Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

Kelompok 1 (Satu)

Diens Hamsa (PO7120322071)


Hasriyani (PO7120322061)
Dini Safitri (PO7120322052)
Gita Nuzulul Fitri (PO7120322049)
Pramnesti Deanti Iskandar (PO7120322074)

Jurusan/Prodi : Sarjana Terapan Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT, yang mana atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Negara
dan Konstitusi” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam makalah ini
membahas tentang pengertian Negara dan Konstitusi,
penerapan Konstitusi Indonesia dan Amandemen UUD 1945.
Kami sebagai penyusun berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami sendiri maupun pembaca lainnya.
Mungkin terdapat kesalahan yang tidak kami sadari dalam
pembuatan makalah ini. Maka dari itu kami mohon saran dan
kritik dari dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan maupun teman-teman selaku pembaca.
Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara dan Konstitusi .........................................................3

2.2 Hubungan Negara dan Konstitusi..........................................................5

2.3 Penerapan Konstitusi di Indonesia ........................................................5

2.3.1 Sejarah Lahirnya Konstitusi di Indonesia....................................5

2.3.2 Konstitusi di Indonesia ...............................................................7

2.3.3 Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia ..............................8

2.4 Perubahan Konstitusi di Indonesia .....................................................12

2.4.1 Pengertian Amandemen ............................................................14

2.4.2 Amandemen UUD 1945 ...........................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................17

3.2 Saran ..................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan
tidak boleh diubah kini telah mengalami beberapa perubahan.
Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya
merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara, atau dengan kata lain
sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga
negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama
yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan
sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah
sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang
seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu
keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi
suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang
telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap
elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945.
Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang
berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa
perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik

1
dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari
sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah
merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah
telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan.
Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan
nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita
akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang
dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna.
Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah
mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi
kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan
selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi
monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang
akan dibahas antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Negara dan Konstitusi?
2. Bagaimana hubungan antara Negara dan Konstitusi?
3. Bagaimana sistem penerapan Konstitusi di Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan Amandemen?
5. Bagaimanakah proses terjadinya Amandemen UUD 1945?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penuliasan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian Negara dan Konstitusi.
2. Mengetahui hubungan antara Negara dan Konstitusi.
3. Mengetahui sistem penerapan Konstitusi di Indonesia.
4. Menjelaskan pengertian Amandemen.
5. Mengetahui proses terjadinya Amandemen UUD 1945.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan
makalah ini, yaitu:
1. Dapat menambah pengetahuan tentang pengertian Negara
dan Konstitusi.
2. Dapat menambah wawasan tentang penerapan Konstitusi
di Indonesia.
3. Mengetahui tentang perubahan Konstitusi yang pernah
dilakukan di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara dan Konstitusi


Negara adalah suatu organisasi dimana sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama
mendiami suatu wilayah (Teritorial) tertentu dengan mengakui
adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan kelompok tersebut di wilayahnya. Secara umum
Negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada
di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang
berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal
dalam bidang organisasi lainnya. Terdapat beberapa elemen
yang berperan dalam membentuk suatu Negara, yaitu:
a. Masyarakat atau rakyat; sebagai individu yang
mendiami dan berstatus sebagai warga di suatu Negara.
b. Wilayah (Teritorial); sebagai tempat atau wilayah
Negara berdiri.
c. Bentuk Pemerintahan; sebagai penguasa dan pihak yang
memagang kekuasaan atas tanggung jawab
keberlangsungan hidup warga Negara.

4
d. Pengakuan dari Negara lain; sebagai bukti bahwa
Negara tersebut terbentuk dan berdiri secara resmi dan
legal.

Dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, unsur-unsur


di atas menjadi 5 yaitu dengan penambahan UUD (Konstitusi)
sebagai tambahan.

Menurut Mukhti Fajar (2005:43), sebagai negara hukum


Indonesia mempunyai ciri-ciri sebagai Negara hukum karena
adanya:
1. Asas pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
2. Asas legalitas.
3. Asas pembagian kekuasaan.
4. Asas peradilan yang bebas dan tidak memihak.
5. Asas kedaulatan rakyat.
6. Asas demokrasi.
7. Asas konstitusional
Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan
ketentuan-ketentuan hukum yang dibentuk untuk mengatur
fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk dasar
hubungan kerjasama antara Negara dan masyarakat (rakyat)
dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Kata
“Konstitusi” berarti pembentukan, yang berasal dari bahasa
Prancis yaitu “constituer”. Belanda menggunakan istilah

5
“Grondwet” yang berarti suatu Undang-Undang yang menjadi
dasar (grond) dari segala hukum bentuk organisasi yang pada
umumnya berbentuk naskah yang sering disebut dengan
Konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Dahulu konstitusi
digunakan sebagai penunjuk hukum penting yang dikeluarkan
oleh kaisar atau raja yang digunakan secara luas dalam hukum
kanon untuk menandakan keputusan substitusi tertentu.
Konstitusi umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen
yang berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi
pemerintahan Negara. Terdapat 5 jenis konstitusi yaitu:
 Written Constitution and Unwritten Contitution;
 Fleksible and Rigid Cnstitution
 Supreme and Not Supreme Constitution
 Federal and Unitary Constitution
 President Executive and Paliamentary Executice

Konstitusi memiliki tujuan yang berkaitan dengan:


1. Berbagai lembaga kenegaraan dengan wewenang dengan
tugasnya masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga Negara.
3. Hubungan antar lembaga Negara (pemerintah) dengan
warga Negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.

6
5. Hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan
perkembangan zaman. Semakin banyak pasal yang
terdapat dalam suatu konstitusi tidak menjamin konstitusi
tersebut baik.

Selain tujuan di atas, tujuan adanya konstitusi juga dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan
sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan
dari penguasa itu sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan
ketetapan bagi penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya.

2.2 Hubungan Negara dan Konstitusi


Negara dan konstitusi memiliki hubungan yang sangat
erat, dimana konstitusi merupakan dasar Negara. Dasar Negara
memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan
dalam pasal-pasal yang terdapat pada UUD (Konstitusi) yang
merupakan satu kesatuan utuh, dimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 dengan dasar Negara Pancasila.
Melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan
dasar Negara. Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan yang

7
dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis
kekuasaan negara yang diatur dalam suatu konstitusi itu
umumnya terbagi atas enam dan masing-masing kekuasaan itu
diurus oleh suatu badan atau lembaga tersendiri yaitu:
1. Kekuasaan membuat undang-undang (legislatif)
2. Kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)
3. Kekuasaan kehakiman (yudikatif)
4. Kekuasaan kepolisian
5. Kekuasaan kejaksaan
6. Kekuasaan memeriksa keuangan negara

2.3 Penerapan Konstitusi di Indonesia


2.3.1 Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja
Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan Undang-
Undang Dasar 1945. Eksistensi UUD 1945 sebagai konstitusi di
Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang hingga
akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan
ketatanegaraan di Indonesia.
Dalam sejarahnya, UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei
1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidikan Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
beranggotakan 21 orang yang ditetpakan berdasarkan
Maklumat Gunseikan Nomor 23 (Maian 2001:59). Badan ini

8
menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Latar belakang terbentunya konstitusi UUD 1945 bermula
dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia di kemudian hari. Adapun isi dari dari perajajian
tersebut yaitu “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya
peperangan Asia Timur Raya, Dai Nippon sudah mulai
berusaha membebasan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintahan Hindia Belanda. Tentara Dai Nippon serrentak
menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut,
maupun udara untuk mengakhiri kekuasaan pemerintahan
Belanda.” Sejak saat itu, Dai Nippon Teikoku memandang
bangsa Indonesia sebagai saudara muda serta membimbing
bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang,
sehingga diharapkan kelak Indonesia siap untuk berdiri sendiri
sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun, janji hanyalah janji,
penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama
menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah
Jepang dipukul mundur tentara sekutu, Jepang tak lagi ingat
akan janjinya dan setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu,
rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat hingga
saat kemerdekaan tiba.

9
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 18 Agustus
1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengadakan siding pertama kali dan menghasilkan beberapa
keputusan yaitu:
- Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945
yang bahannya diambil dari Rancangan Undang-undang
yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni
1945
- Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya
hampir seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh
Panitia Perancang UUD tanggal 16 Juni 1945
- Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir.
Seokarno sebagai Presiden dan wakil ketua Drs.
Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden
- Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh
PPKI yang kemudian menjadi Komite Nasional

2.3.2 Konstitusi di Indonesia


1. Konstitusi sebagai Hukum Dasar Tertulis (UUD)
UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah
yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-
badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok-
pokok cara kerja badan tersebut (sebagai pengatur mekanisme

10
dan dasar dari sistem pemerintahan). Adapun sifat-sifatnya
yaitu:
- Rumusannya merupakan suatu hukum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara
maupun mengikat bagi warga Negara.
- UUD 1945 bersifat supel dan singkat karena UUD 1945
memuat aturan-aturan pokok yang harus dikembangkan
sesuai perkembangan zaman.
- Memuat norma-norma yang dapat dan harus dilaksanakan
secara konstitusional.
- UUD 1945 dalam tata tertib hukum Indonesia merupakan
peraturan hukum positif tertinggi disamping sebagai alat
kontrol norma yang lebih rendah dalam hirarki tertib
hukum Indonesia.

2. Konstitusi sebagai Hukum Dasar Tidak Tertulis


(Convensi)
Convensi adalah hukum dasar yang tak tertulis yaitu
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara. Adapun sifat-sifatnya yaitu:
- Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan Negara.
- Tak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
- Diterima oleh seluruh rakyat/masyarakat.

11
- Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan
bahwa convensi bias menjadi aturan dasar yang tidak
tercantum dalam UUD 1945.

2.3.3 Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia


Terdapat beberapa konstitusi yang pernah diterapkan dan
berlaku di Indonesia sejak merdeka hingga sekarang yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 s/d 27


Desember 1949)
Pada masa periode pertama kali terbentuknya Negara
Republik Indonesia, konstitusi atau Undang-Undang Dasar
yang pertama kali berlaku adalah UUD 1945 hasil rancangan
BPUPKI, kemudian disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Menurut UUD 1945 kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan lembaga
tertinggi Negara.
Berdasarkan UUD 1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan
Daerah dan Utusan Golongan dalam menjalankan tugas
wewenang menetapkan UUD, GBHN, memilih dan
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah
UUD. Selain MPR terdapat lembaga tinggi Negara lainnya di

12
bawah MPR yaitu Presiden yang menjalankan pemerintahan,
DPR yang membuat Undang-Undang, Dewan Pertimbangan
Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA).
Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan
secara murni dan konsekuen, sistem ketatanegaraan berubah-
ubah, terutama pada saat dikeluarkannya maklumat Wakil
Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi bahwa
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuknya
MPR dan DPR diserahi tugas Legeslatif dan menetapkan
GBHN bersama Presiden, KNIP bersama Presiden menetapkan
Undang-Undang, dan dalam menjalankan tugas sehari-hari
dibentuklah badan pekerja yang bertanggung jawab kepada
Komite Nasional Pusat.

2. Undang-Undang Dasar RIS (27 Desember 1949 s/d 17


Agustus 1950)
Sebagai rasa ungkapan ketidak-puasan bangsa Belanda
atas kemerdekaan Republik Indonesia, terjadilah kontak senjata
(agresi) oleh Belanda pada tahun 1947 dan 1948, dengan
kenginan Belanda untuk memecah belah NKRI menjadi Negara
federal agar dengan secara mudah dikuasai kembali oleh
Belanda. Akhirnya disepakati untuk mengadakan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, dengan
menghasilkan 3 persetujuan yaitu:

13
a. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat.
b. Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia
Serikat.
c. Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat
dengan Kerajaan Belanda.

Pada tahun 1949 berubahlah Konstitusi Indonesia yaitu


dari UUD 1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat (UUD RIS), maka berubahlah pula bentuk
Negara Kesatuan menjadi Negara Serikat (federal) yaitu Negara
yang tersusun dari beberapa Negara yang semula berdiri sendiri
kemudian mengadakan ikatan kerja sama secara efektif atau
dengan kata lain Negara serikat adalah Negara yang tersusun
jamak yang terdiri dari Negara-negara bagian.
Kekuasaan kedaaulatan Republik Indonesia Serikat
dilakukan oleh pemerintahan bersama-sama dengan DPR dan
Senat. Sistem pemerintahan presidensial berubah menjadi
parlementer, yang bertanggung jawab kebijaksanaan
pemerintahan berada di tangan Menteri-Menteri baik secar
bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung jawab
kepada Parlemen (DPR). Namun demikian pada kontitusi RIS
ini juga belum dilaksankan secara efektif, karena lembaga-
lembaga Negara belum dibentuk sesuai amanat UUD RIS.

14
3. Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (17 Agustus
1950 s/d 5 Juli 1959)
Ternyata Konstitusi RIS tidak berumur panjang, hal itu
disebabkan karena isi konstitusi tidak berakar dari kehendak
rakyat, juga bukan merupakan kehendak politik rakyat
Indonesia melainkan rekayasa dari pihak Belanda maupun
PBB, sehingga menimbulkan tuntutan untuk kembali
menggabungkan diri menjadi Negara Republik Indonesia,
kemudian disepakati untuk kembali ke NKRI dengan
menggunakan UUD Sementara 1950.
Bentuk Negara pada konstitusi ini adalah Negara
Kesatuan, yakni Negara yang bersusun tunggal, artinya tidak
ada Negara dalam Negara sebagaimana halnya bentuk Negara
Serikat. Ketentuan Negara Kesatuan ditegaskan dalam Pasal 1
ayat (1) UUDS 1950 yang menyatakan Republik Indonesia
merdeka dan berdaulat ialah Negara hukum yang demokrasi
dan berbentuk kesatuan. Pelaksanaan konstitusi ini merupakan
penjelmaan dari NKRI berdasarkan Proklamasi 17 Agustus
1945, serta didalamnya juga menjalankan otonomi atau
pembagian kewenangan kepada daerah-daerah di seluruh
Indonesia.

15
4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 s/d 19
Oktober 1999)
Pada periode ini UUD 1945 diberlakukan kembali dengan
dasar Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Berdasarkan
ketentuan ketatanegaraan dekrit Presiden diperbolehkan karena
Negara dalam keadaan bahaya oleh karena itu
Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang perlu mengambil
tindakan untuk menyelamatkan bangsa dan Negara yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Adapun hal-
hal yang menjadi point dari isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yaitu:
 Pembubaran Konstituante
 Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak belakunya lagi
UUDS 1950
 Dibentuknya MPRS dan DPAS

Berlakunya kembali UUD 1945 berarti merubah ssstem


ketatanegaraan, Presiden yang sebelumnya hanya sebagai
kepala Negara selanjutnya juga berfungsi sebagai kepala
pemerintahan dibantu oleh Menteri-Menteri kabinet yang
bertanggung jawab kepada Presiden, dimana hal ini
menandakan sistem pemerintahan berubah dari sistem
Parlementer menjadi sistem Presidensial.

16
Dalam prakteknya ternyata UUD 1945 tidak diberlakukan
sepenuhnya hingga tahun 1966. Lembaga-lembaga Negara yang
dibentuk baru bersifat sementara dan tidak berdasarkan secara
konstitusional, akibatnya menimbulkan penyimpangan-
penyimpangan kemudian meletuslah gerakan anti Pancasila
yang dipelopori oleh PKI, walaupun kemudian dipatahkan.
Pergantian kepemimpinan nasional terjadi pada periode ini, dari
Presiden Seokarno digantikan oleh Soeharto, yang semula
didasari oleh Surat Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian
dilaksanakan pemilihan umum yang kedua pada tahun 1972.
Babak baru pemerintahan orde baru dimulai, sistem
ketatanegaraan sudah berdasar konstitusi, pemilihan umum
dilaksanakan setiap 5 tahun sekali, pembangunan nasional
berjalan dengan baik, namun disisi lain terjadi kediktatoran
yang luar biasa dengan alasan demi terselenggaranya stabilitas
nasional dan pembangunan ekonomi, sehingga sistem
demokrasi yang dikehendaki UUD 1945 tidak berjalan dengan
baik.
Keberadaan partai politik dibatasi hanya 3 partai saja,
sehingga demokrasi terkesan mandul, tidak ada kebebasan bagi
rakyat yang ingin menyampaikan kehendaknya, walaupun pilar
kekuasaan Negara seperti eksekutif, legeslatif, dan yudikatif
sudah ada tapi perannya tidak penuh, kemampuan politik
menghendaki kekuatan Negara berada ditangan satu orang yaitu

17
Presiden, sehingga menimbulkan demonstrasi besar pada tahun
1998 dengan tuntutan reformasi, yang berujung pada pergantian
kepemimpinan nasional.

5. UUD 1945 Masa Amandemen (19 Oktober 1999 s/d 10


Agustus 2002)
Sebagai implementasi yang berkumandang pada tahun
1998, adalah melakukan perubahan terhadap UUD 1945
sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Dasar hukum
perubahan UUD 1945 adalah Pasal 3 dan Pasal 7 UUD 1945
yang dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya,
sehingga nilai dan prinsip demokrasi di Negara Kesatuan
Republik Indonesia Nampak diterapkan dengan baik.
Dalam melakukan perubahan UUD 1945, MPR
menetapkan 5 kesepakatan:
a. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 Negara Republik
Indonesia.
b. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
c. Mempertegas system pemerintahan Presidensial.
d. Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang memuat hal-hal normatif
akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal (batang tubuh).
e. Melakukan perubahan dengan cara addendum.

18
Pada periode ini UUD 1945 mengalami perubahan hingga
ke-4 kali, sehingga mempengaruhi proses kehidupan demokrasi
di Negara Indonesia. Seiring dengan perubahan UUD 1945
yang terselenggara pada tahun1999 hingga 2002, maka naskah
resmi UUD 1945 terdiri atas lima bagian, yaitu UUD 1945
sebagai naskah aslinya ditambah dengan perubahan UUD 1945
kesatu, kedua, ketiga dan keempat, sehingga menjadi dasar
Negara yang fundamental/dasar dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
6. UUD 1945 Amandemen (10 Agustus 2002 s/d
Sekarang)
Setelah mengalami perubahan hingga keempat kalinya,
UUD 1945 merupakan dasar Negara Republik Indonesia yang
fundamental untuk menghantarkan kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi bangsa Indonesia, tentu saja kehidupan
berdemokrasi lebih terjamin lagi, karena perubahan UUD 1945
dilakukan dengan cara hati-hati, tidak tergesa-gesa, serta
dengan menggunakan waktu yang cukup, tidak seperti yang
dilakukan BPUPKI pada saat merancang UUD waktu itu, yaitu
sangat tergesa-gesa dan masih dalam suasana di bawah
penjajahan Jepang.
Nuansa demokrasi lebih terjamin pada masa UUD 1945
setelah mengalami perubahan. Keberadaan lembaga Negara
sejajar, yaitu lembaga eksekutif (pemerintahan), lembaga

19
legeslatif (MPR, DPR dan DPD), lembaga yudikatif (MA, MK
dan KY) dan lembaga auditif (BPK). Kedudukan lembaga
Negara tersebut mempunyai peranan yang lebih jelas
dibandingkan masa sebelumnya. Masa jabatan presiden dibatas
hanya 2 periode saja, yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pelaksanaan otonomi daerah terurai lebih rinci lagi dalam
UUD 1945 setelah perubahan, sehingga pembangunan disegala
bidang dapat dilaksanakan secara merata di daerah. Pemilihan
kepala daerah dilaksanakan secara demokratis, sehingga rakyat
dapat menentukan secara langsung pilihan yang sesuai dengan
kehendaknya.
Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) lebih
baik dan diurai lebih rinci sehingga kehidupan demokrasi lebih
terjamin. Keberadaan partai politik tidak dibelenggu seperti
masa sebelumnya, dimana terdapat kebebasan untuk
mendirikan partai politik dengan berasaskan sesuai dengan
kehendak asalkan tidak bertentangan dengan Pancasila dan
UUD 1945, serta dilaksanakannya Pemilihan Umum yang jujur
dan adil.

2.4 Perubahan Konstitusi di Indonesia


Perubahan konstitusi merupakan suatu hal yang menjadi
perdebatan panjang, terutama berkaitan dengan hasil-hasil yang
diperoleh dari proses perubahan itu sendiri. Dalam system

20
ketatanegaraan modern, paling tidak ada dua system yang
berkembang dalam perubahan konstitusi yaitu:
 Renewal (Pembahruan); yang dianut Negara-negara Eropa
Kontinental yang bersifat perubahan secara keseluruhan
 Amandement (Perubahan); yang dianut Negara-negara
Anglo-Saxon termasuk Indonesia dan Amerika Serikat

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, terdapat satu pasal


yang membahas tentang cara perubahan UUD, yaitu Pasal 37
yang berisi:
1. Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada
jumlah anggota MPR harus hadir.
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya
2/3 jumlah anggota yang hadir.

Pasal di atas mengandung 3 norma, yaitu:


1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR
sebagai lembaga tertinggi Negara.
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus
dipenuhi sekurang-kurangnya adalah 2/3 dari seluruh
jumlah anggota MPR.
3. Bahwa putusan tentang perubahab UUD adalah SAH
apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
anggota MPR yang hadir.

21
Indonesia mengalami perubahan konstitusi terjadi karena
beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya perubahan
antara lain suasana pada masa dulu sebelum mengalami
perubahan tentu sangat berbeda dengan masa sekarang setelah
mengalami perubahan, sehingga Undang-Undang Dasar 1945
sejalan dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman
kurang tepat, oleh karena itu perlu adanya perubahan guna
menserasikan dengan kondisi sekarang. Selain itu Dalam UUD
1945 terdapat pasal 37 yang mengatur dan memungkinkan
terjadinya perubahan pada konstitusi di Indonesia.
Dalam melakukan perubahan UUD 1945, terdapat alasan
untuk melaksanakan perubahan tersebut, antara lain:
- Sifat Sementara
- Fleksibel (lentur)
- Tidak konsisten

2.4.1 Pengertian Amandemen


Amandemen diambil dari bahasa Inggris yaitu
"amendment". Amends artinya merubah, biasanya untuk
masalah hukum. The law has been amended (undang-undang
itu telah di amandemen). Amandemen berarti perubahan atas
mengubah (to amend) yang bertujuan untuk memperkuat fungsi
dan posisi Konsitusi suatu negara dengan mengakomodasi

22
aspirasi politik yang berkembang untuk mencapai tujuan
Negara.

2.4.2 Amandemen UUD 1945


UUD 1945 mengalami perubahan (amademen) yang
dilakukan dengan tujuan:
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara.
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kedaulatan rakyat.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan HAM.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern.
5. Melengkapi aturan dasar mengenai kehidupan bebangsa
dan bernegara.

UUD 1945 mengalami setidaknya 4 kali perubahan


(amandemen) dari tahun 1999 hingga 2002, sampai dengan
menjadi UUD 1945 Amandemen yang belaku hingga sekarang.
Keseluruhan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 pada
dasarnya meliputi:
1. Ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia, hak dan
kewajiban warga negara, serta mekanisme hubungannya

23
dengan Negara dan prosedur untuk mempertahankannya
apabila hak-hak itu dilanggar;
2. Prinsip-prinsip dasar tentang demokrasi dan rule of law
serta mekanisme perwujudannya dan pelaksanaannya,
seperti melalui pemilihan umum, dan lain-lain;
3. Format kelembagaan Negara dan mekanisme hubungan
antar organ negara serta sistem pertanggungjawaban para
pejabatnya.
Dari perubahan (amandemen) yang dilakukan setidaknya
4 kali dari tahun 1999 hingga 2002, diperoleh hasil berupa
perubahan-perubahan pasal atau point-point yang dirubah di
dalam UUD 1945, antara lain:

 Amandemen Pertama (19 Oktober 1999)


Terdapat 9 Pasal yang mengalami perubahan yaitu:
- Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9 ayat (1) dan (2), Pasal
13 ayat (2) dan (3), Pasal 14 ayat (1) dan (2), Pasal 15;
tentang Kekuasaan Pemerintah Negara
- Pasal 17 ayat (2) dan (3); tentang Kementerian
Negara
- Pasal 20 ayat (1) s/d (4), Pasal 21 ayat (1); tentang
Dewan Perwakilan Rakyat

 Amandemen Kedua (18 Agustus 2000)

24
Terdapat 24 pasal yang mengalami perubahan yaitu:
- Pasal 18 ayat (1) s/d (7), Pasal 18A ayat (1) dan (2),
Pasal 18 B ayat (1) dan (2); tentang Pemerintahan
Daerah
- Pasal 19 ayat (1) s/d (3), Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A
ayat (1) s/d (4), Pasal 22A dan 22B; tentang Dewan
Perwakilan Rakyat
- Pasal 25A; tentang Wilayah Negara
- Pasal 26 ayat (2) dan (3), Pasal 27 ayat (3); tentang
Warga Negara dan Penduduk
- Pasal 28A, Pasal 28B ayat (1) dan (2), Pasal 28D ayat
(1) s/d (4), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28F, Pasal 28G
ayat (1) dan (2), Pasal 28H ayat (1) s/d (4), Pasal 28I
ayat (1) s/d (5), Pasal 28J ayat (1) dan (2); tentang
Hak Asasi Manusia
- Pasal 30 ayat (1) s/d (5); tentang Pertahanan Negara
- Pasal 36A, 36B, dan 36C; tentang Bendera, Bahasa
dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan

 Amandemen Ketiga
Terdapat 19 pasal yang diubah yaitu:

25
- Pasal 1 ayat (2) dan (3); tentang Bentuk dan
Kedaulatan
- Pasal 3 ayat (1) s/d (3); tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat
- Pasal 6 ayat (1) s/d (3), Pasal 6A ayat (1), (2), (3) dan
(5), Pasal 7A, Pasal 7B ayat (1) s/d (7), Pasal 7C, Pasal
8 ayat (1) s/d (3), Pasal 11 ayat (2) dan (3); tentang
Kekuasaan Pemerintahan Negara
- Pasal 17 ayat (4); tentang Kementerian Negara
- Pasal 22C ayat (1) s/d (4), Pasal 22D ayat (1) s/d (4);
tentang Dewan Perwakilan Daerah
- Pasal 22E ayat (1) s/d (3); tentang Pemilihan Umum
- Pasal 23F ayat (1) dan (2), Pasal 23G ayat (1) dan (2);
tentang Badan Pemeriksa Keuangan
- Pasal 24 ayat (1) s/d (2), Pasal 24A ayat (1) s/d (5),
Pasal 24B ayat (1) s/d (4), Pasal 24C ayat (1) s/d (6);
tentang Kekuasaan Kehakiman

 Amandemen Keempat
Terdapat 17 pasal yang mengalami perubahan yaitu:
- Pasal 2 ayat (1); tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat
- Pasal 6A ayat (4), Pasal 8 ayat (3), Pasal 11 ayat (1),
Pasal 16; tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara

26
- Pasal 23B, dan 23D; tentang Hal Keuangan
- Pasal 24 ayat (3); tentang Kekuasaan Kehakiman
- Pasal 31 ayat (1) s/d (5), Pasal 32 ayat (1) s/d (2);
tentang Pendidikan dan Kebudayaan
- Pasal 33 ayat (4) dan (5), Pasal 34 ayat (1) s/d (4);
tentang Perekonomian Nasioanal dan
Kesejahteraan Sosial
- Pasal 37 ayat (1) s/d (5); tentang Perubahan
Undang-Undang Dasar
- Aturan peralihan pasal 1 s/d 3
- Aturan tambahan pasal 1 dan 2

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai Negara dan Konstitusi
di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Negara adalah suatu organisasi dimana sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui
adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan kelompok tersebut di wilayahnya.

27
2. Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan
ketentuan-ketentuan hukum yang dibentuk untuk
mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan
termasuk dasar hubungan kerjasama antara Negara dan
masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa
dan bernegara.
3. Negara dan konstitusi memiliki hubungan yang sangat
erat, dimana konstitusi merupakan dasar Negara. Dasar
Negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya
dirumuskan dalam pasal-pasal yang terdapat pada UUD
(Konstitusi) yang merupakan satu kesatuan utuh, dimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dasar Negara
Pancasila.
4. Di Indonesia terdapat 2 jenis konstitusi yaitu Konstitusi
sebagai Hukum Dasar Tertulis (UUD) dan Konstitusi
sebagai Hukum Dasar Tidak Tertulis (Convensi).
5. Konstitusi yang pernah diterapkan dan berlaku di
Indonesia yaitu UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950, dan
UUD 1945 Amandemen.
6. UUD 1945 mengalami perubahan (Amandemen) selama 4
kali mulai dari tahun 1999 hingga 2002 menjadi UUD
1945 yang baru dan berlaku hingga sekarang.

28
3.2 Saran
Kepada para pembaca kami menyarankan agar menambah
bahan bacaan berupa buku atau artikel yang berkaitan agar
lebih memahami kedua hal tersebut guna menambah wawasan
dan pengetahuan tentang Konstitusi di Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai