Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEGARA DAN KONSTITUSI

Oleh :

Daniel Octa Dwikurniawan 18104410061

Jovan Ferdynata 18104410068

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR 2018

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Negara dan Konstitusi” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang pengertian Negara dan
Konstitusi, penerapan Konstitusi Indonesia dan Amandemen UUD 1945. Kami
sebagai penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri
maupun pembaca lainnya.
Mungkin terdapat kesalahan yang tidak kami sadari dalam pembuatan
makalah ini. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan maupun teman-teman selaku pembaca.
Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun mengucapkan terima
kasih.

Blitar, 4 April 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. . i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara dan Konstitusi .........................................................3

2.2 Hubungan Negara dan Konstitusi ..........................................................5

2.3 Pentingnya konstitusi bagi negara .........................................................5

2.4 UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia ................................. ..7

2.5 Perilaku konstitusional ................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah
kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945
itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara, atau dengan kata lain sebagai upaya memulai
“kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-
citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi
negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi
lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang
kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap
elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara
mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam
situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan
terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat
apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan
apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah
Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial,
kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil
perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang
dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai
sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama.
Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-
perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses
atas keberhasilan sebuah perubahan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Negara dan Konstitusi?
2. Bagaimana hubungan antara Negara dan Konstitusi?
3. Bagaimana sistem penerapan Konstitusi di Indonesia?
4. Apa yang dimaksud Konstitusi bagi negara?
5. Bagaimanakah proses UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penuliasan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian Negara dan Konstitusi.
2. Mengetahui hubungan antara Negara dan Konstitusi.
3. Mengetahui sistem penerapan Konstitusi di Indonesia.
4. Menjelaskan pengertian Konstitusi bagi negara.
5. Mengetahui proses terjadinya UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Dapat menambah pengetahuan tentang pengertian Negara dan Konstitusi.
2. Dapat menambah wawasan tentang penerapan Konstitusi di Indonesia.
3. Mengetahui tentang perubahan Konstitusi yang pernah dilakukan di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara dan Konstitusi


Negara adalah suatu organisasi dimana sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (Teritorial) tertentu
dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan kelompok tersebut di wilayahnya. Secara umum Negara dapat diartikan
sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki
pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal
dalam bidang organisasi lainnya. Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam
membentuk suatu Negara, yaitu:
a. Masyarakat atau rakyat; sebagai individu yang mendiami dan berstatus
sebagai warga di suatu Negara.
b. Wilayah (Teritorial); sebagai tempat atau wilayah Negara berdiri.
c. Bentuk Pemerintahan; sebagai penguasa dan pihak yang memagang
kekuasaan atas tanggung jawab keberlangsungan hidup warga Negara.
d. Pengakuan dari Negara lain; sebagai bukti bahwa Negara tersebut
terbentuk dan berdiri secara resmi dan legal.

Dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, unsur-unsur di atas menjadi 5


yaitu dengan penambahan UUD (Konstitusi) sebagai tambahan.

Menurut Mukhti Fajar (2005:43), sebagai negara hukum Indonesia


mempunyai ciri-ciri sebagai Negara hukum karena adanya:
1. Asas pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
2. Asas legalitas.
3. Asas pembagian kekuasaan.
4. Asas peradilan yang bebas dan tidak memihak.
5. Asas kedaulatan rakyat.
6. Asas demokrasi.
7. Asas konstitusional

3
Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan
hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan
termasuk dasar hubungan kerjasama antara Negara dan masyarakat (rakyat) dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Kata “Konstitusi” berarti pembentukan,
yang berasal dari bahasa Prancis yaitu “constituer”. Belanda menggunakan istilah
“Grondwet” yang berarti suatu Undang-Undang yang menjadi dasar (grond) dari
segala hukum bentuk organisasi yang pada umumnya berbentuk naskah yang sering
disebut dengan Konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Dahulu konstitusi digunakan
sebagai penunjuk hukum penting yang dikeluarkan oleh kaisar atau raja yang
digunakan secara luas dalam hukum kanon untuk menandakan keputusan substitusi
tertentu. Konstitusi umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisi
aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan Negara. Terdapat 5
jenis konstitusi yaitu:
 Written Constitution and Unwritten Contitution;
 Fleksible and Rigid Cnstitution
 Supreme and Not Supreme Constitution
 Federal and Unitary Constitution
 President Executive and Paliamentary Executice

Konstitusi memiliki tujuan yang berkaitan dengan:


1. Berbagai lembaga kenegaraan dengan wewenang dengan tugasnya masing-
masing.
2. Hubungan antar lembaga Negara.
3. Hubungan antar lembaga Negara (pemerintah) dengan warga Negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
5. Hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan perkembangan zaman.
Semakin banyak pasal yang terdapat dalam suatu konstitusi tidak menjamin
konstitusi tersebut baik.

Selain tujuan di atas, tujuan adanya konstitusi juga dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

4
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan
terhadap kekuasaan politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu
sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.

2.2 Hubungan Negara dan Konstitusi


Negara dan konstitusi memiliki hubungan yang sangat erat, dimana konstitusi
merupakan dasar Negara. Dasar Negara memuat norma-norma ideal, yang
penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal yang terdapat pada UUD (Konstitusi)
yang merupakan satu kesatuan utuh, dimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945
dengan dasar Negara Pancasila. Melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga
melaksanakan dasar Negara. Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan yang
dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis kekuasaan negara yang diatur
dalam suatu konstitusi itu umumnya terbagi atas enam dan masing-masing kekuasaan
itu diurus oleh suatu badan atau lembaga tersendiri yaitu:
1. Kekuasaan membuat undang-undang (legislatif)
2. Kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)
3. Kekuasaan kehakiman (yudikatif)
4. Kekuasaan kepolisian
5. Kekuasaan kejaksaan
6. Kekuasaan memeriksa keuangan negara

2.3 Pentingnya konstitusi bagi negara


Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagiseluruh
warga Negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini, hampir tidak ada Negara
yang tidak memiliki konstitusi. Hal ini menunjukkan betapa urgennya konstitusi sebagai
suatu perngkat negera. Konstitusi dan Negara ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain
tidak terpisahkan.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa konstitusi merupakan sekumpulan aturan
yang mengatur organisasi Negara, serta hubungan antara Negara dan warga Negara
sehingga saling menyesuaikan diri dan saling bekerja sama. Dr.A. Hamid S Attamini

5
menegaskan bahwa konstitusi atau Undang-undang Dasar merupakan suatu hal yang sngat
penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan
dalam mengatur bagaimana kekuasaan Negara harus dijalankan. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa hakikat konstitusi merupakn perwujudan paham
tentang konstitusi atau konstitualisme yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah
di satu pihak dan jaminan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan
terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instruman untuk membatasi kekuasaan dalam
suatu Negara, Miriam Budiarjo mengatakan:

“Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional,


Undang-undang Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasan pemerintah
sedemikain rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenag.
Denagn demikian diharapkan hak-hak warga Negara akan lebih terlindungi.”

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut, Kusnardi
menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu
membagi kekuasaan dalam Negara dan membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa
dalam Negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang Negara
dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi
dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana
kekuasaan dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga
legislative, eksekutif dan yudikatif.

Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk menjamin
hak-hak warga negarqa. Hak-hk tersebut mencakup hak-hak asas, seperti hak untuk hidup,
kesejahteraan hidup dan hak kebebasan.Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu
Negara ini,Struycken dalam bukunya “Het Staatsreet van Het Koninkrijk der Nederlander”
menyatakan bahwa Undang-undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan dokuman
formal yang berisikan:

1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau;

2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa;

3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu sekarang
maupun untuk waktu yang akan datang;

4. Suatu keinginan, di mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak


dipimpin.

Keempat materi yang terdapat dalam konstitusi atau undang – undang tersebut,
menunjukkan arti pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan pedoman bagi penerus bangsa

6
dalam menjalankan suatu Negara. Dan pada prinsipnya semua agenda penting kenegaraan,
serta prinsip – prinsip dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, telah
tercover dalam konstitusi.

2.4 UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia


UUD “45 dirancang sejak 29 mei 1945 oleh Badan Penyelidikan Usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI ) yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat.
Tugas utamanya adalah menyusun rancangan Undang-Undang sebagai salah satu
persiapan Untuk membentuk negara yang merdeka, namun anggota lembaga ini
sibuk mengusung ideologinya masing-masing ketika membicarakan masalah
Ideologi negara Akibatnya, pembahasan tentang rancangan UUD menjadi
terbengkalai. Maka BPUPKI dalam sidang pertamanya membentuki panitia kecil
untuk merumuskan UUD yang diberinama Panitia Sembilan7. Dan pada tanggal 22
juni 1945 Panitia Sembilan ini berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui
sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II BPUPKI
tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal
16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD
dan membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD atau konstitusi Negara Indonesia ditetapkan
oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945, Pengesahan UUD 1945
dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada
tanggal 29 Agustus 1945. . Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu
Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD
19458.

1. Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949


Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945
memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR
belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel
(“Semi-Parlementer”) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan
sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

2. Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950


Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri
dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan
sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Namun karena tidak sesuai dengan

7
jati diri bangsa serta mencuat issu disintegrasi, maka kemudian Indonesia berganti
bentuk lagi menjadi Negara kesatuan Republik.

3. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959


Perubahan bentuk Negara secara otomatis juga membuat perubahan dalam
konstitusinya. Mulai Pada tanggal 17 Agustus 1950 Konstitusi Indonesia berubah
menjadi Undang-Undang Sementara Republik Indonesia. Pada periode UUDS 50 ini
diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal.
Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak
berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau
golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal
yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar
bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak
sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa
keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan
dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta
tidak berlakunya UUDS 1950.

4. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966


Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada
tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu
isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua
DPA menjadi Menteri Negara.
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia.

5. Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal
23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt)
dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancur
hutan dan sumber alam kita.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”,
diantaranya melalui sejumlah peraturan:

8
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/19839.

6. Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan
oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

7. Periode Pasca Remormasi (Amandemen)


Setelah Reformasi banyak kalangan yang menginginkan dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Tujuan dilakukannya perubahan adalah untuk
menambah sesuatu yang belum ada aturannya dalam konstitusi serta untuk merespon
tuntutan zaman. Para pengamat politik berpandangan bahwa keberadaan UUD 1945
didesain oleh para pembuatnya bersifat sementara karena belum menentunya kondisi
Negara pada saat itu. Selain itu Undang-Undang dasar 1945 juga telah diselengkan
oleh pemerintah orde baru untuk melanggengkan Kekuasaanya.

Salah satu hal yang berubah dengan adanya amandemen adalah keberadaan lembaga
Negara. Keberadaan lembaga ini cukup vital karena pada masa sebelumnya berbagai
macam lembaga Negara dikendalikan oleh satu orang saja, yaitu Presiden. Meskipun
secara formal terdapat aturan untuk memisahkan antara lembaga eksekutif,
legislative dan yudikatif namun karena ketiadaan aturan yang jelas, maka aturan
tersebut dapat dimanipulasi. Oleh sebab itu setelah reformasi mencoba diperbarui
agar lebih jelas pola pemisahannya serta memunggkinkan adanya control secara baik
diantara berbagi macam lembaga Negara. Dengan adanya check and balances maka
bisa mengurangi penumpukan kekuasaan dan penyalahgunaan wewenang 10.

2.5 Perilaku konstitusional

Pancasila harus menjadi sumber dan segala hukum dalam system ketatanegaraan dan
sistem pemerintahan Indonesia. Apapun perkembangan yang terjadi bagi sistem yang
dianut dalam setiap perkembangan sejarah, setiap produk hukum, dan upaya
penegakannya haruslah mengkristalkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila atau di dalam keseluruhan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
Reformasi dalam bidang ekonomi, politik, hak asasi manusia, demokratisasi,
pertahanan dan keamanan, serta sosial budaya harus berlandaskan Pancasila. Tidak

9
boleh ada hukum yang dibuat atau ditegakkan oleh siapa pun secara berlawanan
dengan nilai-nilai dasar konstitusi.

Masyarakat yang tertib, aman, dan tenterarn merupakan syarat mutlak bagi
pembangunan dan tercapainya tujuan negara. Semuanya itu dapat berhasil karena
adanya aturan yang terkandung dalam UUD 1945 yang dipatuhi oleh seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila dan UUD 1945 menjamin tegaknya hukum yang menjunjung
tinggi nilai-nilai hukum dan martabat manusia.

Hukurn adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa, mengikat,
dan mengatur hubungan manusia dengan manusia Iainnya dalam masyarakat untuk
menjamin adanya keadilan dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Hukum yang
berlaku di Indonesia disebut hukum nasional. Tata hukum nasional adalah peraturan
hukum yang berlaku bagi segenap bangsa dan seluruh tanah air Indonesia. Tata
hukum nasional itu terdiri atas hukum tertulis dan hukum yang tidak tertulis. Hukum
tertulis adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan negara seperti,
Undang Undang Dasar 1945, Tap MPR, undang-undang, Peraturan pemerintah
pengganti undang-undang, Peraturan pemerintah, Keputusan presiden, dan peraturan
lainnya. Hukum tidak tertulis adalah kebiasaan yang berlaku dalam rñasyarakat dan
dipatuhi sebagai hukum yang berlaku.

Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukurn merupakan salah satu contoh
negara yang masyarakatnya diatur dengan hukum. Hal itu dapat dibuktikan dengan
kenyataan yang ada. Bangsa Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku dan budaya,
tetapi keanekaragaman itu tidak menjadi penghalang bagi bangsa Indonesia untuk
melangkah bersama-sama dalam derap pembangunan. Jelas sekali hukum berfungsi
sangat efektif dalam mengatur suatu tatanan masyarakat hingga akhimya tercipta
suatu ketertiban dalam kehidupan ini.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai Negara dan Konstitusi di atas, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Negara adalah suatu organisasi dimana sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan kelompok tersebut di wilayahnya.
2. Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan
hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga
pemerintahan termasuk dasar hubungan kerjasama antara Negara dan
masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Negara dan konstitusi memiliki hubungan yang sangat erat, dimana konstitusi
merupakan dasar Negara. Dasar Negara memuat norma-norma ideal, yang
penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal yang terdapat pada UUD
(Konstitusi) yang merupakan satu kesatuan utuh, dimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 dan dasar Negara Pancasila.
4. Di Indonesia terdapat 2 jenis konstitusi yaitu Konstitusi sebagai Hukum
Dasar Tertulis (UUD) dan Konstitusi sebagai Hukum Dasar Tidak Tertulis
(Convensi).
5. Konstitusi yang pernah diterapkan dan berlaku di Indonesia yaitu UUD 1945,
UUD RIS, UUDS 1950, dan UUD 1945 Amandemen.
6. UUD 1945 mengalami perubahan (Amandemen) selama 4 kali mulai dari
tahun 1999 hingga 2002 menjadi UUD 1945 yang baru dan berlaku hingga
sekarang.

3.2 Saran
Kepada para pembaca kami menyarankan agar menambah bahan bacaan
berupa buku atau artikel yang berkaitan agar lebih memahami kedua hal tersebut
guna menambah wawasan dan pengetahuan tentang Konstitusi di Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agus, M.Santoso. 2013. Perkembangan Konstitusi di Indonesia. Fakultas Hukum


Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda. Yustisia Edisi 87. Samarinda,
Indonesia
Mahfud, Muh. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Rineka Cipta. Jakarta, Indonesia
Sartono, Kus Eddy. 2009. Kajian Konstitusi Indonesia Dari Awal Kemrdekaan
Sampai Era Reformasi. Fakultas FIS-UNY. Humanika Vol.9 No. 1, hal 93-
106. Yogyakarta, Indonesia
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen (setelah mengalami perubahan hingga
keempat kalinya)

12

Anda mungkin juga menyukai