib hukum tertinggi.
c. Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi sebagai
Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dan berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi
sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-
pasalnya.
d. Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental, sebagai dasar kelangsungan
hidup negara.
e. Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan
yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan
hidup negara RI.
2. Hubungan secara material Secara kronologis, proses perumusan Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945 oleh BPUPKI, pertama-tama materi yang
dibahas adalah dasar filsafat Pancasila, baru kemudian Pembukaan UUD
1945.

12
Setelah sidang pertama Pembukaan UUD 1945, BPUPKI membicarakan
dasar filsafat negara Pancasila serta tersusunlah Piagam Jakarta yang
disusun oleh Panitia 9 sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD
1945. Berdasarkan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum tertinggi. Adapun tertib hukum Indonesia bersumber
pada Pancasila atau dengan kata lain, Pancasila sebagai tertib hukum
Indonesia. Berarti, secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

F. Simpulan Tentang Konstitusi


Konstitusi mempunyai materi muatan tentang organisasi negara, HAM,
prosedur mengubah UUD, kadang-kadang berisi larangan untuk mengubah
sifat tertentu dari UUD, cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara. Pada
awal era reformasi, adanya tuntutan perubahan UUD NRI 1945 didasarkan
pada pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi
kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan
terhadap HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-
pasal yang menimbulkan penafsiran beragam (multitafsir) dan membuka
peluang bagi penyelenggaraan. negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan
praktik KKN. Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945
menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, MPR
melakukan perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali
perubahan. Keempat kali perubahan tersebut harus dipahami sebagai satu
rangkaian dan satu kesatuan.

Dasar pemikiran perubahan UUD NRI 1945 adalah kekuasaan tertinggi


di tangan MPR, kekuasaan yang sangat besar pada presiden, pasal- pasal yang
terlalu "luwes" sehingga dapat menimbulkan multitafsir, kewenangan pada
presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang, dan rumusan
UUD NRI 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup
didukung ketentuan konstitusi yang sesuai dengan tuntutan reformasi.

13
Awal proses perubahan UUD NRI 1945 adalah pencabutan Ketetapan
MPR RI Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, pembatasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI, dan Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi
Manusia mengawali perubahan UUD NRI 1945. Dari proses perubahan UUD
NRI 1945, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: (a) Perubahan UUD NRI
1945 dilakukan oleh MPR dalam satu kesatuan perubahan yang dilaksanakan
dalam empat tahapan, yakni pada Sidang Umum MPR 1999, Sidang Tahunan
MPR 2000, 2001, dan 2002; (b) Hal itu terjadi karena materi perubahan UUD
NRI 1945 yang telah disusun secara sistematis dan lengkap pada masa sidang
MPR tahun 1999-2000 tidak seluruhnya dapat dibahas dan diambil putusan.
(c) Hal itu berarti bahwa perubahan UUD NRI 1945 dilaksanakan secara
sistematis berkelanjutan karena senantiasa mengacu dan berpedoman pada
materi rancangan yang telah disepakati sebelumnya. UUD NRI 1945
menempati urutan tertinggi dalam jenjang norma hukum di Indonesia.
Berdasar ketentuan ini, secara normatif, undang-undang isinya tidak boleh
bertentangan dengan UUD. Jika suatu undang- undang isinya dianggap
bertentangan dengan UUD maka dapat melahirkan masalah konstitusionalitas
undang-undang tersebut.

G. Praktik Kewarganegaraan
Materi muatan UUD NRI 1945 dijabarkan lebih lanjut dalam suatu
undang- undang. Hal ini karena norma yang ada dalam UUD NRI 1945 berisi
aturan yang bersifat pokok dan garis-garis besar saja. Misalnya aturan tentang
HAM dalam Pasal 28 ayat 5 berbunyi "Untuk menegakkan dan melindungi
hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis,
maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan". Untuk menjabarkan norma tersebut
disusunlah undang-undang pelaksanaannya. Misal dengan Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Ada juga undang-undang lain yang
dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan mengenai HAM yang ada di
UUD NRI 1945.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi mengatur maksud dan tujuan bentuknya suatu negara dengan
sistem administrasinya melalui adanya kepastian hukum yang terkandung
dalam pasal-pasalnya, unifikasi hukum nasional, social control, memberikan
legitimasi atas berdirinya lembagalembaga negara termasuk pengaturan tentang
pembagian dan pemisahan kekuasaan antara organ legislatif, eksekutif, dan
yudisial. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambang persatuan.
Konstitusi menjadi suatu saran untuk memperhatikan berbagai nilai dan norma
suatu bangsa negara, misalnya simbol demokrasi, keadilan, kemerdekaan,
negara hukum, yang dijadikan sandaran umtuk mencapai kemajuan dan
keberhasilan tujuan negara, konstitusi suatu negara diharapkan dapat
menyatakan persepsi masyarakat dan pemerintah, sehingga memperlihatkan
adanya nilai identitas kebangsaan, persatuan dan kesatuan, perasaan bangga
dan kehormatan sebagai bangsa yang bermartabat.
Sri Soemantri menyalin pendapat A.A.H Struycken bahwa UUD (grondwet)
sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi:
1. Hasil perjuangan bangsa diwaktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik waktu
sekarang maupun untuk masa yang akan dating
4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan
bangsa hendak dipimpin.

B. Saran
Diharapkan makalah ini membuat pembaca mengetahui dan menerapkan materi
yang diperoleh yaitu Konstitusi dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari
dan juga dalam kegiatan pendidikan dan pendidikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Astim Riyanto. 2009. Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo

Intan Ahmad. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: UGM Press.

Juarsa, O.J. (2021). Pengembangan dan Penyusunan Bahan Ajar Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Sesuai Kebutuhan Mahasiswa dan Masyarakat Pada
Program PGSD FKIP Unib. Jurnal Pembelajaran dan Pengajaran Pendidikan
Dasar

Juniar F. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan

Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan PKn. Bandung: Remaja


Rosda Karya dan PPS UPI.

16

Anda mungkin juga menyukai