Anda di halaman 1dari 13

Universitas Persada Indonesia Y.A.

I
Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : JAYANTI APRI EMARAWATI, SH.,
M.M

Nama : Muhammad Ilham


NIM : 2244390001
Fakultas : Teknik
Jurursan : Sistem Informasi S1 (Karyawan)
BAB 1

PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional yang berbasis pada kebudayaan bangsa Indonesia diharapkan
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, menumbuhkan kemandirian
dan mampu memba- ngun bangsa yang beradab. Tujuan lain yang diharapkan dengan ada
nya pendidikan Nasional kebudayaan bangsa Indonesia adalah untuk meningkatkan
kualitas masyarakat, menumbuhkan rasa patriotik terhadap bangsa, dan mempertebal rasa
cinta tanah air.

A. KONSEP DASAR KEWARGANEGARAAN

Civics atau kewarganegaraan mempunyai banyak pengertian dan istilah, salah satunya
Somantri (2001) yang merumuskan pengertian Civics sebagai Ilmu Kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang
terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) dan individu- individu dengan negara.
Edmonson (dalam Ubaedillah dan Rozak, 2016) menyatakan bahwa makna Civics selalu
didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang ter-
kait dengan kewajiban, hak, dan hak-hak istimewa warga negara.

Sepanjang sejarah bangsa Indonesia, dimulai dari masa sebelum penajajahan,


kemerdekaan, hingga masa-masa mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indoensia
senantiasa dihadapkan pada berbagai polemik yang menguji persatuan dan kesatuan
negara. Dalam menghadapi tuntutan dan kondisi itu dibutuhkan nilai-nilai yang selaras dan
berlandaskan tekad dan semangat kebangsaan. Semua itu tumbuh dan berkembang menjadi
kekuatan yang membentuk terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Puncak perang kemerdekaan tahun 1945 menjadi bukti nyata dari semangat perjuangan
bangsa Indonesia yang kuat, semangat perjuangan yang berlandaskan keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, juga rasa berkorban yang tinggi. Semangat perjuangan juga mun
cul dari mental dan spiritual bangsa yang menumbuhkan kekuatan dan kemauan yang kuat.
Semangat ini yang harus terus dimiliki warga Negara Kesatuan Republik Indonesia pasca-
kemerdekaan, karena perjuangan belum usai.

Nilai-nilai perjuangan kian surut dikikis oleh arus globalisasi hingga di titik yang kritis.
Globalisasi ditandai dari datangnya lemba ga-lembaga permasyarakatan Internasional yang
berpengaruh kuat dan ikut mengatur perpolitikan, perekonomian, sosial budaya serta
pertahanan dan keamanan global. Isu-isu global tentang demokrasi, hak asasi manusia, dan
lingkungan hidup berpengaruh pada keadaan nasional.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khu- susnya di bidang informasi,
komunikasi, dan transportasi juga menan dai datangnya arus globalisasi yang tidak
terbendung. Struktur global yang tercipta dari arus global tersebut membuat informasi di
dunia seolah-olah menjadi transparan tanpa mengenal batas-batas yang telah ditetapkan.
Mudahnya penyebaran informasi yang multitafsir membuat masyarakat sulit membedakan
kabar mana yang benar dan kabar mana yang salah. Kondisi ini mengakibatkan perubahan
pola pikir masyarakat, mempengaruhi sikap masyarakat, serta berdampak pada kondisi
mental dan sprititual masyarakat.

Dulu kemerdekaan Indonesia didapatkan dari semangat perjuangan fisik yang luar biasa,
sedangkan sekarang adalah saat- nya mengisi kemerdekaan itu dengan semangat
perjuangan yang ti dak kalah besar dengan tujuan yang lebih luas. Dalam menghadapi
datangnya globalisasi dibutuhkan perjuangan nonfisik sesuai dengan keahlian dan profesi
masing-masing individu tanpa melepas nilai-nilai bernegara agar kesadaran dan cinta anah
air tidak hilang begitu saja. Perjuangan yang kini harus dihadapi membutuhkan sarana dan
pedoman sebagai penunjang terciptanya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lebih
baik. Salah satu sarana tersebut yakni melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk pribadi yang cerdas sehingga
menjadi aktif dan lebih bermartabat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan dengan pola pembelajaran yang humanis dan demokratis sangat
dibutuhkan di tengah urgency demokrasi saat ini, di mana nilai-nilai dan prinsip demokrasi
dapat dipraktikkan langsung di ruang kelas atau perkuliahan.

B. NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM SISTEM KENEGARAAN DI


INDONESIA

1. Negara

Negara adalah suatu organisasi dari kelompok atau beberapa kelompok dalam suatu
wilayah yang memiliki ke- kuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Negara
dalam artian lain adalah satu perserikatan dengan pemerin- tahan yang mengikat melalui
hukum dan kekuasaan un- tuk ketertiban sosial. Keberadaan negara bisa dianggap untuk
mencapai tujuan bersama-sama. Kekuasaan yang dimiliki pemerintahan dalam ilmu politik
bertujuan untuk kesejahteraan rakyat di dalamnya dengan mengatur sesuai pedoman yang
telah disepakati bersama.

2. Unsur Pembentuk negara

Negara merupakan kelompok sosial yang mendudu- ki suatu wilayah yang diorganisir oleh
lembaga politik dan pemerintahan yang berdaulat dan memiliki kesatuan politik sehingga
berhak menentukan tujuan nasionalnya. Unsur yang membentuk terciptanya negara
mempunyai dua sifat, yaitu konstitutif dan deklaratif. Unsur pembentukan negara yang
bersifat konstitutif adalah sebagai berikut:

a. Wilayah

Wilayah meliputi darat, laut, dan udara untuk tem- pat kedaulatan dan berdirinya
suatu negara. Dalam kon- sep negara modern, masing-masing batas wilayah terse-
but diatur dalam perjanjian dan perundang-undangan internasional.

b. Rakyat

Rakyat adalah sekumpulan manusia yang dipersat ukan oleh rasa persamaan dan
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Pandangan ini dianut oleh rak- yat
dalam pengertian keberadaan suatu negara. Negara membutuhkan rakyat untuk
bersatu dalam tujuan yang sama dan menjaga negara agar tetap terbangun.

c. Pemerintahan

Pemerintah dapat disebut sebagai unsur kelengka- pan negara yang bertugas
memimpin negara melalui or- ganisasi negara untuk mencapai tujuan bersama didiri-
kannya sebuah negara. Pemerintah melalui badan-badan kepemerintahan yang lain
menetapkan hukum, menjaga ketertiban dan keamanan, menjaga perdamaian dan
lainnya demi mewujudkan tujuan negara yang beragam. Pemerintahan mempunyai
kekuasaan atau kedaulatan untuk mengatur dan membimbing rakyatnya secara adil.
Peraturan ada untuk mempersatukan warga yang bera- gam latar belakangnya. Dapat
dijumpai kepemerintahan dan negara yang berbeda-beda bentuknya karena memi-
liki tujuan dan cita-cita yang beragam pula.

d. Pengakuan dari negara lain

Eksistensi negara sangat diperlukan untuk menjalin politik bersama dan menjaga
kekuatan berdirinya nega ra. Sementara itu, unsur negara yang bersifat deklaratif
ditunjukkan dengan adanya tujuan negara, undang- undang dasar, pengakuan dari
negara lain baik secara de facto maupun de jure, dan masuknya negara dalam per-
himpunan bangsa-bangsa, misalnya PBB. Pengakuan de facto adalah pengakuan atas
fakta adanya negara. Dasar dari pengakuan ini adalah bahwa suatu masyarakat poli-
tik telah memenuhi tiga unsur utama negara (wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang
berdaulat). Semen- tara pengakuan de jure adalah pengakuan akan sahnya suatu
negara atas dasar pertimbangan yuridis menurut hukum. Ketika suatu negara
memperoleh pengakuan de jure, maka suatu negara mendapat hak-hak dan ke-
wajibannya sebagai suatu bagian dari anggota keluarga bangsa sedunia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menyaratkan adanya wilayah,


pemerintahan, pen- duduk sebagai warga negara, dan mendapat pengakuan dari
negara lain. NKRI sudah mendapatkan pengakuan internasional sebagai sebuah
negara dan menjadi ang- gota dari PBB. Oleh karena itu, NKRI juga mendapat
kewajiban sebagaimana negara lain, yakni menjaga perdamaian internasional.

NKRI didirikan berdasarkan UUD 1945 tentang hak dan kewajiban negara atas
warganya dan begitu pula se- baliknya dalam tatanan kenegaraan. Kewajiban negara
adalah memberikan kesejahteraan dan keamanan lahir batin sesuai dengan sistem
demokrasi yang dianutnya. Melindungi Hak Asasi Manusia juga merupakan kewa-
jiban negara kepada rakyatnya sesuai dengan ketentuan internasional yang
diselaraskan dengan ketentuan be- ragama, etika, moral, dan kebudayaan yang
berlaku di Indonesia.

3. Teori Pembentuk Sebuah Negara

Banyak teori tentang terbentuknya sebuah negara, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Teori Kontrak Sosial

Teori kontrak sosial biasa disebut perjanjian t syarakat. Teori ini beranggapan bahwa
suatu negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi
sosial. Teori ini mencegah suatu negara untuk menjadi negara tirani, karena
keberlangsungan negara bersandar pada kontrak-kontrak sosial antara warga dan
lembaga negara.

b. Teori Ketuhanan

Teori ketuhanan biasa disebut sebagai dengan istilah doktrin teokratis. Keberadaan
teori ini ditemukan di belahan dunia Timur maupun di Barat. Pada abad pertengahan
para sarjana eropa membuat tulisan-tulisan yang menyempurnakan teori ini untuk
membenarkan kekuasaan mutlak kekuasaan para raja.

Seperti namanya, teori doktrin ketuhanan ini me- miliki pandangan bahwa hak
memerintah yang dimiliki para raja berasal dari Tuhan. Mereka mengaku mendapat
perintah dari Tuhan untuk menjalankan kekuasaannya. Para raja mengklaim dirinya
adalah utusan Tuhan dan mempertanggungjawabkan semuanya hanya kepada
Tuhan. Praktik kekuasaan tiran tersebut ditentang oleh ka- langan monarchomach
(penentang raja). Menurut mereka, raja yang tiran dapat dilengserkan bahkan dapat
dibunuh, dan mereka berpendapat jika sumber dari kekuasaan itu berasal dari rakyat.

c. Teori Kekuatan

Teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya dominasi negara
kuat melalui penjajahan dan kekuatan menjadi pembenar dari terbentuknya suatu
negara. Dimulai dari proses penaklukan suatu kaum etnis atau kelompok tertentu dan
mendudukinya. Kaum yang menang dari suatu pertarungan akan memiliki kekuatan
untuk membentuk sebuah negara.

Ditilik dari kajian antropologis, titik mula ditemu- kannya teori kekuatan berasal dari
pertikaian yang ter- jadi di kalangan suku-suku primitif. Dalam pertikaian itu, suku
yang menang dapat mengatur hidup dari suku yang dikalahkannya. Salah satu contoh
nyata penerapan teori kekuatan di masa modern ini dapat dilihat dari penjajahan
bangsa-bangsa Barat atas bangsa-bangsa Timur. Setelah berakhirnya masa
penjajahan pada abad ke-20, banyak negara baru yang kemerdekaannya diten- tukan
oleh pemerintahan kolonial.

4. Bentuk-Bentuk Negara

Bentuk dari sebuah negara berbeda-beda secara konsep. Umumnya, dalam teori modern,
negara terbagi menjadi dua bentuk, yakni negara kesatuan dan negara serikat. Berikut
penjelasan dari negara kesatuan dan negara serikat.

a. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah negara yang merdeka dan berdaulat dengan memiliki satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah kekuasa- annya.
Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terbagi menajdi dua sistem, yakni sistem
sentral dan otonomi.
1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan
yang dipimpin oleh pemerin tah pusat secara langsung. Kepemerintahan dae-
rah di bawahnya tunduk pada kebijakan pemerin- tah pusat. Salah satu contoh
pemerintahan dengan sistem ini adalah pemerintahan Soeharto pada masa
Orde Baru.

2) Negara dengan sistem desentralisasi atau otonomi adalah pemberian


kewenangan kepada kepala daerah untuk mengatur wilayahnya sendiri-sendir
Sistem desentralisasi biasa disebut dengan otonomi daerah atau swatantra.
Sistem ini digunakan Indo- nesia setelah masa Orde Baru.

b. Negara Serikat

Negara serikat atau bisa disebut dengan negara federasi merupakan bentuk negara
gabungan dari be berapa negara bagian. Negara-negara bagian itu sebe lumnya
adalah negara yang merdeka dan berdaulat. Setelah bergabung dengan negara
serikat, dengan oto matis negara-negara itu menyerahkan dan melepaskan sebagian
kekuasaannya kepada negara serikat.

Selain kedua bentuk yang telah dijelaskan tersebut, ben- tuk negara dapat digolongkan ke
dalam tiga kelompok menu- rut pelaksana dan mekanisme pemilihanya, yaitu monarki,
oligarki, dan demokrasi.

a. Monarki

Pemerintahan monarki adalah pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.
Monarki memiliki dua je- nis yang berbeda dalam praktik pemerintahanya, yaitu
monarki absolut dan monarki konstitusional. Monarki absolut adalah bentuk
pemerintahan yang dipegang oleh satu penguasa yang absolut, yaitu raja atau ratu,
sedangkan monarki konstitusional adalah bentuk pemer intahan dengan kekuasaan
kepala pemerintahan atau perdana menteri dibatasi oleh ketentuan-ketentuan
konstitusi negara. Praktik dari pemerintahan monarki absolut dapat dilihat di negara
Arab Saudi, sedangkan model pemerintahan monarki konstitusional banyak di-
gunakan di berbagai negara sekarang ini, diantaranya negara Inggris, Jepang,
Malaysia, dan Thailand.
b. Oligarki

Pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang


yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

c. Demokrasi

Pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan yang berdasarkan pada kedaulatan


rakyat dengan men- dasarkan kekuasaan kepada kehendak rakyat berupa pemilihan
umum.

Bangsa Indonesia (Sumarsono dkk, 2007) menerjemah- kan secara terperinci


perkembangan teori perkembangan ke- negaraan tentang terjadinya Negara Kesatuan
Republik In- donesia sebagai berikut.

Pertama. Terjadinya NKRI merupakan suatu proses yang sekadar tidak dimulai dari
proklamasi. Perjuangan kemerdekaan pun mempunyai peran khusus dalam
pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan.

Kedua. Proklamasi baru "mengantar bangsa Indonesia" sampai ke pintu gerbang


kemerdekaan. Adanya prokla- masi tidak berarti bahwa kita telah "selesai"
bernegara.

Ketiga. Keadaan bernegara yang kita cita-citakan belum tercapai hanya dengan
adanya pemerintahan, wilayah dan bangsa, melainkan harus kita isi untuk menuju
ke- adaaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil, dan makmur.

Keempat. Terjadinya negara adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekadar


keinginan golongan yang kaya dan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang
menentang golongan ekonomi kuat seperti dalam teori kelas.

Kelima. Religiusitas adalah salah satu hal yang tercan- tum dalam pembukaan UUD
1945 yang didasarkan pada kemanusiaan yang adil dan beradab yang tampak pada
terjadinya negara menunjukkan kepercayaan bangsa In- donesia terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Unsur kelima inilah yang kemudian diterjemahkan menjadi p pokok
pikiran keempat yang terkandung di dalam pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa
Indonesia bernegar berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang (pelaks naannya)
didasarkan pada kemanusiaan yang adil dan beradab.
Menurut Sumarsono dkk (2007) proses bangsa bernegara di Indonesia diawali dengan
adanya pengakua yang sama atas kebenaran hakiki dan kesejahteraan y merupakan
gambaran kebenaran secara faktual dan otentik. Kebenaran hakiki dan kesejahteraan yang
dimaksud adalah sebagai berikut.

Pertama. Kebenaran Yang Berasal, Dari Tuhan Pen- cipta Alam Semesta.
Kebenaran tersebut adalah sebagai berikut: Ke-Esa-an Tuhan; Manusia harus
beradab Manusia harus bersatu; Manusia harus ada hubungan sosial dengan lainnya
serta mempunyai nilai keadilan; Meyakini bahwa kekuasaan di dunia adalah
kekuasaan manusia. Kebenaran-kebenaran ini kemudian dijadikan sebagai falsafah
hidupnya yang harus direalisasikan sebagai sebuah cita-cita atau ideologi. Falsafah
dan ideologi tersebut di NKRI dirumuskan dengan nama Pancasila. Lima kebenaran
hakiki ini telah digali oleh Bung Kamo (Presiden RI pertama) yang dikemukakan
pada saat Si- dang Lanjutan dalam membicarakan Dasar Negara oleh Badan
Persiapan Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945,
kemudian tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Kedua. Kesejarahan. Sejarah merupakan salah satu dasar yang tidak dapat
ditinggalkan karena sejarah meru pakan bukti otentik dan berdasarkan sejarah pula
bangsa akan mengetahui dan memahami bagaimana proses ter- bentuknya NKRI
baik secara filosofi maupun etika moral- nya sebagai hasil perjuangan bangsa.
Dengan demikian mereka akan mengerti dan menyadari kewajiban se- cara
individual "terhadap bangsa dan negaranya. NKRI dalam kesejarahan terbentuk
karena bangsa Indonesia saat ini memerlukan wadah organisasi untuk mewu- judkan
cita-cita memproklamasikan kebebasan bangsa dari penjajahan Belanda. Dengan
demikian sangat logis, apabila bangsa Indonesia memperoleh hak-haknya dan
mempertahankan utuhnya bangsa dan tetap tegaknya negara, dari generasi ke
generasi. Oleh karena itu, setiap generasi harus mempunyai pandangan yang sama
dalam kepentingan ini sebagai landasan visional (Wawasan Nu- santara), serta
kesiapan ketahanan pada berbagai aspek kehidupan nasional sebagai landasan
konsepsional (Ketahanan Nasional) melalui pendidikan, melalui lingkungan
pekerjaan, dan melalui lingkungan masyarakat, yang disebut dengan Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (PPBN).
5. Warga Negara Indonesia

Warga negara adalah warga suatu negara yang mengabdi kepada negara dan patuh terhadap
UUD telah yang ditetap- kan. Dahulu warga negara disebut sebagai kawula atau ham- ba
negara dengan artian orang yang mengabdi kepada pemiliknya.

Penentuan kewarganegaraan dalam setiap negara menggunakan aturan yang berbeda-beda,


tetapi terdapat tiga unsur dasar yang sering digunakan.

a. Ius sanguinis/Prinsip Keturunan

Kewarganegaraan yang didapat dari orang tua yang menurunkannya dan menentukan
kewarganegaraannya. Prinsip ini dipakai diantaranya di Indonesia, Jepang, Inggris,
Amerika, dan Perancis.

b. las Soll/Prinsip Tempat Kelahiran

Kewarganegaraan didapat dari daerah lahirkan. Prinsip ini dipakai diantaranya di


Indonesia, Inggris, Amerika, dan Perancis.

c. Naturalisasi/Prinsip Pewarganegaraan

Warga negara asing dapat mengubah sta kewarganegaraannya dan mengajukan diri
menjad warga negara lain. Syarat-syarat yang diperlukan adalah mengikuti peraturan
daerah masing-masing. Dalan prinsip ini terdapat dua kategori, yaitu aktif dan pasif.
Dalam pewarganegaraan aktif, seseorang mempunyai hak untuk memilih
kewarganegaraan yang dikehenda ki sedangkan dalam pewarganegaraan pasif,
seseorang yang tidak mau menjadi warga negara suatu negara ter- tentu dapat
menggunakan hak repudiasi yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan
tersebut.

Orang-orang tanpa kewarganegaraan disebut dengan apatride. Orang-orang dengan


kewarganegaraan ganda dise- but dengan bipatride, sedangkan orang-orang dengan ke-
warganegaraan lebih dari dua disebut dengan multipatride. Umumnya terdapat dua
kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara yang memperoleh status
kewarganegaraannya melalui operation of law dan melalui by registration.
Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia (UUKI) 2016, yang dimaksud
dengan warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. UUKI juga mengatur siapa yang dianggap sebagai warga negara,
tercantum dalam pasal 4.5 dan 6. bisa

a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau


berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
undang-undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara
Indonesia.

c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia
dan ibu warga negara asing.

d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu warga negara Indonesia.

e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak memi- liki kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu tiga ratus (300) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.

g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.

h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau
belum kawin.

i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganega- raan atau tidak diketahui keberadaannya.

1. Anak yang lahir di luar wilayah negara Republik Ind nesia dari seorang ayah dan
ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak terseb
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang permohonan kewarganegaraannya, kemudian
ayah ata ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.

Selanjutnya, Pasal 5 UUKI 2006 tentang status anak warga negara Indonesia menyatakan:

a. Anak warga negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, sebelum
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya
yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai wara negara Indonesia.

b. Anak warga negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara
sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap
diakui sebagai warga negara Indonesia.

Sementara itu, tentang pilihan menjadi warga nega- ra bagi anak yang dimaksud pada pasal-
pasal sebelumnya dijelaskan dalam Pasal 6 UUKI 2006, sebagai berikut:

a. Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf 1, dan Pasal 5 beraki- bat anak
berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin
anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegara- annya.

b. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan seba gaimana dimaksud pada Ayat (1)
dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen
sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan.

c. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan seba- gaimana dimaksud pada Ayat (2)
disampaikan dalam waktu paling lambat tiga (3) tahun setelah anak berusia delapan
belas (18) tahun atau sudah kawin.

Anda mungkin juga menyukai