Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

NEGARA DAN KONSTITUSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Atiek Rosmiati,M.Pd

Disusun Oleh :
Fahmi Isfahul Hadi (18081061
Imanda Trianakita (1808106134)
Meliyana (1808106135)
Nahdiyatul Khusna (18081061
Nur Aliyah Rahmawati (1808106136)
Nurlita Sari (1808106133)
Sri Sulastri (1808106130)

Biologi D/3

FAKULTAS TARBIYAH / TADRIS IPA BIOLOGI


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon – Jawa Barat 45132
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “Negara dan Konstitusi”.

Dengan materi kuliah ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna
dari Negara dan konstitusi di Indonesia. Dengan demikian, kami sadar materi ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian negara dan konstitusi,
karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Penulis

Pemakalah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini
telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan
dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula
adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang
demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan
konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu
keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang
berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam
setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945.

Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang


melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu
bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini
akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga
masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan.
Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial,
kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan
itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang
dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan
perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka
dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan
konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Negara dan Konstitusi itu?
2. Apa unsur-unsur Negara?
3. Bagaimana Proses berdirinya Negara?
4. Apa bentuk Negara Indonesia?
5. Bagaimana Hubungan antara Negara dan konstitusional?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Negara dan kostitusional
2. Untuk mengetahui apa saja syarat berdirinya Negara
3. Untuk mengetahui Proses berdirinya Negara
4. Untuk mengetui bentuk Negara Indonesia
5. Untuk mengetahui Hubungan antara Negara dan konstitusional?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara dan Konstitusi


1. Pengertian negara

Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota dari suatu negara
dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintah
yang ada di dalamnya, masarakat ingin mewujutkan tujuan tujuan tertentu sepertti
terwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan kesejahteraan masyrakat.

Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan


masayakat tidak bertindak seenaknya, maka ada system aturan tersebut menggambarakan
suatu hierakhi atau pertindakan dalam aturan yang paliing tinggi tingkatanya sampai pada
aturan yang paling rendah. Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan
bangunan, negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi
yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas
dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan optimal atau belum. Yang jelas,
konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa dipandang sebelah mata.

Suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan mempunyai
kesamaan bahasa, agama, budaya, dan sejarah. Dalam pengertian lainnya, bangsa adalah
sekelompok manusia yang dipersatukan karena memiliki persamaan sejarah dan cita-cita
yang mana mereka terikat di dalam satu tanah air. Sedangkan, pengertian bangsa dalam arti
sosiologis/antropologis adalah perkumpulan orang yang saling membutuhkan dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu wilayah Sedangkan, dalam arti
politis Pengertian Bangsa adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan
tunduk pada kedaulatan negara sebagai satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.

Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam mengatur


kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup berbagai kehidupan.
Dasar Negara yang di gunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai luhur yang
terkandung. Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka.

B. Fungsi Negara
Fungsi Negara Setiap negara mempunyai fungsi yang berhubungan erat dengan
tujuan dibentuknya negara tersebut. Fungsi negara dapat diartikan sebagai kegiatan
negara untuk mencapai cita-cita dan harapan sesuai tujuan negara agar menjadi
kenyataan. Fungsi negara menurut para ahli
John Lokce, membagi fungsi negara menjadi 3, yaitu; 1) fungsi legislative, yaitu
membuat undang-undang 2) fungsi eksekutif, yaitu melaksanakan undang-undang 3)
fungsi federative, yaitu mengurusi urusan luar negeri, perang dan damai
Moh. Kusnardi, SH. 1) melaksanakan ketertiban 2) menghendaki kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya c. Montesquieu, menyatakan bahwa fungsi negara mencakup tiga
tugas pokok : 1) fungsi legislative, yaitu membuat undang-undang 2) fungsi eksekutif,
yaitumelaksanakan undang-undang 3) fungsi yudikatif, yaitu mengawasi agar semua
peraturan ditaati (fungsi mengadili)
Van Vallenhoven, menyatakan fungsi negara meliputi seperti berikut: 1) regeling,
yaitu membuat peraturan 2) bestur, yaitu menyelenggarakan pemerintahan 3) rechstaat,
fungsi mengadili 4) politic, fungsi ketertiban dan kemanan.
C. Fungsi Umum Negara
1. Fungsi keamanan dan ketertiban

Stabilitas negara yang kondusif menjamin terlaksananya program-program


pembangunan dengan lancer. Oleh karena itu, negara harus menjaga keamanan dan
ketertiban di negaranya. Selain itu, keamanan dan ketertiban dapan mencegah
bentrokan-bentrokan dan pertikaian yang terjadi antar manusia di dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Negara merupakan stabilisator bagi masyarakat. Negara
harus menciptakan hukum untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban. Namun
demikian, penertiban yang dilakukan oleh negara tetap harus berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

2. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran


Suatu negara dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, negara berfungsi untuk berusaha sebaik
baiknya menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Usaha tersebut, antara
lain dengan pembangunan disegala bidang dan menciptakan system ekonomi demi
tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran. Namun, bukan berarti pembangunan
menjadi tanggung jawabnegara sepenuhnya, tetapi juga diperlukan dukungan
rakyat.

3. Fungsi pertahanan

Fungsi pertahan negara sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Pertahanan negara akan menentukan bertahan atau tidaknya sebuah bangsa dan
negara. Fungsi ketahanan negara berkaitan dengan pertahanan dari serangan negara
lain. Oleh karena itu, diperlukan pengadaan alat pertahanan negara serta personil
keamanan yang terlatih dan tangguh.

4. Fungsi keadilan

Fungsi negara yang terakhir adalah keadilan. Keadilan bagi setiap warga
negara harus ditegakkan tanpa menbeda-bedakan. Oleh karena itu, dibentuklah badan
badan peradilan negara yang harus menjamin keadilan setiap warga negara. Usaha
yang dapat dilakukan, antara lain memberikan keputusan yang adil dalam hokum. Jika
keadilan tidak ditegakkan akan muncul gejolak dalam masyarakat yang justru akan
mengganggu keamanan negara. Sebaiknya, jika keadilan ditegakkan akan muncul
kehidupan masyarakat yang dinamis dan harmonis.

D. Tujuan Negara

Setiap warga negara yang berdiri pasti mempunyai tujuan tertentu. Dimana tujuan
negara yang satu dengan yang lain adalah berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh
penguasa negar yang sedang memerintah. Sebab negara berdiri bertujuan untuk mencapai
kebahagiaan bersama semua orang yang masuk dalam organisasi negara tersebut. Adapun
tujuan negara bermacam-macam antara lain:

a. Untuk memperluas kekuasaan


Ajaran negara kekuasaan menyatakan bahwa kekuasaan berarti kebenaran, dan
dengan bertambahnya kemajuan dilapangan lain. Negara kekuasaan menghendaki agar
negaranya menjadi besar dan jaya. Untuk mencapai tujuan maka rakyat dijadikan alat
perluasan, kepentingan orang perseorangan ada di bawah kepentingan bangsa dan
negara.

b. Untuk menyelenggarakan ketertiban hukum

Negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum segala kekuasaan dari


alat alat pemerintahan berdasarkan atas hukum, semua orang harus tunduk kepada
hukum, sebab hukumlah yang berkuasa dalam negara tersebut.

c. Untuk mencapai kesejahteraan umum

Negara bertujuan ungin mewujudkan kesejahteraan umum. Negara dipandang


sebagai alat yang dibentuk manusia untuk mencapai tujuan bersama, yakni suatu
tatanan masyarakat yang didalamnya ada kebahagiaan, kemakmuran dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat negara itu.

B. Uunsur-unsur Negara

Menurut Oppenheim-Lauterpacht, unsur-unsur negara adalah:

1. Unsur pembentuk negara (konstitutif): wilayah/daerah, rakyat, pemerintah yang berdaulat


a. Wilayah/Daerah
1) Daratan

Wilayah daratan ada di permukaan bumi dalam batas-batas tertentu dan di dalam
tanah di bawah permukaan bumi. Artinya, semua kekayaan alam yang terkandung di
dalam bumi dalam batas-batas negara adalah hak sepenuhnya negara pemilik wilayah.
Batas-batas wilayah daratan suatu negara dapat berupa:

 Batas alam, misalnya: sungai, danau, pegunungan, lembah


 Batas buatan, misalnya: pagar tembok, pagar kawat berduri, parit
 Batas menurut ilmu alam: berupa garis lintang dan garis bujur peta bumi
2) Lautan
Lautan yang merupakan wilayah suatu negara disebut laut teritorial negara itu,
sedangkan laut di luarnya disebut laut terbuka (laut bebas, mare liberum).

3) Udara Wilayah

Udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan lautan negara itu.
Kekuasaan atas wilayah udara suatu negara itu pertama kali diatur dalam
Perjanjian Paris pada tahun 1919 (dimuat dalam Lembaran Negara Hindia
Belanda No.536/1928 dan No.339/1933). Perjanjian Havana pada tahun 1928
yang dihadiri 27 negara menegaskan bahwa setiap negara berkuasa penuh atas
udara di wilayahnya. Hanya seizin dan atau menurut perjanjian tertentu, pesawat
terbang suatu negara boleh melakukan penerbangan di atas negara lain.

4) Wilayah Ekstrateritorial

Suatu wilayah atau daerah karena ketetapan hukum internasional, maka


dianggap sebagai wilayah atau bagian wilayah dari suatu Negara. Hal – hal yang
termasuk dalam ketetapan hukum internasional tersebut yakni, kapal – kapal
yang berlayar di laut terbuka di bawah bendera Negara tertentu dan tempat atau
daerah kerja perwakilan diplomatik.

b. Rakyat
Rakyat (Inggris: people; Belanda: volk) adalah kumpulan manusia yang hidup
bersama dalam suatu masyarakat penghuni suatu negara, meskipun mereka ini
mungkin berasal dari keturunan dan memiliki kepercayaan yang berbeda. Selain
rakyat, penghuni negara juga disebut bangsa. Para ahli menggunakan istilah rakyat
dalam pengertian sosiologis dan bangsa dalam pengertian politis. Rakyat adalah
sekelompok manusia yang memiliki suatu kebudayaan yang sama, misalnya
memiliki kesamaan bahasa dan adat istiadat.
c. Pemerintah yang berdaulat

Istilah Pemerintah merupakan terjemahan dari kata asing Government


(Inggris),Gouvernement (Prancis) yang berasal dari kata Yunani κουβερµαν yang
berarti mengemudikan kapal (nahkoda). Dalam arti luas, pemerintah adalah
gabungan dari semua badan kenegaraan (eksekutif, legislatif, yudikatif) yang
berkuasa memerintah di wilayah suatu negara. Dalam arti sempit, Pemerintah
mencakup lembaga eksekutif saja.

d. Pengakuan oleh negara lain

Pengakuan oleh negara lain didasarkan pada hukum internasional. Pengakuan


itu bersifat deklaratif/evidenter, bukan konstitutif. Proklamasi kemerdekaan Amerika
Serikat dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 1776, namun Inggris (yang pernah berkuasa
di wilayah AS) baru mengakui kemerdekaan negara itu pada tahun 1783. Adanya
pengakuan dari negara lain menjadi tanda bahwa suatu negara baru yang telah
memenuhi persyaratan konstitutif diterima sebagai anggota baru dalam pergaulan
antarnegara.

E. Proses terbentuknya Negara


1. Terjadinya negara secara primer
Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara primer adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan dengan negara yang
telah ada sebelumnya. Ada 4 fase terjadinya negara yakni sebagai berikut.
a. Fase genootschap

Pada fase ini merupakan perkelompokan dari orang-orang yang


menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan disandarkan pada
persamaan. Mereka menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama
dan kepemimpinan disini dipilih secara primus interpares atau yang terkemuka
diantara yang sama. Jadi yang penting disini adalah unsur bangsa.
b. Fase rijk

Pada fase ini kelompok orang-orang yang menggabungkan diri tadi telah
sadar akan hak milik atas tanah hingga muncullah tuan yang berkuasa atas tanah
dan orang-orang yang menyewa tanah. Sehingga timbul sistem feodalisme. Jadi
yang penting pada masa ini adalah unsur wilayah.

c. Fase staat
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak bernegara menjadi bernegara
dan mereka dan mereka telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompok.
Jadi yang penting pada masa ini adalah bahwa ketiga unsur dari negara yaitu
bangsa, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat telah terpenuhi.
d. Fase democratische natie (negara demokrasi)

Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari fase staat, dimana
democratische natie ini terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional,
kesadaran akan adanya kedaulatan ditangan rakyat.

2. Terjadinya negara secara sekunder


Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara sekunder adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara yang dihubungkan dengan negara yang telah
ada sebelumnya. Fase terjadinya Negara yakni.
a. Occupatie (pendudukan)
Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai,
kemudian diduduki dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu. Contohnya
Liberia.
b. Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami suatu wilayah, mengadakan
perjanjian untuk saling melebur menjadi negara baru atau dapat dikatakan suatu
penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru. Misalnya Jerman
Barat dan Jerman Timur bergabung menjadi Negara Jerman.
c. Cessie (penyerahan)
Terjadi ketika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan
perjanjian tertentu. Penyerahan ini juga dapat diikatakan pemberian
kemerdekakaan kepada suatu koloni oleh Negara lain yang umumnya adalah
bekas jajahannya. Contohnya Kongo dimerdekakan oleh Francis.
d. Acessie (penarikan)
Awalnya suatu wilayah terbentuk akibat naiknya lumpur sungai/ timbul dari
dasar laut (delta). Wilayah tersebut kemudian dihuni oleh sekelompok orang
sehingga akhirnya membentuk negara. Contohnya Mesir yang terbentuk dari delta
Sungai Nil.
e. Anexatie (pencaplokan/ penguasaan)
Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain tanpa reaksi
berarti. Contohnya Israel mencaplok Palestina.
f. Proklamasi
Terjadi ketika penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh
bangsa lain mengadakan perjuangan (perlawanan) sehingga berhasil merebut
kembali wilayahnya dan menyatakan kemerdekaan. Contohnya Indonesia
merdeka dari Jepang dan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945.
g. Innovation (pembentukan baru)
Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal
dan kemudian lenyap. Contohnya Columbia lenyap, kemudian menjadi Venezuela
dan Columbia yang baru.
h. Separatis (pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula
menguasainya kemudian menyatakan kemerdekaan. Contohnya Belgia
memisahkan diri dari Belanda pada tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.
i. Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan Sebelumnya.
Pendudukan terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, tetapi tidak
berpemerintahan. Misalnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan
Inggris meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah Australia selanjutnya
dibuat koloni-koloni di mana penduduknya didatangkan dari daratan Eropa.
Australia dimerdekakan tahun 1901.
F. Bentuk bentuk negara

Ada dua bentuk negara yang dikenal di dunia saat ini, yakni kesatuan (Unitaris)
dan serikat (federasi).

1. Negara Kesatuan (Unitaris)

Negara kesatuan merupakan merupakan bentuk negara yang kekuasaan tertingginya


berada di pemerintahan pusat. Secara hierarkinya, negara kesatuan merupakan negara
yang bersusunan tunggal yang berarti tidak ada negara didalam negara. Negara kesatuan
dibedakan kembali menjadi dua yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem
sentralisasi, semua persoalan diatur oleh pemerintah pusat. Daerah bertugas menjalankan
perintah dari pusat tanpa diberikan kewenangan. Sedangkan dalam desentralisasi, daerah
diberikan kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangga sendiri (hak otonomi) sesuai
kebutuhan dan peraturan yang juga diatur oleh pemerintah pusat. Contoh negara kesatuan
yaitu Inggris Raya, Prancis, Indonesia, dan Maladewa. Ciri - Ciri Negara Kesatuan:

a. Hanya terdiri satu undang-undang dasar, kepala negara, dewan menteri dan dewan
perwakilan rakyat.
b. Kedaulatan negara mencakup kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar yang telah
ditandatangani oleh pemerintah bagian pusat.
c. Menganut dua sistem, yaitu sentralistik atau dari pusat dan desentralistik atau dari
daerah.
d. Hanya menggunakan satu kebijakan terhadap masalah yang dihadapi seperti ekonomi,
sosial, politik, budaya, keamanan dan pertahanan.
2. Negara Serikat (Federasi)

Negara serikat merupakan bentuk negara yang didalamnya terdapat beberapa negara
yang disebut negara bagian. Negara - negara tersebut ada yang merupakan penggabungan
diri atau hasil pemekeran bagian. Dalam negara serikat, dikenal 2 macam pemerintahan
didalamnya yaitu pemerintahan federal dan pemerintahan negara bagian. Pemerintahan
federal biasanya mengatur urusan bersama dari semua anggota negara bagian seperti
hubungan Internasional, pertahanan, mata uang, dan komunikasi. Contoh negara federasi
yaitu Amerika Serikat, Rusia, Brasil, dan Jerman. Ciri - Ciri Negara Federasi:

a. Kepala negara yang telah dipilih rakyat dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya.
b. Kepala negara memiliki hak veto yang dapat diajukan oleh parlemen.
c. Masing-masing negara bagian mempunyai kekuasaan asli namun tidak memiliki
kedaulatan.
d. Tiap-tiap negara bagian mempunyai wewenang menyusun undang-undang dasar sendiri.
e. Pemerintah pusat mempunyai kedaulatan terhadap negara bagian dalam urusan dalam
maupun luar.
G. Pengertian konstitusi

Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang berarti


membentuk. Dalam kontes ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan dengan
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi
juga berarti peraturan dasar mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa
Belanda, konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang berarti undang undang dasar.

Konstitusi menurut beberapa tokoh antara lain: menurut C. Wheare, konstitusi


adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan
peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
Sedangkan Menurut Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang
terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di
dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb.

Maka Konstitusi dapat diartikan peraturan dasar dan yang memuat ketentuan –
ketentuan pokok dan menjadi satu sumber perundang- undangan. Konstitusi adalah
keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara.

Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD `45) bermula dari janji Jepang
untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tersebut
antara lain berisi “ sejak dahulu sebelum pecahnya peperangan Asia Timur Raya, DAI
NIPPON sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintah Hindia Belanda”. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah
konstitusi resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan.
Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Pada tanggal 18
Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan .

H. Unsur-unsur konstitusi

Menurut Sovernin Lohman, di dalam makna konstitusi terdapat tiga unsur yang
sangat menonjol, yaitu:
1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial).
Artinya, konstitusi merupakan hasil kerja dari kesepakatan masyarakat untuk
membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka.

2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara
sekaligus menentukan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat
pemerintahannya.

3. Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan pemerintahan.


Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konstitusi atau undang-
undang dasar adalah suatu kerangka kerja suatu negara yang menjelaskan tujuan
pemerintahan negara tersebut diorganisir dan dijalankan.

I. Sifat dan fungsi konstitusi

Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan juga rigid (kaku).
Konstitusi dikatakan fleksibel apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan
sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan masyarakat. Konstitusi dikatakan kaku
apabila konstitusi itu sulit diubah kapanpun kecuali melalui amandemen.

Fungsi pokok konstitusi negara adalah untuk membatasi kekuasaan


pemerintahan negara sedemikian rupa agar penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan
negara tidak bersifat sewenang-wenang, sehingga hak-hak warga negara terlindungi
atau terjamin. Gagasan ini selanjutnya dinamakan konstitusionalisme.

J. Tujuan konstitusi
Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang
maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan
dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela dan bisa merugikan
rakyat banyak.
1. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang
lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
2. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
K. Isi konstitusi

Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam


bukunya “Het Staatstrecht van Het Koninkjrik den Nederlander”menyatakan bahwa
Undang-Undang Dasar sebagai Konstitusi tertulis berisikan:

1. Hasil perjuangn politik bangsa di waktu yang masa lampau,


2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa,
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu
sekarang maupun untuk waktu yang akan datang,
4. Suatu keinginan dimana perkembangan kehidupan keatatanegaraan bangsa hendak
dipimpin.
L. Nilai konstitusi

Menurut Karl Loewenstein, ada dua nilai konstitusi yaitu:

1. Nilai Normatif

Nilai ini diperoleh apabila penerimaan segenap rakyat suatu negara konstitusi benar-
benar murni dan konsekuen. Konstitusi ditaati dan dijunjung tinggi tanpa ada
penyelewengan sedikitpun. Dengan kata lain, konstitusi telah dapat dilaksanakan sesuai
dengan isi dan jiwanya baik dalam produk hukum maupun dalam bentuk kebijakan
pemerintah.

2. Nilai Nominal

Nilai ini diperoleh apabila ada kenyataan sampai dimana batas-batas berlakunya itu.
dalam batas-batas berlakunya itulah ynag dimaksud dengan nilai nominal konstitusi.
Contohnya, ketentuan pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 sebelum amandemen tidak
berlaku lagi karena PPKI tugasnya hanya pada masa peralihan dan badan itu sendiri
sudah tidak berlaku lagi sekarang.
M. Kedudukan konstitusi

Undang-Undang Dasar memiliki kedudukan tertinggi dalam peraturan perundang-


undangan, karena setiap perundangan yang berada dibawahnya tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundangan yang ada di atasnya dan apabila ada peraturan
perundangan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar harus dicabut. Undang-
Undang Dasar juga dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan peraturan
perundangan yang ada di bawahnya.

UUD yang memiliki kedudukan tertinggi sebagai fundamental law (hukum dasar).
Sebagai hukum dasar yang tertulis, konstitusi mengatur tiga masalah pokok:

1. Jaminan terhadap hak asasi manusia


2. Ditetapkan susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
3. Adanya pembagian atau pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
mendasar.
N. Macam-macam konstitusi

1. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis

Suatu konstitusi disebut tertulis bila berupa suatu naskah, sedangkan


konstitusi tidak tertulis tidak berupa suatu naskah dan banyak di pengaruhi oleh
tradisi konvensi. Contoh konstitusi Inggris yang hanya berupa kumpulan dokumen.
Contoh konstitusi Inggris yang hanya berupa kumpulan dokumen.

2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid

Pengertian konstitusi fleksibel adalah konstitusi yang di amandemen tanpa


adanya prosedur khusus, sedangkan konstitusi yang kaku adalah konstitusi yang
mensyaratkan suatu adanya prosedur khusus dalam melakukan amandemen. Dikatakan
konstitusi itu flexible apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan
sewaktu-waktu sesuai perkembangan msyarakat (contoh konstitusi Inggris dan
Selandia baru).
Ciri-ciri konstitusi fleksibel mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain: Sifat elastis,
artinya dapat disesuaikan dengan mudah., dan dinyatakan dan dilakukan perubahan
adalah mudah seperti mengubah undang-undang. Sedangkan Pengertian konstitusi rigid
apabila konstitusi itu sulit diubah sampai kapan pun (contoh : USA, Kanada, Indonesia
dan Jepang). Ciri ciri Konstitusi rigid mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain: Memiliki
tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang dan hanya dapat diubah
dengan tata cara khusus/istimewa.

3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not
supreme constitution)

Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi


dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan). Sedangkan konstitusi tidak
derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat seperti
konstitusi derajat tinggi.

4. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution)

Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang bersangkutan.


Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
(Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya.
Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan,
karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.

5. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President


Executive and Parliamentary Executive Constitution)

Ciri ciri Konstitusi sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri


antara lain: Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga
memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan. Presiden dipilih langsung oleh
rakyat atau dewan pemilih. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif
dan tidak dapat memerintahkan pemilihan umum.
Ciri-ciri Konstitusi sistem pemerintahan parlementer menurut (Sri Soemantri)
yaitu: Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dibentuk berdasarkan
kekuatan yang menguasai parlemen. Anggota kabinet sebagian atau seluruhnya dari
anggota parlemen. Presiden dengan saran atau nasihat Perdana menteri dapat
membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakan pemilihan umum.

O. Konstitusi di indonesia

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, konstitusi atau UUD 1945 yang


diberlakukan di Indonesia telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya
sejak diproklamirkannya kemerdekaan NKRI yakni dengan rincian sebagai berikut:

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);


2. Konstitusi RIS (27 Deseber 1949-17 Agustus 1950);
3. UUDS RI 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959);
4. UUD 1945 (5Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. UUD 1945 dan perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. UUD 1945 dan perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember 2001);
7. UUD 1945 dan perubahan I, II dan III (9 Nopember 2001-10 Agustus 2002);
8. UUD 1945 dan perubahan I, II, III, dan IV (10 Agustus 2002).
P. Perubahan konstitusi di indonesia

Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan cara
perubahan UUD yaitu pasal 37 yang menyebutkan:

1. Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR harus
hadir;
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang
hadir.

Pasal 37 tersebut mengandung 3 norma yaitu:


1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi
negara;
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhi sekurang-kurangnya
adalah 2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR;
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Q. Hubungan antara Negara dan konstitusional

Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan


dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya
dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh,
dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan
konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar Negara
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok


manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan

mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan

sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.

2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang

menopang berdirinya suatu negara.

3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun


sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan

mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan

sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Ashiddiqie, Jimly., Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan Pelaksanaannya Di


Indonesia, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta 1994, hlm 13

Budiarto, Miriam, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media, 1987, hlm 45

Diponolo, GS., Ilmu Negara, Jilid 1, Jakarta :Balai Pustaka, 1975, hlm 34

Kaelan, M.S., Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigm
Reformasi Masyarakat Madani, paradigm, Yogyakarta, 1999, hlm 23

Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung, Alumni, 1982, hlm 40.

Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, Jakarta:
IAIN Press, 2000 h. 33-37

Anda mungkin juga menyukai