Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang
memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di daerah tertentu dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat, didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan
alat (agency) atau wewenang (authority), yang mengatur persoalan-persoalan
bersama, atas nama rakyat. Maka, bernegara dengan baik menjadi sangat urgen
bagi setiap warga negara.
Plato telah menggambarakan secara naratif alasan mengapa manusia perlu
bernegara. Menurut Plato, pada mulanya manusia hidup sendiri-sendiri.
Lantaran tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan
teman untuk dapat memenuhinya. Lantas mereka bergabung dengan manusia
lain. Jumlah mereka yang banyak secara tidak langsung menuntut adanya aturan
yang disepakati dan ditaati serta seorang pemimpin.
Kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-masing agar tidak ada
tumpang tindih satu sama lain. Selain itu mereka juga membutuhkan seseorang
yang memiliki otoritas guna melakukan tindakan tertentu jika terjadi sesuatu
dengan mereka. Dia juga harus sekaligus mampu menjadi penengah atas semua
konflik yang terjadi. Inilah yang mereka sebut sebagai raja atau kepala Negara.
Konklusinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup dengan teratur, tertib dan
terjamin keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada hakikatnya, dalam
komunitas sekecil apapun diperlukan adanya pemimpin dan aturan.
Selain dari pada itu untuk memimpin suatu negara juga harus mengetahui
bagaimana sebenarnya negara, bentuk negara dan bentuk pemerintahan di
Indonesia itu sendiri. Untuk itu dalam makalah ini Penulis menkaji sedikit
mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka Penulis mengambil permasalahan mengenai
Bentuk dan Kedaulatan Negara Indonesia dan Sistem Pemerintahan Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai bentuk
negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia.

1
2. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan .
Kewarganegaraan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Negara
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum yaitu untuk memudahkan
anggotanya dalam hal ini adalah rakyat dalam mencapai tujuan bersama atau
yang dicita – citakan. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen
yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen yang
mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi
merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga
mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut
sebagai Undang-Undang Dasar. Dalam bentuk modern negara terkait erat
dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-
cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan rakyat
adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat.
Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan kepada
rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa
aman. Negara menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila
semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam
perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang berbeda bagi
warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara,
atau hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas
dalam Konstitusi maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan zaman
atau keinginan masyarakat, semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-
Undang. Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan Undang-Undang
haruslah dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti
juga dalam organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat
banyak. Dalam suatu negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan
rakyat banyak ini dipilih secara demokratis pula.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam
suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan
organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah
tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai

2
kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
Adapun definisi negara dari beberapa pendapat ahli yaitu sebagai berikut :
• Prof. Farid S. Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat
pengakuan negara lain serta memiliki kedaulatan.
• Georg Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok
manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.
• Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Negara merupakan organisasi kesusilaan
yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan
kemerdekaan universal
• Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena
kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
• Roger H. Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
• Prof. R. Djokosoetono, Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
• Prof. Mr. Soenarko, Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai
daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai
sebuah kedaulatan.
• Aristoteles, Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi
beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya,
dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama. Negara merupakan
suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan
bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara
tersebut. Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi
cita-cita bangsa secara bersama-sama. Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui oleh dunia
internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan
udara yang luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang berkuasa.

B. Tujuan Negara

Sebagai suatu organisasi kekuasaan dari kumpulan orang –orang yang


mendiaminya, negara memiliki suatu tujuan yang disepakati bersama. Tujuan
suatu negara bermacam –macam diantaranya:
a. Memperluas kekuasaan;

3
b. Menyelenggarakan ketertiban hukum;
c. Mencapai kesejahteraan umum.
Adapun tujuan negara dari beberapa pendapat, konsep dan ajaran diantaranya
sebagai berikut :
a. Dalam konsep dan ajaran Plato, negara bertujuan untuk
memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan
(individu) dan sebagai makhluk sosial;
b. Dalam ajaran dan konsep Teokratis Thomas Aquinas dan
Agustinus, negara bertujuan untuk mencapai dan
penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan
taat kepada Tuhan;
c. Menurut Ibnu Arabi, negara bertujuan untuk menjalankan
kebijaksanaan dengan baik, jauh dari sengketa dan
menjaga intervensi pihak –pihak asing;
d. Menurut Ibnu Khaldum, negara bertujuan untuk
mengusahakan kemaslahatan agama dan negara yang
bermuara pada kepentingan akhirat. Namun tujuan negara
dalam konteks negara sebagaimana yang tertuang dalam
pembukaan dan penjelasan UUD 1945 adalah sebagai
berikut:
Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat. Negara yang sukses dan maju
adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi
ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Melaksanakan ketertiban. Untuk
menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan damani diperlukan
pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh masyarakat.
Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga
dari segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam maupun dari
luar. Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan
sebagai tempat warganya meminta keadilan di segala bidang kehidupan.

C. Unsur-Unsur Negara
Mahfud M.D menyatakan tiga unsur penting dalam suatu negara yaitu rakyat,
wilayah dan pemerintah yang disebutnya sebagai unsur konstitutif. Namun
ketiga unsur tersebut harus ditunjang oleh unsur lain seperti dengan adanya
konstitusi dan pengakuan dari negara lain yang disebut sebagai unsur deklaratif.
Unsur –unsur pokok dalam suatu negara adalah sebagai berikut :

4
a. Rakyat yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa
persamaan dan bersama –sama mendiami suatu wilayah;
b. Wilayah yaitu unsur terpenting dalam suatu negara sebab tidak mungkin
ada negara tanpa ada batas –batas teritorial yang jelas;
c. Pemerintah yaitu alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin
organisasi negara untuk mencapai tujuan didirikannya sebuah negara;
d. Pengakuan dari negara lain yaitu hanya bersifat menerangkan tentang
adanya negara. Ada dua pengakuan negara yaitu pengakuan de jure dan
pengakuande facto. Mengenai asal mula terjadinya negara berdasarkan
fakta sejarah diuraikan sebagai berikut:
• Pendudukan (Occupatie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan
dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan
dikuasai.Misalnya, Liberia yang diduduki budak-
budak Negro yang dimerdekakan tahun 1847.
• Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang
mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian untuk
saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang baru.
Misalnya terbentuknya Federasi Jerman tahun 1871.
• Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada
negara lain berdasarkan suatu perjanjian tertentu.
Misalnya, Wilayah Sleeswijk padaPerang Dunia
I diserahkan oleh Austria kepada Prusia,(Jerman).
• Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat
penaikan Lumpur Sungaiatau dari dasar Laut (Delta).
Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok
orang sehingga terbentuklah Negara. Misalnya wilayah
negaraMesir yang terbentuk dari Delta Sungai Nil.
• Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi
daerah jajahanditinggalkan begitu saja. Sehingga
penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan
kemerdekaannya. Contohnya, Indonesia yang pernah di
tinggalkan Jepang karena pada saat itu jepang dibom
oleh Amerika di daerahHiroshima dan Nagasaki.

5
Banyak pula teori –teori yang ditemukan tentang terbentuknya suatu negara,
diantaranya sebagai berikut :
1. Theory Social Contract (Kontrak Sosial)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara
dibentuk berdasarkan perjanjian perjanjian masyarakat dalam tradisi
masyarakat. Teori ini meetakkan bahwa negara tidak berpotensi menjadi negara
tirani, karena keberlangsungannya bersandar pada kontrak sosial antara warga
dengan lembaga negara.
• Thomas Hobbes (1588 -1679) menyatakan bahwa
kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman yakni
keadaan sebelum dan sestelah ada negara. Menurutnya
keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman
dan sejahtera tapi sebaliknya akan menimbulkan suatu
keadaan sosial yang kacau tanpa hukum, tanpa
pemerintah dan ikatan sebab dibutuhkan kontrak atau
perjanjian antar individu yang tadinya hidup dama
keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak
kodrat yang dimilikinya kepada sebuah badan yang
disebut negara;
• John Locke (1632 -1704) menyatakan bahwa unsur
pimpinan sangat penting yang mengatur kehidupan
mereka demi menghindari konflik di antara warga
negara. Namun menurutnya penyelenggaraan pimpinan
harus dibatasi karena dalam melakukan perjanjian
individu –individu warga negara tersebut tidak
menyerahkan seluruh hak –hak alamiahnya kecuali hak
–hak asasi warga negara;
• Jean Jacques Rousseau (1712 -1778) menyatakan
bahwa suatu negara bersandar pada perjanjian warga
negara untuk mengikatkan diri dengan suatu
pemerintahan yang dilakukan oleh suatu organisasi
politik. Menurutnya negara dibentuk dari adanya
pemimpin dari organisasi politik ditentukan oleh yang
berdaulat dari wakil –wakil warga negara.

2. Theory Teokratis (Ketuhanan)


Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis.
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja

6
berasal dari tuhan. Para raja mengklaim sebagai wakil tuhan di dunia yang
mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya kepada tuhan bukan kepada
manusia. Dalam sejarah tata negara islam , pandangan teokratis serupa dengan
yang dujalankan oleh negara – negara muslim sepeninggal nabi muhammad
saw.
Paham teokratis islam ini akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai
agama sekaligus kekuasaan. Pandangan berkembang menjadi paham dominan
bahwa dalam islam tidak ada pemisahan antara agama dengan negara. Menurut
pandangan modernis muslim kekuasaan dalam islam harus dipertanggung
jawabkan baik kepada allah maupun kepada rakyat.
3. Teori Kedaulatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena
adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan
menjadi pembenaran dari terbentuknya suatu negara. Melalui proses penaklukan
dan pendudukan oleh suatu kelompok etnis atas kelompok tertentusehingga
dimulailah pproses pembentukan negara. Dengan kata lain negara terbentuk
karena adanya pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki kekuatan
untuk membentuk suatu negara.

D. Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan


Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
atau lebih dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sedangkan bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk
merujuk pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk
mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya atas
suatu komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan untuk pemerintahan
yang tidak sah atau tidak berhasil menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung
dari kualitasnya, pemerintahan yang gagalpun tetap merupakan suatu bentuk
pemerintahan.
Dalam berbagai literatur hukum dan apalagi dalam penggunaannya sehari-hari,
konsep Bentuk Negara seringkali dicampuradukkan dengan konsep Bentuk
Pemerintahan. Hal ini juga tercermin dalam perumusan Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: “Negara Indonesia ialah
negara kesatuan yang berbentuk republik”. Dari kalimat ini tergambar bahwa
the founding fathers Indonesia sangat menekankan pentingnya konsepsi Negara
Kesatuan sebagai definisi hakiki negara Indonesia (hakikat negara Indonesia).
Bentuk dari negara kesatuan Indonesia itu ialah republik. Jadi jelaslah bahwa

7
konsep bentuk negara yang diartikan disini adalah republik yang merupakan
pilihan lain dari kerajaan (monarki) yang telah ditolak oleh para anggota
BPUPKI mengenai kemungkinan penerapannya untuk Indonesia modern.
Kelemahan rumusan di atas terkait dengan pengertian bentuk negara yang tidak
dibedakan dari pengertian bentuk pemerintahan. Padahal kedua konsep ini
sangat berbeda satu sama lain. Karena yang dibicarakan adalah bentuk negara
berarti bentuk organ atau organisasi negara itu sebagai keseluruhan. Jika yang
dibahas bukan bentuk organnya, melainkan bentuk penyelenggaraan
pemerintahan atau bentuk penyelenggaraan kekuasaan maka istilah yang lebih
tepat dipakai adalah istilah bentuk pemerintahan.
Sedangkan kata pemerintahan dalam ‘sistem pemerintahan’ terbatas
pengertiannya pada cabang eksekutif saja. Penggunaan kata government dalam
bahasa Inggris juga sering menimbulkan kesalahpahaman. Banyak orang yang
tidak menyadari bahwa kata itu mengandung dua arti, yaitu arti luas dan arti
sempit. Keduanya dipengaruhi oleh tradisi pemerintahan yang berkembang di
Inggris (British) dan Amerika Serikat. Karena Kerajaan Inggris mempraktekkan
sistem pemerintahan parlementer, maka perkataan government disana menunjuk
kepada pengertian yang sempit, yaitu hanya cabang kekuasaan eksekutif saja.
Tetapi, dalam bahasa Inggris Amerika, kata government mencakup pengertian
yang luas, yaitu keseluruhan pengertian penyelenggaraan negara. Dalam
konstitusi Amerika Serikat misalnya, istilah “the Government of the United
States” selain mencakup cabang eksekutif yang dipegang oleh Presiden, juga
mencakup Kongres yang terdiri atas House of Repre sentatives dan Senat.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diperjelas adanya perbedaan
mendasar antara pengertian ‘bentuk negara’, ‘ben tuk pemerintahan’, dan
‘sistem pemerintahan’. Ketiga istilah tersebut sebaiknya tidak dipertukarkan
satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam praktek.
Di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu:
bentuk negara Federal, Kesatuan atau sistem pemerintahan yang parlementer,
Semi-Presidensil, dan Presidensil.
Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara
Indonesia yang paling tepat adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Empat pilar utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang
selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

8
a. Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan
untuk mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam
maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat dan
daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan
hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri
(kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu
pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam segala
aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat. Negara
kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:
1) Sentralisasi, dan
2) Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan
peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat
peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
1. Adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah
negara;
2. Adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang
berwenang membuatnya;
Penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.
Kerugian sistem sentralisasi:
1) Bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat
kelancaran jalannya pemerintahan;
2) Peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/
kebutuhan daerah;
3) Daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga
melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif
dari rakyat;
4) Rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan
bertanggung jawab tentang daerahnya;
5) Keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.

9
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung
aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian,
pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.
Keuntungan sistem desentralisasi:
1. Pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah
itu sendiri;
Peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
daerah itu sendiri;
Tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan
dapat berjalan lancar;
Partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
Penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan
dan kebijakan serta kemajuan pembangunan.
b. Negara Serikat (Federasi)
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa
negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-
negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri,
parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara
serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara
federal. Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal
tak bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan
dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal. Ciri-
ciri negara serikat/ federal:

1. Tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan


menteri (kabinet) demi kepentingan negara bagian;Tiap negara
bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh
bertentangan dengan konstitusi negara serikat;
Hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui
negara bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah
diserahkan secara langsung kepada pemerintah federal.
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara
bagian (lazimnya disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara

10
bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal
kenegaraan selebihnya (residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian
kepada pemerintah federal meliputi:
Hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum
internasional, misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan
perwakilan diplomatik;
Hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan
nasional, perang dan damai;
Hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas
pokok hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh
pemerintah pusat, misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara
bagian;
Hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan
federal, misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
Hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah
pos, telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang
lain adalah:
Cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian;
Badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara
pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat,
antara lain:
Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
federal, dan kekuaasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara
bagian. Contoh negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat,
Australia, RIS (1949);
Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
negara bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal.
Contoh: Kanada dan India;
Negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal
dalam menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan
pemerintah negara bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;

11
Negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Swiss.
Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi
ialah Pemerintah Pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar dan sama-sama
memiliki hak mengatur daerah sendiri (otonomi). Sedangkan perbedaannya
adalah mengenai asal-asul hak mengurus rumah tangga sendiri itu. Pada negara
bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya, sedangkan pada daerah
otonom, hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.
Sedangkan perbincangan mengenai ‘bentuk pemerintahan’ (regerings vormen)
berkaitan dengan pilihan antara bentuk kerajaan (monarki), atau bentuk
republik. Jika jabatan kepala negara itu bersifat turun temurun maka negara itu
disebut kerajaan. Jika kepala pemerintahannya tidak bersifat turun temurun,
melainkan dipilih, maka negara itu disebut republik. Sementara itu, dalam
perkataan ‘sistem pemerintahan’ (regerings systeem) terkait pilihan-pilihan
antara sistem pemerintahan presidensiil, sistem pemerintahan parlementer,
sistem pemerintahan campuran, yaitu quasi presidensiil seperti di Indonesia (di
bawah UUD 1945 yang asli) atau quasi parlementer seperti sistem Perancis
yang dikenal dengan istilah hybrid system, dan sistem pemerintahan collegial
seperti Swiss.
Dari ketiga konsep tersebut di atas, bangsa Indonesia sejak kemerdekaan pada
tahun 1945 cenderung mengidealkan bentuk negara kesatuan
(eenheidstaatsvorm), bentuk pemerintahan republik (republic regeringsvorm),
dan sistem pemerintahan presidentil (presidential system). Dalam UUD 1945,
pengaturan mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan ini diatur dalam
bab yang tersendiri, yaitu Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan. Dalam
Pasal ayat (1) dinyatakan: “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk republik.” Ayat (2) menegaskan: “Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.” Sedangkan ayat
(3) menentukan: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Khusus mengenai
bentuk negara sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) tersebut,
tidak dikategorikan sebagai objek perubahan yang diatur mekanismenya dalam
pasal 7 UUD 1945. Dalam Pasal 7 ayat (5) UUD 945, dinyatakan: “Khusus
mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak dapat dilakukan
perubahan”.
Pasal ini jelas mengandung komitmen dan tekad bahwa negara Republik
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, akan tetap berbentuk
Negara Kesatuan selamanya, kecuali tentunya jika Majelis Permusyawaratan

12
Rakyat pada suatu hari mengubah lagi ketentuan Pasal 7 ayat (5) ini atau
perubahan UUD terjadi bukan karena prosedur yang ditentukan sendiri oleh
UUD 1945 (verfassung wandlung). Namun, jika yang terakhir ini yang terjadi
maka hukum yang berlaku bukan lagi hukum konstitusi, melainkan revolusi
yang mempunyai aturan hukumnya sendiri.
Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan
digolongkan dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
• Monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.
Dalam praktiknya monarki tterbagi atas dua jenis yaitu monarki absolut
dengan kekuasaan tertinngi di tangan raja dan ratu serta monarki
konstitusional dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala
pemerintahannya dibatasi oleh ketentuan –ketetuan konstitusi negara;
• Oligarki adalah model pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang
yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu;
• Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan
rakyatatau yang mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak
rakyat melalui pemilu.
Istilah bentuk pemerintahan pun harus dibedakan pula dari istilah ‘sistem
pemerintahan’ yang menyangkut pilihan antara sistem presidential, sistem
parlementer, atau sistem campuran. Konsepsi yang terakhir ini berkenaan
dengan sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan dalam arti cabang
kekuasaan eksekutif. Perbedaannya dari pengertian bentuk
pemerintahan. Pertama adalah bahwa istilah pemerintahan dalam konsepsi
‘bentuk pemerintahan’ bersifat statis, yaitu berkenaan dengan ben- tuknya
(vormen), sedangkan dalam ‘sistem pemerintahan’, aspek pemerintahan yang
dibahas bersifat dinamis. Kedua, dalam konsepsi bentuk pemerintahan, kata
pemerintahan lebih luas pengertiannya karena mencakup keseluruhan cabang
kekuasaan.

E. Sistem Pemerintahan
1. Sistem pemerintahan Parlementer
Ciri-ciri Sistem Parlementer
Raja/Ratu/Presiden sebagai Kepala Negara.
Kekuasaan eksekutif dipegang dan dijalankan Kabinet yang dipimpin Perdana
Menteri.

13
Kepala eksekutif (Perdana Menteri) bertanggungjawab kepada Parlemen
(Legislatif).
PARPOL mayoritas memegang kekuasaan eksekutif.
Menganut sistem Multi Partai
Kelebihan :
Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan
eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan :
Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas
dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh
parlemen. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu
kabinet dapat bubar. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi
apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota
kabinet dapat mengusai parlemen.
Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting
untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
2. Sistem pemerintahan Presidensial
Pemerintahan Presidensial adalah sistem yang bertolak dari konsep pemisahan
kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara sebagaimana diajarkan
oleh Monteqiueu melalui teori Trias Politica. Teori ini mengharuskan pemisahan
kekuasaan menjadi 3 yaitu :
a. Kekuasaan Eksekutif
b. Kekuasaan Legislatif
c. Kekuasaan Yudikatif
Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial :

14
Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus pemegang Kekuasaan Eksekutif.
Kedudukan eksekutif tidak tergantung pada Parlemen.
Menteri-menteri merupakan pembantu Presiden.
Kekuasaan membuat Undang-Undang ada di tangan Parlemen. Presiden
memiliki hak veto dalam pemberlakuan suatu Undang-Undang.
Kelebihan :
Sistem check dan balances dapat menghasilkan keseimbangan antar organ yang
diserahi tugas kenegaraan. Dapat mencegah terjadinya kekuasaan yang absolut.
Kedudukan badan eksekutif lebih stabil.
Kekurangan :
Setiap keputusan adalah hasil tawar-menawar antar legislatif dan eksekutif
sehingga sering kurang tegas dalam pengambilan suatu keputusan. Pengambilan
keputusan relatif lebih lama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahsan diatas maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan mengenai :
a) Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik atau lebih dikenal dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
b) Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk
merujuk pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk
mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya
atas suatu komunitas politik.
c) Dalam konsep teori modern negara terbagi dalam dua bentuk
yaitu Negara Kesatuan(Unitarianisme) dan Negara Serikat

15
d) Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk
pemerintahan digolongkan dalam tiga kelompok yaitu monarki,
oligarki dan demokrasi.
B. Saran
Sebagai warga negara, sudah selayaknya kita mengkaji lebih dalam
mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia.
Selain untuk memperluas cakrawala berpikir, kelak ketika kita
menempati posisi strategis dipemerintahan. Dan niscaya kita akan
menjadi warga negara dan pemimpin yang baik, berakhlak dan
rasional.

DAFTAR PUSTAKA
Makalah ‘Hubungan Negara, Agama dan Warga Negara’ Mata Kuliah Ham &
Kewarganegaraan oleh Mahasiswa IP Reguler STISIP Muhammadiyah Sinjai.
http://diajengayu-ajeng.blogspot.com/2011/04/bentuk-negara-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=154&page=1-5
http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002 September/000310.html
http://liahimilp.blogspot.com/2013/07/makalah-bentuk-negara-bentuk.html

16

Anda mungkin juga menyukai