Anda di halaman 1dari 19

NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu:
Ahmad Syarif
Oleh:
Muhammad Ribhan Lathief K. 022.011.0061 PAI/ I
Risa Yuniar 022.011.0072 PAI/I
Kukuh Fahmi Rahayu 022.021.0054 Perbankan
Putri Rizkia 022.021.0121 Perbankan

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SILIWANGI BANDUNG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara adalah suatu daerah atau wilayah di mana terdapat pemerintahan yang
mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain
sebagainya. Secara etimologi kata negara berasal dari kata staat (belanda dan
jerman); state(inggris); status atau statuum(latin) yang berarti meletakan dalam
keadaan berdiri. 

Pengertian negara secara luas adalah suatu organisasi dari sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu
dan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib secara serta
keselamatan sekelompok atau beberpa kelompok manusia tersebut. Atau satu
perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan untuk melalui hukum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan memaksa untuk ketertiban sosial. Negara
adalah kesatuan sosial masyarakat yang diatur secara konstitusional untuk
mewujudkan kepentingan bersama.

Negara sebagai suatu entitas abstrak. Yang tampak adalah unsur-unsur Negara
yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur Negara adalah
rakyat. Rakyat yang tinggal di wilayah Negara menjadi penduduk suatu Negara.
Warga negara memiliki hubungan dengan negaranya. Kedudukannya sebagai
warga negara menciptakan hubungan berupa peranan, hak , dan kewajiban yang
bersifat timbal balik. Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian
dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara atau warga dari suatu negara
yakni peserta dari suatu persekutuan yang di dirikan dengan kekuatan bersama.
Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus
dilakukannya. Segala sesuatu tentang hak dan kewajiban tersebut sudah diatur
oleh negara. Dan demi terwujudnya kesejahteraan setiap warga negara kita harus
dapat menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa yang di maksud dengan negara kewarganegaraan?
B. Apa saja Fungsi Nrgara ?
C. Apa saja Unsur Unsur Negara?
D. Apa yang di maksud dengan Problem Status Kewarganegaraan?
E. Apa yang dimaksud kewajiban negara terhadap warga negara?

1.3 Tujuan

A.Untuk memahami apa yang di maksud dengan negara dan kewarganegaraan

B.Untuk mengetahui apa itu fungsi negara

C.Untuk mengetahui apa itu unsur unsur negara

D.Untuk mengetahui apa itu problem status kewarganegaraan

E.Untuk Mengetahui kewajiban negara terhadap warga negara


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara dan Kewarganegaraan


1. Pengertian Negara
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota
dari suatu negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan
bernegara dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat ingin mewujutkan
tujuan tujuan tertentu sepertti teerwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan
kesejahteraan masyrakat.

Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur


kehidupan masayakat tidak bertindak seenaknya, maka ada system aturan tersebut
menggambarakan suatu hierakhi atau pertindakan dalam aturan yang paliing
tinggi tingkatanya sampai pada aturan yng paling rendah.

Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan,


negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang
kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai konstitusi,
terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan optimal atau
belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa
dipandang sebelah mata.

A. Pengertian Negara dari Empat Sudut Pandang


Pengertian dari sebuah negara dapat ditinjau berdasarkan empat sudut
berbeda, yang terdiri dari sebagai berikut.

1. Negara sebagai organisasi kekuasaan


Sudut pandang sebuah negara yang pertama adalah negara sebagai
organisasi kekuasaan. Hal ini dikarenakan negara merupakan alat yang digunakan
oleh sekelompok individu yang memiliki kekuasaan untuk mengatur hubungan
antar individu lainnya yang berada di dalam kehidupan masyarakat di suatu
wilayah tersebut.
Hal ini dikemukakan juga pada pengertian negara menurut Logemann dan
Harold J. Laski. Logemann sendiri menyatakan bahwa sebuah negara merupakan
organisasi kekuasaan yang memiliki tujuan untuk mengatur masyarakat yang ada
di dalamnya menggunakan kekuasaan tersebut.

Negara yang dijadikan sebagai organisasi kekuasaan juga pada hakekatnya


merupakan sebuah tata kerja sama dalam membuat individu yang ada di dalam
sebuah wilayah tertentu untuk berbuat maupun bersikap sesuai dengan kehendak
yang telah dibuat oleh negara tersebut.

2. Negara sebagai organisasi politik


Sudut pandang sebuah negara yang kedua adalah negara sebagai
organisasi politik. Negara dianggap sebagai sebuah asosiasi yang memiliki fungsi
untuk menjaga ketertiban pada masyarakat yang ada di dalamnya menggunakan
sistem hukum yang telah dijalankan oleh sistem pemerintahan yang ada dan sifat
dari kekuasaannya memaksa.

Berdasarkan sudut pandang organisasi politik, sebuah negara merupakan


bentuk integrasi dari kekuasaan politik maupun sebuah organisasi pokok dari
kekuasaan politik yang berlaku.

Sebagai organisasi politik sendiri, sebuah negara memiliki fungsi sebagai


alat yang digunakan masyarakat yang memiliki kekuasaan agar dapat mengatur
terbentuknya hubungan antar individu serta menertibkan dan mengendalikan
berbagai gejala kekuasaan yang mungkin akan muncul pada kehidupan
masyarakat.

3. Negara sebagai organisasi kesusilaan


Sudut pandang sebuah negara yang ketiga adalah negara sebagai
organisasi kesusilaan. Negara dianggap sebagai sebuah bentuk jelmaan dari
keseluruhan individu yang ada di dalamnya. Hal ini juga dapat kita lihat melalui
pandangan Friedrich Hegel yang menyatakan bahwa negara merupakan sebuah
organisasi kesusilaan yang terbentuk sebagai sintesa antara kemerdekaan
universal bersama serta kemerdekaan bagi individu.
Negara juga merupakan sebuah organisme dimana setiap individu di
dalamnya dapat menjelma menjadi dirinya, karena negara merupakan bentuk
jelmaan dari seluruh individu, dengan begitu sebuah negara memiliki kekuasaan
yang paling tinggi dan tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi dari negara.

4. Negara sebagai integrasi antara pemerintah serta rakyat


Sudut pandang sebuah negara yang keempat adalah negara sebagai
integrasi antara pemerintah dan rakyat. Negara dianggap sebagai sebuah kesatuan
bangsa, sedangkan seorang individu yang ada di dalamnya dianggap sebagai
bagian integral dari negara. Setiap individu tersebut memiliki kedudukan serta
fungsi dalam menjalankan sebuah negara.

B. Fungsi Negara
Sebuah negara yang merupakan bentuk dari organisasi di suatu wilayah
tertentu juga memiliki berbagai fungsi, yang terdiri dari:

1. Melaksanakan penertiban

Fungsi dari sebuah negara yang pertama adalah melaksanakan penertiban.


Hal ini dikarenakan dalam sebuah negara agar tujuan bersama yang ingin diraih
tercapai, harus adanya penertiban yang merupakan sebuah bentuk pencegahan
agar bentrokan antara masyarakat tidak terjadi.

Negara dalam hal ini bertindak sebagai stabilisator yang menjaga


keseimbangan segala lingkungan yang ada di dalamnya.

2. Mengusahakan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat


Fungsi dari sebuah negara yang kedua adalah mengusahakan kesejahteraan
serta kemakmuran rakyat. Negara dalam hal ini memiliki arti bahwa akan selalu
berusaha untuk

memperjuangkan kehidupan masyarakat di dalamnya dan mengeluarkan usaha


agar masyarakat yang ada dapat hidup dengan makmur secara adil dan juga
merata.
3. Pertahanan
Fungsi dari sebuah negara yang ketiga adalah pertahanan. Dalam konteks
ini, pertahanan negara merupakan suatu hal yang sangat penting bagi berjalannya
serta kelangsungan hidup dari sebuah negara.

4. Menegakkan keadilan

Fungsi dari sebuah negara yang keempat adalah menegakkan keadilan. Hal
ini dikarenakan, keadilan merupakan suatu hal yang penting dan bukanlah suatu
status yang dapat langsung terjadi, melainkan untuk meraih keadilan ini sendiri
membutuhkan sebuah proses. Pada sebuah negara, terdapat berbagai badan
pengadilan yang dapat digunakan untuk menegakkan keadilan bagi seluruh
masyarakat di dalamnya.

C. Unsur-unsur Negara
Setelah mengetahui fungsi sebuah negara, terdapat beberapa unsur yang
membuat sebuah wilayah dapat disebut sebagai sebuah negara. Berikut unsur
dasar dari sebuah negara:

1. Rakyat atau jumlah penduduk


Unsur dari sebuah negara yang pertama adalah adanya rakyat maupun
jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan tanpa adanya masyarakat di dalam sebuah
negara maka akan mustahil negara tersebut dapat terbentuk. Seperti yang Leacock
katakan, dimana sebuah negara tidak dapat berdiri tanpa adanya sekelompok
individu yang tinggal di dalamnya.

Selain itu, sekelompok individu yang tinggal di sebuah wilayah tersebut


harus dipersatukan oleh sebuah perasaan maupun tujuan sehingga dapat
terbentuknya sebuah negara.

Tanpa adanya masyarakat di dalam sebuah negara maka sistem


pemerintahan pada negara tersebut tidak dapat berjalan. Masyarakat yang ada
pada sebuah negara juga berfungsi sebagai SDM atau Sumber Daya Manusia yang
berguna bagi sebuah negara dalam menjalankan kegiatan atau aktivitasnya di
kehidupan sehari-hari.
2. Wilayah
Unsur dari sebuah negara yang kedua adalah adanya wilayah, dimana jika
pada sebuah negara tidak ada wilayah yang dapat ditempati atau tinggali oleh
manusia di dalamnya, maka negara tersebut tidak akan terbentuk. Selain itu,
individu yang ada di dalamnya juga harus tinggal secara permanen, agar sebuah
negara dapat terbentuk.

Seperti pada contoh yang dapat kita lihat adalah Bangsa Yahudi, dimana
mereka tidak mendiami sebuah tempat secara permanen dan terus bepergian
sehingga mereka tidak memiliki tempat tinggal atau wilayah yang jelas yang dapat
mereka jadikan sebagai sebuah negara.

Dengan adanya wilayah itu sendiri, para masyarakat di sebuah negara


dapat menjalankan kegiatan serta kehidupan sehari-harinya sebagai warga negara
dan sistem pemerintahan yang ada dapat berjalan dan beroperasi sesuai dengan
fungsinya.

3. Pemerintahan
Unsur dari sebuah negara yang ketiga adalah adanya pemerintahan,
dimana selain memiliki penduduk serta wilayah, sebuah negara juga penting
untuk memiliki sistem pemerintahan di dalamnya. Pemerintahan sendiri memiliki
definisi sebagai berikut, secara luas pemerintah dapat diartikan sebagai
sekumpulan orang yang bertugas untuk mengelola kewenangan serta kebijakan
yang ada dalam mengambil sebuah keputusan dan melaksanakan kepemimpinan
serta koordinasi pemerintahan dan pembangunan masyarakat serta wilayahnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk sebuah lembaga pada wilayah yang
mereka tempati.

4 .Kemampuan membuat hubungan dengan negara lain

Unsur dari sebuah negara yang ketempat adalah kemampuan sebuah


negara dalam membangun hubungannya dengan lain.
Dengan memiliki kemampuan ini, sekelompok orang yang menempati
suatu wilayah tertentu dan sudah memiliki sistem pemerintahannya layak menjadi
subjek hukum internasional atau tidak.

Dengan diakui oleh berbagai negara lain maka negara tersebut akan
dianggap memiliki tingkatan yang setara dan diakui namanya oleh negara lain.

2. Pengertian Kewarganegaraan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi kewarganegaraan adalah


hal yang berhubungan dengan warga negara dan keanggotaansebagai warga
negara. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang


berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan
dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.

Kewarganegaraan memiliki keanggotaan yang memperlihatkan hubungan


antar negara dan warga negaranya. Pengertian.

Kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis


Kewarganegaraan dalam artian ini ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang dan negaranya. Adanya ikatan hukum tersebut menimbulkan
akibat-akibat tertentu, yakni orang-orang tersebut berada di bawah kekuasaan
suatu negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum ini dapat
dibuktikan dengan adanya akta kelahiran, surat pernyataan, bukti
kewarganegaraan, dan sebagainya.

b. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis


Kewarganegaraan dalam artian ini tidak ditandai dengan adanya ikatan
hukum, tetapi ditandai dengan adanya ikatan emosional seperti ikatan perasaan,
ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa ikatan ini lahir dengan sendirinya dari penghayaran
warga negara yang bersangkutan.

A. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu.
Perlunya asas kewarganegaraan adalah supaya orang yang sudah memiliki
kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau wewenang negara lain. Negara
lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan
warga negaranya.

Setiap negara memiliki kewenangan dalam menentukan asas


kewarganegaraan. Penentuan warga negara oleh negara sifatnya penting karena
berhubungan dengan penentuan status hukum yang berada dalam suatu negara.

Secara teoritis penentuan status kewarganegaraan terdapat dua teori yang


sangat populer, yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Asas ius soli adalah asas
daerah kelahiran, artinya status kewarganegaraan seseorang ditentukan daripada
tempat kelahirannya. Sedangkan asas ius sanguinis adalah asas keturunan atau
hubungan darah, artinya status kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat
kelahirannya. Adanya ketentuanketentuan yang tegas mengenai status
kewarganegaraan untuk mencegah adanya penduduk yang berstatus apatride dan
bipatride. Ketentuan-ketentuan itu juga penting untuk membedakan hak dan
kewajiban antara warga negara dan bukan warga negara.

Selain kedua teori diatas, Ruslan (2015) menjelaskan setiap negara bebas
dalam menentukan asas-asas kewarganegarannya. Adapun asas-asas tersebut
antara lain:

1. Asas kelahiran (ius soli), adalah penentuan status


kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah daripada
kelahiran seseorang. Pada awalnya, asas kewarganegaraan
hanya terdiri dari ius soli saja, akan tetapi dengan tingginya
mobilitas manusia maka diperlukan asas lainnya yang tidak
berpatokan pada asas kelahiran sebagai realitas bahwa orang
tersebut dilahirkan di tempat salah satu orang tuanya (misal di
tempat ibunya). Jika asas ius soli ini tetap dipertahankan, maka
si anak tersebut tidak berhak mendapatkan status
kewarganegaraan ayahnya. Atas dasar hal tersebut, maka
muncullah asas ius sanguinis.
2. Asas keturunan (ius sanguinis), adalah
penentuan status kewarganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius
sanguinis, maka seseorang yang lahir dari orang tua yang
memiliki kewarganegaraan suatu negara maka anaknya juga
berhak mendapatkan status kewarganegaraan orang tuanya.
3. Asas perkawinan, adalah penentuan status kewarganegaraan
yang didasarkan pada aspek perkawinan yang memiliki asas
kesatuan hukum. Selain itu, asas perkawinan juga mengandung
asas persamaan derajat. Hal ini dikarenakan suatu perkawinan
tidak menyebabkan perubahan status kewarhanegaraan masing-
masing pihak.

4. Asas pewarganegaraan (naturalisasi). Naturalisasi dibagi


menjadi dua, yakni naturalisasi aktif dan naturalisasi pasif.
Naturalisasi aktif yaitu Seseorang yang dapat menggunakan
hak untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga
negara dari suatu negara. Sedangkan naturalisasi pasif yaitu
seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara
atau tidak mau diberikan status warga negara dari suatu negara,
maka orang tersebut dapat menggunakan hak repudiasi atau
hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan dari suatu
negara tersebut.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur persoalan kewarganegaraan termasuk
asas-asas kewarganegaraan yang digunakan di Indonesia tercantum dalam
Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 62
Tahun 1958 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam
penentuan kewarganegaraanya menganut asas-asas sebagai berikut.

1. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan


seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat
dilahirkan.
2. Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahirannya,
yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan
yang diatur oleh undang-undang.
3. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang.
B. Unsur-Unsur Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan oleh ketentuan daripada
masing-masing negara yang bersangkutan. Warga negara mempunyai kedudukan
khusus terhadap negaranya dan mempunyai hubungan timbal balik terhadap
negaranya dan dari suatu negara pasti mempunyai unsur-unsur kewarganegaraan.
Adapun unsur-unsur kewarganegaraan antara lain:

1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)


Dalam unsur ini, cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan
pada kewarganegaraan dari orang tuanya. Artinya, kewarganegaraan orang tuanya
menentukan kewarganegaraan dari anaknya.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dulu kala. Hal
ini dibuktikan dengan sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam
suatu suku dengan sendirinya ia langsung menjadi bagian daripada suku tersebut.
Prinsip ini sekarang diterapkan di beberapa negara di dunia, misalnya Inggris,
Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan juga Indonesia.

2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)


Pada unsur ini, kewarganegaraan dari seseorang dapat ditentukan
berdasarkan daerah tempat ia dilahirkan. Terkecuali anggota-anggota korps
diplomatik atau tentara asing yang masih terikat dalam ikatan dinas tugas. Prinsip
ius soli ini juga sama berlaku di negara Inggris, Amerika Serikat, Perancis, dan
Indonesia.

3. Unsur Pewarganegaraan (naturalisasi)


Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan baik dari unsur
ius soli maupun ius sanguinis tetap bisa mendapatkan atau memperoleh
kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan atau sering disebut juga
naturalisasi. Proses naturalisasi harus memenuhi beberapa persyaratan yang sudah
ditentukan dalam peraturan kewarganegaraan yang bersangkutan. Di Indonesia,
masalah kewarganegaraan ini sudah diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang ini menyatakan
bahwa kewarganegaraan dapat juga diperoleh melalui permohonan
pewarganegaraan. Permohonan pewarganegaraan ini bisa diperoleh dengan
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.

Persyaratan atau prosedur pewarganegaraan disesuaikan menurut


kebutuhan yang berdasar pada kondisi dan situasi negara.

C. Problem Status Kewarganegaraan


Problem status kewarganegaraan terjadi akibat asas kewarganegaraan,
khususnya asas kewarganegaraan yang dilihat berdasarkan tempat lahir (ius soli)
dan keturunan (ius sanguinis) , yang menyebabkan munculnya problem status
kewarganegaraan yang disebut dengan apatride dan bipatride. Problem status
kewaganegaraan ini terjadi dikarenakan perbedaan asas kewarganegaraan yang
digunakan oleh negara-negara di dunia.

1. Apatride

Apatride adalah istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status


kewarganegaraan. Orang yang berada dalam kondisi apatride tidak akan diakui
sebagai warga negara di negara manapun sehingga dia tidak bisa melakukan
hubungan dengan negara, dalam artian dia tidak bisa menuntut hak terhadap
negara dan tidak ada jaminan oleh negara terhadap apapun yang menimpanya.
Contohnya: Orang Amerika (negara penganut asas tempat lahir/ius soli) pergi ke
negara China (negara penganut asas keturunan/ius sanguinis) dan melahirkan anak
di China, sang anak tidak di akui sebagai warga negara Amerika, karena dia tidak
dilahirkan di Amerika yang menganut asas tempat lahir. Sebaliknya sang anak
juga tidak diakui sebagai warga negara China yang menganut asas keturunan
karena orang tuanya bukan orang China. Artinya sang anak menjadi apatride
(tidak memiliki kewarganegaraan).

2. . Bipatride

Bipatride adalah istilah bagi seseorang yang memiliki kewarganegaraan


ganda (rangkap) atau memiliki dua kewarganegaraan. Orang yang berada dalam
kondisi bipatride, ia akan memiliki peran ganda serta memiliki hak dan kewajiban
ganda pula dari dua negara yang mengakuinya sebagai warga negara. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan dalam hal melaksanakan
kewajibannya, seperti kewajiban bela negara, hingga kewajiban untuk membayar
pajak. Contohnya: Orang China (negara penganut asas keturunan/ius sanguinis)
pergi ke Amerika (negara penganut asas tempat lahir/ ius soli) dan melahirkan
anak di Amerika. Sang anak diakui sebagai warga negara Amerika karena lahir di
Amerika. Di sisi lain, sang anak juga diakui sebagai warga negara China karena
orang tuanya keturunan warga negara China. Artinya, sang anak menjadi bipatride
(memiliki dua kewarganegaraan).
Selain apatride dan bipatride, ada juga istilah status kewarganegaraan
multipatride. Multipatride adalah orang yang memiliki dua atau lebih status
kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi jika seseorang yang telah memiliki
kewarganegaraan ganda, saat dewasa menerima atau meminta status
kewarganegaraan dari negara lain dengan tidak melepas status kewarganegaraan
yang lama. Namun, hanya sedikit negara yang memberikan status multipatride
untuk warganya.

D. Kewajiban Negara terhadap Warganegara


Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Keberadaan negara,
seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan anggotanya (rakyat)
mencapai tujuan bersama.

Negara memiliki kekuasaan yang kuat terhadap rakyatnya.


Kekuasaan,dalam arti kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi orang lain atau kelompok lain, dalam ilmu politik biasanya
dianggap bahwa memiliki tujuan demi kepentingan seluruh warganya. Dengan
demikian, kekuasaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang berperan sebagai
penyelenggara negara adalah semata-mata demi kesejahteraan warganya.

Pemahaman hak dan kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal
26, 27, 28,dan 30, yaitu sebagai berikut.

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai
kewarganegaraanditetapkan dengan undang-undang.

2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan


kedudukannya di dalamhukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat (2), tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan danpenghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3.Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
denganlisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur
denganundang-undang.

Contoh kewajiban negara terhadap warga negara

1. Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil

2. Kewajiban negara untuk menjamin HAM

3. Kewajiban negara untuk memberikan kebebasan beribadah

4. Kawajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional

5. Kewajiban negara untuk memajukan kebudayaan nasional

6. Kewajiban negara untuk menyejahterakan rakyat

7. Kewajiban negara untuk memberi jaminan dan perlindungan dan


perlindungan sosial

Contoh Hak negara terhadap warganegara

1. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahannya.

2. Hak negara untuk dibela

3. Hak negara untuk menguasai bumi, air dan kekayaan untuk kepentingan
rakyatnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari anggota dari suatu tertentu.Mereka memberikan
kesetiaannya pada negara itu, menerima perlindungan karenanya, serta menikmati
hak untuk ikut serta dalam proses politik. Mereka memiliki hubungan secara
hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun yang bersangkutan telah
didomisili diluar negeri, asalkan dia tidak memutuskan kewarganegaraan.

Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan seseorang tersebut memiliki


pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan.
Kewarganegaraan menghasilkan akibat hukum yaitu adanya hak dan kewajiban
perangga negara maupun negara. Selain itu akibat hukum yang lain adalah bahwa
orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau
kewenangan negara negara lain juga tidak berha memperlakukan kaidah kaidah
hukum pada orang yang bukan warganegaranya.

B. Saran

Dengan yang ditulisnya makalah tentang negara dan kewarganegaraan


semoga kita semua benar-benar memahami tentang apa yang seharusnya kita
dapatkan sebagai warga negara. Sehingga jika ada hak yang belum kita dapatkan,
kita bisa memperjuangkannya dan begitu juga sebaliknya jika tak sebagai warga
negara telah diterima maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban negara dan
kewarganegaraannya.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, dkk., “Warga Negara dan Kewarganegaraan”. Makalah. Amuntai:
Academia, 2019.
Efendi, Ahmad. 2021. “Kenali Macam-Macam Asas Kewarganegaraan
Indonesia dan Masalahnya”. https://tirto.id/kenali-macam-macam-
asaskewarganegaraan-indonesia-dan-masalahnya-ginR, diakses pada 12
September 2021.
Harahap, Aidil, “Makalah Kewarganegaraan”. Makalah. Kisaran:
Academia, 2018.
Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta, 2008
Nurhayati, T., “…Kewarganegaraan dan Warga Negara”. Skripsi. Banten:
UIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2018.
Nuryadi dan Tolib, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud, 2016.
Putra, Zulfikar, dan H. Farid Wajdi, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Malang: Ahlimedia Press, 2021.
Putri, Vanya Karunia Mulia. 2021. “Apa itu Asas Ius Sanguinis?”.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/24/150143269/apa-itu-
asasius-sanguinis?page=all, diakses pada 12 September 2021.
Rahayu, Ani Sri, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi
Aksara, 2015.
Ratna, Dewi. 2016. “2 Asas yang Bikin Kamu Jadi Warga Negara, Apa
Saja?”.
https://www.merdeka.com/pendidikan/2-asas-yang-bikin-kamu-jadi-
warganegara-apa-aja.html, diakses pada 12 September 2021.
Ruslan, Pendidikan Kewarganegaraan. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala, 2015
Taufiq, Iwan, “Makalah Asas dan Kewarganegaraan”. Makalah. Academia,
2016.
Ubaedillah, A., dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani.
Jakarta: Prenada Media, 2003.
Universitas Andalas, “Prinsip Dwi Kewarganegaraan Terhadap Anak
dalam
Menentukan Kewarganegaraannya Berdasarkan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia”. Tesis. Padang: Scholar Universitas Andalas,
2018.
Widodo, Wahyu, Budi Anwar, dan Maryanto, Pendidikan
Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Andi, 2015.
Zulfikar, Fahri. 2021. “Pengertian Warga Negara Beserta Hak dan
Kewajibannya”.
https://detik.com/edu/detikpedia/d-5624985/pengertian-warga-
negarabeserta-hak-dan-kewajibannya, diakses pada 13 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai